Suyanto Pawiroharsono
Peneliti di Pusat Teknologi Bioindustri
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
Leather industries contribute significant problems due to the hazard wastes, that threat
to environmental sustainability and to human health. The negative impacts are
particularly caused by the chemical compounds used in the conventional process of
the leather tannery, such as lime, sodium sulphide, chrome, etc.
Enzyme is protein compound from biological system, that acts as catalyst (bio-catalyst).
Enzyme can be used to replace partly or complete the chemicals used in tannery
processes. Recently, micro-organisms are considered a appropriate device to produce
enzymes. Furthermore, it is necessary to select potential micro-organisms for enzyme
production.
“Exolite”, that is first enzyme produced in pilot scale in Indonesia, proved to reduce
significantly pollutant in waste of leather tannery industries. Therefore, the development
of enzyme industry in Indonesia is needed to be supported.
Key words: Enzyme, micro-organisms, leather processing, leather industry, waste
and environmental impact
1. PENDAHULUAN
Pusat Teknologi Bioindustri – BPPT, telah 1). Kultur awal disebut sebagai kultur starter
berhasil mengembangkan teknologi untuk fermentasi berikutnya dan
produksi enzim protease untuk penyamakan seterusnya. Volume starter pada umumnya
kulit dengan menggunakan bakteri Bacillus berkisar anatar 5 – 10 % dari volume
megaterium baik pada skala laboratorium fermentasi berikutnya.
(fermentor 20 liter) maupun pada skala pilot Untuk pengembangan produk skala
(2.000 liter). Selanjutnya enzim protease ini komersial, Pusat Teknologi Bioindustri –
yang dipasarkan dengan nama “Exolite”, BPPT, telah bekerjasama dengan pihak
diharapkan dapat diterima oleh masyarakat, swasta untuk melakukan produksi skala
khususnya oleh industri penyamak kulit. komersial dengan fasilitas fermentor yang
Produk exolite ini telah diuji-cobakan untuk telah dibangun dan dioperasikan pada
penyamakan kulit kambing, domba dan sapi volume 1000 liter dan 2000 liter.
melalui kerjasama dengan Balai Besar
Litbang Industri Barang Karet, Kulit dan 2). Proses pemanenan enzim atau
Plastik dan di industri penyamak kulit di downstream process.
Jogyakarta, Garut dan Magetan 2).
Proses ini merupakan proses hilir untuk
5. METHODOGI PRODUKSI PROTEASE memisahkan media yang mengandung
DAN PENYAMAKAN KULIT enzim dari sel dan selanjutnya dapat
diproses lanjut untuk pemurnian produk
Proses penyamakan kulit ramah tersebut. Hal ini perlu segera dilakukan
lingkungan ini dilakukan dalam beberapa untuk menghindari kerusakan produk,
tahapan, yaitu (Pawiroharsono, dkk., 2002): mengingat enzim adalah senyawa protein.
Proses hilir pada produksi enzim protease
1). Proses fermentasi untuk produksi ini dilakukan dengan teknik penyaringan
enzim protease dengan menggunakan membrane atau
disebut microfilter dengan porositas 0,5
Pada tahap ini pada dasarnya mikron.
menumbuhkan bakteri Bacillus megaterium
secara optimal dalam medium molase - urea 3). Proses penyamakan kulit dengan
di dalam fermentor. Untuk mencapai optimal, menggunakan enzim protease
maka fermentor tersebut dilengkapi agitator
dan aerasi, yang dioperasikan pada Uji coba produk enzim protease (exolite)
temperature 37° C. Apabila fermentasi dilakukan untuk penyamakan kulit kambing,
dilakukan pada volume yang besar, maka domba dan sapi melalui kerjasama dengan
proses fermentasi harus di-scale-up, yaitu Balai Besar Litbang Industri Barang Karet,
dilakukan secara bertahap dari volume yang Kulit dan Plastik, Jogjakarta) dan di industri
kecil ke volume yang besar (lihat Gambar- penyamak kulit di Jogyakarta, Garut dan
54 Pawiroharsono, S. 2008
Gambar 1: Skema proses fermentasi untuk produksi enzim untuk penyamakan kulit.
Magetan, karena di sini fasilitas peralatan sodium sulfida (Na2S) dapat dikurangni
penyamakan kulit lengkap. atau bahkan dapat ditiadakan,
Kulit yang akan disamak lebih dahulu • Mengurangi kerusakan bulu /rambut
dikeringkan dengan ditambahkan garam yang dihasilkan dari proses ini,
agar kulit tidak rusak. Pada prinsipnya sehingga rambut tersebut dapat
proses penyamakan kulit dilakukan digunakan untuk pembuatan produk lain,
mengikuti prosedur baku yang telah atau sebagai hasil samping dapat dijual,
diterapkan di industri kulit yaitu melalui misalnya untuk bahan pengisi jok dan
beberapa tahap sebagaimana terlihat pada sebagainya.
Gambar-2. Dalam hal ini penggunaan enzim • Proses bating (menghilangkan sisa-sisa
hanya dilakukan pada proses penghilangan daging), dapat ditiadakan, karena
bulu atau dehairing (Gambar-2), yaitu pemanfaatan enzim protease sekaligus
sebesar 0,5 – 1 % dari volume kulit yang dapat menghidrolisa protein sisa-sisa
diproses. pada kulit. Ditiadakannya proses bating
berarti pula meniadakan bahan kimia
6. HASIL DAN PEMBAHASAN yang biasa digunakan pada proses ini,
Kulit yang dihasilkan dari hasil uji coba • Dapat menghemat waktu, karena lama
ini selanjutnya dilakukan pengamatan dan proses penyamakan dapat dikerjakan
sekaligus dibandingkan dengan kulit hasil dengan waktu yang lebih singkat.
penyamakan secara konvensional yang 6.2. Dampak lingkungan
biasa dilakukan di industri penyamakan
kulit. Pengamatan tersebut mencakup Penambahan enzim protease pada
aspek: (i) proses penyamakan, (ii) dampak proses penghilangan bulu mempunyai
lingkungan, dan (iii) kualitas kulit yang dampak positif terhadap lingkungan. Pada
kasus pengujian dengan penggunaan enzim
dihasilkan.
protease untuk penyamakan kulit sapi,
6.1. Pada proses penyamakan kulit terlihat bahwa penggunaan enzim
mempunyai manfaat sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengujian ternyata • Menurunkan BOD dan COD, masing-
penambahan enzim protease pada proses masing 12,8 % dan 32,3 %
penghilangan bulu menunjukkan bahwa dibandingkan dengan cara penyamak
paling tidak terdapat 3 kelebihan manfaat, konvensional,
yaitu: • Mengurangi bahan pencemar yang
ditimbulkan dalam proses penyamakan
• Mempermudah dan mempercepat kulit,
proses penghilangan bulu (dehairing), • Menciptakan kondisi yang lebih aman
dan sekaligus dimana pada proses ini baik untuk pekerja, lingkungan maupun
bahan kimia yang biasa digunakan yaitu masyarakat.
Penerapan Enzim... J.Tek.Ling. 9 (1): 51-58 55
Gambar-2: Diagram alir penggunaan enzim pada proses penyamakan kulit
Hasil selengkapnya analisa air limbah pencemaran industri penyamak kulit dapat
dari proses penyamakan kulit sapi cara diturunkan.
konvensional dan dengan menggunakan Berdasarkan Tabel-1, di atas
enzim protease tercantum di Tabel-1. menunjukkan bahwa penggunaan enzim
Berdasarkan Tabel-1, di atas dapat mengurangi jumlah polutan pada
menunjukkan bahwa penggunaan enzim limbah industri penyamakan kulit, sehingga
dapat mengurangi jumlah polutan pada dampak negatif yang ditimbulkan dari
limbah industri penyamakan kulit, sehingga pencemaran industri penyamak kulit dapat
dampak negatif yang ditimbulkan dari diturunkan.
Tabel 1: Hasil uji air limbah proses buang bulu kulit sapi dengan Na2S dan Enzim
Prorease
6.3. Kualitas kulit yang dihasilkan memperbaiki kualitas kulit, yaitu: kulit
Penambahan enzim protease pada menjadi lebih halus / lembut 6)
dan mudah
proses penghilangan bulu ternyata juga dilipat. Kemudian, Banerjee menunjukkan
berdampak posistif terhadap kualitas kulit bahwa kekuatan tarik dan
yang dihasilkan, dimana kualitas kulit daya regang (kemuluran dan kekuatan
bertambah baik dan memenuhi SII robek) kulit juga lebih baik, yaitu naik sekitar
(Standardisasi Industri Indonesia). Data 30–5%. Disamping itu, pemanfaatan enzim
pengujian kualitas kulit sapi yang diproses protease (exolite) sebagai produk lolal, pada
dengan enzim protease (exolite) dan tanpa proses penghilangan bulu mempunyai
exolite, berdasarkan kekuatan tarik dan dampak terhadap perekonomian negara,
kemuluran kulit terlihat pada Tabel-2. karena:
Pengaruh perlakuan enzim terhadap • produksi enzim dapat memanfaatkan
peningkatan kualitas kulit juga dilaporkan bahan baku lokal (molasis) yang
5)
oleh Kamini, dkk . (1999), yang telah harganya lebih murah,
membuktikan bahwa penggunaan enzim • berpotential menghemat devisa, karena
pada proses penyamakan kulit dapat produk yang dihasilkan dapat berfungsi
56 Pawiroharsono, S. 2008
sebagai bahan substitusi import atau • dapat menciptakan lapangan kerja untuk
mengurangi bahan penyamak kulit produksi dan distribusi bahan penyamak
yang sebagaian besar merupakan tersebut yang telah dihasilkan.
bahan import , dan
Tabel 2: Kualitas kulit upper dari kulit sapi yang diproses dengan Exolite
58 Pawiroharsono, S. 2008