OLEH :
LA ODE AJUDARSIN
L1A119009
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
Kata Pengantar
Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen ternak
potong dapat di selesaikan dengan baik. Meskipun banyak kekurangan
didalamnya tetapi penulis sangat berterima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen Mata
Kuliah Manajemen Pastura yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap agar makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan Manajemen ternak potong. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,senantiasa mengharapkan kritik,
saran dan ulasan demi perbaikan maupun penyempurnaan makalah yang di buat
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membagun.
La ode ajudarsin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging sapi merupakan salah satu sumber protein yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat di Indonesia. Kebutuhan daging sapi sebagai salah sau sumber pemenuhan gizi
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya gizi yang bersumber dari protein hewani yang seimbang. Hal tersebut merupakan
kemajuan yang perlu diimbangi dengan upaya pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan daging yaitu dengan meningkatkan produksi,
populasi dan produktivitas sapi potong.
Salah satu faktor produksi yang perlu diperhatikan yaitu manajemen pemelihan bibit sapi
potong. Pemilihan bibit akan menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya
mendukung terpenuhinya kebutuhan daging sapi, sehingga diperlukan upaya yang
maksimal dalam pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan. Untuk
menjamin ketersediaan sapi potong dan menjamin keberlanjutannya maka dibutuhkan bibit
sapi potong yang berkualitas secara berkesinambungan.
Kemampuan penyediaan atau produksi bibit sapi potong di nusantara masih sangat perlu
ditingkatkan dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk pemenuhan kebutuhan tersebut perlu
adanya partisipasi dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat peternak dan stakeholders
terkait. Pemerintah mendorong dan membina usaha pembibitan sapi potong secara
menyeluruh baik pada usaha peternakan rakyat, swasta, maupun di Unit Pelaksana Teknis
milik pemerintah. Salah satu pelaku usaha pembibitan yaitu peternak, peternak memiliki
peranan yang penting dalam penyediaan bibit nasional karena lebih dari 95% sapi potong
dimiliki dan dipelihara oleh masyarakat tersebut. Dalam pengembangan pembibitan sapi
potong masih perlu perbaikan manajemen antara lain pemuliabiakan ternak yang terarah dan
berkesinambungan sehingga mampu memproduksi bibit sesuai standar yang ada.
Pemilihan bibit sapi potong perlu mendapat perhatian khusus agar menghasilkan bibit
terbaik. Untuk memperoleh bibit ternak berkualitas unggul dan bermutu tinggi diperlukan
proses yang tepat dalam manajemen pemeliharaan, pemuliabiakan (breeding), pakan dan
kesehatan hewan ternak. Produksi bibit ternak tersebut diarahkan agar dapat menghasilkan
bibit ternak yang memenuhi persyaratan mutu untuk didistribusikan dan dikembangkan lebih
lanjut oleh instansi pemerintah, masyarakat maupun badan usaha lainnya yang memerlukan
dalam upaya pengembangan peternakan secara berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pakan hijauan dapat berpengaruh terhadap kadar lemak susu ?
2. Bagaimana pemberian hijauan yang baik untuk meningkatkan kualitas susu dilihat dari
kadar lemaknya ?
BAB II
PEMBAHASAN
Perbibitan sapi nasional dalam sistem produksinya masih tergantung pada petemakan
rakyat baik bibit sapi betina maupun sapi jantan. Bibit sapi jantan terbanyak masih berupa
pejantan untuk di kawin silang dan sebagian kecil berupa semen beku yang dihasilkan BIB
Lembang dan BIB Singosari. Pejantan unggul yang digunakan untuk menghasilkan semen
beku masih bergantung pada sapi-sapi jantan import. Untuk pejantan sapi lokal, semen sapi
yang diproduksi yaitu sapi Bali, sapi Madura dan sapi Ongole. Hanya pejantan sapi Bali yang
merupakan hasil seleksi melalui program P3Bali. Perdagangan sapi bibit lebih banyak secara
regional dan penghargaannya sama dengan semua sapi yaitu hanya didasarkan pada bobot
hidup, belum ada ukuran mutu genetik yang riil. Perdagangan bibit sapi antar pulau hanya
didasarkan pada tinggi pundak. Sebenarnya dilihat dari program pada tingkat makro, pola
pengembangan pembibitan sapi pedaging nasional sudah cukup bagus. Akan tetapi uraian
pelaksanaannya dalam program ditingkat yang lebih rendah masih sangat tertinggal dan
kurang operasional. Program-program yang ada masih terlalu berorientasi pada proyek dan
pemerataan, sehingga tidak menghasilkan pertisipasi petemakan dan tidak muncul kreativitas
kearah kemandirian (Siregar,2000).
Untuk memperoleh bibit ternak yang unggul diperlukan sistem pemeliharaan yang baik.
Pemeliharaan persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memelihara ternak sapi
potong adalah membersihkan kandang dengan desinfeksi. Demikian juga dalam penggunaan
alat harus memenuhi baik faktor higienis, keamanan ternak maupun efisiensi.
Induk yang sedang bunting sama dengan sapi yang sedang berproduksi, membutuhkan
makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin. Induk bunting harus
dipisahkan dengan kelompok sapi yang tidak bunting dan pejantan. Semua induk bunting
hendaknya dikumpulkan menjadi satu. Apabila sudah dekat masa melahirkan harus
dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih, kering, dan terang. Hal lain yang perlu
diperhatikan ialah lantai kandang yang harus diberi alas dengan dengan jerami atau rumput.
Jika “pedet” (anak sapi umur 0 – 8 bulan) sewaktu membersihkan lendir pada tubuh, peternak
harus menekan-nekan dada pedet untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar
dipotong, disisakan sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium tincture 10
persen. Tiga puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai bisa berjalan dan
menyusu pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring harus diberi alas jerami atau
rumput kering yang bersih dan hangat.
Menurut (Anonimb 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Secara Ekstensif
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai
padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan, dan Aceh. Sepanjang
hari sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya
dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.
3.2. SARAN
Mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah harus mengikuti dengan baik agar ap yg di
sampaikan dosen dapat di tangkap
DAFTAR PUSTAKA