MODERN
Tugas Mata Kuliah Desain Proses Pengolahan Hasil Ternak
Diampu oleh: Dr. Ir. Purwadi, MS.
Disusun oleh:
Safitri (206050100011007)
Amelia Arum Ramadhani (206050101111002)
Sofiyan Yohardikarim (206050101111014)
Isi Halaman
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rumah Potong Hewan (RPH)....................................................................1
1.1.1 Pengertian Rumah Potong Hewan (RPH) .....................................1
1.1.2 Perencanaan Sistem Rumah Potong Hewan (RPH) Efektif dan
Efisien............................................................................................1
1.1.3 Tujuan Sistem Rumah Potong Hewan (RPH) Efektif dan
Efisien.............................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.2 Perencanaan Sistem Rumah Potong Hewan (RPH) Efektif dan Efisien
1.1.3.1 Input
a. Lokasi
Lokasi RPH harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
1. Tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu dan
kontaminan lainnya;
2. Tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan;
3. Letaknya lebih rendah dari pemukiman;
4. Mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan
pemotongan hewan dan kegiatan pembersihan serta desinfeksi;
5. Tidak berada dekat industri logam dan kimia;
6. Mempunyai lahan yang cukup untuk pengembangan RPH;
7. Terpisah secara fisik dari lokasi kompleks RPH Babi atau dibatasi
dengan pagar tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter untuk
mencegah lalu lintas orang, alat dan produk antar rumah potong
b. Tata Letak, Disain dan Konstruksi
Bangunan dan tata letak dalam kompleks RPH paling kurang meliputi:
1. Bangunan Utama
Bangunan utama harus memiliki daerah kotor yang terpisah secara
fisik dari daerah bersih. Daerah kotor meliputi:
Area pemingsanan atau perebahan hewan, area pemotongan dan
area pengeluaran darah
Area penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala,
keempat kaki sampai metatarsus dan metacarpus, pengulitan,
pengeluaran isi dada da nisi perut)
Ruang untuk jeroan hijau
Ruang untuk jeroan merah
Ruang untuk kepala dan kaki
Ruang untuk kulit
Pengeluaran (loading) jeroan
Daerah bersih meliputi area untuk:
Pemeriksaan post-mortem
Penimbangan karkas
Pengeluaran (loading) karkas/daging
2. Area penurunan hewan (unloading sapi) dan kandang
penampungan/kandang istirahat hewan
Area penurunan (unloading) ruminansia harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Dilengkapi dengan fasilitas untuk menurunkan ternak (unloading)
dari atas kendaraan angkut ternak yang didisain sedemikian rupa
sehingga ternak tidak cedera akibat melompat atau tergelincir;
Ketinggian tempat penurunan/penaikan sapi harus disesuaikan
dengan ketinggian kendaraan angkut hewan;
Lantai sejak dari tempat penurunan hewan sampai kandang
penampungan harus tidak licin dan dapat meminimalisasi
terjadinya kecelakaan;
Harus memenuhi aspek kesejahteraan hewan.
3. Kandang penampungan dan istirahat hewan
Bangunan kandang penampungan sementara atau kandang istirahat
paling kurang berjarak 10 meter dari bangunan utama;
Memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata-rata jumlah pemotongan
hewan setiap hari;
Ventilasi (pertukaran udara) dan penerangan harus baik;
Tersedia tempat air minum untuk hewan potong yang didisain
landai ke arah saluran pembuangan sehingga mudah dibersihkan;
Lantai terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan
keras), kedap air, tidak licin dan landai ke arah saluran
pembuangan serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi;
Saluran pembuangan didisain sehingga aliran pembuangan dapat
mengalir lancar;
Atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat
melindungi hewan dengan baik dari panas dan hujan;
Terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang
menuju tempat penyembelihan, dilengkapi dengan pagar yang kuat
di kedua sisinya dan lebarnya hanya cukup untuk satu ekor
sehingga hewan tidak dapat kembali ke kandang;
Jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan
bangunan utama didisain sehingga tidak terjadi kontras warna dan
cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong
menjadi stres dan takut.
4. Kandang isolasi
Kandang isolasi harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
Terletak pada jarak terjauh dari kandang penampung dan bangunan
utama, serta dibangun di bagian yang lebih rendah dari bangunan
lain;
Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
Dilengkapi dengan tempat air minum yang didisain landai ke arah
saluran pembuangan sehingga mudah dibersihkan;
Lantai terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan
keras), kedap air, tidak licin dan landai ke arah saluran
pembuangan serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi;
Saluran pembuangan didisain sehingga aliran pembuangan dapat
mengalir lancar;
Atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat
melindungi hewan dengan baik dari panas dan hujan
5. Ruang pelayuan berpendingin (chilling room)
Ruang pendingin/pelayuan (chilling room) harus memenuhi
persyaratan paling kurang sebagai berikut:
Ruang pendingin/pelayuan terletak di daerah bersih;
Besarnya ruang disesuaikan dengan jumlah karkas yang dihasilkan
dengan mempertimbangkan jarak antar karkas paling kurang 10
cm, jarak antara karkas dengan dinding paling kurang 30 cm, jarak
antara karkas dengan lantai paling kurang 50 cm, dan jarak antar
baris paling kurang 1 meter;
Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan:
1. Tinggi dinding pada tempat proses pemotongan dan pengerjaan
karkas minimal 3 meter;
2. Dinding bagian dalam berwarna terang, terbuat dari bahan yang
kedap air, memiliki insulasi yang baik, tidak mudah korosif,
tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan
dan didesinfeksi serta tidak mudah mengelupas;
3. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif,
tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan
dan didesinfeksi serta tidak mudah mengelupas;
4. Lantai tidak licin dan landai ke arah saluran pembuangan;
5. Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk
lengkung dengan jari-jari sekitar 75 mm;
6. Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk
lengkung dengan jari-jari sekitar 25 mm;
7. Langit-langit harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang
kedap air, memiliki insulasi yang baik, tidak mudah
mengelupas, kuat, mudah dibersihkan;
8. Intensitas cahaya dalam ruang 220 luks.
Bangunan dan tata letak pendingin/pelayuan harus mengikuti
persyaratan seperti bangunan utama;
Ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair
lainnya dari ruang lain yang masuk ke dalam ruang
pendingin/pelayuan;
Ruang dilengkapi dengan alat penggantung karkas yang
didisain agar karkas tidak menyentuh lantai dan dinding; g.
ruang mempunyai fasilitas pendingin dengan suhu ruang –
4ºC sampai +4ºC, kelembaban relatif 85-90% dengan
kecepatan udara 1 sampai 4 meter per detik;
Suhu ruang dapat menjamin agarsuhu bagian dalam daging
maksimum ±8ºC;
Suhu ruang dapat menjamin agarsuhu bagian dalam jeroan
maksimum ±4ºC.
9. Area pemuatan (loading) karkas/daging
Area pemuatan (loading) karkas dan/atau daging ke dalam kendaraan
angkut karkas dan/atau daging harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
Dapat meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang pada karkas
dan/atau daging;
Ketinggian lantai harus disesuaikan dengan ketinggian kendaraan
angkut karkas dan/atau daging;
Dilengkapi dengan fasilitas pengendalian serangga, seperti
pemasangan lem serangga;
Memiliki fasilitas pencucian tangan
10. Kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan
Kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan harus memenuhi
persyaratan paling kurang sebagai berikut:
Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
Luas kantor administrasi disesuaikan dengan jumlah karyawan,
didisain untuk keselamatan dan kenyamanan kerja, serta dilengkapi
dengan ruang pertemuan;
Kantor Dokter Hewan harus terpisah dengan kantor administrasi.
11. Kantin dan Mushola
Kantin dan mushola harus memenuhi persyaratan paling kurang
sebagai berikut:
Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
Luas ruang disesuaikan dengan jumlah karyawan;
Kantin didisain agar mudah dibersihkan, dirawat dan memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan.
12. Ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi
(locker)/ruang ganti pakaian
Ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang
pribadi/ruang ganti pakaian (locker) harus memenuhi persyaratan:
Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
Terletak di bagian masuk karyawan atau pengunjung;
Tempat istirahat karyawan harus dilengkapi dengan lemari untuk
setiap karyawan yang dilengkapi kunci untuk menyimpan barang-
barang pribadi;
Locker untuk pekerja ruang kotor harus terpisah dari locker pekerja
bersih
13. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC harus memenuhi persyaratan paling kurang
sebagai berikut:
Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
Masing-masing daerah kotor dan daerah bersih memiliki paling
kurang satu unit kamar mandi dan WC;
Saluran pembuangan dari kamar mandi dan WC dibuat khusus ke
arah “septic tank”, terpisah dari saluran pembuangan limbah proses
pemotongan;
Dinding bagian dalam dan lantai harus terbuat dari bahan yang
kedap air, tidak mudah korosif, mudah dirawat serta mudah
dibersihkan dan didesinfeksi;
Jumlah kamar mandi dan WC disesuaikan dengan jumlah
karyawan, minimal 1 unit untuk 25 karyawan.
14. Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat
dimanfaatkan atau insinerator
Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat
dimanfaatkan atau insinerator harus memenuhi persyaratan paling
kurang sebagai berikut:
Dibangun dekat dengan kandang isolasi;
Dapat memusnahkan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat
dimanfaatkan secara efektif tanpa menimbulkan pencemaran
lingkungan;
Didisain agar mudah diawasi dan mudah dirawat serta memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan.
15. Saranan penanganan limbah
Sarana penanganan limbah harus memenuhi persyaratan:
Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan;
Didisain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan
bau dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan;
Sesuai dengan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan (UKL)
dari Dinas yang membidangi fungsi kesehatan lingkungan.
16. Rumah jaga
Rumah jaga harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
Dibangun masing-masing di pintu masuk dan di pintu keluar
kompleks RPH;
Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
Atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat
melindungi petugas dari panas dan hujan; d. didisain agar
memenuhi persyaratan keamananan dan keselamatan kerja, serta
memungkinkan petugas jaga dapat mengawasi dengan leluasa
keadaan di sekitar RPH dari dalam rumah jaga.
Proses
Pemingsanan
Pemotongan
Tanpa Pemingsanan
Pengeluaran Darah
Pengulitan
Pengeluaran Jeroan
Pembelahan Karkas
Didistribusikan ke Pasar
Tradisonal
Karkas Hangat
Pelayuan
Bonning
Packaging
Gambar -. Proses di RPH
1.1.3.2 Output
a. Pemeriksaan post-mortem
Teknik Pemeriksaan Karkas, Kepala dan Organ Tubuh (Jeroan)
Pemeriksaan kesehatan post-mortem adalah pemeriksaan hewan setelah
dipotong atau disembelih. Selain untuk memastikan bahwa daging dan
jeroan yang dihasilkan aman dan sehat, pemeriksaan post-mortem ini juga
dapat memberikan informasi penelusuran penyakit serta mencegah
beredarnya bagian/jaringan hewan yang terdeteksi mengandung agen
penyakit ke masyarakat luas. Pemeriksaan post-mortem meliputi
pemeriksaan secara inspeksi terhadap warna dan bentuk organ tubuh sapi,
secara palpasi untuk mengetahui konsistensi organ tubuh sapi, dan secara
incisi yaitu melakukan irisan pada limfoglandula yang mengalami tanda-
tanda penyakit khususnya penyakit zoonozis atau penyakit menular
lainnya dan mengiris tempat-tempat predileksi dari parasit. Selain itu jika
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratoris untuk mendeteksi
agen penyakit dan memperkuat diagnosis. Beberapa kelainan/penyakit
yang mungkin ditemukan pada organ tubuh sapi, misalnya pada hati
(hepatitis, fascioliasis, sirosis hepatis, tumor hati, hepato-megali,
sistiserkosis), jantung (miokarditis, hipertropi, hiperplasia jantung), paru-
paru (bronchopneumoni, pneumoni, hemoragi pulmonum, aspirasi
pneumoni, tuberkulosis) (Swacita, 2017).
Tabel 1. Teknik Pemeriksaan Organ secara Inspeksi, Palpasi dan Incisi
Inspeksi Palpasi Incisi
Jantun Warna Konsistensi Mengiris
g coklat : kenyal, jantung dari
sampai elastis atrium sampai
sawo ventrikel
matang yang
Kelainan menyilang
yang septum
timbul pada jantung
organ
Hati Warna Konsistensi Mengiris
organ : padat, kelenjar
coklat elastis getang bening
sampai Mengiris
sawo saluran dan
matang, kantong
warna empedu
empedu
hijau
kehitaman
Paru- Warna Konsistensi: Mengiris dari
paru merah Seperti bunga trachea
muda karang/spons sampai
Bentuk albeoli dan
berlobus kelenjar getah
Kelainan bening
yang
timbul pada
organ
Ginjal Warna Konsistensi: Mengupas
coklat kenyal elastis selaput ginjal,
sampai jika mudah
sawo dikupas
matang berarti sehat
Bentuk: Mengiris
kedua ginjal utuk
ujungnya melihat
bulat adanya cacing
Kelainan (Stepahanuru
yang s dentatus)
timbul pada dan batu ginal
organ (kalkuli)
Limpa Warna abu- Konsistensi: Mengiris
abu lembut elastis permukaan
kebiruan limpa. Jika
Bentuk bidang irisan
pipih terlihat
memanjang kehing,
, tepian- menunjukkan
tepian limpa sehat
tajam
Kelainan
yang
timbul pada
organ
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya abnormalitas,
pembengkakan, abses, kelainan kongenital, umur sapi (dengan melihat
tanduk dan gigi) serta kelainan lainnya. Pemeriksaannya yaitu: mengamati
keadaan umum kepala apakah sapi jantan/betina, amati adanya cacing pada
mata sapi, amati lingkar tanduknya (untuk betina), periksa gigi-geliginya,
dilakukan irisan terhadap musculus masseter, periksa limfoglandula
parotidea, mandibularis, iris terlebih dahulu musculus myohyoideus,
genioglosus dan geniohyoideus untuk melihat limfoglandula supra
pharyngeal dan retropharyngeal (apakah terjadi peradangan atau tidak,
dll) (Swacita, 2017).
Gambar -. Pemeriksaan adanya Cacing pada Mata
Pemeriksaan Karkas
Pemeriksaan dilakukan secara umum terhadap permukaan luar karkas,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap musculus intercostae dan
diafragma untuk melihat kemungkinan adanya larva dari cacing pita
(Cysticercus bovis). Diperiksa juga limfoglandula prescapularis,
femoralis, Inguinalis superficialis (jantan) dan limfoglandula
supramamaria (betina) untuk melihat kemungkinan adanya peradangan
pada karkas (Swacita, 2017)..
Pemeriksaan Organ Dalam
Pemeriksaan terhadap organ dalam dilakukan secara insoeksi terhadap
bentuknya, warnanya, secara palpasi terhadap konsistensinya serta incici
untuk melihat adanya peradangan/infeksi, cacing, sisa darah dan lain-lain
yang meliputi (Swacita, 2017).:
1. Hati
Diperiksa warna dan bentuknya (N : coklat sampai sawo matang),
dipalpasi konsistensinya (N: padat elastis), diiris saluran empedu dan
kantong empedu (lihat adanya Fascioliasis oleh Fasciola gigantica
serta amati limfoglandula portalis (apakah terjadi peradangan atau
tidak).
