Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KUALITAS SILASE BERBASIS KULIT NANAS DAN DEDAK DENGAN

PENAMBAHAN BERBAGAI LEVEL EM4 (Effective Microorganisme-4) TERHADAP


KANDUNGAN SK DAN KECERNAAN BO, BK

BAB I
PENDAHULUAN

Produktivitas ternak ruminansia khususnya di Indonesia masih tergolong rendah.


Rendahnya produktivitas tersebut diesebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah
pakan. Manajemen pakan merupakan salah faktor penting dalam keberhasilan usaha
peternakan. Pakan ternak ruminan dapat digolong menjadi hijauan dan konsentrat, untuk
menekan biaya pakan dapat mengganti dengan pakan alternatif yang harus memperhatikan
kandungan pakan tersebut agar kebutuhan ternak terpenuhi.
Potensi limbah buah nanas sampai saat ini sebagai sumber pakan ternak cukup tinggi,
karena tingkat rendemen sekitar 15%, dapat diartikan bahwa hasil dari limbah kulit nanas dan
limbah perasan daging buah berkisar 85% dari produksi nanas. Terdapat sekiar 596 ribu ton per
tahun limbah kulit nanas yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak alternatif. Kulit
nanas memiliki nutrien yang cukup tinggi yaitu bahan kering 14,22%, protein kasar 3,50%, serat
kasar 19,69%, lemak kasar 3,49%, dan Neutral Deterget Fibre (NDF) 57,27% dan merupakan
sumber energi dengan kandungan Gross Energy 4481 kkal/kg (Ginting, dkk. 2005). Kulit nanas
masih memiliki nutrien yang cukup baik yaitu bahan kering 88,95%, abu 3,82%, serat kasar
27,09%, protein kasar 8,78%, dan lemak kasar 1,15%. Kulit nanas berpotensi sebagai sumber
pakan ternak (Nurhayati, 2013).
Limbah nanas yang belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang sehingga akan
menimbulkan masalah lingkungan atau pencemaraan lingkungan maka pemanfaatan limbah
buah nanas perlu diperhatikan untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu alternatif
pemanfaatan dari limbah buah nanas yaitu dapat dilakukan dengan fermentasi.
Silase adalah pakan yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan dengan kandungan
air yang tinggi. Keberhasilan pembuatan silase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat
diawetkan. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada
dalam tanaman dan yang tidak dikehendaki, mikroba epiphytic (seperti yang biasa terdapat
dalam hijauan) serta mendorong berkembangnya bakteri penghasil asam (Syahriani Syahrir,dan
Intan Dwi Novieta, 2016)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh berbagai
penambahan level EM4 pada kulit nanas dan dedak terhadap kandungan energi dan VFA, serta
berapakah jumlah penambahan EM4 yang sesuai agar didapat fermentasi yang baik.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
berbagai level EM4 terhadap kandungan energi dan VFA pada level EM4 yang berbeda

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN


Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi ilmiah bagi semua pihak tentang
penggunaan bahan pakan alternatif menggunakan bahan kulit nanas dan dedak yang
difermentasi dengan penambahan berbagai level EM4 terhadap kualitas fermentasi dari segi
kandungan energi dan VFA. Selanjutnya hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk pengembangan fermentasi kulit nanas pada penelitian dimasa depan.

1.5 KERANGKA PIKIR


1.6 HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah pengaruh penambahan EM4 terhadap kandungan silase
kulit nanas dan dedak yang mempengaruhi kualitas terhadap kandungan SK dan kecernaan
BO,BK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Nanas


Buah nanas merupakan tanaman buah yang dibudidayakan didaerah tropis dan subtropis
.Nanas merupakan tanaman semak yang memiliki bahasa latin yaitu (Ananas comosus L. Merr)
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah tropis yang
terdapat di Indonesia dengan penyebaran merata. Buah nanas banyak dimanfaatkan oleh
sebagian besar masyarakat untuk kebutuhan konsumsi. Selain dikonsumsi dalam kondisi segar,
nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri perkebunan dengan berbagai hasil
produk macam olahan nanas seperti selai, manisan, sirup, dodol, keripik, buah kaleng, dan lain-
lain. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (2016)
Menurut Sianipar (2006) limbah nenas merupakan bagian kulit luar dan bagian inti buah
yang terbuang pada saat pengolahan sari buah nenas. Komposisi limbah nenas ini mencapai
40%, dimana didalamya terdapat kandungan sisik sebesar 5%. Nurhayati (2013),
menambahkan limbah kulit nenas yang dihasilkan dari industri pengolahan buah nenas
mencapai 27% dari total produksi buah nenas.
Sementara Ginting et al., (2005) menyatakan kulit nenas mengandung nutrien yang
cukup tinggi yaitu bahan kering 14,22%, bahan organik 81,90%, abu 8,1%, protein kasar 3,50%,
serat kasar 19,69%, lemak kasar 3,49% dan neutral digstible fiber (NDF) 57,27% dan merupakan
sumber energi dengan kandungan bruto 4.481 kkal.
Nurhayati (2013) mendapatkan bahwa kulit nenas masih memiliki nilai gizi yang baik
yaitu bahan kering 88,9503%, abu 3,8257%, serat kasar 27,0911%, protein kasar 8,7809% dan
lemak kasar 1,1544%.

2.3 EM4

Bioteknologi fermentasi saat ini perkembangannya cukup pesat baik dalam bidang
pertanian maupun peternakan mengingat peranannya dalam peningkatan produksi cukup
besar. Bioteknologi fermentasi pada prinsipnya dapat menaikkan kualitas bahan berserat
tinggi, baik oleh adanya penyederhanaan fraksi serat kasar menjadi komponen dasar energi
tersedia maupun protein sel tunggal yang berasal dari multiplikasi biomassa sel
mikroorganisme. Salah satu bioteknologi fermentasi yang dapat digunakan ialah bioteknologi
“Effective Microorganisms” (EM)
BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2019,
bertempat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.

3.2 Materi Penelitian


3.2.1 Silase Pakan Lengkap
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silase pakan lengkap yang dibuat
dari Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) dan Dedak yang diperoleh dari Batu dan
dilakukan pencampuran semua bahan kemudian ditambahkan EM4 0%, 3%, 6% dan 9%.
Bahan tambahan yang digunakan adalah EM4 diperoleh dari Batu.
3.2.2 Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan yang digunakan pada uji kandungan SK yaitu eter petrolium ringan, asam
sulfat, aseton kualitas teknik dan KOH 0,23 M. Uji kecenaan BK dan BO menggunakan
larutan penyaangga phospat bikarbonat yang terdiri dari 3 larutan yaitu campura yang
dilarutkan dalam air distilasi sampai 1 L (46,5 g NA2HPO4 . 12 H2O, 49,0 g NaHCO3, 2,35 g
NaCl, 2,85 g KCl; larutan 6% MgCl2; larutan 4% CaCl2), larutan HCl – pepsin, larutan Na-
karbonat, larutan Na-karbonat 10%, gas CO2.
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan silase pakan lengkap berbasis
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) dan Dedak dengan penambahan EM4 dikelompokkan
menjadi enam peralatan pembuatan silase pakan lengkap, peralatan uji kandungan SK,
kecernaan BK, kecernaan BO secara in vitro, peralatan uji PK dan peralatan uji BAL.
Peralatan yang digunakan meliputi:
1. Peralatan pembuatan silase pakan lengkap meliputi: plastik bening, lakban, gunting,
timbangan analitik, vacum pump dan baskom.
2. Peralatan uji kandungan SK meliputi: timbagan analitik, krusibel penyaring, alat
pemanas, peralatan filtrasi, pasir laut, desikator, oven kering berventilasi, tanur.
3. Peralatan uji kecernaan BK dan BO meliputi: sapi berfistula rumen, termos, tabung
fermentor, water bath, storage flask 5L, sentrifus, penyemprot otomatis, motor
stirrer, kain nilon, kain halus, tabung gas, penyaring dengan pompa vakum, labu
ukur, pipet 10 ml, pH meter, termometer, oven 105°C, tanur 600°C, cawan proselin,
eksikator, timbangan analitis
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah penambahan EM4 terhadap kandungan SK dan kecernaan BK dan BO
secara in vitro pada silase pakan lengkap berbasis Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) dan
Dedak Ada pun penambahan yang dilakukan yaitu P0 0%, P1 3%, P2 6% dan P3 9% dari total
jumlah EM4 yang digunakan dalam pembuatan silase pakan lengkap. Penentuan pemberian
EM4 pada penelitian ini mengacu pada Santosa, Hanung dan Roisu (2015). Berikut model
tabulasi data penelitian dapat dilihat pada tabel

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4

P0 P0U1 P0U2 P0U3 P0U4

P1 P1U1 P1U2 P1U3 P1U4

P2 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4

P3 P3U1 P3U2 P3U3 P3U4

Keterangan:
P0: Silase pakan lengkap berbasis 80% kulit nanas, 20% dedak padi tanpa penambahan
EM4
P1: Silase pakan lengkap berbasis 80% kulit nanas, 20% dedak dengan penambahan
EM4 sebanyak 3%
P2: Silase pakan lengkap berbasis 80% kulit nanas, 20% dedak penambahan EM4
sebanyak 6%
P3: Silase pakan lengkap berbasis 80% kulit nanas, 20% dedak penambahan EM4
sebanyak 9%

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Proses Pencacahan Hijauan
Prosedur pembuatan silase pakan lengkap dilakukan dengan Kulit nanas (Ananas
comosus L. Merr) dan Dedak dipotong terlebih dahulu setelah itu dichopper dengan ukuran
2-3 cm kemudian dilayukan selama 24 jam untuk menurunkan kadar airnya.

3.4.2 Proses Pembuatan Silase Pakan Lengkap


Prosedur pembuatan silase pakan lengkap dilakukan dengan cara sebagai berikut:
dikumpulkan kulit nanas sebanyak 80%, Dedak 20%, yang telah dichopper. Kemudian
diletakkan pada, EM4 sesuai dengan perlakuan dan ditimbang total satu silase dengan total
satu sampel silase. Bahan silase dimasukkan kedalam kantong plastik (silo), dikeluarkan
semua udara dengan vacum pump dan dipadatkan lalu diikat tambahan dengan lakban agar
kondisi anaerob. Kantong plastik disimpan pada suhu ruangan 26-28℃ kemudian disimpan
selama 21 hari. Berikut skema prosedur dapat dilihat pada Gambar.

3.4.3 Proses Pengujian Kandungan Serat Kasar (SK)


Prosedur pengujian kandungan serat kasar dilakukan setelah melalui proses ensilase
selama 21 hari dikeluarkan dari plastik silo lalu diletakkan di wadah, sebagai berikut:

 Ditimbang sampel minimal 1 gram ke dalam krusibel penyaring dan catat berat
sampai akurasi 0,1 miligram.
 Ditempatkan krusibel penyaring pada peralatan filtrasi dan tambahkan kira-kira 30
mililiter eter petrolium ke setiap krusibel penyaring lalu saring dengan pompa
vakum.
 Diulangi pencucian dua kali.
 Dikeringkan residu di udara dan pindahkan secara kuntitatif ke dalam gelas beker.
 Ditambahkan 150 mililiter asam sulfat ke dalam seetiap gelas beker dan didihkan
selama 30 ± 1 menit jika muncul buih tambahkan beberapa tetes agen anti buih.
 Disaring campuran melalui krusibel penyaring dengan menggunakan pompa vakum.
 Dicuci residu 5 kali (setiap kali dengan aquades panas selama 10 menit).
 Ditambahkan sejumlah volume aseton untuk sekedar menutup residu (setelah
beberapa meint ambil aseton melalui pompa penghisap secara pelam-pelan.
 Dituangkan residu secara kuantitatif ke dalam gelas beker.
 Ditambahkan ke dalam setiap gelas beker KOH sebanyak 150 mililiter dan dimasak
selama 30 ± 1 menit.
 Disaring campuran melalui krusibel penyaring dengan menggunakan vakum.
 Dicuci residu dengan air distilasi yang panas sampai cucian menjadi netral.
 Dicuci residu tiga kali dengan menggunakan pompa vakum (setiap kali dengan
aseton sebanyak 30 mililiter) dan dikeringkan residu melalui pompa hisap setelah
setiap pencucian.
 Diletakkan krusibel penyaring dalam oven yang distel pada 103 ± 2° C dan keringkan
selama 4 jam (saat mulai pengeringan telah mencapai suhu 103°C.
 Ditempatkan krusibel penyaring dalam desikator dan biarkan sampai dingin,
ditimbang krusibel secara langsung sampai akurasi skala 0,1 miligram setelah
dikeluarkan dari desikator.
 Ditempatkan krusibel penyaring dalam tanur dan abukan sampel pada 600 ° C selama
2 jam (penetapan waktu awal pengabuan dimulai dsetelah tanur mencapai suhu 550
°C.
 Ditempatkan krusibel penyaring di dalam desikator dan biarkan dingin dan ditimbang
krusibel penyaring secara langsung sampai akurasi skala 1 miligram setelah
dikeluarkan dari desikator.

Presentase SK dihitung dengan menggunakan rumus:


c−b
% LK = × 100
a
Keterangan :
a = Berat sampel awal (g)
b = Berat krusibel penyaring dan residu setelah pengeringan (g)
c = Berat krusibel penyaring dan residu setelah pengabuan (g)

3.4.4 Proses Pengujian Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik


Prosedur pengujian kecernaan BK dan BO dibagi menjagi 2 tahap.
Tahap pertama:

 Digunakan tabung polypropilene 50 ml sebagai tabung fermentor yang sebelumnya


telah diisi sampel sebanyak 0,5 g.
 Disiapkan setiap tabung yang sesuai perlakuan.
 Ditambahkan larutan 30 ml MC Dougall dan cairan rumen dengan rasio 4:1.
 Disiapkan tabung tanpa sampel (tabung blangko) dan diperlakukan dengan sama,
residu dari blangko selajutnya dalam perhitungan kecernaan sampel yang akan
menjadi penguran residu kecernaan pakan.
 Dicampur larutan dari MC Dougall dan cairan rumen terus menerus dialiri gas CO2
untuk menjamin kondisi anaerob sampai pH di angka 6,9.
 Dimasukkan campuran tersebut lalu dalam tabung fermentor kemudian segera
ditutup dengan karet berkatup (katup yang berfungsi untuk pelepas gas hasil
fermentasi).
 Diinkubasi tabung 39℃ selama 48 jam dalam inkubator.

Tahap kedua:

 Ditambahkan semua tabung berturut-turut 1 ml HCl 4 N dan 0,06 g pepsin.


 Diinkubasi kembali pada suhu 39℃ selama 48 jam dalam inkubator.
 Akhir dari tahap ini adalah isi tabung disaring dengan menggunakan sintered glass
 Dianalisis residunya lebih lanjut untuk mendapatkan perubahan pada kecernaan.
Daya Cerna In Vitro Bahan Kering (DCIVBK) dan Daya Cerna In Vitro Bahan Organik
(DCIVBO) dihitung menggunakan rumus:

DCIVBK ( % )=¿ ¿

DCIVBO ( % ) =¿ ¿

Keterangan :
BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik

3.5 Variabel Penelitian


Variabel yang diamati dalam pengujian penambahan EM4 terhadap silase pakan
lengkap berbasis kulit nanas dan dedak terhadap kandungan SK dan kecernaan BK dan BO
secara in vitro adalah sebagai berikut:
1. Pengujian kandungan SK menggunakan peralatan filtrasi berdasarkan metode AOAC
(1980). Prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran.
2. Pengujian kecernaan BK dan BO menggunakan sapi berfistulas rumen berdasarkan
metode Tilley dan Terry (1963). Prodesur pengujian dapat dilihat pada Lampiran.

3.6 Analisis Data


Data yang dieroleh dari hasil pengujian kandungan SK dan kecernaan BK dan BO
secara in vitro menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dan bantuan Microsoft
Excel, dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan (Gazper, 1994) dengan model matematika sebagai
berikut:
Rancangan Acak Kelompok (RAK) : Yij = μ + τi + ßj + εij
Keterangan :
Yij : Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
μ : Rataan umum
Τi : Pengaruh perlakuan ke-i
ßj : Efek kelompok ke-j
εij : Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
3.7 Batasan Istilah
Silase Pakan Lengkap : Silase yang dibuat dari campuran antara kulit nanas dan
Dedak
Ensilase : Proses yang terjadi dalam silase selama 21 hari.
Serat Kasar (SK) : Bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terutama terdiri dari pati,
dengan cara analisis kimia sederhana.
Bahan Kering (BK) : Mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah cukup untuk
pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bagian dari enzim
dan hormon.
Bahan Organik (BO) : Golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen
penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri
untuk menghasilkan asam laktat.

Anda mungkin juga menyukai