OLEH :
KEOMPOK B3
2017
BAB II
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) adalah Kompleks bangunan dengan desain dan
konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan
sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat.
Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik
untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim yang dapat
mengurai/memecah beberapa komponen gizi (protein, lemak) yang akhirnya menyebabkan
pembusukan daging. Oleh sebab itu, daging dikategorikan sebagai pangan yang mudah rusak
(perishable food).
Salah satu tahap yang sangat menentukan kualitas dan keamanan daging dalam mata
rantai penyediaan daging adalah tahap di rumah pemotongan hewan (RPH). Di RPH ini
hewan disembelih dan terjadi perubahan (konversi) dari otot (hewan hidup) ke daging, serta
dapat terjadi pencemaran mikroorganisme terhadap daging, terutama pada tahap eviserasi
(pengeluaran jeroan). Penanganan hewan dan daging di RPH yang kurang baik dan tidak
higienis akan berdampak terhadap kehalalan, mutu dan keamanan daging yang dihasilkan.
Oleh sebab itu, penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan di RPH sangatlah
penting, atau dapat dikatakan pula sebagai penerapan sistem produk safety pada RPH. Aspek
yang perlu diperhatikan dalam sistem tersebut adalah higiene, sanitasi, kehalalan, dan
kesejahteraan hewan.
1. Lokasi
Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR), dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK)
Tidak berada di bagia kota yang padat dan letaknya lebih rendah dari pemukiman
penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan
Tidak dekat dengan industri (logam, kimia), tidak berada di daerah banjir, bebas asap,
bau, debu dan kontaminasi lain.
Memiliki lahan yang relatif datar dan cukup luas untuk pengembangan RPH.
RPH Oeba :
Pada pengamatan yang dilakukan, lokasi RPH oeba berada di pinggir jalan yang padat
penduduk. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan.
2. Sarana
Sistem pengturan pembuangan limbah di RPH Oeba bisa dikatan kurang efektif, hal ini
terlihat dai fotoyang diambil beberapa waktu lalu paska pengamatan rumah potong hewan,
ditu terlihat bahwa kotoran sampah organikmaupun non organik dibuang begitu saja, terlihat
ada botol air mineral kulit sampoh maupun kotak makanan belum lagi ditambah dengan feses
hewan, tulang serta semua bekas hewan yang tidak digunakan lagi. Kemudian dengan jarak
tempat pembuangan limbah yang cukup berdekatan dengan kandang hewan mauun rumah
pekerja. Dengan kondisi seperti seperti ini maka dapat membawa efek yang kurang baik,
buka hanya untuk ternak tapi bagi kualitas daging yang dihasilkan. Karna bisa saja efek
sanitasi dan juga hygiene berpotensi tinggi.
Seharusnya pengaturan limbah rumah potong hewan harus ditata sesuai dengan kontruksi
bagunan dan tempat pembuangan lmbah yang baik contohnya seperti:
Perencanaan bagunan RPH terkhususnya pembuangan limbah sebaiknya harus sesuai
dengan standar yang telah ditentukan dan sesaui dengan standar nasional yang
menjamin efek sanitasi dan hygiene.
Pengolahan limbah RPH harus sesaui dengan AMDAL
Jarak tempat pembungan limbah harus cukup jauh dari kandang maupun rumah
pekerja tinggal.
Sebaiknya tempat pembuangan limbah dibuat sedemikian rupa agar tidak tergenag air
dan juga dipisahkan limbah padat dan cair.
Dan selalu dibersihkan sehabis aktivitas pemotongan hewan dan juga penggunaan
desinfektan.
Sumber air yang digunakan di RPH Oeba merupakan sumber air yang berasal dari mata air.
Dimana air yang terdapat di RPH tersebut juga sumber air mengalir yang diguanakan untuk
mencuci hasil limba ternak seperti daging. Hal ini bisa dikatan cukup baik karna air yang
digunakan air mengalir namun disisi lain beberapa pekerja ada yang menggunakan air
tersebut untuk mencuci tubuh hewan dari kotor maupun darah ditubuh hewan dengan
langsung dicelupkan pada saluran air tersebut sehingga air tersebut bercampur dengan limbah
ternak. Hal ini merupakan tindakan yang kurang baik yang ditunjukan dari para pekerja
tersebut, bisa saja efek sanitasi maupun hiegene berdampak pada kondisi seperti ini.
Jadi seharusnya perlu adanya tindakan penangan dari dokter hewan untuk menyikapi hal
tersebut sehingga tidak terjadinya sesuatu hal yang tidak diingikan terkhususnya berhubungan
dengan hiegene dan sanitasi.
3. Bangunan dan Tata Letak
RPH kota Kupang masih sangat sederhana, di RPH terdapat dua ruangan terdiri dari
kantor dan ruang pemotongan. Pada ruang pemotongan, terdapat satu pintu,beberapa
jendela sebagai sirkulasi udara.
Gambar. RPH terdapat dua ruangan terdiri dari kantor dan ruang pemotongan
Dinding
Tinggi dinding minimum 3 meter. Dinding bagian dalam berwarna terang, terbuat dari
bahan yang kedap air, tahan terhadap benturan keras, namun mudah korosif dan
dinding sudah terlihat mengelupas.
Langit-langit
Langit-langit berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mengelupas, kuat, mudah
dibersihkan dan tidak adanya lubang atau celah terbuka pada langit-langit.
4. Peralatan
Seluruh perlengakapan pendukung dan penunjang di RPH harus terbuat dari bahan
tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat. Peralatan
yang langsung berhubungan dengan daging harus terbuat dari bahan yang tidak toksik, tidak
mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat. Berdasarkan hasil
pengamatan pada RPH Oeba penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam,
cukup panjang dan memiliki gagang. Proses penyembelihan dilakukan setelah hewan diikat
pada tiang bangunan utama, tidak disiapkan tempat penampungan darah sehingga darah
ternak dibiarkan pada lantai. Tidak terdapat air untuk membersihkan pisau, pisau dibersihkan
dengan cara diasah pada robekan kardus. Berdasarkan pengamatan pada RPH Oeba peralatan
seperti pisau yang digunakan untuk menyembelih juga digunakan untuk pekerjaan karkas.
Tidak ada pembagian tugas yang jelas diantara para petugas RPH dalam penanganan karkas
dan penyembelih sehingga masing masing petugas turut ambil bagian dalam beberapa
perkerjaan sekaligus.
Penyembelihan dilaksanakan dengan meletakkan pisau pada samping rahang bawah
yang berbatasan dengan telinga pada leher dan dilaksanakan penyembelihan dengan
memotong pembuluh darah arteri karotid dan vena jugularis, saluran pernapasan dan saluran
makanan, proses penyembelihan dilakukan menggunakan pisau yang tajam sehingga
penyembelih hanya melakukan satu kali sayatan. Setelah penyembelihan dibiarkan beberapa
menit, dibiarkan diatas lantai kemudian disiram dengan air supaya darah dapat keluar dengan
sempurna. Hewan yang telah pingsan tidak diangkat pada bagian kaki belakang dan
digantung melainkan langsung di kuliti dan dilakukan proses eviserasi.
Di dalam bangunan utama pada RPH dilengkapi dengan sistem rel (railing system)
dan alat penggantung karkas yang didisain khusus serta disesuaikan dengan alur proses.
Sistem rel ini didisain dari bahan yang tidak mudah korosif yaitu besi dan dilengkapi dengan
tali nilon yang difungsikan untuk menggantung karkas yang akan dikuliti. Pada sistem rel ini
tidak hanya digunakan untuk menggantung karkas yang akan dikuliti juga digunakan untuk
menggantung jas hujan, helm dan plastik milik para pejagal.
Pada pintu masuk bangunan utama RPH Oeba disediakan sarana mencuci tangan yaitu
sebuah bak permanen yang terbuat dari semen yang berisi air dan dibiarkan tanpa penutup,
sumber air dibiarkan mengalir melalui pipa terbuka, air dalam bak tersebut selain
dimanfaatkan untuk mencuci tangan juga dimanfaatkan untuk mencuci karkas dimana air
langsung diambil mengguanakn ember. Menurut SNI 01 - 6159 1999 tentang RPH sarana
mencuci tangan yang tersedia di RPH harus didisain khusus (tangan tidak menyentuh kran)
setelah mencuci tangan, dilengkapi dengan sabun dan pengering tangan (tissue, hair drier)
dan tempat sampah tertutup yang dioperasikan dengan menggunakan kaki. Sarana untuk
mencuci tangan disediakan disetiap tahap proses pemitingan dan diletakkan ditempat yang
mudah terjangkau (tempat penurunan ternak, kantor, ruang istirahat/kantin, kamar mandi/wc).
Pada pintu masuk bangunan utama terdapat sarana mencuci tangan dan sepatu boot yang
dilengkapi dengan sabun, desinfektan dan sikat sepatu.
Berdasarkan hasil survei di RPH Oeba diamati bahwa pada pintu masuk bangunan
utama disediakan sebuah bak berisi air yang dimanfaatkan untuk mencuci tangan sekaligus
untuk mencuci karkas tanpa dilengkapi dengan sepatu boot yang dilengkapi dengan sabun,
desinfektan dan sikat sepatu. Sarana mencuci tangan tersebut tidak dilengkapi dengan sabun
dan pengering tangan. Berdasarkan pengamatan tidak terdapat tempat sampah disekitar
bangunan utama tersebut.
Pada RPH Oeba tidak ada pemisahan ruang antara ruang penyembelihan dan ruang
eviserasi. Setelah ternak disembelih ternak kemudian langsung disiram mengguanakan air
yang dimabil dari bak dan kadang diambil dari selokan yang melewati ruang utama tersebut,
setelah proses pengeluaran darah selesai dilanjutkan dengan proses eviseasi. Proses eviserasi
dilakukan pada ruangan yang sama dengan ruang penyembelihan dimana ternak langsung
diletakkan di lantai. Pada ruang tersebut tidak dilengakapi dengan sarana/peralatan untuk
mengeluarkan isi dan pencucian jeroan, alat penggantung hati, paru, limpa dan jantung.
Jeroan langsung dikeluarkan secara manual oleh para petugas dengan mengguanakan pisau
atau parang.
Jeroan diletakkan di sudut lantai ruangan untuk bersihkan oleh para petugas. Jeroan
tersebut langsung dibersihkan menggunakan air yang diambil dari bak dan kadang diambil
dari selokan yang melewati ruang tersebut. Adapula bagian dari jeroan tersebut yang
langsung di bersihkan pada air yang mengalir pada selokan dalam ruangan tersebut. Seteleh
dibersihkan jeroan kemudian dimasukkan kedalam karung dan diletakkan tetap di sudut
ruangan yang sama. Beberapa bagian jeroan seperti rumen kadang diletakkan bersamaan
dengan karkas.
Sama halnya dengan jeroan, kulit juga diletakkan pada ruang yang sama yaitu pada
lantai di pinggir ruangan yang terpisah dari jeroan dan tidak dilengkapi dengan
sarana/peralatan untuk mencuci kulit. Bagian kepala langsung ditempatkan pada lantai
disamping bak air untuk kemudian dibersihkan oleh petugas khusus di belakang ruang tempat
sapi diistirahatkan. Bagian kaki kemudian digantung pada tali nilon pada sistem rel pada
ruang utama untuk dikuliti. Beberpa kaki ternak sebelum digantung ditempatkan pada lantai.
Pada RPH tersebut karkas ditempatkan pada tempat khusus yaitu diatas keramik. Pada
keramik tersebut juga diletkkan bagian jeroan seperti rumen, keranjang dan karung untuk
pengemasan.
Pada RPH tersebut tidak disediakan sarana/peralatan untuk membersihkan serta
mendesinfeksi ruang dan peralatan, juga tidak disediakan lemari dengan kunci serta ruang
ganti pakaian untuk menyimpan barang pribadi para petugas sehingga para petugas seringkali
menggantung barang pribadi seperti jas hujan, plastik, keranjang dan helm pada sistem rel,
keramik tempat karkas dan pada terali jendela. Pada RPH tersebut tidak disediakan
perlengakpan standar untuk karyawan seperti pakaian kerja khusus, apron plastik, penutup
kepala, penutup hidung dan sepatu boot sehingga diamati bahwa para petugas hanya
mengenakan baju kaos oblong dan baju kaos berkerah, celana pendek, topi, tidak
mengenakan masker, apron, sepatu boot serta hanya mengenakan sendal jepit bahkan ada
pula yang tidak mengenakan alas kaki.
Pisau yang digunakan untuk menyembelih Pembersihan pisau dengan cara diasah pada
dan penangan karkas robekan kardus
Bak air permanen yang dimanfaatkan untuk Setelah ternak pingsan langsung disiram
mencuci tangan dan mencuci karkas. Air mengguanakan air yang dimabil dari
langsung diambil mengguanakn ember selokan yang melewati ruang utama untuk
kemudian dilakukan proses eviserasi
Proses eviserasi yang dilakukan pada ruangan Jeroan diletakkan di sudut lantai ruangan
yang sama dengan ruang penyembelihan kemudian langsung dibersihkan
dimana ternak langsung diletakkan di lantai. menggunakan air yang diambil dari selokan
yang melewati ruang tersebut.
Kulit juga diletakkan pada ruang yang sama Bagian kepala langsung ditempatkan pada
yaitu pada lantai di pinggir ruangan yang lantai disamping bak air untuk kemudian
terpisah dari jeroan dan tidak dilengkapi dibersihkan oleh petugas khusus di belakang
dengan sarana/peralatan untuk mencuci kulit. ruang tempat sapi diistirahatkan.
Bagian kaki digantung pada tali nilon pada sistem rel pada ruang utama untuk dikuliti.
Beberpa kaki ternak sebelum digantung ditempatkan pada lantai. Karkas ditempatkan pada
tempat khusus yaitu diatas keramik yang juga diletkkan bagian jeroan seperti rumen,
keranjang dan karung untuk pengemasan.
5. Petugas RPH
Standar untuk petugas RPH :
Setiap petugas harus sehat dan diperiksa secara rutin mainimal 1 kali dalam setahun
Setiap petugas harus mendapat pelatihan yang berkesinambungan tentang higiene dan
sanitasi
Petugas yang akan melakukan pemotongan hewan harus menggunakan pakaian yang
khusus, masker, sarung tangan dan sepatu boot
Petugas pada daerah bersih dan kotor harus terpisah
RPH Oeba :
Pada pengamatan di RPH oeba, petugas tersebut tidak menerapkan sistem hiegene
yang baik dan benar. Berdasarkan gambar di bawah, petugas tidak menggunakan pakaian
khusus, masker, sarung tangan dan sepatu boot. Pada gambar bagian kiri, petugas RPH hanya
menggunakan sendal jepit sedangkan pada gambar bagian kanan petugas RPH tidak
menggunakan alas kaki.
Petugas yang melakukan pemotongan pada daerah bersih dan daerah kotor di lakukan
pada tempat yang sama, sehingga hal ini dapat memudahkan terjadinya kontaminasi daging.
Gambar. Pada gambar bagian kiri, petugas RPH hanya menggunakan sendal jepit
sedangkan pada gambar bagian kanan petugas RPH tidak menggunakan alas kaki.
RPH Oeba :
Pada RPH yang didatangi tidak adanya dokter hewan sehingga pemeriksaan
antemortem dan postmortem tidak dilakukan. Hanya terdapat petugas pemotong hewan yang
siap untuk memotong hewan.
RPH Oeba :
Pada pengamatan di RPH oeba, daging yang telah dipotong-potong akan di masukkan
dalam karung dan siap untuk dibawa. Pada saat pemotongan hewan, jeroan dipisahkan dari
tubuh hewan, namun pada saat akan dilakukan pengangkutan, jeroan dimasukkan dan
digabung dengan daging yang telah dipotong ke dalam karung. Hiegene dari penyimpanan
daging dalam karung kurang baik karena menyebabkan daging terkontaminasi apalagi karung
tersebut diletakkan di lantai yang kotor.
Kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan adalah motor, sehingga untuk
pengaturan suhu dari daging tidak sesuai, hal tersebut dapat menyebabkan daging cepat
membusuk.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Badan Standarisasi Nasional (1999); SNI tentang Rumah Potong Hewan No. 01-61591999.
Pusat Standarisasi LIPI Jakarta
Manual Kesmavet, 1993. Pedoman Pembinaan Kesmavet. Direktorat Bina Kesehatan Hewan
Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
https://hannayuri.wordpress.com/2011/11/01/undang-undang-peternakan-dan-kesehatan-
hewan-tentang-pemotongan-hewan/