TINJAUAN PUSTAKA
Rumah pemotongan unggas adalah kompleks bangunan dengan desain dan kontruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat
memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum. Unggas yang dipotong adalah setiap jenis
burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa,
burung dara dan burung puyuh (Anonimous, 2012).
RPA modern umumnya memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan RPA tradisional.
Umumnya RPA modern memiliki produk karkas yang lebih baik daripada RPA tradisional. Hal
tersebut dikarenakan RPA modern menggunakan alat yang lebih modern dalam memproses
ayam menjadi karkas. Contohnya adalah alat pemingsan, alat tersebut digunakan untuk
memingsankan ayam pada saat akan disembelih. Tujuannya untuk mengurangi stres dan untuk
mengurangi terjadinya patah pada sayap saat penyembelihan sehingga karkas yang dihasilkan
memiliki kualitas yang lebih baik (Anonimous, 2013).
Hazard Analyze Critical Control Point (HACCP) adalah titik kritis yang dapat
mempengaruhi kualitas suatu produk. HACCP pada RPA meliputi bangunan, ruangan, dan
peralatan yang digunakan.HACCP umunya dilakukan pada RPA modern saja, dan hanya sedikit
saja RPA tradisional yang menerapkan HACCP. Hal tersbut dikarenakan kurangnya kesadaran
pemilik atau pengelola RPA tradisional.
Daging berkualitas baik ditentukan oleh faktor perlakuan sebelum dan sesudah
pemotongan. (Indonesia Rumah Ternak, 2009) Daging memiliki cita rasa yang enak di lidah
pengkonsumsinya, hal ini dikarenakan adanya marbling dalam daging tersebut. Marbling
menjadikan daging terasa empuk atau terasa “maknyos” dalam bahasa popular sekarang, karena
berperan sebagai bahan pelumas pada saat daging dikunyah dan ditelan, juga berpengaruh
terhadap sari minyak dan aroma dari pada keempukan daging tersebut. (Indonesia Rumah
Ternak, 2009) Pelaku bisnis yang terlibat dalam proses pemotongan ayam hingga perdagangan
daging ayam sangat banyak dan beragam tingkat pendidikannya, sehingga penyimpangan dalam
penanganan dan perdagangan daging ayam sering ditemui di tempat Pemotongan Ayam (TPA)
atau di pasar.
Lokasi Rumah Pemotongan Unggas perlu memenuhi syarat sebagai berikut:
· Tidak bertentangan dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR), Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) setempat dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK).
· Tidak berada di bagian kota yang padat penduduknya serta letaknya lebih rendah dari
pemukimam penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan.
· Tidak berada dekat industri logam dan kimia, tidak berada di daerah rawan banjir, bebas dari
asap, bau debu dan kontaminan lainya.
· Memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan Rumah Pemotongan Unggas (SNI,
1999).
Kompleks Rumah Pemotongan Unggas minimal harus terdiri dari bangunan utama,
tempat penurunan unggas hidup (unloading), kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan,
tempat istirahat pegawai, tempat penyimpanan barang pribadi (locker) atau ruang ganti pakaian,
kamar mandi dan WC, sarana penanganan limbah insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara
air, gardu listrik (SNI, 1999).
Pintu masuk unggas hidup sebaiknya terpisah dari pintu keluar daging unggas. Dalam
kompleks Rumah Pemotongan Unggas seyogyanya dilengkapi dengan ruang pembekuan
cepat (blast freezer), ruang penyimpanan beku (cold storage), ruang pengolahan daging unggas,
laboratorium (SNI, 1999).
Ruang pembekuan cepat mempunyai alat pendingin yang dilengkapi dengan kipas (blast
freezer). Suhu di dalam ruang maksimum adalah -35oC dengan kecepatan udara minimum 2
meter per detik (SNI, 1999).
III. PEMBAHASAN
Rumah potong unggas merupakan kompleks bangunan dengan desain konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat
pemotongan unggas bagi konsumsi masyarakat. Unggas yang dipotong adalah setiap jenis
burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa,
burung dara dan burung puyuh. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan karkas unggas yaitu
bagian tubuh unggas setalah dilakukan penyembelihan, pencabutan bulu, dan pengeluaran
jeroan, baik disertakan atau tanpa kepala leher, dan/atau kaki mulai dari tarsus dan/atau paru-
paru dan ginjal. Karkas tersebut akan menghasilkan daging unggas baik daging unggas segar,
daging unggas dingin maupun daging unggas beku.
Secara umum ruang pemrosesan unggas tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu daerah
kotor dan daerah bersih. Daerah kotor adalah daerah dengan tingkat pencemaran biologik,
kimiawi dan fisik yang tinggi sedangkan daerah bersih adalah daerah dengan tingkat pencemaran
biologik, kimiawi dan fisik yang rendah. Daerah kotor meliputi kegiatan :
1. Penurunan (unloading), pemeriksaan ante mortem dan penggantungan unggas hidup
2. Pemingsanan (stunning)
3. Penyembelihan (killing)
4. Pencelupan ke air panas (Scalding tank)
5. Pencabutan bulu (defeathering)
6. Pencucian karkas
7. Pengeluaran jeroan (evisceration) dan pemeriksaan post mortem
8. Penanganan jeroan
Daerah bersih kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Pencucian karkas
2. Pendinginan karkas (chilling)
3. Seleksi (grading)
4. Penimbangan karkas (cutting)
5. Pemotongan karkas (parting)
6. Pemisahan daging dari tulang (deboning)
7. pengemasan (packing) dan
8. penyimpanan segar (chilling room). (SNI)
Alur Kerja
Secara garis besar alur proses produksi di RPU meliputi:
· Penurunan (unloading), penimbangan, pemeriksaan ante mortem
Pemingsanan, penyembelihan, penirisan darah.
· Pencelupan air panas (scalding tank), pencabutan bulu dan pencucian karkas.
· Pengeluaran jeroan, pemeriksaan post mortem, penanganan jeroan.
· Pencucian karkas, pendinginan karkas, seleksi, penimbangan, pemotongan, pemisahan daging
dari tulang, pengemasan, pendinginan, penyimpanan, pengiriman.
Tahapan pertama sebelum pemotongan dilakukan pengecekan terhadap status kesehatan
dan asal ayam kemudian diistirahatkan untuk mengurangi stress akibat transportasi,
penimbangan, pemeriksaan ante mortem serta penggantungan ayam. Setelah penggantungan
ayam, dilakukan pemingsanan dengan aliran listrik melalui air yang mengalir dengan tegangan
15-25 volt, dan daya 0,1-0,3 ampere selama 5-10 detik. Tujuan dilakukan pemingsanan adalah
untuk mengurangi penderitaan, memudahkan dalam penyembelihan, meningkatkan pengeluaran
darah (>45%). Kriteria ayam tersebut pingsan adalah leher dan sayap terkulai, mata terbuka lebar
dan kaki kaku.
Selanjutnya adalah penyembelihan dan pengeluaran darah. Penyembelihan ini dilakukan
secara syariat Agama Islam (halal) dengan memotong trakhea, oesophagus, vena dan arteri.
Penirisan darah dilakukan selama 3-5 menit. Jika pengeluaran darah ini tidak sempurna maka
akan terlihat kemerahan di leher, bahu, sayap, kehitaman pada folikel bulu dan jantung berisi
darah.
Setelah darah dikeluarkan dilakukan pencelupan ke air panas. Pencelupan ini dilakukan dengan
air bersuhu 52-55 oC selama 2,5 menit. Setelah itu dilakukan pencabutan bulu yang dapat
dilakukan secara mekanik dan dibantu dengan tangan, selanjutnya segera dilakukan pencucian.
Pengeluaran jeroan dilakuakan dengan membuat irisan dari kloaka ke postal dada, yang
dapat dilakukan secara mekanik dan manual, dengan catatan bahwa usus tidak terpotong.
Kemudian dilakukan pemeriksaan post mortem yang meliputi pemeriksaan karkas dan jeroan.
Setelah itu dilakukan penanganan terhadap jeroan. Jeroan yang sudah dikeluarkan dan karkas
diproses di ruang terpisah dan tidak boleh disatukan kembali dengan karkas.
Penanganan karkas diawali dengan pencucian karkas, kemudian pendinginan karkas.
Pendinginan pertama dilakukan pada suhu 10-15 oC dan pendinginan kedua pada suhu 0-4 oC,
setelah itu dilakukan seleksi, yaitu memilih kualitas karkas Grade A atau Grade B, kemudian
dilakukan penimbangan dan pengelompokan karkas berdasarkan berat karkas. Setelah itu
dilakukan pemotongan bagian-bagian karkas (paha atas, paha bawah, dada, punggung, sayap,
fillet). Dapat juga dilakukan pemisahan daging dan tulang. Setelah semua disiapkan, maka
dilakukan pengemasan.
Pendinginan segar dilakukan pada suhu 0-4 oC, sedangkan untuk pembekuan dilakukan
pada suhu -35 oC dengan aliran udara 2 meter/detik di dalam Blast Freezer. Untuk penyimpanan
beku dilakukan di dalam cold storage pada suhu -20 0C . Untuk pengiriman segar dilakukan pada
suhu 4 0C dan pengiriman beku pada suhu -18 0C.
Pemanenan
Unggas dipanen sebelum dapat diproses, pada pemanenan ini perlu disiapkan unggas
selama penangkapan dan pengoleksian penangkapan dan tempat angkut (kontainer /keranjang).
Beberapa masalah utama dalam preslaughter yaitu bisa terjadi perlukaan (memar, patah tulang,
dislokasio tulang dan terluka atau tergores), kematian unggas dan kehilangan berat badan,
permasalahan ini menjadi penting karena bisa menurunkan harga penjualan atau penurunan
kualitas produk (tidak grade A).
Pemuasaan unggas
Sebelum unggas ditangkap, dinaikkan pada truk pengangkut dan ditransportasikan ke
RPU, pakan dan minum ditiadakan (dipuasakan) untuk mengeluarkan isi pada usus dan
tembolok. Pemuasaan ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi feses selama proses produksi.
Lamanya pemuasaan ini juga mempengaruhi kontaminasi karkas dan yield, pembayaran,
effisiensi prosessing dan kualitas serta keamanan produk. Idealnya lama pemuasaan dilakukan
hingga saluran pencernaan menjadi kosong. Normalnya pemuasaan pada broiler berkisar 8-12
jam.
Suhu Kandang
Suhu kandang pada saat pemeliharaan berhubungan dengan konsumsi pakan . Ayam
broiler sangat peka dengan suhu. Ayam broiler akan memakan pakan secara normal ketika
temperatur konstan dan pencahayaan secara terus menerus. Ketika unggas tidak makan secara
normal menyebabkan variasi yang tinggi pada isi dan kondisi saluran pencernaannya.
Penangkapan Unggas
Perlakuan selama penangkapan dan pemasukan kedalam keranjang ayam
Hampir semua brolier ditangkap dan dimasukkan ke keranjang ayam atau kontainer pengangkut
dilakukan dengan tangan. Penangkap biasanya berjumlah 7-10 orang yang kira-kira dapat
menangkap 1000 unggas/jam. Penangkap menagkap dengan satu tangan dengan jumlah unggas
5-7 unggas pada masing-masing tangan karena metode penangkapan dan loading ini
berhubungan dengan permasalahan kesejahteraan hewan, kondisi pekerja yang butuh biaya
tenaga kerja tinggi, dan kerusakan karkas. Untuk itu diusahakan percobaan untuk membangun
metode penangkapan alternatif.
Ketidakrespekan dari penangkap ayam dalam metode penangkapan broiler tidak hanya
dapat menyebabkan takut/sterss, tapi dapat menghasilkan perlukaan pada ayam. Perlukaan yang
umum terjadi adalah memar dan dislokasio atau patah tulang. Memar umumnya dihasilkan dari
pukulan /tumbukan benda tumpul pada kulit/otot. Hasilnya adalah terjadi pewarnaan kemerahan
pada otot, setelah terjadi beberapa detik setelahnya. Area yang sering terjadi memar adalah dada,
sayap dan paha. Diperkirakan bahwa 90-95% memar terjadi 12 jam sebelum diproses dengan
peternak bertanggung jawab 35% pada memar dan dan penangkap kira-kira 40%.
Perlu diingat bahwa memar terjadi selama transportasi, unloading dan penggantungan.
Beberapa memar bisa terjadi selama detik-detik pertama (10 detik) setelah pemotongan leher,
sebelum tekanan darah unggas menjadi nol. Faktor lain yang berkontribusi pada memar unggas
adalah terdapatnya mikotoksin pada pakan dan bahan pakan. Aflatoksin dapat meningkatkan
munculnya memar dengan meningkatkan memudahkan pecahnya kapiler dan menurunkan
kekuatan otot.
Pemingsanan
Setelah penggantungan ayam hidup maka proses selanjutnya adalah
pemingsanan/stunning,dengan menggunakan elektrik shock 65-70 Volt selama 2 detik.
Penyembelihan
Penyembelihan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau yang tajam.
Pengeluaran darah
Sebelum masuk tahap selanjutnya, pengeluaran darah harus sempurna yaitu selama 3
menit.
Pencelupan
Scalding tank /pencelupan ke air panas dilakukan selama 2 menit dengan suhu 500C.
Pencabutan bulu
Pencabutan bulu meliputi pencabutan bulu kasar sampe halus dengan menggunakan
mesin. Kalau masih ada bulu yang tersisa maka dilakukan pencabutan secara manual dengan
tangan.
Pemotongan kaki
Pemotongan kaki ayam mulai dari tarsus dengan menggunakan mesin, kemudian kaki
ditampung, dibersihkan dan dilakukan pemotongan kuku. Ayam yang sudah melewati proses
pemotongan kuku kemudian digantung untuk masuk ke proses selanjutnya.
Sanitasi Personal
Untuk menjaga kualitas produk maka dilakukan sanitasi personal dalam proses produksi.
Proses sanitasi personal ini meliputi perlengkapan/pakaian maupun kebersihan tangan.
Perlengkapan yang digunakan meliputi sepatu boot, penutup mulut, hair net (penutup kepala),
baju, apron jas hujan (khusus penyembelih), helm penutup kepala (khusus penyemblih), apron
dan masker penutup (di ruang Chilling). Pakaian tersebut dibedakan untuk personil yang akan
masuk ke ruang bersih dan ke ruang kotor. Pakaian di ruang kotor berwarna biru sedangkan
untuk di ruang bersih berwarna putih. Personil yang akan masuk sebelumnya menggunakan
pakaian, hairnet, sepatu boot dan masker penutup mulut.
Selanjutnya melewati ruang gelap dan mencelupkan sepatu boot kedalam air yang
berkhlorin 100ppm. Setelah masuk ke ruang produksi, personil mencuci tangan dengan sabun,
membilasnya dengan air, dan mencelupkan tangan kedalam air berkhlorin 50ppm selama 5 detik.
Selama produksi personil akan membersihkan tangan setiap 30 menit sekali dengan alkohol
70%, air hangat dan air berkhlorin 50ppm.
Pest Control
Kontrol terhadap hama dilakukan secara rutin. Hama yang umum dan menganggu adalah
lalat dan tikus. Pengendalian tikus dilakukan dengan pemasangan perangkap tikus dan racun
tikus disekeliling bangunan RPU. Sedangkan untuk pengendalian lalat dilakukan pemasangan
lem lalat pada setiap ruangan, baik di dalam ruang produksi maupun diluar bangunan. Selain itu
juga dilakukan penyemprotan insektisida di setiap saluran air di luar gedung maupun ditempat-
tempat yang diperkirakan menjadi tempat perkembangan larva lalat. Untuk mencegah masuknya
serangga di ruang produksi, maka di dalam ruang gelap dipasang ”Insect trap” di dekat neon
ultraviolet.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa rumah potong
unggas merupakan kompleks bangunan dengan desain konstruksi khusus yang memenuhi
persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan unggas bagi
konsumsi masyarakat.
Secara umum ruang pemrosesan unggas tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu daerah
kotor dan daerah bersih. Daerah kotor adalah daerah dengan tingkat pencemaran biologik,
kimiawi dan fisik yang tinggi sedangkan daerah bersih adalah daerah dengan tingkat pencemaran
biologik, kimiawi dan fisik yang rendah.
Dalam RPA harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu sebagai berikut :
Ø Mempunyai standar operasional dengan acuan SNI.
Ø Memahami dalam pelaksanaan standar operasional.
Ø Menerapkan kata ASUH ( Aman, Sehat, dan Utuh)