Anda di halaman 1dari 4

Nama: Aldes Ryandhy Pratama S

NIM: 19-187
Kelas: 4
Mata Kuliah Higiene

1. Apa yang dimaksud dengan Tempat Pemotongan Unggas?


Tempat potong unggas( TPU) yaitu sebuah bangunan yang desain dan
konstruksinya telah memenuhi persyaratan teknis serta digunakan sebagai tempat
memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum. Membangun TPU memerlukan
persyaratan lokasi dan sarana yang cukup memadai, hal ini tercantum dalam SNI 01-
6160-1999. TPU merupakan industri peternakan yang melakukan pemotongan ayam
hidup dan diolah menjadi karkas ayam siap dikonsumsi oleh konsumen. Limbah padat
TPU relatif lebih mudah ditangani dibanding dengan limbah cair. Limbah padat yang
berupa bulu ayam yang dapat diolah kembali, seperti bulu ayam yang dijadikan
sebagai alat pembersih debu. Selain itu, isi perut seperti hati, ampela, dan usus dapat
diolah serta dikonsumsi kembali oleh masyarakat (SNI, 1999).
Lokasi TPU modern maupun tradisional harus jauh dari polusi, jauh dari permukiman,
dan tidak mencemari lingkungan. Namun masih terdapat TPU dalam skala kecil yang
berada dipinggiran jalan raya. Sentuhan inovasi teknologi yang kurang memadai dan
kurang memperhatikan sanitasi pada alat-alat pemotongan membuat penyembelihan
unggas di TPU tradisional sebagian besar menghasilkan karkas ayam yang bermutu
rendah. Untuk menghasilkan karkas unggas yang bermutu tinggi, unggas
diistirahatkan selama 12-24 jam sebelum disembelih. Hal ini dilakukan untuk
menghindari ayam menjadi stres. Bakteri dan mikroorganisme dapat tumbuh subur
pada unggas yang berada dalam kondisi stres. Hal ini disebabkan karena terdapat
perubahan glikogen menjadi asam laktat yang mengakibatkan pH daging turun
menjadi 5-6 dan hal ini dapat merusak daging (SNI, 1999).

2. Apa yang menjadi dasar afkir daging?


Disetujui, sebagai layak dikonsumsi dengan peredaran di wilayah terbatas pada
daerah tertentu, karena upaya mencegah penyebaran penyakit hewan menular lebih
luas (simbul L); dan
 Tidak dapat digunakan konsumsi padaorgan pada katagori penyakit tertentu seperti
spesifik risk material pada kasus penyakit BSE (simbul ...).
Seluruh simbul tersebut untuk memudahkan pengenalan guna pengambilan keputusan
dan pelacakan (trace back) yang dicatat dalam buku khusus serta sebaiknya dibagi
beberapa katagori berupa kelompok sebagai berikut:
1. Temuan Umum
2. Daftar topgraphi dan kelainan:
2-1 Infeksi umbilical
2-2 Penyakit sistim persyarafan
2-3 Penyakit jantung dan pembuluh darah
2-4 Penyakit sistim pernafasan
2-5 Penyakit selaput pembungkus
2-6 Penyakit saluran pencernaan
2-7 Penyakit penggantung alat pencernaan
2-8 Penyakit hati
2-9 Penyakit saluran kencing
2-10 Penyakit alat reproduksi betina dan sebab penyakit yang menyertainya.
2-11 Penyakit kelamin jantan
2-12 Penyakit ambing
2-15 Penyakit kulit.
3. Daftar penyebab penyakit:
3-1 Penyakit parasit
3-2 Penyakit protozoa
3-3 Penyakit bakteri dan penyebabnya
3-4 Penyakit virus
3-5 Penyakit menular yang tidak tahu sebabnya
3-7 Penyakit jamur.
Disposisi keputusan dan tanda kendali
Setelah ada keputusan daging layak dikonsumsi manusia, maka diperlukan tanda
berupa stempel yang menunjukan bahwa telah diperiksa sebagai alat kendali.
Ukuran dan bentuk serta kata-kata pada stempel dan label harus menunjukan identitas
RPH, ternak yang sisembelih, kode dokter hewan pemeriksa. Penggunaan tinta
stempel harus sesuai ketentuan layak pangan(food grade).
Apabila bagian organ, karkas atau bagian lain dari daging yang masih diperlukan
perlakuan khusus harus distempel tersendiri. Sedang untuk organ, karkas atau bagian
lainnya yang tidak layak dikonsumsi harus diberikan tanda tinta berwarna biru dengan
cara dicatkan pada masing-masing bagian tersebut dan ditempatkan pada wadah
penampungan tersendiri untuk dimusnahkan.

