POTONG UNGGAS
oleh:
KELOMPOK 3
1. PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena
mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air,
mineral dan vitamin (Sarassati dan Agustina, 2015). Kebutuhan daging di Indonesia sangat
tinggi, daging yang umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai jenis ternak
potong salah satunya unggas seperti ayam. Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi, karena mengandung protein dan asam amino esensial, lemak dari asam
lemak esensial, vitamin dan mineral yang sangat baik untuk pertumbuhan manusia
(Kusumaningrum et al., 2013). Tingginya kebutuhan daging ayam pada masyarakat memberi
peluang pada industri, yang dibentuk dalam usaha Rumah Pemotongan Unggas.
Rumah potong hewan adalah komplek bangunan dengan disain dan konstrukst khusus
yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat
memotong hewan untuk konsumsi masyarakat umum. Rumah potong unggas adalah komplek
bangunan dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis
tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong Unggas atau ayam bagi konsumsi masyarakat
umum (Santa et al., 2017).
2. PEMBAHASAN
Rumah Pemotongan Hewan adalah kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat
memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat. Dalam Standar Nasional
Indonesi (SNI) Rumah Pemotongan Unggas (RU) adalah kompleks bangunan dengan desain dan
konstruksi khusus yang memenuhi persvaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan
sebagai tempat memotong unggas bagi masyarakat umum.
Tujuan pemotongan unggas adalah untuk memenuhi kebutuhan daging unggas khususnya
ayam bagi masyarakat. Dalam penyediaan daging ayam tersebut pada umumnya dilakukan
melalui rumah potong unggas (RPU) atau rumah potong ayam (RPA), baik yang terkoordinir
maupun yang tidak terkoodinir oleh pemerintah. Dalam penyediaan daging tersebut harus
memenuhi persvaratan aman dan lavak untuk dikonsumsi. Di Indonesia sendiri dalam
penyediaan daging harus memenuni persyaratan Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
a. Dicegah ayam terluka atau memar karena bersinggungan keras dengan sesamanya
karena kepadatan di dalam atau ada benda tajam di dalam keranjang/krat.
b. Dilakukan pemeriksaan secara individual ayam/unngas sebelum dimuat ke dalam
keranjang/krat. Sebelum alat angkut diberangkatkan dari peternaka, kendaraan dalam
posisi stabil.
c. Disertai identitas surat keterangan asal dari Dinas setempat dan surat keterangan
kesehatan ayam dari dokter hewan berwenang bahwa ayam/unngas sehat dan telah
menerapkan prinsip kesejahteraan hewan.
d. Dilakukan tindakan pertolongan pertama, apabila ayam stres karena kepanasan
dengan penyeprotan air atau ditutup bagian atas apabila hujan.
1. Antemortem
Secara umum tujuan pemeriksaan antemortem adalah untuk menentukan apakah hewan
potong benar-benar sehat, sehingga dagingnya tidak mengganggu kesehatan manusia yang
memakannya (misalnya membuat orang sakit perut, demam, diare, keracunan atau bahkan
menyebabkan kematian). Pemeriksaan antemortem pada ayam meliputi pemeriksaan keaktifan
ayam, kebersihan bulu, kebersihan mulut hidung dan kloaka, pernafasan dan pergerakan kepala.
Pemeriksaan antemortem perlu dilakukan si hewan yang akan dipotong, mendapatkan
informasi klinis yang dapat dipakai untuk diagnose penyakit, untuk menyelamatkan hewan yang
trauma dan memerlukan pemotongan darurat, untuk mengidentifikasi hewan sakit yang diterapi
menggunakan antibiotik (Rohyati et al., 2017).
Hasil pemeriksaan antemortem dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
Terdapat beberapa rekomendasi hail akhir pemeriksaan antemortem tersebut menyatakan
bahwa ayam dapat dipotong tanpa ada perlakuan, jika hasil pemeriksaan antemortem
menyatakan ayam sehat/normal.
Untuk ayam yang ditolak harus dipisahkan pada keranjang dengan tanda khusus, dan
dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Untuk penundaan penyembelihan atau pemotongan dilakukan terakhir, jika hasil
pemeriksaan antemortem menunjukkan bahwa ayam memiliki kelainan atau gejala
penyakit saluran pernapasan atas (CRD, snot, dsb). Selain pemotongan yang
ditunda/diakhirkan untuk kasus ini sebaiknya diberikan perlakuan atau penanganan
tambahan pada saat pencucian karkas, yaitu dengan menambahkan sanitaiser (umumnya
menggunakan klorin dengan konsentrasi yang dipersyaratkan, yaitu maksimum 50 ppm)
dan ditolak untuk dipotong, jika hasil pemeriksaan antemortem mengarah ke HPAI dan
Salmonellosis.
2. Postmortem
Pemeriksaan postmortem adalah pemeriksaan kesehatan jeroan dan karkas ayam setelah
disembelih yang dilakukan oleh dokter hewan penanggung jawab teknis atau tenaga pemeriksa
daging dibawah pengawasan dokter hewan penanggung jawab teknis. Tujuan pemeriksaan
antemortem secara umum tujuan pemeriksaan postmortem adalah untuk meneguhkan diagnosa
antemortem. mendeteksi dan mengeliminasi kelainan-kelainan pada karkas, selingga karkas
tersebut aman dan layak dikonsumsi.
3. KESIMPULAN
Rumah Pemotongan Unggas (RU) adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persvaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat
memotong unggas bagi masyarakat umum. Setiap rumah potong hewan harus memenuhi
beberapa persyaratan diantaranya persyaratan lokasi, persyaratan sarana, dan juga persyaratan
peralatan. Setiap hewan ungags yang masuk kedalam rumah potong hewan harus melalui
distribusi berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pada rumah potong unggas. Unggas yang
masuk ke rumah potong unggas harus dilakukan pemeriksaan antemortem terlebih dahulu
sebelum dilakukan penyembelihan. Setelah penyembelihan dilakukan, selanjutnya dilakukan
pemeriksaan postmortem. Pemeriksan ini bertujuan untuk memastikan daging hewan yang
disembelih pada rumah potong hewan layak untuk diedarkan dan tidak membahayakan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrum, A., Widyaningrum, P. dan Mubarok, I. (2013) Penurunan total bakteri daging
ayam dengan perlakuan perendaman infusa daun salam (Syzygium polyanthum).
Indonesia Journal of Mathematics and Natural Sciens, 36(1): 1-6.
Rohyati, E., Ndoen, B., dan Penu, C. L. (2017) Kajian kelayakan operasional rumah pemotongan
hewan (RPH) oeba pemerintah kota Kupang Nusa Tenggara Timur dalam menghasilkan
daging dengan kualitas ASUH. Partner, 17(2): 162-171.
Santa, N. M., Kalangi, J. K., Adiani, S., dan Soputan, J. (2017). Kajian Rumah Potong Unggas
Sebagai Subsistem Agribisnis Di Kota Bitung. Seminar Nasional Hasil Penelitian
Agribisnis I FP Unigal.
Sarassati, T. dan Agustina, K. K. (2015) Kualitas daging sapi Wagyu dan daging sapi bali yang
disimpan pada suhu 19°C. Indonesia Meidcus Veterinus, 4(3): 178-185.