Anda di halaman 1dari 17

Laporan

PENGENDALIAN LIMBAH HASIL PERIKANAN


LIMBAH HASIL PENGOLAHAN IKAN KAYU

OLEH

DEDI FERDIANSYAH HARUN


1121418006

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak untuk Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Pengendalian
Limbah Hasil Pengolahan Ikan Kayu” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, kasih,
dan kepercayaan yang begitu besar, dan ucapan terima kasih juga saya ucapkan
kepada dosen pengampuh mata kuliah pengendalian limbah hasil perikanan,
karena berkat beliau kita semua dapat memahami dan mengetahui bagaimana
pengendalian limbah hasil perikanan, terutama dikalangan mahasiswa.

Gorontalo, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Kayu ..................................................................................................... 3
2.2 Limbah Cair ................................................................................................. 3
2.3 Jenis-jenis Air Limbah.................................................................................. 3
2.4 Pengolahan Limbah Cair .............................................................................. 4
2.5 Dampak Limbah Cair bagi Lingkungan ....................................................... 5
BAB III METEDOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 8
3.3 Metode Pengambilan Data ........................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 9
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................12
5.2 Saran .............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang cukup mudah di dapatkan
di Indonesia mengingat bahwa potensi laut kita yang sedemikian luas ditambah
dengan sumber air tawar yang cukup banyak untuk pengembangan perikanan
darat. Oleh karena itu ikan merupakan bahan pangan yang cukup penting bagi
ketersediaan pangan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data konsumsi ikan per
kapita dari tahun ke tahun yang terus meningkat, sejalan dengan terjadinya
perubahan kecenderungan konsumsi dunia yang beralih dari protein hewan ke
protein ikan (Shoimah dkk, 2013).
Kegiatan usaha perikanan sejak di tempat pendaratan, penanganan
ikan,sampai pada pegolahan ikan umumnya selalu menghasilkan limbah, mulai
dari limbah cair maupun padat. Semua ini berakibat pada pencemaran lingkungan
baik udara (berupa bau) karena sifat ikan yang mudah mengalami pembusukan
dan menimbulkan bau. Mayoritas usaha pengolahan ikan merupakan usaha
tradisional dengan skala kecil (rumah tangga) dan tidak melakukan pengelolaan
terhadap limbah yang dihasilkan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung bahan
organik terlarut air (seperti darah, lendir, dll) dan tidak terlarut (lemak).
Sedangkan limbah padat orgaik umumnya berupa isi perut, sisik, insang, tulang,
kulit dan sirip ikan (Shoimah dkk, 2013) .
Pengasapan merupakan salah satu cara menghambat laju proses
pembusukan yaitu untuk mengurangi kadar air sehingga bakteri pembusuk
tidak akan cepat aktif lagi dan hasil produksi dapat disimpan lebih lama
(Moeljanto, 1982 dalam Komar 2001). Pengawetan ikan dengan pengasapan
sudah lama dilakukan manusia. Teknologi pengasapan termasuk cara pengawetan
ikan yang telah diterapkan secara turun temurun. Proses pengasapan ikan di
Indonesia pada mulanya masih dilakukan secara tradisional menggunakan
peralatan yang sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis
sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Dampak

1
lingkungan yang umum terjadi sebagai akibat dari kegiatan pengolahan ikan asap
adalah pencemaran udara karena asap yang timbul. Pencemaran udara yag
ditimbulkan oleh kegiatan usaha pengasapan ikan sangat megganggu lingkungan
dan bahkan masyarakat disekitar lokasi (Nastiti, 2006).
Oleh karena itu di perlukan pengendalian limbah yang baik agar tetap
menjaga lingkungan sekitar dari dampak dampak yang ditimbulkan, selain itu
juga limbah hasil perikanan dapat dimanfaatkan untuk hal hal yang bernilai
ekonomis.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui cara penanganan dan
pengendalian limbah dari UKM pengolahan ikan kayu. Serta manfaat dari
pengamatan ini adalah dapat mengetahui bagaimana proses dari atau tahapan dari
pengendalian limbah padat, cair, maupun gas dari Pengolahan Ikan Kayu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Kayu
Istilah pengasapan (smoking) diartikan untuk penyerapan bermacam-
macam senyawa kimia yang berasal dari asap kayu ke dalam daging ikan, disertai
dengan setengah pengeringan dan biasanya didahului dengan proses penggaraman
(Sulistijowati, 2011 dalam Landangkasiang, 2017). Pengolahan Ikan kayu
merupakan gabungan dari dua proses yaitu proses pengasapan dan pengeringan.
Asap merupakan bahan pengawet alami didalamnya terdapat alkohol, aldehid,
CO2 dan lain sebagainya (Adawyah, 2006). Ikan kayu memiliki struktur daging
yang keras membuat produk ini awet (Zuraidah, 2014). Ikan kayu memiliki
struktur daging yang keras membuat produk ini awet (Zuraidah, 2014) dalam
Pulu, dkk 2017.
2.2 Limbah Cair
Limbah cair yang biasanya banyak berasal dari kegiatan industri yang
menggunakan air dalam proses pekerjaannya. Limbah yang diperoleh biasanya
menjadi penyebab dalam pencemaran tergantung dengan jumlah, jenis dan
kualitas dari bahan yang dikandungnya, baik secara fisik, kimia ataupun biologi
serta kualitas dan kuantitas lingkungnnya (Ginting, 1995) dalam Sidiq 2018.
Menurut Sidiq (2018) air limbah memiliki karakteristik secara fisika,
kimia, dan biologi. Secara fisik, air limbah memiliki karakteristik yang diamati
suhu, warna, bau dan kekeruhan. Karakteristik air limbah secara kimia yaitu
terdapat berbagai macam kandungan dalam air limbah seperti bahan-bahan
organik dan anorganik.
Kandungan tersebut mencakup pH, BOD, COD dan bahan kimia
berbahaya seperti fosfor, nitrogen, dan klorida. Pada karakteristik biologi
umumnya terkandung berbagai macam organisme seperti bakteri, jamus, dan
organisme air sejenis (Sperling, 2007) dalam Sidiq (2018).
2.3 Jenis-Jenis Air Limbah
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga
dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak

3
terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan
antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak. Untuk
yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan penanganan khusus
tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum
dialirkan ke sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi
mikro organisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air
limbah. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya
melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat.
2.4 Pengolahan Limbah Cair
Kadang-kadang aliran limbah perlu diolah sendiri-sendiri untuk
mengurangi konsentrasi beberapa zat pencemar dalam limbah cair. Aliran yang
mengandung sulfida dapat dioksidasi untuk mengurangi kadar sulfida. Krom
hampir selalu trivalent karena tidak perlu dilakukan reduksi bentuk
heksavalennya. Aliran mengandung krom dapat diendapkan dengan menggunakan
tawas, garam besi atau polimer pada pH tinggi. Krom mungkin dapat diperoleh
kembali dengan menyaring endapan, melarutkannya kembali dalam asam dan
menggunakannya untuk penyamakan. Proses pengolahan primer lain mliputi
penyaringan, ekualisi dan pengendapan untuk mengurangi BOD dan memperoreh
padatan kembali. Pengolahan secara kimia dengan menggunakan tawas, kapur
tohor, fero-chlorida atu polielektrolit lebih lanjut dapat mengurangi PTT dan
BOD.
Sistem pengolahan secara biologi bekerja efektif. Keragaman laju alir dan
kadar limbah mungkin besar. Karena itu, harus digunakan sistem penyamakan
atau sistem laju alir tinggi. Sistem anaerob efektif, tetapi akan mengeluarkan bau
tajam dang mengganggu daerah pemukiman. Sistem-sistem parit oksidasi, kolam
aerob, sringan tetes dan Lumpur teraktifkan sudah banyak digunakan. Danau
(anaerob dan aerob) meruopakan sistem yang murah dan efektif, apabila
dirancang dan dioperasikan secara baik dan apabila tanah tersedia. Apabila
diperlukan, dapat digunakan suatu sistem untuk menghilangkan tingkat nitrogen
yang tinggi. Dalam operasi baru telah digunakan adsorbsi (penyerapan) karbon
dan pengayakan mikro untuk mengurangi zat pencemar sampai tingkat rendah.

4
2.5 Dampak limbah cair bagi lingkungan
Berikut ini adalah dampak limbah cair bagi lingkungan menurut (Santi,
2004) :
2.5.1 Gangguan Terhadap Kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat
bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini
ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera,
radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa
penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen
penyebab penyakit seperti: Virus, Vibrio Cholera, Salmonella Typhosa a dan
Salmonella Typhosa b, Salmonella Spp , Shigella Spp, Basillus Antraksis,
Brusella Spp, Mycobacterium Tuberculosa, Leptospira, Entamuba Histolitika,
Schistosoma Spp, Taenia Spp, Ascaris Spp. Ent erobius Spp.
2.5.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.
Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan
oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain
kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam
air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah
tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada
air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan
sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu
kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan
adanya pengaruh fisik seperti adanya tempertur tinggi yang dikeluarkanoleh
industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya air limbah dapat
mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.
2.5.3 Gangguan Terhadap Keindahan

5
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan
yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan
dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang
sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan
waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami
proses pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat
selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organic yang sangat
menusuk hidung.
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas
akan memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat
sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang
menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan
tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang
menggangu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan
pemandangan yang tidag kalah besarnya.Keadaan yang demikian akan lebih parah
lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut
merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
2.5.4. Gangguan terhadap Kerusakan Benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka
mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat
dari besi serta bangunan air yang kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya benda
tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan
menimbulkan kerugian material. Selain karbon dioksida gresif, maka tidak kalah
pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah atau
bersifat asam maupun pH tinggi yangbersifat basa. Melalui pH yang rendah
maupun pH yang tinggi mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda
yang dilaluinya. Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah
mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah
menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas.

6
Lemak yang merupakan benda cair pada saat dibuang ke saluran air
limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena
mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran air
limbah yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran air limbah. Selain
penyumbatan akan dapat jugaterjadi kerusakan pada tempat dimana lemak
tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya bocor.

7
BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis 20 Februari 2020 bertempat di
Kec. Suwawa Kab. Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. Alat Tulis Menulis
2. Kamera
Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Objek Pengamatan.
3.3. Metode Pengambilan Data
Melakukan pengamatan serta wawancara atau Tanya jawab dengan pihak
pengelola/UKM serta hasil yang didapatkan didokumentasikan dan dibahas sesuai
hasil pengamatan dan wawancara.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil Limbah pada ukm ini diantaranya yaitu limbah cair air
rebusan dan air cucian, limbah padat berupa tulang dan kepala ikan, dan limbah
gas. Berikut ini adalah bagan alur penampungan limbah dan penyerapan.
Keterangan :
1. Bak Penyaringan/resapan
2. Bak Penampungan
3. Pipa yang menghubungkan bak penampungan dan bak peresapan
4. Bak penyerapan
5. Pipa yang menuju ke tanah
6. Pipa penguapan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengendalian/Penanganan Limbah Cair
Limbah cair ditangani dengan 3 tahapan yaitu penyaringan,
penampungan/pengendapan dan terakhir peresapan ke dalam tanah. Karena
limbah industri hasil perikanan memiliki dampak negatif hal ini sesuai dengan
pernyataan menurut Dahruji dkk (2017) dampak negatif berasal dari limbah
industri yang di buang yaitu berupa, limbah cair yang mengandung zat-zat yang

9
merugikan pada masyarakat sekitar, sehingga hasil pembuangan limbah
menghasilkan zat beracun yang menyebabkan tempat tumbuhnya kuman yang
berkembang biak. Dengan pembuangan cairan limbah yang sembarangan bisa
menimbulkan berbagi masalah bagi manusia, lingkungan dan air.
1. Penyaringan
Penyaringan air limbah dilakukan sebelum air masuk ke dalam bak
penampungan, penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan limbah-limbah padat
dari daging ikan yang terbawa dengan air bekas cucian maupun air rebusan.
Menurut Sigit, 2004 Dahruji dkk (2017) bila limbah tidak diatasi akan berdampak
buruk bagi masyarakat akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kulit,
diare, gangguan pernafasan dan jamuran.
2. Penampungan/Pengendapan
Setelah dari bak penampungan, air limbah akan di tampung dan di
endapkan di dalam bak penampung. Di dalam bak penampung terjadi pengolahan
air limbah secara aerob. Menurut Angela (2017) Bak aerob merupakan tempat
yang digunakan untuk menghilangkan bau, memperbaiki warna air, menurunkan
kadar COD dan BOD dalam limbah air dengan menggunakan bantuan bakteri
aerob.
Ukuran bak penampungan yaitu 2 m × 4 m × 5 m, sehingga memiliki luas
sebesar 40 m3 , sehingga bak penampung tersebut dapat menampung air limbah
sebanyak 40.000 L (1L = 1 kg). Limbah cair yang dihasilkan dalam sekali proses
tergantung jumlah dari ikan yang akan di proses. Untuk 350 kg dapat
menghasilkan air limbah sebanyak ± 150 L.
3. Peresapan
Setelah dari bak penampungan/pengendapan, air limbah yang sudah tidak
tercemar lagi masuk ke dalam bak peresapan. Bak peresapan berukuran lebih kecil
dari bak penampungan, pada bak peresapan juga memiliki lubang peresapan yang
dalamnya sampai pada mata air. Ukuran bak peresapan yaitu 2 m × 2 m × 3 m
atau memiliki luas 12 m3 sehingga dapat menampung air sebanyak 12.000 L (1 L
= 1 Kg). Akan tetapi, bak peresapan tersebut tdk akan pernah penuh hal ini

10
dikarenakan bak peresapan tersebut memiliki lubang peresapan yg menyerap air
sebanyak 5 L dalam sekali peresapan.
4.2.2 Limbah Padat
Limbah padat dalam pengolahan ikan kayu di ukm Karya Fish Tilapo
tidak ditangani secara langsung di lokasi tersebut, melainkan di beli oleh
pengusaha ternak untuk dijadikan pakan ternak.
4.2.3 Limbah Gas
Untuk limbah gas atau asap yaitu tidak ada penanganan khusus, hal
tersebut dikarenakan keterbatasn biaya dalam hal pengolahannya. Berdasrkan
penuturan dari pekerja yang bekerja di ukm tersebut, belum ada keluhan dari
masyarakat yang berdekatan dengan lokasi pengolahan. Hal tersebut juga
dikarenakan lokasi tempat pengolahan tidak berada dalam lokasi padat penduduk
sehingga limbah gas/asap yang ada belum memiliki pengaruh yang besar terhadap
lingkungan sekitar.

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan hasil limbah industri
tersebut yakni limbah cair beupa air rebusan, limbah padat berupa kelapa dan
tulang ikan, limbah gas berupa asap dan terdapat tiga tahapan penaganan limbah
industri perikanan yakni penyaringan, penampungan,/pengendapan dan peresapan
ke dalam tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penanganan limbah industri dilakukan pengolahan lebih
lanjut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah. (2006). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.
12, 5.
Komar N. 2001. Penerapan Pengasap Ikan Laut Bahan Bakar Tempurung Kelapa.
Teknik Pertanian. Skripsi. Malang : Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.
Landangkasiang, A. I. N., N. Taher, J. Kaparang, dan S. D. Harikedua. 2017.
Kualitas Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) Asap Pada Beberapa
Sentral Pengolahan Di Sulawesi Utara. Jurnal Media Teknologi Hasil
Perikanan 5 (3), hal: 180-184
Nastiti, Dwi. 2006. Kajian Mutu Produk Ikan Manyung (Arius thalasinnus)
Panggang di Kota Semarang. Tesis. Program Pascasarjana Magister
Sumberdaya Pantai UNDIP. Semarang.
Pulu, E. Dien, H. Kaparang, J. 2017. Studi Keberadaan Bakteri Patogen Pada Ikan
Kayu (Katsuwobushi) Yang Diproses Dengan Asap Cair. Jurnal. Vol. 5,
No. 2 hal : 142-147. FPIK. UNSRAT. Manado.
Shoimah, H. Purnaweni, H. Yuliyanto, B. 2013. Pengelolaan Lingkungan di
Sentra Pengasapan Ikan Desa Wonosari Kecamatan Bonnag Kabupaten
Demak. Jurnal. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. UNDIP. Semarang.
Sidiq, NY. 2018. Pengolahan Limbah Cair Laundry Dengan Menggunakan
Metode Distilasi. Skripsi. Program Studi Kimia. Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Islam Indonsia. Yogyakarta.
Zuraidah, S., 2014. Tesis Strategi Pemasaran Produk Ikan Kayu (Arabushi) Di
Kota Banda Aceh. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin,
Makassar.

13
LAMPIRAN
Gambar 1. Limbah padat Gambar 2. Penampungan limbah

Gambar 3. Limbah gas

14

Anda mungkin juga menyukai