3. Mengapa lokasi RPH harus lebih rendah dari pemukiman?


Lokasi RPH harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) dan
Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) atau daerah yang direncanakan
diperuntukkan sebagai area agribisnis. Lokasi RPH harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu dan kontaminan
lainnya.
b. Tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan.
c. Letaknya lebih rendah dari pemukiman
d. Mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan pemotongan hewan dan
kegiatan pembersihan serta desinfeksi.
e. Tidak berada dekat industri logam dan kimia.
f. Mempunyai lahan yang cukup untuk pengembangan RPH
g. Terpisah secara fisik dari lokasi kompleks RPH babi atau dibatasi dengan pagar
tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter untuk mencegah lalu lintas orang, alat
dan produk antar rumah pemotongan.
Rumah Pemotongan Hewan harus dilengkapi dengan sarana/prasarana pendukung
yang meliputi:
a. Akses jalan yang baik menuju RPH yang dapat dilalui kendaraan pengangkut
hewan yang akan disembelih dan kendaraan daging
b. Sumber air yang memenuhi persyaratan baku mutu air bersih dalam jumlah cukup,
paling kurang 1000 liter/ekor/hari;
c. Sumber tenaga listrik yang cukup dan tersedia terus menerus
d. Fasilitas penanganan limbah padat dan cair

Kompleks RPH harus dipagar, dan harus memiliki pintu yang terpisah untuk
masuknya hewan potong dengan keluarnya karkas dan daging. Bangunan dan tata
letak dalam komplex RPH meliputi :
a. Bangunan utama.
b. Area penurunan hewan (unloading) sapi dan kandang penampungan/kandang
istirahat
hewan.
c. Kandang penampungan khusus ternak ruminansia betina produktif.
d. Kandang isolasi.
e. Ruang pelayuan berpendingin (chilling room).
f. Area pemuatan (loading) karkas/daging.
g. Kantor administrasi dan kantor dokter hewan.
h. Kantin dan musholla.
i. Ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi (loker)/ ruang
pengganti pakaian.
j. Kamar mandi dan WC.
k. Fasilitas pemusnahan bangkai dan/ atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan atau
insinerator.
l. Sarana penanganan limbah.
m. Rumah jaga (satpam).
Dalam komplek RPH yang menghasilkan produk akhir daging segar dingin (chilled)
atau beku (frozen) harus dilengkapi dengan:
a. Ruang pelepasan daging (deboning room) dan pemotongan daging (cutting room).
b. Ruang pengemasan daging (wrapping and packing).
c. Fasilitas freezer (-180 C) dan blast freezer (-400 C).
d. Gudang dingin (cold storage).
e. Untuk RPH berorientasi ekspor dilengkapi dengan laboratorium sederhana.
Bangunan
Bangunan utama RPH harus memiliki daerah kotor yang terpisah secara fisik dari
daerah bersih. Daerah kotor meliputi:
a. Area pemingsanan atau perebahan hewan, area pemotongan dan area pengeluaran
darah.
b. Area penyelesaian proses penyembelihan yaitu ruang pemisahan kepala, ke empat
kaki sampai metatarsus dan metakarpus, pengulitan, pengeluaran isi dada dan isi
perut.
c. Ruang untuk jeroan hijau (rumen, retikulum, omasum, abomasum, intestinum).
d. Ruang untuk jeroan merah (hati, jantung, paru-paru, ginjal, limpa).
e. Ruang untuk kepala dan kaki.
f. Ruang untuk kulit.
Daerah bersih meliputi area :
a. Pemeriksaan post mortum.
b. Penimbangan karkas.

c. Pengeluaran (loading) karkas/daging.


Desain dan konstruksi dasar seluruh bangunan dan peralatan RPH harus dapat
memfasilitasi penerapan cara produksi yang baik dan mencegah terjadinya
kontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai