Anda di halaman 1dari 42

Prof.Dr.Ir MUHAMMAD IRFAN SAID, S.Pt, M.

P, IPM
PENGERTIAN LIMBAH

• Secara umum yang disebut limbah adalah


bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya.
• Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas,
debu,cair, dan padat.
• Di antara berbagai jenis limbah ini ada
yang bersifat beracun atau berbahaya dan
dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (Limbah B3)
• Limbah B3
setiap bahan sisa suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan
corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia
(BAPEDAL , 1995)
 Limbah Peternakan:
semua kotoran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha peternakan baik berupa
limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa
pakan.
 Limbah Padat
merupakan semua limbah yang berbentuk
padatan atau dalam fase padat (kotoran
ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak).
 Limbah Cair:
semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air
dari pencucian alat-alat).
 limbah Gas:
semua limbah berbentuk gas atau dalam
fase gas.
LIMBAH CAIR
Banyak dibahas/didiskusikan

mudah didaurulang
Airnya dimanfaatkan kembali

LUMPUR (SLUDGE)

Bila tidak dikelola dapat menimbulkan


masalah terutama bila mengandung B3 atau
gas
SUMBER LIMBAH
 Rumah tangga
 Hotel dan restoran
 Rumah makan
 Industri
 Pertanian
 Peternakan
 Tempat rekreasi
 Perkantoran
 Rembesan
AIR LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN
DAN PETERNAKAN

1. Pengalengan : pemotongan, pemisahan


sari buah, pengenceran susu, pemisahan
susu, mentega dan keju
2. Daging : kandang, pemotongan hewan,
pembersihan tulang dan daging, sisa
pengendapan, lemak, pencucian,
pembuangan bulu
KOMPOSISI AIR LIMBAH

Bergantung kepada sumbernya

Air Limbah

Bahan padat
Air (99,9%)
(0,1%)

Organik
Protein (65%) Anorganik
Karbohidrat (25%) garam dan mineral
Lemak (10%)
BEBAN LIMBAH PETERNAKAN
TERHADAP LINGKUNGAN

 Salah satu masalah yang timbul


dari meningkatnya kegiatan
manusia adalah terjadinya
pencemaran, baik pencemaran
udara , tanah, dan air.
Pencemaran, awal 1960-an

Pertumbuhan
populasi

Pendapatan Permintaan
Limbah
per kapita barang dan jasa
Pertumbuhan meningkat meningkat
Teknologi
industri
 Kebutuhan pangan (khususnya
produk ternak) meningkat

 Perkembangan Industri
Peternakan meningkat

 Limbah yang dihasilkan meningkat


Data Statistik Peternakan di Indonesia
(2004) :
 Populasi ternak ruminansia 35.368.000 ekor
 Ternak non ruminansia (babi, kuda)
7.001.000 ekor, dan
 Ternak unggas (ayam buras, ayam ras
petelur, ayam ras pedaging, itik)
1.283.164.000 ekor. Penanganan yang
tidak terarah akan mengakibatkan suatu
pencemaran lingkungan karena menerima
beban pencemaran yang melampaui daya
dukungnya.
Potensi Pencemaran
Jenis ternak Nisbah limbah per ekor ternak
dan per orang penduduk

Sapi potong 16,4


Kuda 11,3
Babi 1,9
Domba 2,45
Ayam (unggas) 0,14
Lingkup Permasalahan
LIMBAH TERNAK

Pemeliharaan
Permintaan hasil Limbah
Ternak
Ternak meningkat terkonsentrasi
terkonsentrasi
PENANGANAN LIMBAH YANG TIDAK TERARAH

PENCEMARAN LINGKUNGAN KARENA


LINGKUNGAN MENERIMA BEBAN PENCEMARAN
YANG MELAMPAUI DAYA DUKUNGNYA
Pengelolaan
Limbah Ternak

Produksi

Interaksi Produksi, keuntungan dan kualitas lingkungan


 PARADIGMA LAMA : limbah merupakan
suatu bahan buangan yang tidak memiliki
nilai ekonomis salah satu faktor
PENGHAMBAT perkembangan teknologi
pengolahan limbah.
 PARADIGMA BARU : limbah (khususnya
limbah organik, merupakan suatu bahan
baku suatu produksi, baik dalam
menghasilkan pupuk, energi, maupun
sebagai bahan baku pakan ternak
PERLU DIMASYARAKATKAN
 Limbah ternak sebagian besar
merupakan bahan organik yang
dapat terurai oleh
mikroorganisma menjadi
senyawa sederhana melalui
suatu proses yang disebut
BIOKONVERSI.
 Karbohidrat,protein dan lemak dalam
persenyawaan kompleks akan
terurai menjadi senyawa sederhana

PAKAN TERNAK
KOMPOS, BIOGAS
DAMPAK NEGATIF
LIMBAH TERNAK
 Membahayakan kesehatan manusia
(penyakit)
 Merugikan secara ekonomi:
merusak benda/bangunan, tanaman
maupun ternak
 Mengganggu kehidupan makhluk air
(aquatik) : ikan dan mikroflora
 Merusak keindahan (estetika), bau
busuk dan merusak pemandangan
 Gangguan terhadap Kesehatan
Masyarakat
“water born diseases” : thypoid,
salmonelosis, disentri dll.
 Rekreasi
Pemancingan : tercemar limbah ternak

DO rendah, ikan butuh DO sektar 6 ppm
 Pemandian umum
Mengandung bakteri patogen
 Perairan umum
N dan P penyuburan eutrofikasi
Algae bloom evapotranspirasi naik
sumberdaya air berkurang, estetika
menurun (sering dinggap bernilai tinggi)
Peraturan Perundangan

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 51 Tahun 1991 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Industri. Usaha
dan/atau kegiatan industri yang diatur
dalam peraturan ini meliputi berbagai
industri termasuk industri pengolahan hasil
peternakan yaitu pengolahan susu.
Industri yang baku mutunya belum diatur
secara spesifik dalam Kepmen LH ini,
maka dapat menggunakan Lampiran C
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 51 Tahun 1991 ini.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan. Usaha
dan/atau kegiatan RPH yang diatur dalam peraturan ini
meliputi: pemotongan, pembersihan lantai tempat
pemotongan, pembersihan kandang penampungan,
pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi
perut dan air sisa perendaman. Baku mutu air limbah
dalam Peraturan Menteri ini berlaku untuk kegiatan RPH:
 a. sapi;
 b. kerbau;
 c. Babi;
 d. Kuda;
 e. kambing dan/atau
 f. domba
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi dan
Babi. Usaha dan/atau kegiatan peternakan
sapi dan babi adalah usaha peternakan
sapi dan babi yang dilakukan di tempat
yang tertentu serta perkembangbiakan
ternaknya dan manfaatnya diatur dan
diawasi oleh peternak-peternak.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14
Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pengolahan Daging. Usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging adalah kegiatan pengolahan
daging menjadi produk akhir berupa daging beku, produk
olahan setengah jadi, dan/atau produk olahan siap
konsumsi. Jenis usaha dan/atau kegiatan pengolahan
daging yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi
usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging :
 a. ayam;
 b. sapi;
 c. kerbau;
 d. kuda;
 e. kambing atau domba;
 f. babi; dan/atau
 g. gabungan.
 Jenis usaha dan atau kegiatan pengolahan daging meliputi
kegiatan usaha dan/atau pengolahan daging yang
melakukan dan/atau tanpa kegiatan pemotongan hewan.
1. Pengolahan Secara Fisik
2. Pengolahan secara Kimia;
dan
3. Pengolahan secara
Biologis
Pengolahan secara Fisik
 Sentrifugasi (pemisahan scr sentrifugal)
 Klarifikasi
 Koagulasi (penggumpalan)
 Penyaringan
 Flokulasi (pengadukan)
 Flotasi (pemisahan)
 Pengendapan
 Penebalan
Pengolahan Secara Kimiawi
Tujuan
 Menetralisasi efluen
 Miningkatkan kerja separasi solid dan
penghilangan bahan-bahan organik
 Memflokulasi zat-zat anorganik terlarut
 Menghilangkan konsentrasi sisa lemak dan
minyak
 Meningkatkan kinerja proses flokulasi dan filtrasi
 Mengoksidasi zat-zat pewarnaan atau bahan
beracun yang tidak dapat mengurai.
Macam Pengolahan Kimiawi
 Netralisasi
 Reduksi – Oksidasi
 Presipitasi
 Solidifikasi / Stabilisasi
PARAMETER HASIL OLAHAN
 BOD (Biological Oxigen Demand)
 COD (Chemical Oxigen Demand)
 SS (Suspended Solid)
 TSS (Total Suspended Solid)
 N-Ammonium (Nitrogen Removal)
 N-Nitrit (Nitrogen Removal)
 N-Nitrat (Nitrogen Removal)
 P-Phospat (Phospourus Removal)
 pH
Kelebihan Pengolahan
Kimiawi
 Penghilangan total terhadap bahan
pencemar anorganik
 Bahan pencemar beracun dapat merusak
proses biologi, tetapi tidak dapat merusak
proses kimiawi
 Proses biologi sering peka terhadap variasi
konsentrasi dan beban organik, dan
memerlukan waktu penyesuaian relatif
lama, tidak dalam proses kimiawi
 Kebutuhan dari kelengkapan proses lebih
sederhana
Kekurangan Pengolahan
Kimiawi
 Pengolahan secara kimiawi dapat
berarti penambahan beban pada efluen
dengan garam-garam logam yang
terbentuk pada lumpur yang ditimbulkan
pengolahan kimiawi.
Pengolahan Secara Biologis
Melibatkan transformasi kimiawi yang
ditimbulkan oleh tindakan organisme hidup
 Bakteri
 Jamur
 Avertebrata
 Tanaman Air
LIMBAH CAIR INDUSTRI
 Sisa atau hasil buangan produksi yang berupa
zat cair dan diolah melalui IPAL.
 Jika hasil analisis menunjukkan bahwa limbah
tersebut beracun berdasarkan baku mutu,
harus dikirim ke pusat pengolahan limbah cair.
 Jika sesuai baku mutu dapat digunakan untuk
internal production consumption atau dibuang
ke lingkungan dengan ijin BAPPEDAL
PENGOLAHAN BIOLOGIS
UNTUK LIMBAH CAIR
 Peraturan tentang baku mutu air limbah.
 Beberapa perlakuan dibutuhkan untuk
memenuhi baku mutu:
 Perlakuan primer
 Penghilangan fisik bahan tersuspensi.
 Perlakuan sekunder
 Degradasi oleh mikroba untuk menghilangkan
senyawa organik terlarut.
 Perlakuan tersier
 Pemisahan bahan terendapkan.
Perlakuan Primer
 Pemisahan fisik bahan organik
tersuspensi dalam bak pengendapan
untuk mengurangi kebutuhan
oksigen biologis (BOD).
Perlakuan Sekunder
 Degradasi oleh mikroba untuk
mengurangi kandungan senyawa
organik.
 Dua cara:
 Degradasi anaerobik dalam sludge tank /
activated sludge tank
 Degradasi aerobik menggunakan trickling
bed filter.
Perlakuan Tertier
 Untuk menghilangkan sisa senyawa
organik dan mineral (biasanya berbeaya
tinggi dan tidak selalu dibutuhkan).
 Fosfat dapat diendapkan dengan flokulasi
menggunakan garam yang mengandung
aluminium, besi atau kalsium.
 Mikroba pathogen dapat dihilangkan dengan
khlorinasi atau penyinaran UV.
 Arang aktif dapat digunakan untuk
menghilangkan senyawa oganik rekalsitran
(cepat tumbuh).
Upaya Pencegahan
Pencemaran
 KTT Bumi di Rio de Janeiro telah menjadi
kekuatan terhadap kepedulian lingkungan,
menjadikan manajemen lingkungan
sebagai kewajiban Pemerintah seluruh
dunia.
 Kesepakatan tersebut telah memaksa
para developer dan environmentalis yang
saling bertentangan selama puluhan tahun,
untuk memasuki platform nada yang
sama, Yaitu pembangunan berkelanjutan
(sustainable development)
 Perlunya Penerapan Suatu Standard

Anda mungkin juga menyukai