Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Sumber limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Limbah perikanan mengandung nutrisi yang tidak berbeda dari bahan utamanya
dan telah banyak juga diteliti pemanfaatannya (Poernomo 1997 dalam Fajar Syukron 2013).

Limbah perikanan dapat berasal dari kegiatan perikanan hulu (budidaya), maupun
kegiatan perikanan hilir (pengolahan, transportasi, pemasaran). Hasil samping industri
pengolahan perikanan umumnya berupa kepala, jeroan, kulit, tulang, sirip, darah dan air bekas
produksi. Kegiatan pengolahan secara tradisional umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil
samping ini, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja. Hasil
samping kegiatan industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima kelompok utama, yaitu
hasil samping pada pemanfaatan suatu spesies atau sumberdaya; sisa pengolahan dari industri-
industri pembekuan, pengalengan, dan tradisional, produk ikutan; surplus dari suatu panen utama
atau panen raya; dan sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam Fajar Syukron 2013).

Limbah padat perikanan dapat berasal dari organ-organ bahan baku seperti ikan, udang,
ataupun rajungan yang tidak digunakan dalam proses pengolahan ataupun ikan utuh yang tidak
lolos seleksi laboratorium. Selain limbah padat, industry perikanan juga menghasilkan limbah
cair yang berasal dari pencucian bahan baku, proses pasteurisasi dan sisa-sisa proses pengolahan.
Limbah cair dapat dijumpai pada industry yang menggunakan air di dalam proses produksinya.
Mulai dari pra pengelolaan bahan baku, seperti pencucian, sebagai bahan penolong, sampai pada
produksi akhir menghasilkan limbah cair. Limbah ini akan melalui beberapa proses pengolahan
(wastewater treatment) di dalam unit IPAL (Instalansi Pengolahan Air Limbah) sebelum
nantinya dibuang ke badan air penerima

2.2 Penanganan Limbah pada Umumnya


Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak menimbulkan zat-zat
beracun bagi lingkungan, namun merupakan limbah padat yang mudah membusuk, sehingga
menyebabkan bau yang sangat menyengat. Limbah padat dapat berupa kepala, kulit, tulang ikan,
potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).

Pemanfaatan limbah daging ikan dari industri fillet dapat berupa limbah daging ikan hasil
sortiran yang tidak memenuhi standar karena rusak akibat memiliki celah atau rongga di antara
daging sehingga otot daging menjadi terpisah dan daging masih menempel pada tulang (Rostini,
2013). Limbah jeroan ikan yang umumnya banyak pada setiap industri perikanan dapat
dimanfaatkan sebagai biodiesel. Pemanfaatan ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar
pengganti dari bahan yang terbarukan (Harahap et al., 2013).

Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil pengolahan perikanan yang dapat
dimanfaatkan sebagai tepung untuk bahan pangan. Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat
dilakukan dalam bentuk pengayaan (enrichment) sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi
dalam makanan. Tulang ikan banyak mengandung garam mineral dari garam fosfat seperti
kalsium fosfat (Elfauziah, 2003).

Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya.
Kulit tersusun dari komponen kimia protein, lemak, air dan mineral. Kulit ikan merupakan
penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta serangan mikroba dari luar tubuh. Kulit
ikan merupakan salah satu bagian pada ikan yang banyak dimanfaatkan selain dagingnya. Kulit
ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pagan maupun nonpangan. Kulit ikan banyak digunakan
sebagai bahan baku dalam proses pembuatan kerupuk kulit ikan, gelatin, kulit olahan, tepung
ikan, serta sumber kolagen untuk kosmetik. Kandungan protein kolagen yang terdapat pada kulit
ikan yaitu sebesar 41-84% (Judoamidjojo, 1981).

Sedangkan untuk pengolahan air  limbah  dapat  dilakukan  secara  alamiah maupun 
peralatan.  Pengolahan  air  limbah  secara  alamiah  biasanya  dilakukan dengan  bantuan 
kolam  stabilisasi.  Pengolahan  air  limbah  dengan  bantuan peralatan  biasanya  dilakukan 
pada  instalasi  pengolahan  air  limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant) (Mulia, 2005).
Menurut Sahubawa (2011), teknik penanganan limbah cair adalah sebagai berikut:
1. Teknik penanganan primer

Proses penanganan air buangan primer pada prinsipnya terdiri dari tahap-tahap
untuk air limbah padatan, yaitu dngan cara membiarkan padatan tersebut mengendap atau
memisahkan bagian-bagian padatan yang mengapung seperti plastik, kertas dan
sebagainya. Tahapan dalam proses penanganan primer antara lain: penyaringan,
pengendapan dan pemisahan benda-benda kecil, dan pemisahan endapan. Proses ini
sering disebut sebagai proses penanganan air limbah secara fisik yng dapat
menghilangkan lebih kurang 1/3 BOD dan padatan tersuspensi (TSS) serta dari beberapa
persen dari komponen organik dan nutrient tanaman yang ada.

2. Teknik penanganan sekunder

Proses penanganan sekunder, dikenal dua macam proses yang digunakan, yaitu
“proses penyaringan trikel” dan “lumpur aktif” (activated sludge). Penyaringan trikel
dibentuk oleh lapisan aktif yang terdiri dari batu dan kerikil ddengan tinggi 90 cm hingga
3 m, dimana bakteri akan berkembang biak pada batu dan kerikil tersebut sehingga
jumlahnya cukup untuk mendegradasi sebagian bahan organik yang terdapat pada air
limbah saat air limbah tersebut dialirkan. Proses semacam ini mampu mengurangi TSS
dan BOD sebanyak 80-85%. Sistem “lumpur aktif” dibuat dengan memasukkan lumpur
yang mengandung bakteri ke dalam tangka aerasi dan diberikan aerasi dari bawah tangka,
sehingga akan lebih banyak konta dengan air buangan/limbah yang masuk ke tangka
tersebut. Sistem ini dapat menghilangkan TSS dan BOS sampai 90%.

3. Teknik penanganan tersier

Beberapa macam proses penanganan tersier yang dapat diterapkan setelah proses
penanganan primer dan sekunder dilakukan antara lain yaitu absorbs dan pengendapan,
elektroodialisis, osmosis berlawanan dan klorinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Elfauziah, R. 2003. Pemisahan Kalsium dari Tulang Kepala Ikan Patin


(Pangasius sp.). Skripsi.

Harahap, M.F., Tamrin, dan S. Bahri. 2013. Pengolahan Limbah Ikan Patin
Menjadi Biodiesel. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Universitas Riau. Riau.

Judoamidjojo, R.M. 1981. Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Angkasa


Putra. Bandung.

Mulia, R.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar Edisi 2011: Manajemen Limbah Industri


Perikanan. Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia


Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai