Anda di halaman 1dari 19

Usulan Pengelolaan Limbah Industri

LIMBAH INDUSTRI RUMAH


PEMOTONGAN HEWAN

PROJECT 1
MATA KULIAH PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
DOSEN: Dr. Eng. Awaluddin Nurmiyanto., S.T., M.Eng.

KELOMPOK 2, KELAS C
1. RIYANTO WICAKSONO 18513030
2. DEVARA ANDRE SUMAR 18513036
3. OKTANA SINAR HARAPAN PUTRA 18513046
4. KAHFINDRA MUFASHAL ATTHARIQ 18513050
5. WAHYU DEVI ASTUTI 18513055
1. Deskripsi Singkat Industri
Rumah pemotongan hewan adalah suatu bangunan atau komplek bangunan
dengan desain dan syarat tertentu yang akan digunakan sebagai tempat memotong hewan
bagi kebutuhan konsumsi masyarakat umum. Lokasi Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
harus memenuhi persyaratan yang berlaku, yaitu tidak menimbulkan gangguan dan
pencemaran lingkungan dan mempunyai akses pasokan air bersih yang cukup untuk
pelaksanaan pemotongan hewan, kegiatan pembersihan, dan desinfeksi (Tawaf et al,
2013)
Jumlah pemotongan sapi tercatat di Negara Indonesia cenderung meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan data statistik peternakan dan kesehatan hewan tahun 2016, jumlah
pemotongan sapi tercatat di Indonesia pada tahun 2015 sekitar 2,1 juta sapi atau
meningkat sekitar 2,3% dari tahun 2014 (BPS Provinsi Jawa Barat, 2015)
Berdasarkan hasil evaluasi dan pemantauan Direktorat Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Pascapanen Kementerian Pertanian, sebagian besar kondisi Rumah
Pemotongan Hewan (RPH) di Indonesia sangat memprihatinkan dan belum memenuhi
persyaratan teknis yang berlaku . Secara umum, kegiatan pemotongan hewan di Rumah
Pemotongan Hewan (RPH) ini terdiri dari penerimaan dan penampungan, pemeriksaan,
persiapan untuk penyembelihan, penyembelihan, pengulitan, pengeluaran isi perut,
pembelahan karkas, pelayuan karkas, dan pengangkutan karkas (CAC, 2004)
Kegiatan di dalam Rumah Pemotongan Hewan (RPH) menghasilkan produk
berupa air limbah. Air limbah ini mengandung senyawa organik biodegradable yang
terdiri dari darah, sisa pencernaan urin, pencemar lainnya yang dilakukan setelah proses
pencucian. Air limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) ini sebagian besar dihasilkan
dari proses pembersihan ruangan pemotongan, pencucian saluran pencernaan, dan
pembersihan di kandang hewan (Budiyono, 2011).
Parameter yang dihasilkan dari limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) ini
adalah fisika, kimia, dan biologi. Air limbah RPH ini dapat melebihi baku mutu yang
telah ditentukan sehingga berdampak negatif bagi lingkungan, kualitas air, kehidupan
akuatik, dan kesehatan manusia. Air limbah RPH ini jika berhasil mencemari perairan
akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga ada
aktivitas pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebih. Pemanfaatan oksigen terlarut yang
berlebih ini dapat berdampak buruk terhadap degradasi kualitas air di lingkungan sekitar.
Selain itu, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), amonia (NH3), hidrogen sulfida
(H2S), perubahan pH, dan dapat menimbulkan bau busuk (Mohmud, 2010).
Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang tidak sepenuhnya dikelola
dengan baik akan berpotensi mencemari lingkungan. Berdasarkan riset yang telah
dilakukan, keberadaan RPH di sekitar lingkungan masyarakat bahwa 98% terganggu
dengan keberadaan RPH ini. Pembuangan limbah secara terbuka ke badan air dapat
mencemari kualitas air dan menimbulkan penyakit sehingga akan dirasakan oleh
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar RPH. Sebagaimana yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 2 Tahun 2006 yang menjelaskan bahwa
setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
wajib melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang atau
dilepas ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah RPH (Bello, 2009).

Gambar 1. Tahapan Proses Industri Secara Umum

2. Tahapan Proses Industri

Gambar 2. Tahapan Proses Industri Disertai Input dan Output


Berdasarkan Gambar 2. Berikut merupakan penjelasan tahapan proses dari
Industri Rumah Pemotongan Hewan:
A. Pengadaan hewan ternak
Dimana pada tahap awal ini hewan ternak ditampung di dalam kandang dan
diberi makan serta dibersihkan guna menjaga kualitas daging hasil olahan dengan
menjaga kesehatan hewan. Proses pemberian makan dan juga pembersihan
dilakukan oleh petugas RPH untuk memastikan sapi siap untuk proses
selanjutnya.
B. Pemeriksaan dan persiapan penyembelihan
Sebelum pemotongan hewan ternak diperiksa kesehatannya, yaitu berupa
pemeriksaan fisik. Apabila telah lolos pengecekan kesehatan maka hewan ternak
akan memperoleh registrasi kesehatan dan siap antri untuk proses penyembelihan.
Hewan ternak harus dipastikan tidak diberi pakan 12 jam sebelum proses
penyembelihan untuk mengurangi isi perut sehingga memudahkan untuk
membersihkan jeroan. Kemudian tahap persiapan penyembelihan yaitu dilakukan
pembersihan hewan sebelum dilakukan proses penyembelihan.
C. Tahap penyembelihan
Pada tahap pemotongan ini sapi ditempatkan pada post pemotongan yang
berupa platform dengan sebuah tiang ataupun besi penyangga untuk
menempatkan kepala sapi. Pada penyembelihan darah dari sapi akan langsung
masuk melalui drain floor. Setelah disembelih kepala sapi dipisahkan dari
tubuhnya guna mempermudah proses selanjutnya.
D. Proses pengulitan dan pengeluaran jeroan
Kemudian sapi akan diproses untuk pengulitan dan pengeluaran organ dalam.
Pada tahap ini karkas sapi ditempatkan pada handler untuk menggantung dan
mempermudah proses. Selain itu pada tahapan pemisahan ini juga dilakukan
pemeriksaan lanjutan guna memastikan bahwa sapi bagus baik luar maupun organ
dalamnya. Apabila telah diperiksa kesehatan dan kualitas organnya maka organ
akan dipisahkan baik hati, usus dan organ lainnya.
E. Pemotongan karkas dan Pemprosesan Terakhir
Proses ini adalah proses utama dalam industri RPH karena tujuan utama dari
RPH adalah menghasilkan daging yang sudah siap untuk diproduksi maupun
dijual. Proses ini dilakukan dengan memotong bagian-bagian hewan ternak yang
dapat dikonsumsi dan memisahkan bagian yang tidak dapat dikonsumsi seperti
tulang.
F. Pendinginan
Setelah dilakukan pemotongan daging selanjutnya dilakukan penyimpanan
dalam freezer agar kondisi daging tetap awet dan tidak terkontaminasi.
Kemudiaan daging yang sudah siap untuk didistribusikan akan dipisahkan lalu
dilakukan pencucian dan persiapan untuk dikirim.
G. Pembersihan pabrik
Proses terakhir dalam industri RPH adalah pembersihan yaitu berfungsi untuk
membersihkan sebagian besar pabrik setelah dilakukan proses pemotongan.
Sebagian besar proses dalam RPH menghasilkan kotoran seperti darah, isi jeroan,
kotoran hewan dll maka dari itu perlu ada nya proses pembersihan agar tidak
terjadi kontaminasi pada proses pemotongan selanjutnya.

3. Karakteristik Limbah Industri


Proses industri rumah pemotongan hewan (RPH) biasanya mengandung
kandungan total fosfat (TP), total nitrogen (TN), total organik karbon (TOC), COD, Total
suspended solid (TSS) dan BOD.Berikut adalah karakteristik limbah yang dihasilkan dari
setiap proses yang dijalankan.
Pada tahap penerimaan dan penampungan hewan ternak akan menghasilkan
limbah berupa urin, feses, sisa pakan dan air bekas cucian kandang. Pada tahap ini
ditemukan limbah cair berupa urin dan air bekas cucian pada kandang. Limbah yang
dihasilkan pada tahapan ini akan mengandung kandungan organik yang tinggi seperti
BOD, COD dan TSS yang berasal dari air bekas cucian kandang. Kemudian juga
mengandung kandungan ammonia yang berasal dari urin dan feses hewan ternak.
Selanjutnya adalah tahap persiapan penyembelihan yaitu dilakukan persiapan hewan
sebelum dilakukan proses penyembelihan. Pada tahapan ini tidak menggunakan air pada
saat produksi.
Tahap penyembelihan ditemukan limbah cair berupa darah. Darah merupakan
limbah cair terbesar yang dihasilkan dari RPH. Darah mengandung kandungan organik
yang tinggi seperti Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand
(COD) serta padatan tersuspensi. Kemudian air bekas cucian juga ditemukan pada proses
ini dimana setelah dilakukan penyembelihan dilakukan pencucian untuk membilas darah
yang terdapat pada tempat penyembelihan.
Tahap pengulitan ditemukan limbah berupa kulit (rambut) yang tidak dapat
digunakan. Pada proses ini tidak diperlukan air untuk proses pengulitan. Kemudian pada
tahap pengeluaran jeroan menghasilkan limbah padat berupa kotoran usus, isi rumen sapi
dan organ dalam yang tidak dapat dikonsumsi. Limbah cair yang dihasilkan pada proses
ini berupa air yang digunakan untuk pembersihan isi perut sapi. Kandungan air limbah
mengandung kandungan organik yang tinggi seperti COD dan BOD kemudian
mengandung kandungan nitrogen yang tinggi dan unsur fosfor. termasuk darah, lemak,
minyak dan protein.
Pada tahap selanjutnya yaitu pemotongan karkas dan pemprosesan terakhir.
Limbah cair yang dihasilkan pada proses pembelahan karkas yaitu darah dan air bekas
pencucian. Kemudian limbah padat yang dihasilkan yaitu potongan tulang kecil yang
telah dipisahkan dan tidak dapat dikonsumsi. Karakteristik air limbah yang dihasilkan
mengandung BOD, COD, padatan tersuspensi, minyak dan lemak yang berasal dari
darah, karkas, dan air bekas pencucian.
Tahap pembersihan pabrik menghasilkan timbulan air limbah paling tinggi yaitu
45% kebutuhan air dari setiap proses (N. Aleksić et al., 2020). Karakteristik air limbah
mengandung BOD, COD, TSS, minyak dan lemak dan ammonia. Selain itu disinfektan,
deterjen dan obat-obatan yang digunakan hewan juga terdapat pada limbah RPH (Bustillo
& Mehrvar., 2015)
Tabel 1. Resume Penggunaan Air dan Timbulan Air Limbah

Tahapan Penggunaan Air Timbulan AL Referensi


(L/Bulan) (L bulan-1)

Pengadaan Hewan Ternak (N. Aleksić et al.,


78.500 70.650
2020)

Pemeriksaan dan Persiapan Tidak (N. Aleksić et al.,


-
Penyembelihan menggunakan air 2020)

Penyembelihan dan (N. Aleksić et al.,


345.400 310.860
Pengeluaran Jeroan 2020)

Pengulitan Tidak (N. Aleksić et al.,


-
menggunakan air 2020)
Pemotongan Karkas dan (N. Aleksić et al.,
157.000 141.300
Pemrosesan Terakhir 2020)

Pendinginan (N. Aleksić et al.,


47.100 42.390
2020)

Pembersihan Pabrik (N. Aleksić et al.,


706.500 635.850
2020)

Tabel 2. Resume Karakteristik Air Limbah

Referensi
Parameter
(Aini et al., 2017) (Roniadi et al., 2013) (Mulu & Ayenew,
2015)

BOD (mg/L) 1451,20 32,36 3.980

COD (mg/L) 1862,20 320 11.546,67

TSS (mg/L) 612,00 80 3835,33

Minyak dan
74,48 80 1.825,31
Lemak (mg/L)

NH3-N (mg/L) 28,44 1,924 103,33

pH 6,60 6,66 7,3

Tabel 3. Resume Karakteristik Limbah yang Dihasilkan

Tahapan Karakteristik Referensi

Pengadaan Limbah yang dihasilkan pada tahapan Bugallo, P. M. B., Andrade, L.


hewan ternak ini akan mengandung kandungan C., de la Torre, M. A., &
organik yang tinggi seperti BOD, López, R. T. (2014). Analysis
COD dan TSS yang berasal dari air of the slaughterhouses in
bekas cucian kandang. Kemudian Galicia (NW Spain). Science
juga mengandung kandungan of the Total Environment, 481,
ammonia yang berasal dari urin dan 656-661.
feses hewan ternak
Pemeriksaan Pada tahapan ini tidak menggunakan Aleksić, N., Nešović, A.,
dan Persiapan air pada saat produksi Šušteršič, V., Gordić, D., &
Penyembelihan Milovanović, D. (2020).
Slaughterhouse water
consumption and wastewater
characteristics in the meat
processing industry in serbia.
Desalination and Water
Treatment, 190, 98–112.

Penyembelihan Tahap penyembelihan ditemukan Bustillo-Lecompte, C. F., &


limbah cair berupa darah. Darah Mehrvar, M. (2015).
merupakan limbah cair terbesar yang Slaughterhouse wastewater
dihasilkan dari RPH. Darah characteristics, treatment, and
mengandung kandungan organik management in the meat
yang tinggi seperti Biochemical processing industry: A review
Oxygen Demand (BOD) dan on trends and advances.
Chemical Oxygen Demand (COD) Journal of environmental
serta padatan tersuspensi. management, 161, 287-302.

Pengeluaran Air Limbah yang dihasilkan pada Fatima, F., Du, H., &
Jeroan proses ini berupa air yang digunakan Kommalapati, R. R. (2021).
untuk pembersihan isi perut sapi. Treatment of Poultry
Kandungan air limbah mengandung Slaughterhouse Wastewater
kandungan organik yang tinggi with Membrane Technologies:
seperti COD dan BOD kemudian A Review. Water, 13(14),
mengandung kandungan nitrogen 1905.
yang tinggi dan unsur fosfor.
termasuk darah, lemak, minyak dan
protein.

Pengulitan Tahap pengulitan ditemukan limbah Aleksić, N., Nešović, A.,


berupa kulit (rambut) yang tidak Šušteršič, V., Gordić, D., &
dapat digunakan. Pada proses ini Milovanović, D. (2020).
tidak diperlukan air untuk proses Slaughterhouse water
pengulitan consumption and wastewater
characteristics in the meat
processing industry in serbia.
Desalination and Water
Treatment, 190, 98–112.

Pemotongan Karakteristik air limbah yang Bugallo, P. M. B., Andrade, L.


Karkas dan dihasilkan mengandung BOD, COD, C., de la Torre, M. A., &
Pemrosesan padatan tersuspensi, minyak dan López, R. T. (2014). Analysis
Terakhir lemak yang berasal dari darah, of the slaughterhouses in
karkas, dan air bekas pencucian. Galicia (NW Spain). Science
of the Total Environment, 481,
656-661.
Pembersihan Karakteristik air limbah mengandung Bustillo-Lecompte, C. F., &
Pabrik BOD, COD, TSS, minyak dan lemak Mehrvar, M. (2015).
dan ammonia. Selain itu disinfektan, Slaughterhouse wastewater
deterjen dan obat-obatan yang characteristics, treatment, and
digunakan hewan juga terdapat pada management in the meat
limbah RPH. processing industry: A review
on trends and advances.
Journal of environmental
management, 161, 287-302.

4. Baku Mutu dan Dampak Lingkungan


Baku mutu air limbah (BMAL) adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan. Baku
mutu air limbah industri rumah potong hewan mengacu pada Permen LH no. 15 tahun
2014 lampiran XLV. Baku mutu air limbah industri rumah potong hewan dapat dilihat
seperti Tabel 4.
Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah RPH

Parameter Satuan Kadar Paling Tinggi

BOD mg/l 100

COD mg/l 200

TSS mg/l 100

Minyak dan Lemak mg/l 15

NH3-N mg/l 25

pH - 6-9

Volume air limbah paling tinggi untuk sapi, kerbau, dan kuda: 1,5 m3/ekor/hari
Volume air limbah paling tinggi untuk kambing, dan domba : 0,15m3/ekor/hari
Volume air limbah paling tinggi untuk babi: 0,65 m3/ekor/hari

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa parameter BOD, COD, TSS, minyak dan
lemak, NH3-N, dan pH dapat menjadi indikator pencemaran jika air limbah yang dibuang
ke lingkungan melebihi baku mutu yang ada. Parameter tersebut jika melebihi baku mutu
yang ada juga dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan.
Parameter seperti BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, NH3-N, dan pH yang
melebihi baku mutu air limbah tentu dapat dapat menyebabkan masalah lingkungan jika
dilepaskan pada lingkungan. Sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau habitat. Disamping itu air limbah sering
menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak elok. Setiap parameter
memiliki dampak terhadap lingkungan sesuai dengan sifat dan karakteristiknya seperti
pada Tabel 5.
Tabel 5. Resume Dampak Air Limbah Terhadap Lingkungan

Parameter Dampak Terhadap Lingkungan Referensi

BOD Kadar COD dan BOD yang tinggi jika Aini, A., Sriasih, M., &
dibuang langsung ke lingkungan akan Kisworo, D. (2017). Studi
melebihi kemampuan asimilasi di dalam Pendahuluan Cemaran Air
aliran air maka bakteri akan tumbuh dengan Limbah Rumah Potong
cepat dan mengkonsumsi semua oksigen Hewan di Kota Mataram.
terlarut dan akibatnya akan tercipta kondisi Jurnal Ilmu Lingkungan,
anaerobik. Pengurasan oksigen terlarut dan 15(1), 42.
pertumbuhan bakteri yang berlebihan
mengakibatkan lenyapnya protozoa dan ikan

COD Kadar COD dan BOD yang tinggi jika Aini, A., Sriasih, M., &
dibuang langsung ke lingkungan akan Kisworo, D. (2017). Studi
melebihi kemampuan asimilasi di dalam Pendahuluan Cemaran Air
aliran air maka bakteri akan tumbuh dengan Limbah Rumah Potong
cepat dan mengkonsumsi semua oksigen Hewan di Kota Mataram.
terlarut dan akibatnya akan tercipta kondisi Jurnal Ilmu Lingkungan,
anaerobik. Pengurasan oksigen terlarut dan 15(1), 42.
pertumbuhan bakteri yang berlebihan
mengakibatkan lenyapnya protozoa dan ikan

TSS TSS menyebabkan air menjadi keruh Aini, A., Sriasih, M., &
Kisworo, D. (2017). Studi
Pendahuluan Cemaran Air
Limbah Rumah Potong
Hewan di Kota Mataram.
Jurnal Ilmu Lingkungan,
15(1), 42.

Minyak & Membuang limbah yang mengandung Mulu, A., & Ayenew, T.
Lemak minyak dan lemak ke air permukaan dapat (2015). Characterization-of-
menyebabkan efek toksik pada organisme Abattoir-Wastewater-and-
akuatik misalnya ikan Evaluation-of-the-
Effectiveness-of-the-
Wastewater-Treatment.doc.
November.

minyak dan lemak akan membuat lapisan


yang menutup permukaan air sehingga Aziz, T., Pratiwi, D. Y., &
menghalangi penetrasi sinar matahari ke Rethiana, L. (2013).
dalam air. PENGARUH
PENAMBAHAN TAWAS
Al 2 ( SO 4 ) 3 DAN FISIK
DAN KIMIA AIR SUNGAI
LAMBIDARO. Jurnal
Teknik Kimia, 19(3), 55–65.

NH3-N Menimbulkan bau yang tidak enak Lubis, I., Soesilo, T. E. B.,
& Soemantojo, R. W.
(2020). PENGELOLAAN
AIR LIMBAH RUMAH
POTONG HEWAN DI RPH
X, KOTA BOGOR,
PROVINSI JAWA BARAT
(Wastewater Management of
Slaughterhouse in
Slaughterhouse X, Bogor
City, West Java Province).
Jurnal Manusia Dan
Lingkungan, 25(1), 33.

Kadar amonia yang tinggi pada limbah Aini, A., Sriasih, M., &
disebabkan oleh terjadinya NO3 akibat Kisworo, D. (2017). Studi
proses nitrifikasi dari amonia dari air limbah Pendahuluan Cemaran Air
yang mengandung nitrat tinggi, yang bila Limbah Rumah Potong
disalurkan ke suatu perairan akan dapat Hewan di Kota Mataram.
membahayakan kehidupan akuatik Jurnal Ilmu Lingkungan,
15(1), 42

pH Bila air terlalu basa atau asam maka selain Atima, W. 2015. BOD dan
mengganggu biota atau ekosistem perairan, COD sebagai Parameter
juga akan mengurangi nilai guna air Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal
Biology Science. Vol 4 No 1

