Anda di halaman 1dari 1

2.

4 Manajemen Perkawinan
Salah satu teknologi reproduksi yang digunakan untuk peningkatan
produksi sapi potong di Madura adalah inseminasi buatan (IB). IB merupakan
program yang telah di kenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak
yang efektif (Sulistiawati,2011).
Keberhasilan usaha pembibitan salah satunya diukur dari beberapa jumlah
anak yang bisa dihasilkan. Peranan manajemen perkawinan sangat penting,
terutama dalam hal menunjang keberhasilan perkawinan sehingga terjadi
kebuntingan pada sapi yang telah dikawinkan. Perkawinan pada sapi potong
bisa dilakukan secara alami maupun kawin suntik (inseminasi buatan)
(Wibowo, 2012).
Kawin alami dalam pelaksanaan perkawinan di lolit sapo meniru
pelaksanaan perkawinan pada sekelompok induk. Mitode ini memiliki
keunggulan antara lain: tidak perlu di lakukan deteksi birahi, proses
perkawinan tidak memerlukan bantuan manusia dan tingkat keberhasilan
(conception) cukup tinggi perkawinan alami mampu mencapai 85-90% dan
nilai tersebut akan lebih rendah lagi bila di bandingkan dengan inseminasi
buatan (Affandhy,2007)
Penurunan efisiensi reproduksi dipengaruhi juga oleh faktor
manajemen perkawinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan
lingkungan sekitarnya, sehinggga terindikasi terjadinya kawin
yang berulang pada induk sapi potong di tingkat usaha ernak
rakyat yang menyebabkan rendahnya keberhasilan kebuntingan
dan panjangnya jarak beranak (Affandhy,2007)
Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat di lakukan dengan
intensifikasi kawin alam melaalui distibusi pejantan unggul terseleksi dari
bangsa sapi local atau impor dengan menejemen empat perkawinan yakni: (1)
perkawinan model kandang individu (2) perkawinan model kelompo/umbaran
(3) perkawinan model rench (paddock) dan (4) perkawinan model padang
pengembalaan (angonan) (Affandhy,2007)

Anda mungkin juga menyukai