Gambar -. Hari Sehat (A) dan Hati Terinfeksi Cacing Hati (B)
2. Jantung
Diperiksa warna dan bentuknya (N: coklat sampai sawo matang),
dipalpasi konsistensinya (N: sangat kenyal), keluarkan darahnya dari
atrium dan ventrikel dengan mengiris septumnya secara tegak lurus,
periksa pericardium, epicardium, endocardium serta amati
kemungkinan adanya cacing jantung
3. Paru-paru
Diperiksa warna dan bentuknya (N: pink, berlobus), dipalpasi
konsistensinya (N: seperti bunga karang/spon), diiris dari trachea
sampai alveoli, diamati limfoglandula bronchialis dan limfoglandula
mediastinalis
Pemotongan: Tanpa
Pemingsanan
Pengeluaran Darah
Pengulitan
Pengeluaran Jeroan
Pembelahan Karkas
Didistribusikan ke pasar
tradisional
Supply Sapi Kualitas Sapi – Farm Discharge - Berat per ekor (range Berat Hidup) Rencana Boning/Boning Breakdown
- Range ADG
- Rekomendasi umur berdasarkan Dentition (gigi)
0-4
Transportasi ke RPH Dokumen pengirimanL SKKH
Delivery Order/Surat Jalan
Penerimaan dan Kondisi Sapi - SOP Penerimaan Ternak - Form Penerimaan Ternak
Penanganan - SOP Pengistirahatan ternak (Pakan: 10 kg - Form Antemortem
rumput per ekor
- Ad libitum air
- Antemortem per 24 jam
- Minimum holding time 24 jam
-Biaya penanganan bedding ditanggung oleh
Elders
Penyembelihan Sapi Karkas / Dressing Percentage - SOP Pemingsanan - Berat hot karkas (HCSW)
- SOP Penyembelihan - Sertifikat Juru Sembelih Halal
- SOP Pengikatan Esofagus - Form Inspeksi Karkas (100%)
- SOP Pemisahan kepala dan kaki - Scoring Karkas untuk kontaminasi
- SOP Pengulitan fisik (setiap 50-90 ekor diambil 20
- SOP Pengeluaran viscera Karkas sampel
- SOP Pemeriksaan Post Mortem - Form Postmortem
- SOP Pembelahan karkas - Form Checklist peralatan berkala
- SOP Penimbangan mesin utility (Informasi untuk
- SOP Pemeriksaan Karkas warna lemak punggung, warna
- SOP Penyimpanan daging dan persentase karkas
- SOP Perawatan Mesin dan Utility
Aging Chilling Shrinkage/Susut - Suhu Chiller 0 derajat celcius (pengecheckan - Form Pemantauan suhu ruang
Carcass/Pelayuan Pelayuan per jam) produksi
Karkas - Temperatur karkas ≤ 20 derajat celcius (Deep Form Pemantauan Suhu Karkas
Butt)
- Sampel diambil dari suhu karkas paling terakhir
masuk ke chiller
-Suhu Subcutan ≤ 7 derajat
By Product - Yield Lemak dan - SOP Penanganan by product (- Spesifikasi By
- Offal / Jeroan, Tulang Product
Kaki, Kepala - Berat Kulit d. By Product Agreement
- Hides / Kulit
- Fat Bones /
Lemak dan
Tulang
Pergudangan - Suhu Ruang Chiller - SOP penyimpanan produk di chiller karton - Catatan temperature/suhu
- Penanganan produk - SOP Prosedur management gudang Stock Update/Inventory Update
- Update Stock
Pengiriman/Distribusi - Temperatur truk - SOP Pengiriman -Form pemantauan product akhir
ke gudang - Rute transportasi - Standard temperature -10 derajat celcius dan loading
- Catatan Penanganan - Kapasitas truk -Document kalibrasi truk
Produk -Document kalibrasi chiller
- Stock Update -Document tally sheet (via email
- Tidak ada kesalahan saat hari distribusi)
produk saat -Document tally sheet (hard copy)
pengiriman - GPS and temperature tracking web
- Delivery order (Surat Jalan)
- Material asing
- Vacuum Lepas
- Terdapat banyak
gelembung
- Spek tidak sesuai
standard karena
proses boning
- Spek tidak sesuai
standard karena
proses pengiriman
dari RPH dan
penyimpanan di
RPH
2.3 Perbandingan Efektifitas dan Efisiensi RPH Tradisional dan Modern
1. Penyembelihan
Di rumah potong hewan yang besar dan modern, sebelum ternak dipotong terlebih dahulu
dilakukan pemingsanan.
Metode penyembelihan konvensional dengan menggorok leher hewan (slaugthering)
dianggap menyakiti hewan. Oleh karenanya, seiring kemajuan teknologi, orang-orang Eropa
mengembangkan teknik stunning atau pemingsanan sebelum melakukan penyembelihan.
Dengan pemingsanan, hewan belum mati, tapi pingsan lalu disembelih. Tujuan pemingsanan
sebenarnya bukan sekadar belas kasihan terhadap hewan, namun efisiensi waktu
penyembelihan. Jumlah kebutuhan daging di Eropa sangat tinggi. Ribuan ternak harus
disembelih tiap harinya. Sedangkan pada RPH tradisional, dilakukan penyembelihan secara
manual sehingga akan memakan waktu yang lama, khususnya bagi rumah pemotongan
hewan yang besar. Sementara dengan stunning, hewan lebih mudah ditenangkan lalu
disembelih.
2. Potongan Karkas
Pada RPH modern terjadi proses pelayuan (aging) dan pembagian potongan karkas
(wholesale cuts). Potongan karkas (wholesale cuts) sangat berpengaruh pada keuntungan,
karena setiap bagian memiliki harga yang bervariasi dan memiliki pasar yang lebih luas,
sedangkan pada RPH tradisional proses penanganan sapi setelah dipotong hanya sampai
karkas panas, kemudian dijual dengan harga seragam
3. Distribusi
Pada RPH modern rantai pasok daging sapi lebih panjang dibandingkan RPH tradisional.
Produk yang dihasilkan oleh RPH modern didistribusikan ke pedagang besar, pedagan kecil,
pedagang pengecer dan kemudian sampai kepada konsumen, sedangkan pada RPH
tradisional daging atau karkas langsung dibawa oleh pedagang dan dijual dalam keadaan
panas (hot meat).
DAFTAR PUSTAKA
Juhari, F., H. Nuraini dan L. Cryilla. 2017. Analisis Nilai Tambah Produk Rumah Potong Hewan
(Studi Kasusu RPH Kategori I dan RPH Kategori II). Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan. 5(2): 49-55.
Khasrad, J. Hellyward dan A. D. Yuni. 2012. Kondisi Tempat Pemotongan Hewan Bandar Buat
Sebagai Penyangga Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Padang. Jurnal Peternakan
Indonesia. 14(2): 373-378.
Nurfifi, S., Jafriati dan R. T. Ardiansyah. 2017. Analisis Pengelolaan Limbah UPTD Rumah
Pemotongan Hewan (RPH) dan Dampaknya terhadap Masyarakat Sekitar Kelurahan
Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. 2(6): 1-8.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 13 Tahun 2010 tentang Persyaratan Rumah
Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant).
Pisestyani, H., N. N. Dannar, K. Santoso dan H. Latif. 2015. Kesempurnaan Kematian Sapi
setelah Penyembelihan dengan dan tanpa Pemingsanan berdasarkan Parameter Watu Hent
Darah Memancar. Acta Veterinaria Indonesiana. 3(2): 58-63.