Anda di halaman 1dari 4

Laporan Praktikum I Abatoir Dan Teknologi Pemotongan Ternak

RUMAH POTONG HEWAN

OLEH:
NAMA : RISMA WILASAKTI RIWASA
STAMBUK : L1A119097
KELAS :C
AST.PEMBIMBING:

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.Demikian pula pembangunan nasional

di sektor peternakan yang bertujuan meningkatkan taraf dan pendapatan masyarakat

peternakan agar tercapainya pembangunan Indonesia seutuhnya.Sejalan dengan era

globalisasi dan lajunya pertumbuhan penduduk dewasa ini dapat di lihat pada

pembangunan ekonomi khususnya di sektor peternakan, khususnya ternak potong.

Kebutuhan masyarakat terhadap produk industi peternakan semakin

meningkat (termasuk produk industri hasil pertanian dalam hal ini khususnya

peternakan). Daging adalah salah satu produk industri peternakan yang dihasilkan

dari usaha pernotongan hewan. Menurut ketentuan pemerintah yang tertuang dalam

peraturan pemerintah No 22 tahun 1983, tentang kesehatan masyarakat veteriner,

maka pemotongan hewan hams dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan (WH)

atau ternpat pemotongan hewan lainnya yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang,

kecuali dalam keadaan tertentu seperti untuk keperluan upacara adat agama dan

pernotongan darurat.

Pangan asal hewan perlu diawasi untuk menjamin masyarakat agar

memperoleh daging yang layak untuk dikonsumsi. Daging merupakan bahan pangan

yang memiliki potensi biologi, fisik dan kimia yang dapat terjadi selama proses

penyediyaannya dari pemotongan hingga tersaji di meja makan. Untuk


menanggulangi hal tersebut, maka diperlukan perhatian khusus dalam penerapan

kebersihan dan sanitasi selama proses.

Tahapan yang penting dalam penyedia bahan pangan asal hewan terutama daging

yang berkualitas dan aman adalah tahap di rumah potong hewan.RPH adalah suatu

kompleks bangunan yang mempunyai desain dan kontruksi khusus yang digunakan

sebagai tempat pemotongan hewan. Ketentuan mengenai RPH diatur dalam SK

Menteri Pertanian No. 555/Kpts/TN.240/9/1986 dan ditetapkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 01-6159-1999 tentang rumah pemotongan hewan. RPH merupakan

unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh da halal,

sebagai tempat pemotongan hewan yang benar, sebagai tempat pemantauan dan

survailans penyakit hewan serta zoonosis.

Penanganan yang baik terhadap ternak diharapkan agar dapat menghasilkan

produk daging yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Aman dimaksudkan agar

daging yang dikonsumsi bebas dari bibit penyakit, sehat dimaksudkan daging

memiliki zat-zat yang berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan. Utuh adalah daging

tidak dicampurkan dengan bagian lain dari hewan tersebut atau hewan lain, dan halal

adalah hewan dipotong sesuia dengan syari’at agama islam.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk melihat secara langsung

teknik pemotongan ternak di lokasi TPH dan juga untuk melihat keadaan lokasi TPH

serta pemotongan yang ASUH.

1.3. Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah agar melihat secara langsung

teknik pemotongan ternak di lokasi TPH dan juga untuk melihat keadaan lokasi TPH

serta pemotongan yang ASUH.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian RPH

Rumah potong hewan adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan

desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan selain ungags bagi

konsumsi masyarakat luas (Manual kesmavet 1993).

Usaha pemotongan hewan adalah kegiatan – kegiaran yang dilakukan oleh

perorangan atau badan hokum yang melaksanakan pemotongan hewan selain ungags

di rumah pemotongan hewan milik sendiri atau milik pihak lain atau menjual jasa

pemotongan hewan (manual kesmavel, 1993).

Anda mungkin juga menyukai