Anda di halaman 1dari 8

J. Tek. Ling. Vol. 9 No. 1 Hal.

51-58 Jakarta, Januari 2008 ISSN 1441-318X

PENERAPAN ENZIM UNTUK PENYAMAKAN KULIT


RAMAH LINGKUNGAN

Suyanto Pawiroharsono
Peneliti di Pusat Teknologi Bioindustri
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

Leather industries contribute significant problems due to the hazard wastes, that threat
to environmental sustainability and to human health. The negative impacts are
particularly caused by the chemical compounds used in the conventional process of
the leather tannery, such as lime, sodium sulphide, chrome, etc.
Enzyme is protein compound from biological system, that acts as catalyst (bio-catalyst).
Enzyme can be used to replace partly or complete the chemicals used in tannery
processes. Recently, micro-organisms are considered a appropriate device to produce
enzymes. Furthermore, it is necessary to select potential micro-organisms for enzyme
production.
“Exolite”, that is first enzyme produced in pilot scale in Indonesia, proved to reduce
significantly pollutant in waste of leather tannery industries. Therefore, the development
of enzyme industry in Indonesia is needed to be supported.
Key words: Enzyme, micro-organisms, leather processing, leather industry, waste
and environmental impact

1. PENDAHULUAN

Kulit di Indonesia merupakan bahan sangat tinggi, sehingga dapat mengganggu


eksport non-migas yang penting sebagai kelestarian lingkungan dan makluk hidup di
penyumbang devisa ke 4 setelah produk- lokasi pembuangan limbah2).
produk: (i) makanan, minuman dan rokok, Instalasi Penangan Air Limbah (IPAL)
(ii) peralatan transportasi, mesin dan alat yang telah dibangun ternyata belum mampu
mesin, dan (iii) pupuk, kimia dan karet1) menangani masalah limbah mengingat
Disisi lain, industri kulit menghasilkan besarnya volume limbah yang dihasilkan
limbah bahan kimia yang sangat merugikan dan besarnya biaya untuk pengoperasian
terhadap lingkungan dan makhluk hidup. IPAL tersebut. Keadaan inilah yang
Limbah yang dihasilkan dari industri menyebabkan pencemaran berlangsung
penyamakan kulit ini juga menimbulkan bau terus dan bahkan cenderung makin
yang sangat menyengat oleh adanya meningkat. Peningkatan pencemaran ini
pembusukan berbagai sisa kulit dan daging diperburuk oleh rendahnya tingkat
terutama lemak dan protein, serta limbah kesadaran para industriawan dan rendahnya
cair yang mengandung sisa bahan penegakan hukum oleh aparat.
penyamak kimia seperti sodium sulfida, Sementara itu, sebagaian besar industri
khrom, kapur dan amoniak. kulit berlokasi di Jawa yang padat
Limbah cair tersebut juga mempunyai penduduknya, sehingga kehadiran pabrik
biological oxygen demand (BOD) dan kulit dirasakan sangat mengganggu. Hal ini
chemical oxygen demand (COD) yang disebabkan karena proses penyamakan
Penerapan Enzim... J.Tek.Ling. 9 (1): 51-58 51
kulit pada umunya masih menggunakan protein (bating), penghilangan lemak
bahan penyamak kimia. (degreasing) dan pengasaman (pickling),
Berdasarkan permasalah tersebut dan dan penyerutan (shaving).
dalam upaya mengimplementasikan issue Selama proses penyamakan, senyawa
global tentang produk bersih atau cleaner non-kolagen harus dihilangkan, dan tingkat
production, maka perlu dicari alternatif penghilangan senyawa non-kolagen ini
solusi atau paling tidak dapat mengurangi menentukan kualitas kulit. Untuk itu,
dampak yang ditimbulkan. Salah satu penambahan enzim sangat diperlukan untuk
alternatif tersebut adalah meng mempermudah proses penyamakan dan
implementasikan teknologi penyamakan disamping itu penambahan enzim dapat
kulit ramah lingkungan dengan pengurangan bahan kimia yang digunakan,
menggunakan senyawa katalisa yang sehingga berdampak pula terhadap
disebut enzim atau biokatalisa. pengurangan limbah kimia yang dihasilkan.
Enzim adalah senyawa protein yang Penerapan penyamakan dengan
dihasilkan oleh makhluk hidup yang menggunakan enzim sebenarnya sudah
berfungsi untuk melakukan katalisa dalam pula diterapkan, yaitu dengan menggunakan
reaksi biokimia, yaitu dengan membentuk bahan-bahan tambahan kulit tumbuh-
senyawa komplek enzim-substrat. tumbuhan bakau, namun hal ini berdampak
Selanjutnya dari senyawa komplek ini akan pula terhadap kelestarian hutan bakau dan
membentuk produk yang dinginkan, dan prosesnya kurang dapat dikendalikan.
pada akhir reaksi enzim tersebut akan Sebelum proses penyamakan, kulit
terpisah kembali. dapat dilakukan pre-treatment lebih dahulu,
Untuk penyamakan kulit ramah yaitu dengan merendam dalam air. Pada
lingkungan ini dilaksanakan dengan proses perendaman ini kadang-kadang
menggunakan bahan penyamak biologis ditambahkan gula dengan maksud
dalam bentuk enzim protease yang mempercepat pertumbuhan bakteri
dihasilkan oleh bakteri Bacillus megaterium. putrefaksi (pembusuk protein) guna
Produk ini kemudian diperkenalkan dengan mempermudah proses pencabutan rambut/
nama dagang “Exolite”. bulu. Waktui yang dibutuhkan untu proses
perendaman tergantung dari jenis kulit dan
2. PROSES PENYAMAKAN keadaab kulit sebelumnya. Proses ini dapat
KONVENSIONAL berlangsung sampai 24 - 36 jam.
Proses penyamakan kulit adalah 3. ENZIM DAN STATUS INDUSTRI
proses pengolahan kulit binatang melalui
ENZIM DI DUNIA
beberapa tahapan proses sehingga kulit
binatang yang masih utuh dirubah menjadi Enzimologi berkembang dengan pesat
kulit yang siap digunakan untuk pembuatan sejalan dengan perkembangan bioteknologi
produk-produk hilir seperti sepatu, dompet, modern. Perkembangan enzim ini terkait
ikat pinggang, jok kursi dan sebagainya. dengan teknologi proses produksi dan
Kulit binatang (domba, sapi, kerbau) aplikasinya di industri. Perkembangan
sebelum disamak, pada umumnya digarami enzim ini sangat erat kaitannya dengan issu
dan dijemur di bawah sinar matahari. Setelah strategis sebagai produk bersih ramah
kering, kulit tersebut selanjutnya dilakukan lingkungan, sehingga pemakean enzim di
proses penyamakan secara bertahap berbagai industri semakin luas, misalnya
dengan menggunakan bahan kimia. Proses industri makanan, tekstil, pertanian,
penyamakan ini mencakup: perendaman farmasi, kedokteran, dan lain lain. Hal inilah
(soaking), pengapuran (liming), pencabutan yang menyebabkan pangsa pasar secara
/ penghilangan bulu (dehairing), signifikan dari tahun ke tahun meningkat.
penghilangan kapur (deliming), buang Mikroorganisma sebagai penghasil
52 Pawiroharsono, S. 2008
enzim mempunyai berbagai keunggulan negara-negara maju, khususnya Novo dari
dibandingkan dengan produksi enzim Denmark yang menguasai pangsa pasar
dengan menggunakan makhluk hidup yang sekitar 40%, Gist Brocades bersama
lebih tinggi tingkatannya, misalnya dari dengen Genencor Internasional dari
tumbuh-tumbuhan maupun dari hewan. Amerika, mengusai 30 %, dan sisanya
Enzim-enzim tersebut pada mulanya diproduksi oleh industri enzim antara lain
diperoleh dari jaringan atau organ hewan atau Nagase (Jepang), Roehm dan Boehringer
tumbuh-tumbuhan dengan cara diekstraksi, (Jerman).
sehingga harganya sangat mahal dan tidak Pada saat ini pangsa pasar enzim di
jarang harus mengorbankan hewan atau dunia sebesar 3 - 4 milyar USD dengan
tumbuh-tumbuhan secara utuh. Oleh karena peningkatan sekitar 6 – 7 % per tahun
3)
itu, banyak dikembangkan alternatif lain sedang pangsa pasar di Indonesia hanya
yaitu produksi enzim dengan memanfaatkan 4 - 5 juta USD atau kurang lebih hanya 1,2
mikroorganisme. Keunggulan produksi % dari pangsa pasar dunia, dengan
enzim melalui proses fermentasi ini antara peningkatan sekitar 4% per tahun4) dkk.
lain adalah2) : 2002). Kebutuhan enzim di Indonesia hampir
seluruhnya dipenuhi dari luar negeri (import).
• Dapat memilih jenis substrat yang Berdasarkan pada kenyataan ini Pusat
sesuai dengan mikroorganisma, serta Teknologi Bioindustri - Badan Pengkajian
yang harganya lebih murah, d a p a t dan Penerapan Teknologi (BPPT), merintis
dilakukan peningkatan jumlah rendemen riset untuk produksi enzim protease dari
yaitu dengan cara optimasi kondisi mikroorganisme untuk penyamakan kulit.
fermentasi dan penggunaan strain
unggul yang terseleksi, khususnya 4. PEMANFAATAN ENZIM MIKRO
melalui teknologi rekayasa genetika, ORGANISME UNTUK
• Proses hilir untuk pemanenan enzim PENYAMAKAN KULIT
(down-stream) lebih mudah dilakukan,
Pemanfaatan enzim untuk penyamakan
khususnya dengan memilih jenis enzim
kulit dapat dilakukan sejak awal proses
ekstraseluler,
penyamakan, yaitu khususnya pada:
• Optimalisasi proses produksi dapat
dikendalikan tanpa adanya • Perendaman (soaking process),
ketergantungan dengan kendala geografi dengan menambahkan enzim protease
dan keadaan iklim di luar. basa atau campuran protease dan enzim
amilase.
Pemakaian enzim di pasar global masih
• Pencabutan bulu (dehairing process),
didominasi oleh enzim-enzim proteolitik
dengan enzim protease basa
yang menguasai pangsa pasar sekitar 59
%. Enzim protease secara komersial telah • Penghilangan lemak(degreasing
banyak digunakan untuk industri pangan, process), dengan lipase basa
misalnya bir, roti, susu dan sari buah dan • Penghilangan protein(batting process),
non pangan, seperti industri obat, dengan protease basa.
penyamakan kulit, tekstil dan deterjen. Menurut Kamini dkk5) sejak lebih satu
Pemanfaatan protease juga memberikan dekade yang lalu, telah banyak diidentifikasi
konstribusi yang besar dalam meningkatkan dan diseleksi mikroorganisme untuk
kualitas produk, menghasilkan senyawa produksi enzim-enzim untuk penyamakan
baru, meningkatkan nilai tambah produk, kulit (lihat Tabel-1).
dan yang lebih penting lagi adalah berperan
dalam hal peningkatan kualitas lingkungan.
Sementara ini, pemain utama di bidang
industri enzim masih didominasi oleh
Penerapan Enzim... J.Tek.Ling. 9 (1): 51-58 53
Tabel-1: Enzim Mikroorganisme Untuk Proses Penyamakan Kulit

Pusat Teknologi Bioindustri – BPPT, telah 1). Kultur awal disebut sebagai kultur starter
berhasil mengembangkan teknologi untuk fermentasi berikutnya dan
produksi enzim protease untuk penyamakan seterusnya. Volume starter pada umumnya
kulit dengan menggunakan bakteri Bacillus berkisar anatar 5 – 10 % dari volume
megaterium baik pada skala laboratorium fermentasi berikutnya.
(fermentor 20 liter) maupun pada skala pilot Untuk pengembangan produk skala
(2.000 liter). Selanjutnya enzim protease ini komersial, Pusat Teknologi Bioindustri –
yang dipasarkan dengan nama “Exolite”, BPPT, telah bekerjasama dengan pihak
diharapkan dapat diterima oleh masyarakat, swasta untuk melakukan produksi skala
khususnya oleh industri penyamak kulit. komersial dengan fasilitas fermentor yang
Produk exolite ini telah diuji-cobakan untuk telah dibangun dan dioperasikan pada
penyamakan kulit kambing, domba dan sapi volume 1000 liter dan 2000 liter.
melalui kerjasama dengan Balai Besar
Litbang Industri Barang Karet, Kulit dan 2). Proses pemanenan enzim atau
Plastik dan di industri penyamak kulit di downstream process.
Jogyakarta, Garut dan Magetan 2).
Proses ini merupakan proses hilir untuk
5. METHODOGI PRODUKSI PROTEASE memisahkan media yang mengandung
DAN PENYAMAKAN KULIT enzim dari sel dan selanjutnya dapat
diproses lanjut untuk pemurnian produk
Proses penyamakan kulit ramah tersebut. Hal ini perlu segera dilakukan
lingkungan ini dilakukan dalam beberapa untuk menghindari kerusakan produk,
tahapan, yaitu (Pawiroharsono, dkk., 2002): mengingat enzim adalah senyawa protein.
Proses hilir pada produksi enzim protease
1). Proses fermentasi untuk produksi ini dilakukan dengan teknik penyaringan
enzim protease dengan menggunakan membrane atau
disebut microfilter dengan porositas 0,5
Pada tahap ini pada dasarnya mikron.
menumbuhkan bakteri Bacillus megaterium
secara optimal dalam medium molase - urea 3). Proses penyamakan kulit dengan
di dalam fermentor. Untuk mencapai optimal, menggunakan enzim protease
maka fermentor tersebut dilengkapi agitator
dan aerasi, yang dioperasikan pada Uji coba produk enzim protease (exolite)
temperature 37° C. Apabila fermentasi dilakukan untuk penyamakan kulit kambing,
dilakukan pada volume yang besar, maka domba dan sapi melalui kerjasama dengan
proses fermentasi harus di-scale-up, yaitu Balai Besar Litbang Industri Barang Karet,
dilakukan secara bertahap dari volume yang Kulit dan Plastik, Jogjakarta) dan di industri
kecil ke volume yang besar (lihat Gambar- penyamak kulit di Jogyakarta, Garut dan

54 Pawiroharsono, S. 2008
Gambar 1: Skema proses fermentasi untuk produksi enzim untuk penyamakan kulit.

Magetan, karena di sini fasilitas peralatan sodium sulfida (Na2S) dapat dikurangni
penyamakan kulit lengkap. atau bahkan dapat ditiadakan,

Kulit yang akan disamak lebih dahulu • Mengurangi kerusakan bulu /rambut
dikeringkan dengan ditambahkan garam yang dihasilkan dari proses ini,
agar kulit tidak rusak. Pada prinsipnya sehingga rambut tersebut dapat
proses penyamakan kulit dilakukan digunakan untuk pembuatan produk lain,
mengikuti prosedur baku yang telah atau sebagai hasil samping dapat dijual,
diterapkan di industri kulit yaitu melalui misalnya untuk bahan pengisi jok dan
beberapa tahap sebagaimana terlihat pada sebagainya.
Gambar-2. Dalam hal ini penggunaan enzim • Proses bating (menghilangkan sisa-sisa
hanya dilakukan pada proses penghilangan daging), dapat ditiadakan, karena
bulu atau dehairing (Gambar-2), yaitu pemanfaatan enzim protease sekaligus
sebesar 0,5 – 1 % dari volume kulit yang dapat menghidrolisa protein sisa-sisa
diproses. pada kulit. Ditiadakannya proses bating
berarti pula meniadakan bahan kimia
6. HASIL DAN PEMBAHASAN yang biasa digunakan pada proses ini,
Kulit yang dihasilkan dari hasil uji coba • Dapat menghemat waktu, karena lama
ini selanjutnya dilakukan pengamatan dan proses penyamakan dapat dikerjakan
sekaligus dibandingkan dengan kulit hasil dengan waktu yang lebih singkat.
penyamakan secara konvensional yang 6.2. Dampak lingkungan
biasa dilakukan di industri penyamakan
kulit. Pengamatan tersebut mencakup Penambahan enzim protease pada
aspek: (i) proses penyamakan, (ii) dampak proses penghilangan bulu mempunyai
lingkungan, dan (iii) kualitas kulit yang dampak positif terhadap lingkungan. Pada
kasus pengujian dengan penggunaan enzim
dihasilkan.
protease untuk penyamakan kulit sapi,
6.1. Pada proses penyamakan kulit terlihat bahwa penggunaan enzim
mempunyai manfaat sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengujian ternyata • Menurunkan BOD dan COD, masing-
penambahan enzim protease pada proses masing 12,8 % dan 32,3 %
penghilangan bulu menunjukkan bahwa dibandingkan dengan cara penyamak
paling tidak terdapat 3 kelebihan manfaat, konvensional,
yaitu: • Mengurangi bahan pencemar yang
ditimbulkan dalam proses penyamakan
• Mempermudah dan mempercepat kulit,
proses penghilangan bulu (dehairing), • Menciptakan kondisi yang lebih aman
dan sekaligus dimana pada proses ini baik untuk pekerja, lingkungan maupun
bahan kimia yang biasa digunakan yaitu masyarakat.
Penerapan Enzim... J.Tek.Ling. 9 (1): 51-58 55
Gambar-2: Diagram alir penggunaan enzim pada proses penyamakan kulit

Hasil selengkapnya analisa air limbah pencemaran industri penyamak kulit dapat
dari proses penyamakan kulit sapi cara diturunkan.
konvensional dan dengan menggunakan Berdasarkan Tabel-1, di atas
enzim protease tercantum di Tabel-1. menunjukkan bahwa penggunaan enzim
Berdasarkan Tabel-1, di atas dapat mengurangi jumlah polutan pada
menunjukkan bahwa penggunaan enzim limbah industri penyamakan kulit, sehingga
dapat mengurangi jumlah polutan pada dampak negatif yang ditimbulkan dari
limbah industri penyamakan kulit, sehingga pencemaran industri penyamak kulit dapat
dampak negatif yang ditimbulkan dari diturunkan.
Tabel 1: Hasil uji air limbah proses buang bulu kulit sapi dengan Na2S dan Enzim
Prorease

6.3. Kualitas kulit yang dihasilkan memperbaiki kualitas kulit, yaitu: kulit
Penambahan enzim protease pada menjadi lebih halus / lembut 6)
dan mudah
proses penghilangan bulu ternyata juga dilipat. Kemudian, Banerjee menunjukkan
berdampak posistif terhadap kualitas kulit bahwa kekuatan tarik dan
yang dihasilkan, dimana kualitas kulit daya regang (kemuluran dan kekuatan
bertambah baik dan memenuhi SII robek) kulit juga lebih baik, yaitu naik sekitar
(Standardisasi Industri Indonesia). Data 30–5%. Disamping itu, pemanfaatan enzim
pengujian kualitas kulit sapi yang diproses protease (exolite) sebagai produk lolal, pada
dengan enzim protease (exolite) dan tanpa proses penghilangan bulu mempunyai
exolite, berdasarkan kekuatan tarik dan dampak terhadap perekonomian negara,
kemuluran kulit terlihat pada Tabel-2. karena:
Pengaruh perlakuan enzim terhadap • produksi enzim dapat memanfaatkan
peningkatan kualitas kulit juga dilaporkan bahan baku lokal (molasis) yang
5)
oleh Kamini, dkk . (1999), yang telah harganya lebih murah,
membuktikan bahwa penggunaan enzim • berpotential menghemat devisa, karena
pada proses penyamakan kulit dapat produk yang dihasilkan dapat berfungsi
56 Pawiroharsono, S. 2008
sebagai bahan substitusi import atau • dapat menciptakan lapangan kerja untuk
mengurangi bahan penyamak kulit produksi dan distribusi bahan penyamak
yang sebagaian besar merupakan tersebut yang telah dihasilkan.
bahan import , dan

Tabel 2: Kualitas kulit upper dari kulit sapi yang diproses dengan Exolite

7. PENGEMBANGAN INDUSTRI ENZIM telah diresmikan pengoperasiannya oleh


MIKROORGANISME UNTUK Menteri Negara Riset dan Teknologi / Kepala
PENYAMAKAN KULIT BPPT pada tanggal 16 Maret 2002. Nama
produk protease ini disebut “exolite”.
Pengembangan industri enzim Bahan penyamak kulit ini, diproduksi
mikroorganisme mempunyai prospek yang melalui proses fermentasi dengan
sangat baik, khususnya dalam rangka menggunakan bakteri yang telah terseleksi
kemandirian kebutuhan enzim dalam negeri dan teruji, yaitu bakteri Bacillus megaterium.
yaitu sebagai produk substitusi import. Hal Proses produksi “exolite” ini dilaksanakan
ini berdasarkan bahwa sarana dan prasarana dengan sistem “batch” dengan medium
untuk produksi enzim cukup memadai, berbasis molasis dan urea. Fermentasi
yaitu dengan tersedianya: dioperasikan pada temperatur 37° C selama
• bahan baku atau substrat, yang 24 jam pada pH 7. Sedang untuk proses
umumnya berupa bahan baku yang kaya hilir yang dilakukan dengan micro filter untuk
senyawa karbohidrat, misalnya molasis, memisahkan sel bakteri dan filtrat dan
singkong / ubi, ubi jalar dan sebagainya. selanjunya filtrat yang mengandung enzim
• fasilitas peralatan untuk produksi enzim, ini dikonsentrasikan. Selanjutnya untuk
cukup memadai baik pada skala peningkatan produktivitas galur B.
laboratorium ataupun skala pilot / Megaterium, telah dilakukan kerjasama
produksi. dengan Institut Mikrobiologi Munster,
• sumber daya manusia yang terlatih, Jerman, yaitu melalui teknik rekayasa
cukup tersedia diberbagai institusi genetika.
penelitian ataupun di perguruan tinggi, Melihat perkembangan enzim untuk
• mikroorganisma, Indonesia terkenal penyamakan kulit di luar negeri dan
kaya akan sumder daya hayati, mengingat sifat enzim yang spesifik untuk
khususnya mikroorganisme. satu proses, maka di masa mendatang,
Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu melakukan riset terapan yang
Pusat Teknologi Bioindustri, Badan diarahkan untuk produksi enzim-enzim yang
Pengkajian dan Penerapan Teknologi dapat digunakan pada seluruh proses
(BPPT) memprogramkan pendirian pabrik penyamakan, sehingga jumlah polutan
enzim berdasarkan hasil riset yang selama betul-betul dapat diturunkan semaksimal
ini telah dilaksanakan dan menunjukkan mungkin. Enzim-enzim ini antara lain enzim
hasil yang positif. Pabrik enzim ini akhirnya untuk proses perendaman (soaking
dapat terealisasikan dengan nama Pabrik process), pencabutan bulu (dehairing
Mini Protease di Lempasing, Lampung, process), penghilangan lemak (degreasing
dengan bekerjasama dengan pihak swasta process), dan pada proses penghilangan
(PT Bhumi Artha Perkasa). Enzim yang protein (batting process), dengan protease
akan digunakan untuk penyamakan kulit ini basa.

Penerapan Enzim... J.Tek.Ling. 9 (1): 51-58 57


KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Pengembangan industri enzim protease 1. Wirakusumah, A.T. 2005. Indonesia:


dan aplikasi untuk penyamakan kulit dapat Industrial Policy In Brief. Departemen
menjadi alternatif solusi permasalahan Perindustrian Indonesia.
pencemaran oleh industri kulit. Penggunaan
enzim pada proses penyamakan kulit dapat 2. Pawiroharsono, S. 2003. Microbial
mengurangi libah kimia seperti H 2 S, Enzyme and Their Application in
ammonia dan lemak. Industry. Prosiding Seminar Industri
Disamping itu pemanfaatan enzim dapat: Enzim dan Bioteknologi (CIEB ’03).
(i) meningkatkan efisiensi proses 3. Freedonia Group. 2003. Specialty &
penyamakan kulit, karena dapat Industrial Enzymes: Market Analysis of
meniadakan proses batting (menghilangkan Biocatalysis. Freedonia, USA.
protein), (ii) mengurangi biaya produksi, 4. Pawiroharsono, S, Setyahadi, S dan A.
karena dapat mengurangi waktu proses dan Lutfi. 2002. Workshop “Pengendalian
bahan yang digunakan untuk penyamakan pencemaran Air Limbah Usaha Kecil”
kulit, (iii) dan meningkatkan kualitas kulit dengan kasus industri kulit
yang mampu memenuhi persyaratan SII. Sukaregang, Garut. Kementerian
Penggunaan enzim ini sekaligus dapat Lingkungan Hidup, 23 – 24 September
menjawab issue “clean production”, yaitu 2002, Bandung.
dengan memperkenalkan proses 5. Kamini, N.R., Hemachander, C.,
penyamakan ramah lingkungan, Geraldine Sandana Mala, J. dan R.
menghemat devisa, yaitu dengan Puvanakrishnan. 1999. Microbial
menurunnya biaya import, dan dapat enzyme technology as an alternative
menciptakan lapangan kerja, yaitu dengan to conventional chemicals in leather
didirikannya industri enzim protease. industry. Department of Biotechnology,
Central Leather Research Institute,
Adyar, Chennai 600 020, India
6. Banerjee R. dan B.C. Bhattacharyya.
2001. Enzyme Technology for
improving tannery management in rural
area. Journal of Indian Leather
Technologist Association, 3 (2001) 182-
185

58 Pawiroharsono, S. 2008

Anda mungkin juga menyukai