5. Potensi Minimasi Limbah Industri


Meningkatnya kebutuhan konsumen akan daging sapi meningkatkan limbah cair
dari kegiatan proses produksi rumah pemotongan daging sapi. Pada proses produksi
daging sapi menghasilkan limbah cair dengan volume yang tinggi, terlebih limbah cair
yang dihasilkan merupakan limbah cair yang dapat mencemari lingkungan. Limbah cair
yang meningkat dapat menimbulkan konsentrasi yang tinggi pada bahan organik yang
terurai di lingkungan. Oleh sebab itu Produksi bersih (Cleaner production) merupakan
salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi timbulan air limbah pada setiap
proses tahap produksi untuk melaksanakan potensi minimasi limbah. Konsep dari
Produksi bersih atau (Cleaner production) adalah dengan pencegahan pencemaran,
pengurangan pada sumber dan minimisasi air limbah. Agar pencegahan dapat berjalan
dengan efisien maka dari itu dilakukan mulai dari tahapan awal, pengurangan
terbentuknya limbah dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui proses pengelolaan
air limbah yang baik. (Dirjen Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian 2007)

Gambar 3. Diagram Alir Potensi Minimasi Limbah

Tabel 6. Potensi Minimisasi Limbah


Tahapan Proses Penjelasan Strategi Minimasi Referensi

Penerimaan dan 1. Menghindari memberi makan hewan Kupusovic, T.,


Penampungan sebelum disembelih untuk mengurangi Midzic, S., Silajdzic,
Hewan jumlah isi perut, sehingga memudahkan I., & Bjelavac, J.
pembersihan usus, dan mengurangi
(2007). Cleaner
jumlah air yang digunakan untuk
pembersihan production
2. Menggunakan kembali air limbah yang measures in small-
relatif bersih dari sistem pendingin scale
untuk mencuci lantai kandang dan truk. slaughterhouse
3. Untuk membersihkan permukaan lantai, industry - case study
semprotan bertekanan jauh lebih efektif in Bosnia and
dan karena itu menggunakan lebih Herzegovina.
sedikit air. Pasang selang untuk
Journal of Cleaner
pembersihan permukaan dengan nozel
semprot. Tekanan 25 - 30 bar Production, 15(4),
direkomendasikan. 378–383.
4. Di kandang hewan pasang selang
berdiameter 25 - 35 mm dilengkapi
dengan 9 - 10 mm Nozzle untuk
memaksimalkan efisiensi pembersihan
5. Kotoran hewan ternak dapat diolah
menjadi pupuk

Penyembelihan 1. Direkomendasikan untuk Kupusovic, T.,


memperpanjang waktu pendarahan Midzic, S., Silajdzic,
hingga setidaknya 7 menit yang akan I., & Bjelavac, J.
memaksimalkan proporsi darah yang (2007). Cleaner
dikumpulkan yang secara signifikan production
berkontribusi pada pengurangan beban measures in small-
polusi dalam limbah. scale
2. Membangun sistem pembuangan darah slaughterhouse
dua arah dengan dua saluran industry - case study
pembuangan, satu ke drum penampung in Bosnia and
darah dan yang lainnya ke tangki septik. Herzegovina.
Selama penyembelihan saluran keluar Journal of Cleaner
ke septic tank akan ditutup sehingga Production, 15(4),
semua darah dialirkan ke drum 378–383.
penampung darah.
3. Pelatihan karyawan dalam
pengumpulan darah, praktik
pembersihan yang baik dan konservasi
air. Program pelatihan diperlukan untuk
melatih karyawan menggunakan sistem
pembuangan darah dua arah dan
menggunakan jumlah air minimum
yang dibutuhkan untuk pekerjaan dan
praktik pembersihan.

Pembersihan Kendalikan konsumsi garam Kupusovic, T.,


(Kepala, kuku Midzic, S., Silajdzic,
dan Penghapusan I., & Bjelavac, J.
tanduk) (2007). Cleaner
production
measures in small-
scale
slaughterhouse
industry - case study
in Bosnia and
Herzegovina.
Journal of Cleaner
Production, 15(4),
378–383.

Pengeluaran isi Mengeluarkan isi sebersih mungkin, agar saat Kupusovic, T.,
pencucian tidak banyak limbah isi perut yang Midzic, S., Silajdzic,
ikut tercampur dengan air bekas cucian. I., & Bjelavac, J.
(2007). Cleaner
production
measures in small-
scale
slaughterhouse
industry - case study
in Bosnia and
Herzegovina.
Journal of Cleaner
Production, 15(4),
378–383.

Pembersihan 1. Untuk mencuci karkas gunakan air Kupusovic, T.,


jeroan dan dingin untuk mengurangi penghilangan Midzic, S., Silajdzic,
Karkas lemak dari permukaan karkas I., & Bjelavac, J.
2. Pasang saluran pembuangan dengan (2007). Cleaner
saringan dan/atau perangkap untuk production
mencegah bahan padat memasuki measures in small-
limbah scale
slaughterhouse
industry - case study
in Bosnia and
Herzegovina.
Journal of Cleaner
Production, 15(4),
378–383.

Pembersihan 1. Selalu lakukan dry cleaning sebelum Kupusovic, T.,


Tempat dicuci dengan air Midzic, S., Silajdzic,
2. Mengubah praktik mencuci dengan I., & Bjelavac, J.
mencuci lantai dengan sudut hingga 60 (2007). Cleaner
derajat dan dengan membilasnya production
dengan air dingin terlebih dahulu measures in small-
3. Memantau Nozzle semprot secara scale
teratur slaughterhouse
4. Pasang pengurang tekanan dan matikan industry - case study
katup untuk mengurangi konsumsi air in Bosnia and
5. Memiliki manajemen secara rutin Herzegovina.
mengukur penggunaan air melalui Journal of Cleaner
meteran setiap hari dan melacak Production, 15(4),
penggunaan air per tahun 378–383.
6. Pasang saluran pembuangan dengan
saringan dan/atau perangkap untuk
mencegah bahan padat memasuki
limbah

6. Opsi Teknologi Pengolahan Limbah Industri

Gambar 4. Diagram alir opsi teknologi pengolahan limbah RPH


Pada Industri Rumah Pemotongan Hewan memiliki timbulan air limbah yang
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Air limbah yang
mengandung beberapa parameter seperti BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, pH,
ammonia, dan bakteri terlebih dahulu masuk ke pengolahan pre-tretament yang pertama
ada grease trap untuk menghalau minyak dan lemak yang ada pada air limbah, kemudian
menstabilkan aliran air pada bak ekualisasi dan dilakukan netralisasi air limbah supaya
air limbah tidak bersifat terlalu asam atau basa. Setelah itu masuk pada proses pre-
treatment yang terdiri dari bak koagulasi flokulasi dan bak sedimentasi. Koagulasi
flokulasi berfungsi agar amonia dalam air limbah terkoagulasi. Kemudian koagulan yang
berupa amonia terflokulasi untuk menurunkan kandungan TSS, dan sedimentasi
digunakan untuk meremoval kandungan TSS. Setelah pre treatment maka tahap
selanjutnya adalah secondary treatment yang merupakan pengolahan secara biologi. Ada
beberapa opsi yang ditawarkan untuk pengolahan air limbah RPH dengan keuntungan
dan kekurangannya seperti pada Tabel 6. Opsi teknologi yang ditawarkan ada biofilter
anaerob-aerob, membrane bioreactor, oxidation ponds, activated sludge, dan anaerobik
digestion. Dilanjutkan dengan tertiary treatment yaitu anoxic treatment dan proses
oksidasi dan diakhiri dengan proses desinfeksi. Berikut merupakan penjelasan kelebihan
dan kekurangan pada masing-masing teknologi.
Tabel 7. Opsi Teknologi Pengolahan Limbah Industri Rumah Pemotongan Hewan

Opsi Penjelasan Keuntungan Kekurangan


Teknologi

Di dalam proses ini yang Pengoperasiannya Pembuangan


terjadi adalah aerasi yang mudah, lumpur yang minyak dan
berfungsi dihasilkan sedikit, lemak bisa
akan menguraikan zat dapat digunakan untuk mengurangi
organik yang ada di dalam pengolahan air limbah efektivitas
air limbah serta yang dengan konsentrasi zat biofilter serta
Biofilter
menempel pada permukaan organik rendah volume bak
anaerob-aerob
media, yang dimana media maupun tinggi, tahan penampungan
dari biofilter aerob itu terhadap fluktuasi menyempit
mengeluarkan udara. Proses konsentrasi
ini juga sering disebut
Contract Aeration

Pembubuhan bakteri Membutuhkan sedikit Sistem membran


anaerobik melekat pada lahan, dapat mengolah ini akan
Membrane media biofilter untuk debit air limbah yang menyumbat
Bioreactor mengurangi polutan dengan bervariasi jalannya aliran
konsentrasi yang tinggi selama
dioperasikan

Prinsip kerjanya dengan Biaya pemeliharaan Membutuhkan


menggunakan sinar cukup rendah dan energi yang besar
matahari, ganggang (algae), effluent yang karena untuk
Oxidation bakteri dan oksigen dihasilkan baik daerah mensuplai
Ponds daya larut oksigen oksigen dan juga
dalam air limbah lebih untuk
besar pengadukan yang
sempurna

Activated Activated Sludge adalah Mempunyai ketahanan Cenderung


Sludge sebuah rangkaian bak yang baik terhadap mempunyai
reaktor yang menggunakan kejutan beban dan masalah
mikroorganisme aerobik, dapat menurunkan mikrobiologis
untuk menguraikan zat BOD dan patogen dan kimia yang
organik dalam air limbah sampai 99 rumit serta
dan menghasilkan kualitas memerlukan
efluen yang baik sumber energi
listrik konstan

Pengolahan anaerobik Pengurangan Sulit memelihara


adalah pengolahan biologis konsentrasi pencemar kondisi hidrolis
yang direkomendasikan dalam air limbah dan yang benar dan
yaitu diterapkan dalam Produksi energi gas Diperlukan
Anaerobik pengolahan limbah RPH yang dapat sumber energi
Digestion karena efektivitasnya dalam dimanfaatkan dalam yang konstan
mengolah air limbah tingkat RPH sebagai
tinggi substitusi energi
konvensional
7. Referensi

Aini, A., Sriasih, M., & Kisworo, D. (2017). Studi Pendahuluan Cemaran Air Limbah
Rumah Potong Hewan di Kota Mataram. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 42.

Aleksić, N., Nešović, A., Šušteršič, V., Gordić, D., & Milovanović, D. (2020).
Slaughterhouse water consumption and wastewater characteristics in the meat
processing industry in serbia. Desalination and Water Treatment, 190, 98–112.

Atima, W. 2015. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science. Vol 4 No 1

Aziz, T., Pratiwi, D. Y., & Rethiana, L. (2013). Pengaruh Penambahan Tawas Al 2 ( So
4 ) 3 Dan Fisik Dan Kimia Air Sungai Lambidaro. Jurnal Teknik Kimia, 19(3), 55–
65.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat. (2015). Statistik Pemotongan Ternak
Provinsi Jawa Barat Tahun 2015. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat.

Bello, W. (2009). Problems and Prospect of Organic Farming in Developing Countries.


Ethiopian Journal of Environmental Studies and Management, 1(1):36-43.

Budiyono. (2011). Study on Slaughterhouse Wastes Potency and Characteristics for


Biogas Production. Internat. J. Waste Resources, 1(2):4-7.

Bugallo, P. M. B., Andrade, L. C., de la Torre, M. A., & López, R. T. (2014). Analysis
of the slaughterhouses in Galicia (NW Spain). Science of the Total Environment,
481, 656-661.

Bustillo-Lecompte, C. F., & Mehrvar, M. (2015). Slaughterhouse wastewater


characteristics, treatment, and management in the meat processing industry: A
review on trends and advances. Journal of environmental management, 161, 287-
302.

Codex Alimentarius Commission (CAC). (2004). Join FAO/WHO Food Standard


Programe. Report of the Tenth Session of the Codex Committee on Meat Hygiene.
Geneva. (CH): Codex Alimentarius Commission.

Fatima, F., Du, H., & Kommalapati, R. R. (2021). Treatment of Poultry Slaughterhouse
Wastewater with Membrane Technologies: A Review. Water, 13(14), 1905.

Kupusovic, T., Midzic, S., Silajdzic, I., & Bjelavac, J. (2007). Cleaner production
measures in small-scale slaughterhouse industry - case study in Bosnia
and Herzegovina. Journal of Cleaner Production, 15(4), 378–383.
Lubis, I., Soesilo, T. E. B., & Soemantojo, R. W. (2020). Pengelolaan Air Limbah Rumah
Potong Hewan di Rph X, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Wastewater
Management of Slaughterhouse in Slaughterhouse X, Bogor City, West Java
Province). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 25(1), 33.
Mulu, A., & Ayenew, T. (2015). Characterization of Abattoir Wastewater and Evaluation
of the Effectiveness of the Wastewater Treatment.doc. November.

Roniadi, A. (2013). Evaluasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan di


Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli. Jurnal Teknik Sipil USU, 2(1).

Tawaf, R., Rachmawan O, dan Firmansyah C. (2013). Pemotongan Sapi Betina Umur
Produktif dan Kondisi RPH di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Workshop Nasional
Konservasi dan Pengembangan Sapi Lokal. Fakultas Peternakan Unpad. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai