Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil
produksinya, berupa daging,dan susu. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis
ternak, antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau. Ternak potong adalah jenis ternak
yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sementara ternak
kerja yaitu ternak yang dipelihara untuk diambil tenaganya. Tidak semua ternak yang
dipotong termasuk ternak potong. Pada umumnya ternak potong dikelompokkan ke dalam
2 kelompok besar yaitu ternak potong besar terdiri dari sapi, kerbau dan kuda dan ternak
potong kecil terdiri dari kambing, domba dan babi. Dalam usaha ternak potong harus
dipilih bibit yang dapat dipertanggung jawabkan mutunya. Perkembangan atau
pertumbuhan ternak potong sangat ditentukan oleh proses perkembangbiakan atau
aktivitas reproduksi.
Sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasilan bahan makanan
berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat. Sapi
potong adalah jenis sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya (berbeda
dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya). Biasanya terdapat tiga tahapan utama
dalam produksi daging sapi, yaitu tahap pengasuhan, penggembalaan dan pemberian
pakan. Sapi potong yang masih berumur di bawah 1 tahun menghasilkan Daging sapi
muda yang memiliki kualitas berbeda dengan daging sapi biasa. Selain dimanfaatkan
dagingnya, sapi potong juga menghasilkan kulit dan bahan-bahan shampo juga kosmetik.
Budidaya ternak sapi potong yang umumnya terdiri dari budidaya pembibitan dan
penggemukan. Waktu penggemukan relative singkat yaitu membutuhkan waktu sekitar 6
bulan untuk jenis sapi potong seperti sapi PO, Limosine, Brahman maupun sapi
Simental.kemampuan ternak dalam memaamfaatkan limbah pertanian sebagai pakan
merupakan nilai unggul ternak sapi potong yang membuat semakin tertarik untuk terus
mengembangkan dan membudidayakan ternak sapi potong di daerah masing-masing.
Menejemen ternak potong merupakan suatu metode pengelolaan ternak agar dapat
mencapai produktivitas ternak yang efektif dan efisien. Dalam suatu usaha peternakan
peran menejemen sangat penting sekali, karena dengan menejemen yang bagus maka
produksi dari ternak akan meningkat dan jika menejemen yang tidak bagus maka produksi
ternak akan menurun. Menejemen berkaitan dengan segala aspek yang ada didalam usaha
1
ternak potong, seperti menejemen pemberian pakan dan air minum, menejemen
reproduksi, menejemen pembibitan, menejemen kesehatan dan lain sebagainya. Di Nusa
Tenggara Barat khususnya di Lombok, sebagian masyarakatnya adalah peternak, ternak
yang banyak yaitu sapi bali. Adanya program pemerintah yaitu BSS (Bumi Sejuta Sapi)
menjadi daya dukung tersendiri untuk peternakan yang ada di NTB dan ini sekaligus
menjadi motivasi bagi peternak lokal untuk terus mengembangkan peternakannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat perlu dilakukannya pengamatan dan
pengukuran praktikum ke lapangan oleh mahasiswa terhadap sistem manajemen yang
dimiliki oleh peternak sehingga mahasiswa dapat meninjau dan menilai manajemen
seperti apa yang seharusnya dilakukan dalam pemeliharaan. Oleh karena itu praktikum
manajemen ternak potong dan kerja sangat perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana
sistem pemiliharaan di Dusun Aik Bakang, Kecamatan Aikmel, Kabupatem Lombok
Timur, NTB untuk mendapatkan produksi dan produktivitas yang tinggi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi peternakan sapi yang ada di Dusun Telaga Maluku,
Kecamatan Gangga, Kabupatem Lombok Utara
2. Untuk mengetahui menejemen pemeliharaan ternak yang diterapkan oleh
sebagian besar masyarakat khususnya kelompok ternak sapi Dusun Telaga
Maluku, Kecamatan Gangga, Kabupatem Lombok Utara
3. Untuk mengetahui manajemen pemasaran yang dijalankan oleh Kelompok
Ternak Sapi Dusun Telaga Maluku, Kecamatan Gangga, Kabupatem Lombok
Utara
4. Untuk menganalisa masalah-masalah peternakan yang dihadapi peternak Dusun
Telaga Maluku, Kecamatan Gangga, Kabupatem Lombok Utara
1.2.2 Manfaat Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mengetahui kondisi peternakan sapi yang ada di Dusun Telaga Maluku,
Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara
2. Agar mengetahui menejemen pemeliharaan ternak yang diterapkan oleh
sebagian besar masyarakat khususnya kelompok ternak sapi "Karya Mandiri"
Dusun Telaga Maluku, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara
2
3. Agar mengetahui manajemen pemasaran yang dijalankan oleh kelompok
ternak sapi "Karya Mandiri" Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara
4. Agar dapat mengetahui masalah atau hambatan-hambatan kelompok ternak “Karya
Mandiri” dalam mengembangkan peternakannya

1.3 Materi dan Metode Praktikum


1.3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun waktu dan tempat praktikum ini dilaksanakan pada tangal 24 Mei
2022, di Kandang Kelompok Ternak Sapi "Karya Mandiri" Kecamatan Telaga
Maluku, Kabupaten Lombok Utara
1.3.2 Materi Praktikum
1.3.2.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
• Pita ukur
• Alat tulis
• Handphone

1.3.2.2 Bahan Praktikum


Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

• Sapi Peternak
• Kandang Ternak
• Kotoran Sapi

1.3.3 Metode Praktikum


• Mengunjungi lokasi tempat praktikum sekaligus perkenalan kepada kelompok
peternak “Karya Mandiri” tersebut
• Mewawancarai terhadap peternak (kuisioner) sekaligus mengamati kondisi
ternak disana.
• Mendata hasil wawancara kelompok ternak disana.

3
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Pengertian Sapi Potong

Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena
karakte ristik yang dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan
kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi
bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh
pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002).

1.4.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong


1.4.2.1 Perkandangan

Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi


mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih
terjaga (Siregar, 2006).

1.4.2.2 Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yangakan


dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan
pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu
dibandingakan bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada
kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi
reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan
pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996).

1.4.2.3 Pakan

Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu


pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan yaitu
semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan
lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu
berupa hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat yaitu pakan yang
berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah
dicerna, meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung
4
giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa,
tetes. 3). Pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan
tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya
berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara
lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Murtidjo, 1990).

1.4.2.4 Penanganan Limbah

Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi


apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada
umumnya digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun
lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992).

1.4.2.5 Reproduksi
• Pelaksanaan Perkawinan

Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan


yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik,
libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg. Pemeriksaan
Kebuntingan
Salah satu cara untuk cara untuk memeriksa kebuntingan pada
ternak yaitu palpasi rektal. Palpasi rektal pada sapi dilakukan dengan
meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan
fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal
kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez,
1993). Tahap-tahap Kelahiran
Kelahiran ternak terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) adanya kontraksi
aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding
uterus dan dilatasi cervix. 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran
yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau
perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva. 3) pengeluaran selaput
fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap
berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah (Gillitte dan Holm,
1963).
5
• Penanganan Kelahiran

Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki


antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah
dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian
kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk
immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan
penyakit.

• Recording dan Identifikasi Pada Pedet

Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang


akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda
pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap
ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh
recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari
ternak tersebut (Ebert, 2006).

1.4.3 Pemasaran Sapi Potong


Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk
yang hendak diproduksi, dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Kegiatan
pemasaran adalah kegiatan yang saling berhubungan sebagi suatu sistem
(Dharmmesta dan Handoko, 1997). Satu-satunya kegiatan yang menghasilkan dana
adalah kegiatan pemasaran. Walaupun proses pemasaran ada di akhir rangkaian
usaha peternakan, tidak berarti pemasaran harus dipikirkan belakangan. Secara
tradisional, para peternak menjual sapi-sapinya di pasar-pasar terdekat. Usaha
peternakan yang sudah berorientasi pasar, bisa saja hasil usaha peternakan dipasarkan
di lokasi yang berjauhan dengan lokasi usaha. Namun, hal ini tetap didasarkan pada
pertimbangan ekonomis (Soeprapto, 2006).

6
BAB II
PROFIL PETERNAK

2.1. Identitas Peternak


Tabel 1. Identitas Peternak

VARIABEL SATUAN/ORANG
NO Nama Supriyadi Rusdi Jartab Seniasih Artini

1. Umur 45 th 62 th 48 th 45 th 60 th
2. Tanggungan
Keluarga 4 2 5 4 1
3. Pendidikan SD SMP SD SD Tidak
sekolah
4. Pekerjaan
Pokok Buruh tani Peternak Buruh tani Buruh tani Peternak
Sampingan Peternak Pedagang Peternak Peternak -
5. Kepemilikan Lahan

Perkarangan 3 are 4 are 3 are 6,5 are 7 are


Sawah 40 are - - - 40 are
Kebun - - - - 40 are
6. Kursus
beternak - Pernah - - -
7. Pengalaman
beternak 15 th 15 th 15 th 15 th 5 th

7
Tabel 2. Nilai Identitas Peternak

Nilai
NO VARIABEL SATUAN
Jumlah Rata-rata
1. Jumlah Responden Orang 5 -
2. Umur Tahun 260 52
3. Tanggungan keluarga Orang 16 3
4. Pendidikan
Tidak Sekolah Orang 1
SD Orang 3 0,6
SMP Orang 1 -
SMA Orang - -
Sarjana Orang - -
5. Kepemilikan lahan

Perkarangan Are 23,5 are 4.7 are


Sawah Are 80 are 40 are
Kebun Are 40 are 40 are
6. Pekerjaan Pokok
Petani/ Peternak Orang 5
Tukang Orang - -
Kulih Orang - -
Pekerjaan Sampingan
Peternak Orang 3
Buruh Orang - -
7. Kursus berternak yg pernah diikuti
Ya Pernah Orang 1 -
Tidak Pernah Orang 4 -
8. Pengalaman Beternak Tahun 65 13

8
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di Dusun Telaga Maluku,
Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata umur peternak 52 tahun dengan rata-rata pendidikaan
Sekolah Dasar dan rata-rata tanggungan keluarga sebanyaak 3 orang, berternak
merupakan pekerjaan sampingan dan pekerjaan pokoknya adalah buruh tani,
kemampuan berternak didapatkan dari pengalaman berternak selama belasan tahun,
walaupun peternak disana tidak pernah mengikuti kursus berernak apapun.

2.2 Pemilikan Ternak

Tabel 3. Pemilikan Ternak


PEMILIKAN TERNAK
NO PETE RNAK JENIS TERNAK JUMLAH TERNAK
1 Supriyadi Simental 4
2 Rusdi Simental 2
3 Jartab Limosin 2
4 Seniasih Brangus 7
5 Artini Limosin 2
Jumlah 17
Rata-rata 3,4

Dari data diatas, rata-rata peternak disana memelihara sapi Brangus dan Simental
dan tidak ditemukan sapi Bali di kandang kelompok Karya Mandiri yang kami dapatkan dari
peternak yang kami wawancara. Semua ternak yang ada disana memiliki total sapi 7 ekor
sapi Brangus dan 4 ekor sapi Simental

9
BAB III
MANAJEMEN KANDANG
3.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ternak
Tabel : 4. Tatalaksana Pemeliharaan
No Peternak Pemeliharaan Memandikan Frekuensi Hambatan dalam
Ternak Ternak Pemberian Pemeliharaan
Pakan
Iya, sewaktu-
1 I Intensif 2 Sakit
waktu
Iya, sewaktu-
2 II Intensif 2 -
waktu
Iya, sewaktu-
3 III Intensif 3 Sakit
waktu
Iya, sewaktu-
4 IV Intensif 2 Sakit
waktu
Iya, sewaktu-
5 V Intensif 3 -
waktu

Sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga, yaitu intensif, ekstensif dan semi
intensif. Pemeliharaan ternak secara intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan
cara dikandangkan secara terus-menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and
carry. Pemeliharaan secara ekstensif adalah pemeliharaan ternak di padang penggembalaan.
Sapi perlu dimandikan secara rutin untuk menjaga kebersihan tubuh dan mencegah muculnya
sarang penyakit pada tubuh sapi.. Sedangkan pemeliharaan secara semi intensif yaitu
pemeliharaan ternak didalam dan diluar kandang. Dan dapat dilihat atau disimpulankan
bahwa kelompok peterrnak sapi “Karya Mandiri” melakukan pemeliharaan dengan cara
dikandangkan atau di dalam kandang (intensif), serta pemberian pakan pun dilakukan
didalam kandang.

Dimana dalam peberian pakan yang dilakukan olek kelompok ternak tersebut
berkisaran 2-3 kali perharinya. Disisi lain untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dari
ternak tersebut, peternak memandikan ternak sapinya agar ternak nya tidak dijadikan sarang
penyakit oleh bakteri-bakteri yang ada tetapi pada kelompok peternak “Karya Mandiri”
ternaknya sewaktu- waktu untuk dimandikan. Akan tetapi dalam sistem pemeliharaan ini
peternak juga memiliki hambatan yang sangat besar dirasakan oleh kelompok peternak
“Karya Mandiri” yakni ternak di daerah tersebut mudah terkena penyakit karena ternaknya
jarang mandikan dan tidak diberikan vitamin.

10
3.2 Perkandangan
Tabel : 5. Perkandangan

Peternak Kepemilikan Panjang Lebar Luas (meter 2)


Kandang (meter) (meter)
I Kelompok 2 3 6
II Kelompok 2 3 6
III Kelompok 2 3 6
IV Kelompok 2 3 6
V Kelompok 2 3 6

Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung sapi dari gangguan cuaca, tempat
sapi beristirahat, dan mempermudah dalam pelaksanaan pemeliharaan pada sapi.Tipe
kandang berdasarkan bentuknya ada dua, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda.
Kandang tunggal terdiri atas satu baris kandang yang dilengkapi dengan lorong jalan dan
selokan atau parit. Kandang ganda ada dua macam yaitu sapi saling berhadapan (head to
head) dan saling bertolak-belakang (tail to tail) yang dilengkapi dengan lorong untuk
memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak.
Pada hasil pengamatan atau praktikum atau data yang diperoleh kepemilikan
kandang yang digunakan oleh kelompok peternak “Karya Mandiri” yaitu milik kelompok
tersebut, dengan luas 30 m2. Sedangkan kondisi kandang ternak sesuai dengang kandang
sapi intensif. Bahan bangunan kandang dari kayu (tanpa dinding), kandang hanya
menggunakan kayu dan beton sebagai tiang untuk menopong atap. Atap menggunakan
seng dan sebagian besar peternak menggunakan semen sebagai lantai dari kandangnya.

11
BAB IV
MANAJEMEN TERNAK
4.1 Struktur Populasi Ternak
Tabel : 6. Struktur Populasi Ternak

No. Nilai
Variabel Satuan
Jumlah Persentase %
1. Anak
Menyusui
Jantan Ekor 1 6,25
Betina Ekor 3 18,75
2. Anak
Sapihan
Jantan Ekor - -
Betina Ekor 4 25
3. Muda
Jantan Ekor -
Betina Ekor - -
4. Dewasa
Jantan Ekor 1 6,25
Betina Ekor 7 43,75
Jumlah 16 100
Rata-rata 4 -
Standar deviasi -

Dari data kelompok peternak sapi “Karya Mandiri” yakni dapat diketahui bahwa
populasi tenak yang ada Dusun Telaga Maluku, Desa Rempek, Kecamatan
Gangga,,Kabupaten Lombok Utara, dari beberapa peternak yang di wawancarai diketahui
memiliki ternak dengan total sebanyak 16 ekor sapi. Dari 16 ekor sapi semuanya adalah ada
anak menyusui sebesar 6,25 % jantan dan 18,75 % betina , anak sapihan sebesar 25% betina,
dan sapi dewasa 6,25% jantan dan 43,75% betina. Hal ini diketahui dengan melakukan
pengamatan gigi geligi pada ternak.

12
4.2 Produtivitas Ternak

Tabel : 7. Produktivitas Ternak

Berat badan
Umur Panjang Lingkar Tinggi
(kg)
No SEX Ternak Badan Dada Badan
Pita
(thn) (cm) (cm) (cm) Rumus
Ukur
1 Betina 3 bulan
2 Betina 6 bulan
3 Betina 6 bulan
4 Betina 3 bulan
5 Betina 8 bulan
6 Betina 4 tahun 180 176 148
7 Betina 4 bulan
8 Betina 8 bulan
9 Betina 2-3 tahun
10 Betina 2-3 tahun
11 Betina 2-3 tahun
12 Betina 3-4 tahun
13 Betina 3-4 tahun
14 Betina 7 tahun
15 Jantan 2 tahun
16 Jantan 6 bulan
Jumlah
Rata-rata

Standar deviasi

Produktifitas ternak merupakan salah satu faktor yang menunjukkan berhasil atau
tidaknya suatu usaha peternakan baik pada penggemukan atau pembibitan.Penggemukan
sapi adalah usaha memacu pertumbuhan sapi untk mencapai peningkatan bobot badan
pada fase pertumbuhan yang tepat. Sistem penggemukan terdiri dari tigamacam, yaitu
13
dry lot fattening, pasture fattening , dan kombinasi antara keduanya. Sedangkan arti
pembibitan adalah suatu tindakan peternak untuk menghasilkan ternak bibit, dimana
yang dimaksud dengan ternak bibit adalah ternak yang memenuhi persyaratan dan
karakter tertentu untuk dikembangbiakan dengan tujuan standar produksi sesuai kinerja
yang ditentukan. Pada peternakan yang berbasis peternakan rakyat terutama yang
diterapkan oleh peternak kelompok “Karya Mandiri” masih dalam berbasis tradisional
atau secara sederhana.

Peternakan sebagian besar di masyarakat khususnya di lombok masih terbilang


sederhana dan trdisional yaitu sebagai pekerjaan sampingan dan pada pengamatan kami
atau dari data yang diberikan sebagian besar peternak di pulau lombok terutama
kelompok peternak “Karya Mandiri” melakukan usaha pembibitan untuk
memperbanyak, jika sewaktu-waktu dibutuhkan akan di jual dan bisa juga sebagai
tabungan. Dari data diatas dapat dilihat dari lingkar dada sapi tersebut bahwa produksi
atau bobot badan dari sapi-sapi peternak kelompok “Karya Mandiri” sudah baik karena
memiliki rata-rata bobot badan 165,25 kg sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas
ternak sapi di kelompok “Karya Mandiri” sudah memenuhi rata-rata.

Produktivitas Ternak di kelompok ternak “Karya Mandiri” rata-rata bagus karena


setiap tahun ternaknya melahirkan dan ternak tidak ada yang mati. Untuk itu
pengembangan peternak di “Karya Mandiri” harus mendapat perhatian dari pemerintah
agar peternak dapat meningkatkan produktivitas ternaknya lebih tinggi. Untuk itu peran
Dinas Peternakan sangat penting guna mengembangkan kemampuan beternak
masyarakat baik dalam memberikan pelatihan tentang beternak.

4.3 Perkawinan
Tabel 8. Perkawinan
No Variabel I II III IV V

1. Kapan ternak Sepanjang Musim Sepanjang Musim Sepanjang


kawin Tertentu Tahun Tertentu Tahun
tahun

2. Cara kawin Suntik Suntik Suntik Suntik Suntik


ternak

14
3. Tempat terjadi Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang
perkawinan

4. Apakah - - - - -
menyewa
pejantan

5. Apakah Ya Ya Ya Ya Ya
mengetahui
gejala birahi

6. Birahi setelah 2 bulan 2-3 bulan 2 bulan 4 bulan 3 bulan


beranak (hr)

Dari pengambilan data yang dilakukan pada kelompok peternak di “Karya


Mandiri”, perkawinan ternak biasanya terjadi sepanjang tahun dan juga ada perkawinan
pada musim tertentu, Sedangkan cara perkawinkan menggunakan kawin suntik semua
dikarenakan didesa tersebut kekurangan pejantan, dengan harga Rp.150.000/sekali
ejakulasi. Tempat terjadinya perkawinkan ternak biasanya di kandang sehingga
inseminator lebih mudah dalam melakukan penyuntikan atau melakukan IB dengan baik.
Pada saat ternak dikawinkan sehingga terjadi kebuntingan yaitu satu kali terjadi
penyuntikan. Sebelum melakukan IB terhadap ternaknya, peternak mengetahui gejala
birahinya dan segera berusaha mengawinkan ternaknya. Biasanya ternak timbul birahi
pertama pada saat 2–4 bulan setelah beranak. Umur ternak betina di afkir/dijual sekitar 8
tahun.

15
BAB V

MANAJEMEN PAKAN

5.1 Jenis, Asal, Frekuensi Pemberian Pakan Ternak


Tabel 9. Jenis, Asal, Frekuensi pemberian pakan

Jumlah pakan
Bahan Asal
(kg/ekor/hari) Sisa
Pakan
Anak Muda Dewasa Beli Tanam Cari
Rumput
Lapangan
Rumput
Unggul
Legume
Limbah
Konsentrat
Pakan
Penguat

Sumber pakan untuk ternak yang mereka pelihara masih dengan cara mencari pakan
sendiri dengan menghemat biaya tidak membeli, setiap hari peternak mencari pakan disawah
atau ladang dengan jenis pakan “ Rumput Lapangan, Rumput Unggul dan Legum. Peternak
kelompok “Karya Mandiri” memberikan pakan biasanya 2 sampai 3 kali dalam sehari.
Pemberian pakan untuk peternak yang menggunakan frekuensi pemberian 3 kali sehari
biasanya dilakukan pada pagi,siang,sore, sedangakan untuk peternak yang melakukan
pemberian pakan dengan jumlah frekuensi 2 kali sehari dilakukan pada siang dan menjelang
malam. Pakan yang biasa diberikan adalah rumput lapangan dan rumput unggul. Selain itu,
ada beberapa peternak yang memberikan dedak dan garam kepada ternaknya, tetapi itu
dilakukan sewaktu- waktu. Adapun jumlah pakan yang diberikan setiap hari adalah satu
sampai dua karung. Dalam satu karung itu rata-rata berat pakannya adalah 30 kg.

16
M

ANAJEMEN P EMASA RAN / ANA LI SA

BAB VI
MANAJEMEN PEMASARAN/ANALISA EKONOMI

6.1 Pendapatan Bersih Peternak


Tabel 10. Pendapatan Bersih Peternak
Komponen Unit/Vol (satuan) Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)
A. PENERIMAAN
Penjualan ternak 5 16.000.000 80.000.000
Penjualan kotoran 2 750.000 1.500.000
Ternak akhir perhitungan 0
Ternak dipotong 0
Pengembalian ternak 0
Ternak kerja 0
Jumlah Penerimaan 81.500.000
B. PENGELUARAN (BIAYA VARIABEL)
Bakalan/bibit 1 19.000.000 19.000.000
Pakan 1 200.000 200.000
Obat-obatan 0
Tenaga kerja 0
Bunga variable 0
Perkawinan ternak 5 100.000 500.000
Pertolongan beranak 3 100.000 300.000
Lain-lainnya
Jumlah Pengeluaran/Variabel 20.000.000
C. BIAYA TETAP
Penyusutan kandang 5 840.000 4.200.000
Penyusutan alat 5 840.000 4.200.000
Lainnya 0
Jumlah Biaya Tetap 8.400.000
D. TOTAL BIAYA (B+C) 28.400.000
E. PENDAPATAN BERSIH (A-D) 53.100.000

Dari data yang diperoleh dari kelompok peternak “Karya Mandiri” bisa dikatakan
bahwa untuk biaya Variabel (biaya tidak tetap) yang termasuk biaya bakalan/bibit , biaya
untuk perkawinan ternak, dan lain-lain. Pakan hijauan sebenarnya tidak dibeli, tetapi ada
salah satu peternak membeli pakan dalam bentuk konsentrat. Untuk biaya perkawinan
peternak harus membayar biaya IB atau suntik, Juga untuk membayar biaya pertolongan
beranak. Disamping itu, peternak juga mengeluarkan biaya untuk pengadaan kandang,
pengadaan peralatan dan lain-lain.
Berdasarkan hasil prolehan data dari peternak rata-rata pada tahun ini para peternak
hanya dapat menjual ternak sapinya 1-5 ekor dan penjualannya pun tidak menentu
17
tergantung kondisi ternak maupun kondisi perekonomian peternaknya sendiri. Dapat
dilihat bahwa hasil penjualan atau menerima pemasukan dari kelompok “Karya Mandiri”
mencapai Rp. 81.500.000,00, sedangkan untuk pengeluaran nya mencapai Rp.
28.400.000,00. Dimana untuk penghasilan bersihnya mencapai Rp. 53.100.000,00.

Dari hasil pendapatan peternak, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya usaha


peternakan sapi sangat menjanjikan, hanya saja perlu manejemen yang bagus untuk
meningkatkan produktivitas lebih efisien.

18
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan dari hasil data praktikum Manejemen
Ternak Potong dan Kerja di kelompok ternak sapi "Karya Mandiri" Kecamatan Gangga,
Kabupaten Lombok Utara sebagai berikut yaitu rata-rata ternak yang dipelihara adalah dari
kadasan dan ada beberapa yang dibeli dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Dalam sistem Pemeliharaan ternak dilakukan dengan cara dikandangkan, sehingga semua
kebutuhan ternak akan disediakan oleh peternak dan dalam praktek lapangan ini ada
beberapa hal yang harus diamati dan kerjakan.
Tatalaksana pemeliharaannya adalah dikandangkan dan diikat secara terus menerus. Sistem
perkandangannya menggunakan tipe dan kesehatan ternak cukup bagus. Tatalaksana
perkembangbiakan menggunakan inseminasi buatan (IB). Usaha peternakan sapi ini dapat
dikatakan menjanjikan jika memiliki pengaturan menejemen yang bagus. Permasalahan
utama dalam usaha peternakan adalah ternaknya muah terkena penyakit karena ternaknya
jarang dimandikan sehingga mudah diserang bakteri, serta tidak diberikan vitamin.

7.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebaiknya dalam praktikum ini dibutuhkan Co.
asst untuk membimbing praktikan agar praktikum berjalan dengan baik dan lancar.

19
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka
: Jakarta
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University Gadjah Mada
Press : Yogyakarta.
Darmono, 1992. Manajemen Usaha Ternak Potong. PT Gramedia : Jakarta
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional Peternakan
dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Dharmmesta, B. S. dan T. H. Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran. BPFE. Yogayakarta.
Soeprapto, H. dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia.
Murtidjo, 1990. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta
Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai