Anda di halaman 1dari 16

EVALUASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)


DI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Anindita Primastuti
Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Abstrak
Paper ini ditujukan untuk memberikan gambaran tentang proses perencanaan dan
penganggaran di Kota Samarinda dan menjabarkan berbagai masalah yang terjadi saat
proses tersebut berjalan. Membuat suatu perencanaan pembangunan dan menuangkannya
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bukanlah perkara yang mudah
dan harus melalui proses panjang karena pemerintah daerah harus mempertimbangkan
berbagai sumber daya yang dimiliki dan bagaimana sumber daya tersebut berinteraksi
(Affandi Anwar dan Setia Hadi dalam Riyadi (2004: 8) dan menyesuaikannya dengan
anggaran daerah yang terbatas. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif diketahui bahwa dalam proses perencanaan dan penganggaran di Kota
Samarinda masih terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan pengesahan
APBD menjadi terlambat dan berimbas pada pelaksanaan keuangan yang juga menjadi
mundur dari ketentuan yang ada.

PENDAHULUAN inilah pemerintah daerah harus melakukan


sinkronisasi antara kebutuhan masyarakat,
Setiap tahun semua pemerintah daerah
prioritas pembangunan daerah dan juga
di Indonesia baik pada level provinsi,
rencana pembangunan nasional. Bukanlah
kabupaten maupun kota memiliki tanggung
suatu perkara mudah untuk melakukan
jawab untuk membuat suatu penganggaran
sinkronisasi tersebut karena masing-
yang akan dituangkan dalam dokumen
masing lingkup memiliki kebutuhan dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
prioritas yang berbeda-beda sementara
(APBD) yang berisi tentang rencana
anggaran yang dimiliki pemerintah
pendapatan, belanja, pembiayaan untuk
daerah terbatas. Terlebih lagi dokumen
mendanai penyelenggaraan pemerintahan
pembangunan yang harus disesuaikan
dalam satu tahun.
adalah perencanaan pembangunan jangka
Sebelum proses penganggaran panjang, jangka menengah dan jangka
dilakukan, tahapan yang harus dilalui pendek. Sebagai contoh misalnya jika
adalah proses perencanaan. Proses masyarakat pada tingkat kelurahan
perencanaan yang dimaksud di sini adalah
perencanaan pembangunan, di mana tujuan Proses perencanaan dan pengganggaran
dibuat perencanaan tidak lain untuk tujuan pada pemerintah daerah merupakan suatu
tercapainya kesejahteraan masyarakat siklus yang panjang dengan ketentuan
yang adil dan makmur yang menjadi waktu yang ketat sebagaimana dibunyikan
tujuan negara. Pada proses perencanaan

41
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

dalam Undang-Undang Republik Indonesia mengatasi pula ketidakjelasan tujuan yang


Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem hendak dicapai, serta mengatasi hambatan
Perencanaan Pembangunan Nasional. pembiayaan pembangunan (Randy R.
Dalam UU tersebut, dikatakan dalam Pasal 3, Wrihatnolo dan Riant Nugroho D, 2006:
bahwa Perencanaan Pembangunan Nasional 68-69)
terdiri atas perencanaan pembangunan yang Membuat suatu perencanaan
disusun secara terpadu oleh Kementerian/ pembangunan juga harus disesuaikan
Lembaga dan perencanaan pembangunan dengan karakteristik wilayah dan
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat luas agar tepat
kewenangannya, sehingga dapat sasaran, hal ini senada dengan yang
diketahui bahwa proses perencanaan dan diungkapkan Sjafrizal (2009: 15). Dalam
penganggaran masing-masing Pemerintah perencanaan pembangunan daerah di
Daerah adalah berasal dari pemerintahan Indonesia, karakteristik wilayah kurang
yang tingkatnya paling rendah yaitu diperhatikan, hal ini disebabkan karena
kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota perencanaan pembangunan nasional yang
sampai kepada perencanaan pembangunan dijadikan acuan bagi seluruh pemerintah
nasional disertai penganggarannya. Output daerah di Indonesia dalam membuat
dari perencanaan tersebut berupa rencana perencanaan daerah, sehingga terkadang
prioritas pembangunan yang dicanangkan
pembangunan jangka panjang yang
oleh pemerintah pusat tidak sesuai dengan
dilaksanakan, rencana pembangunan jangka
kebutuhan dan prioritas pembangunan
menengah dan rencana pembangunan
daerah.
tahunan.
Perencanaan pembangunan dan
Perencanaan pembangunan bisa
penganggaran berjalan setiap tahun dan
dilakukan dengan beberapa pendekatanyaitu
prosesnya pun berjalan sepanjang tahun.
perencanaan pembangunan nasional,
Sedangkan disaat yang sama pemerintah
perencanaan pembangunan daerah,
daerah juga harus terus-menerus melakukan
perencanaan pembangunan regional, dan
administrasi dan transaksi keuangan juga
perencanaan pembangunan kawasan.
berjalan. Ditambah lagi dengan ketentuan
Perencanaan Pembangunan Nasional
permendagri yang sudah menentukan
untuk mengatasi banyaknya kesenjangan
besaran jumlah anggaran untuk beberapa
yang bersifat multidimensi di antara
jenis mata anggaran tertentu.
warga negara. Tantangan pembangunan
yang semakin luas menyebabkan perlunya Beberapa latar belakang di atas
pembangunan daerah dan semakin menjadi alasan bahwa proses perencanaan
pentingnya pembangunan daerah agar dan penganggaran pada Kota Samarinda
pemerintah daerah dan masyarakat daerah layak untuk dievaluasi, agar tidak terjadi
dapat melakukan pendayagunaan sumber kesalahan berulang yang dilakukan oleh
daya yang mereka miliki secara efisien. Pemerintah Kota Samarinda.
Perencanaan pembangunan regional
mengatasi hambatan wilayah administratif, TINJAUAN PUSTAKA
domisili penduduk, dan pembiayaan
pembangunan. Sementara itu, konsep Teori Perencanaan Pembangunan
perencanaan pembangunan kawasan
mengatasi hambatan ketidakjelasan Dalam sistem desentralisasi yang
permasalahan yang dihadapi dan dianut Indonesia, pembangunan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah

42
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

pusat namun turut juga diemban oleh pembangunan di Indonesia tidak hanya
pemerintah daerah. Karenanya proses terkait pengendalian dan pengaturan
perencanaan pembangunan dimulai dari perekonomian. Perencanaan pembangunan
pemerintah pusat kemudian dilanjutkan di Indonesia lebih bersifat menyeluruh
ke pemerintah daerah sampai pada dan menyentuh semua aspek kehidupan
level terendah (desa/kelurahan). Riyadi, masyarakat.
Deddy Supriady Bratakusumah (2004: 6) Kegiatan perencanaan pembangunan
mengatakan perencanaan pembangunan pada dasarnya merupakan kegiatan riset/
merupakan suatu tahapan awal dalam penelitian, karena proses pelaksanaannya
proses pembangunan. Sebagai tahapan akan banyak menggunakan metode-metode
awal, perencanaan pembangunan akan riset, mulai dari teknik pengumpulan
menjadi bahan/pedoman/acuan dasar data, analisis data, hingga studi lapangan/
bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan kelayakan dalam rangka mendapatkan
(action plan). Mengingat betapa krusialnya data-data yang akurat, baik yang dilakukan
peranan sebuah perencanaan maka secara konseptual/dokumentasi maupun
perencanaan pembangunan harus dibuat eksperimental. 
sebaik dan sematang mungkin.
Perencanaan pembangunan tidak
Membuat suatu perencanaan mungkin hanya dilakukan di atas meja,
pembangunan juga harus disesuaikan tanpa melihat realita di lapangan. Data-
dengan karakteristik wilayah dan data real lapangan sebagai data primer
kebutuhan masyarakat luas agar tepat merupakan ornamen-ornamen penting
sasaran, hal ini senada dengan yang yang harus ada dan digunakan menjadi
diungkapkan Sjafrizal (2009: 15) bahwa bahan dalam kegiatan perencanaan
secara umum perencanaan pembangunan pembangunan.
adalah cara atau teknik untuk mencapai Dengan demikian perancanaan
tujuan pembangunan secara tepat, terarah, pembangunan dapat diartikan sebagai
dan efisien sesuai dengan kondisi negara suatu proses perumusan alternatif-
atau daerah bersangkutan. Karena itu alternatif atau keputusan-keputusan yang
perencanaan pembangunan hendaklah didasarkan pada data-data dan fakta-
bersifat implementif (dapat dilaksanakan) fakta yang akan digunakan sebagai bahan
dan aplikatif (dapat diterapkan). untuk melaksanakan suatu rangkaian
Kemudian ML Jhingan (1984) kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik
dalam Sjafrizal (2009; 16) seorang ahli yang bersifat fisik (material) maupun non
perencanaan pembangunan bangsa India fisik (mental dan spiritual), dalam rangka
memberikan definisi yang lebih kongkrit mencapai tujuan yang lebih baik. 
mengenai perencanaan pembangunan Dalam hubungannya dengan
yang sangat mirip menggambarkan suatu daerah sebagai area (wilayah)
kondisi perencanaan pembangunan di pembangunan di mana terbentuk konsep
Indonesia yaitu bahwa perencanaan perencanaan pembagunan daerah (Riyadi,
pembangunan pada dasarnya adalah Deddy Supriadi Bratakusumah; 2004:
merupakan pengendalian dan pengaturan 7) dapat dinyatakan bahwa perencanaan
perekonomian dengan sengaja oleh pembangunan daerah adalah suatu
suatu penguasa (pemerintah) pusat proses perencanaan yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan untuk melakukan perubahan menuju
tertentu di dalam jangka waktu tertentu arah yang lebih baik bagi suatu
pula. Namun demikian, perencanaan komunitas masyarakat, pemerintah dan

43
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

lingkungannya dalam wilayah/daerah pemanfaatan dan pengalokasian sumber-


tertentu dengan memanfaatkan atau sumber daya yang ada dalam rangka
mendayagunakan berbagai sumber daya meningkatkan kesejahteraan sosial dalam
yang ada dan harus memilki orientasi yang suatu lingkungan wilayah/daerah dalam
bersifat menyeluruh, lengkap, tetapi tetap jangka waktu tertetu. Sedangkan oleh
berpegang pada asas prioritas.  Affandi Anwar dan Setia Hadi dalam
Berarti, Perencanaan Pembangunan Riyadi (2004 ; 8) mengatakan perencanaan
Daerah (PPD) akan membentuk tiga pembangunan wilayah diartikan sebagai
hal pokok yang meliputi: perencanaan suatu proses atau tahapan pengarahan
komunitas, menyangkut suatu area kegiatan pembangunan disuatu wilayah
(daerah), dan sumber daya yang ada di tertentu yang melibatkan interaksi antara
dalamya. Pentingnya orientasi holisti sumber daya manusia dengan sumber
dalam perencanaan pembangunan daerah, daya lain, termasuk sumber daya alam dan
karena dengan tingkat kompleksitas yang lingkungan melalui investasi.
besar tidak mungkin kita mengabaikan
masalah-masalah yang muncul sebagai Dikatakan wilayah tertentu karena
tuntutan kebutuhan sosial yang tak memang implementasinya hanya dapat
terelakkan. Tetapi dipihak lain adanya digunakan di daerah tertentu, di mana
keterbatasan sumber daya yang dimiliki penelusuran lapangan dilakukan, sehingga
tidak memungkinkan pula untuk tidak mungkin diimplementasikan di
melakukan proses pembangunan yang daerah lain secara utuh, kecuali untuk hal-
langsung menyentuh atau mengatasi hal tertentu saja yang memiliki kesamaan
seluruh permasalahan dan tuntutan secara kondisi dan tuntutan kebutuhan yang
sekaligus. Dalam hal inilah penentuan hampir sama. Jenssen (1995) dalam
prioritas perlu dilakukan, yang dalam Riyadi, Deddy Supriady Baratakusumah
praktiknya dilakukan melalui proses (2004;8) merekomendasikan bahwa
perencanaan. perencanaan pembangunan daerah harus
memperhatikan hal-hal yang bersifat
Melakukan perencanaan pembangunan kompleks tadi, sehingga prosesnya harus
daerah berbeda dengan melakukan memperhitungkan kemampuan sumber
perencanaan proyek atau perencanaan- daya yang ada, baik sumber daya manusia,
perencanaan kegiatan yang bersifat lebih sumber daya fisik, sumber daya alam,
spesifik dan mikro. Proses perencanaan keuangan, serta sumber-sumber daya
pembangunan daerah jauh lebih lainnya. Dalam konteks ini ia menyebutnya
kompleks dan rumit, karena menyangkut dengan istilah pembangunan endogen,
perencanaan pembangunan bagi suatu atau dengan kata lain pembangunan yang
wilayah dengan berbagai komunitas, berbasis potensi. Selain itu, perencanaan
lingkungan dan kondisi sosial yang ada yang mempertimbangkan kondisi spatial
di dalamnya. Apalagi bila mencakup suatu daerah juga menjadi hal penting dalam
wilayah pembangunan yang luas, kultur proses perencanaan pembangunan daerah.
sosialnya amat heterogen, dengan tingkat Pembangunan daerah akan mencakup
kepentingan yang berbeda. Berdasarkan suatu raung tertentu, sehingga diperlukan
uraian-uraian di atas, dapat diartikan adanya penataan ruang yang efektif, di
bahwa; perencanaan pembangunan mana tataruang akan memengaruhi proses
daerah adalah suatu proses penyusunan pembangunan beserta implikasinya.Ciri-
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan ciri pembangunan daerah menurut Riyadi,
berbagai unsur di dalamnya, guna Deddy Supriady Bratakusumah (2004 ; 9)

44
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

meliputi hal-hal sebagai berikut. menyeluruh.


1. Menghasilkan program-program yang
bersifat umum. Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
2. Analisis perencanaan bersifat makro/
luas Sistem Perencanaan Pembangunan
3. Lebih efektif dan efisien digunakan Nasional terdapat dalam Undang-Undang
untuk perencanaan jangka menengah No. 24 Tahun 2005, mencakup lima
dan panjang. pendekatan dalam seluruh rangkaian
perencanaan, yaitu: (1) politik, (2)
4.
Memerlukan pengetahuan secara teknokratik, (3) partisipatif, (4) atas-
interdisipliner, general dan universal, bawah (top-down), dan (5) bawah-atas
namun tetap memiliki spesifikasi (bottom-up).
masing-masing yang jelas.
Pendekatan politik memandang
5. Fleksibel dan mudah untuk dija­dikan bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
sebagai acuan perencanaan pemba­ adalah proses penyusunan rencana,
ngunan jangka pendek (1 tahunan). karena rakyat pemilih menentukan
Dengan melihat berbagai pengertian pilihannya berdasarkan program-program
mengenai perencanaan maupun perenca- pembangunan yang ditawarkan masing-
naan pembangunan di atas dapat disim- masing calon Presiden/Kepala Daerah.
pulkan bahwa tidak semua perencanaan Oleh karena itu, rencana pembangunan
adalah merupakan perencanaan pemba­ adalahpenjabaran dari agenda-agenda
ngunan. Suatu perencanaan disebut se­ pembangunan yang ditawarkan Presiden/
bagai perencanaan pembangunan apabila Kepala Daerah pada saat kampanye ke
dipenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta dalam rencana pembangunan jangka
adanya tujuan yang bersifat pembangun­ menengah.
an. Ciri suatu perencanaan pembangunan Perencanaan dengan pendekatan tekno­
(agent of development) oleh karena peren-
kratik dilaksanakan dengan menggunakan
canaan pembangunan sendiri merupakan
bagian dari administrasi pembangunan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh
yang menjadi bagian kewenangan peme­ lembaga atau satuan kerja yang secara
rintah.  fungsional bertugas untuk itu.
Bahwa Perencanaan Pembangunan Perencanaan dengan pendekatan
Daerah memerlukan Koordinasi dari partisi­patif dilaksanakan dengan melibatkan
semua unsur yang terlibat dalam rangka semua pihak yang berkepentingan
menghasilkan sebuah program dan (stakeholders) terhadap pembangunan.
kegiatan yang holistik dan komprehensif, Pelibatan mereka adalah untuk menda­
Selain itu Perencanaan Pembangunan patkan aspirasi dan menciptakan rasa
Daerah harus mampu menentukan prioritas memiliki. Para stakeholders antara lain
program dan kegiatan berdasarkan fakta adalah tokoh masyarakat, anggota DPR/D,
dan data dari potensi daerahnya, serta camat, Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
harus mempunyai sumber daya yang dan sebagainya yang diundang dalam
mempunyai kemampuan yang baik secara suatu forum musyawarah. Musyawarah
interdisipliner, sehingga koordinasi sekali Perencanaan Pembangunan yang
lagi sangat diperlukan dalam pembuatan selanjutnya disingkat Musrenbang adalah
sebuah perencanaan pembangunan forum antarpelaku (stakeholders) dalam
yang terintegrasi, tersinkronisasi, dan rangka menyusun rencana pembangunan

45
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

Nasional dan rencana pembangunan dan pengeluaran departemen-departemen


Daerah. pemerintah atau pemerintah daerah.
Adapun pendekatan atas-bawah (top – Menurut National Committee on
down) dan bawah-atas (bottom – up) dalam Governmental Accounting (NCGA), saat ini
perencanaan dilaksanakan menurut jenjang Governmental Accounting Standarts Board
pemerintahan. Rencana hasil proses atas- (GASB), definisi anggaran (budget) sebagai
bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui berikut.“…. Rencana operasi keuangan,
musyawarah yang dilaksanakan baik di yang mencakup estimasi pengeluaran yang
tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, diusulkan, dan sumber pendapatan yang
kecamatan, dan desa. diharapkan untuk membiayainya dalam
periode waktu tertentu.”
Teori Anggaran Publik
Perencanaan dalam menyiapkan
Anggaran merupakan suatu alat untuk anggaran sangatlah penting. Bagaimanapun
perencanaan dan pengawasan operasi juga jelas mengungkapkan apa yang akan
keuntungan dalam suatu organisasi laba dilakukan dimasa mendatang. Pemikiran
di mana tingkat formalitas suatu budget strategis di setiap organisasi adalah proses
tergantung besar kecilnya organisasi. di mana manajemen berpikir tentang
Untuk melaksanakan tugas di atas, pengintegrasian aktivitas organisasional ke
tentu saja diperlukan rencana yang arah tujuan yang beroerientasi kesasaran
matang. Dengan demikian dari gambaran masa mendatang. Semakin bergejolak
tersebut dapat terasa pentingnya suatu lingkungan pasar, teknologi atau ekonomi
perencanaan dan pengawasan yang eksternal, manajemen akan didorong
baik hanya dapat diperoleh manajemen untuk menyusun stategi. Pemikiran
dengan mempelajari, menganalisis dan strategis manajemen, direalisasi dalam
mempertimbangkan dengan seksama berbagai perencanaan, dan proses integrasi
kemungkinan-kemungkinan, alternatif- keseluruhan ini didukung prosedur
alternatif dan konsekwensi yang ada. penganggaran organisasi.
Anggaran dapat diinterpretasikan Anggaran sektor publik dibuat untuk
sebagai paket pernyataan menyangkut membantu menentukan tingkat kebutuhan
perkiraan penerimaan dan pengeluaran masyarakat, seperti listrik, air bersih,
yang diharapkan akan terjadi dalam kualitas kesehatan, pendidikan, dan lain-
satu atau beberapa periode mendatang. lain agar terjamin secara layak. Maka
Dalam anggaran selalu disertakan data dari itu tingkat kesejahteraan masyarakat
penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dipengaruhi oleh keputusan yang diambil
di masa lalu. oleh pemerintah melalui anggaran yang
Pengertian Anggaran sektor publik dibuatnya. Kebanyakan organisasi sektor
adalah perencanaan finansial tentang publik membedakan antara tambahan
perkiraan pengeluaran dan penerimaan modal dan penerimaan, serta tambahan
yang diharapkan akan terjadi di masa pendapatan dan pengeluaran. Hal itu akan
mendatang dengan melihat data yang berdampak pada pemisahan penyusunan
diperoleh dari masa lalu sebagai acuan anggaran tahunan dan anggaran modal
penetapan anggaran. Anggaran sektor tahunan.
publik harus dapat memenuhi kriteria,
antara lain: merefleksikan perubahan Anggaran berfungsi sebagai berikut.
prioritas kebutuhan dan keinginan a. Anggaran merupakan hal akhir dari
masyarakat serta menentukan penerimaan proses penyusunan rencana kerja.

46
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

b. Anggran merupakan cetak biru Karakteristik anggaran publik terdiri


aktivitas yang akan dilaksanakan di dari:
masa mendatang. a. Anggaran yang di nyatakan dalam
c. Anggaran sebagai alat komunikasi satuan dan satuan keuangan.
internal yang menghubungkan b. Anggaran yang umumnya mencakup
berbagai unit kerja dan mekanisme jangka waktu tertentu, yaitu satu atau
kerja antaratasan serta bawahan. beberapa tahun.
d. Anggaran sebagai alat pengendalian c. Anggaran yang berisi komitmen
unit kerja. atau kesanggupan manajemen untuk
e. Anggaran sebagai alat motivasi mencapai sasaran yang ditetapkan.
dan persuasi tindakan yang efektif d. Usulan anggaran yang ditelaah dan
serta efisien dalam pencapaian visi di setujui oleh pihak berwenang yang
organisasi. lebih tinggi dari penyusun anggaran.
f. Anggaran merupakan instrument e. Anggaran yang telah disusun hanya
politik. dapat di ubah dalam kondisi tertentu.
g. Anggaran merupakan instrument Secara tradisional, prinsip
kebijakan fiskal. penggangaran yang sangat terkenal adalah
Anggaran merupakan alat ekonomi apa yang di kenal dengan “the three Es”,
terpenting yang dimiliki pemerintah untuk yaitu Ekonomis, Efesien, Efektif (jones
mengarahkan perkembangan social dan dan pendlebury,1998). Jones menjelaskan
ekonomi, menjamin kesinambungan, dan bahwa ekonomis hanya berkaitan dengan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. input; efektivitas hanya berkaitan dengan
Untuk mencapai tujuan organisasi, output; sedangkan efesien adalah kaitan
penganggaran mutlak diperlukan. antara output dengan input. Dengan
Anggaran sektor publik dibuat untuk demikian, prinsip penggangaran terlihat
merencanakan tindakan apa yang akan sangat terkait dengan prinsip akuntasi
dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya sektor publik.
yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang
diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Penganggaran Daerah
Anggaran publik selalu dikaitkan
dengan akuntabilitas eksekutif organisasi. Sistem penganggaran keuangan
Konflik yang terjadi dalam penetuan daerah adalah catatan masalah, rencana
anggarn sangat berpengaruh terhadap masa depan, dan mekanisme pengolaan
kapabilitas eksekutif organisasi untuk sumber daya. Anggaran Pendapatan dan
mengendalikan pengeluaran. Pada Belanja Daerah selanjutnya disingkat
praktiknya, pihak eksekutif akan APBD adalah suatu rencana keuangan
menggunakan daftar tahunan tentang tahunan pemerintah daerah yang disetujui 
pengeluaran dan pendapatan berserta oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
tujuan aktivitasnya. Jadi, karakter anggaran (UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 butir 8
adalah keseragaman, keseluruhan tarnsaksi tentang Keuangan Negara).
organisasi, keteraturan penyerahan pengawasan yang baik maka alokasi
rancangan anggaran per tahunnya, akurasi anggaran publik yang tercermin dalam
prakiraan pendapatan serta pengeluaran anggaran pendapatan daerah (APBD) dapat
yang didasri oleh persetujuan/consensus, diperuntukan untuk kepentingan publik.
dan terpublikasi. Suwardjono (2005: 159) menegaskan

47
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

bahwa akuntansi akan mempunyai peran Menyatakan terbatasnya jumlah


yang nyata dalam kehidupan sosial personel pemerintah daerah yang berlatar
ekonomi kalau informasi yang dihasilkan belakang pendidikan akuntansi, sehingga
oleh akuntansi dapat mengendalikan mereka tidak peduli atau mungkin tidak
perilaku pengambil kebijakan ekonomik mengerti permasalahan sesungguhnya.
untuk bertindak menuju ke suatu Peterson (1994: 55) yang menegaskan
pencapaian tujuan sosial dan ekonomik improving budgeting di negara berkembang
negara. Salah satu tujuan ekonomik negara sulit dilakukan karena terdapat sejumlah
adalah alokasi sumber daya ekonomik keterbatasan dan kuatnya proses politik
secara efisien sehingga sumber daya dalam alokasi sumber daya. Demikian
ekonomik yang menguasai hajat hidup pula Newkirk (1986: 24) menegaskan
orang banyak dapat dinikmati masyarakat bahwa keberhasilan pengembangan sistem
secara optimal. Hal senada dikemukakan penganggaran keuangan daerah sangat
Hay (1997: 4) bahwa secara umum tujuan tergantung pada komitmen dan keterlibatan
akuntansi dan pelaporan keuangan bagi pegawai pemerintah daerah. Pernyataan ini
pemerintah adalah untuk: menandakan sistem penganggaran keuangan
1. Menyajikan informasi keuangan yang daerah sebagai alat kontrol perlu dipahami
berguna untuk pengambilan keputusan oleh personel atau pegawai unit satuan kerja
ekonomik, politik, dan sosial, serta pemerintah daerah yang berkomitmen,
menampilkan akuntabilitas dan artinya keterlibatan pegawai yang memiliki
stewardship; pemahaman di bidang sistem akuntansi
harus didukung oleh komitmen. Agar
2. Menyajikan informasi yang berguna akuntansi dapat dijadikan salah satu alat
untuk mengevaluasi kinerja manajer dalam mengendalikan roda pemerintahan,
dan organisasi. Bila dicermati lebih akuntansi harus dipahami secara memadai
jauh dalam pengelolaan keuangan oleh penyedia informasi keuangan. Sebagai
daerah akuntansi menjadi salah satu alat kontrol dan alat untuk mencapai tujuan
kendala teknis bagi eksekutif dalam pemerintah, dari kacamata akuntansi,
pengelolaan keuangan daerah. khususnya sistem penganggaran keuangan
Pandangan ini sejalan dengan daerah, akuntansi harus dapat berperan
pandangan Newkirk (1986: 23) yang dalam mengendalikan roda pemerintahan
menegaskan bahwa dari sekian banyak dalam bentuk pengelolaan keuangan
problem yang ada pada pemerintah daerah daerah berdasarkan aturan yang berlaku
salah satunya adalah tentang akuntansi. Suwardjono (2005: 159).
Pernyataan ini menandakan bahwa Berbagai fungsi  Anggaran
pengelola anggaran daerah pada masing- Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
masing unit satuan kerja perlu dicermati 58/2005, tentang Keuangan Negara, yaitu:
guna menyelesaikan problem akuntansi
dan penyajian informasi yang memadai. 1. Fungsi Otorisasi:  Anggaran daerah
Pertanggungjawaban keuangan suatu merupakan dasar untuk melaksanakan
institusi dapat berjalan dengan baik, bila pendapatan dan belanja pada yang
terdapat mekanisme pengelolaan keuangan bersangkutan.
yang baik pula. Ini berarti pengelolaan 2. Fungsi Perencanaan;  Anggaran
keuangan daerah yang tercermin dalam daerah merupakan pedoman bagi
APBD memiliki posisi strategis dalam manajemen dalam merencanakan
mewujudkan manajemen pemerintahan kegiatan pada   tahun yang
yang akuntabel. bersangkutan.

48
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

3. Fungsi Pengawasan; Anggaran Undang-undang Perbendaharaan Negara


daerah menjadi pedoman untuk menilai ini memuat ketentuan yang mendorong
apakah kegiatan penyelenggaraan profesionalitas, serta menjamin
pemerintah daerah sesuai dengan keterbukaan dan akuntabilitas dalam
ketentuan yang telah ditetapkan. pelaksanaan anggaran
4. Fungsi Alokasi;  Anggaran daerah Sementara asas akrual dan kas
diarahkan untuk mengurangi terkait dengan pengakuan pendapatan
pengangguran dan pemborosan sumber dan belanjapengakuan dan pengukuran
daya, serta meningkatkan efisiensi dan pendapatan dan belanja berbasis akrual
efektivitas perekonomian. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan
5. Fungsi Distribusi;  Anggaran daerah Pasal 13 undang-undang ini dilaksanakan
harus mengandung rasa keadilan dan selambat-lambatnya pada anggaran 2008
kepatutan. dan selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual
6. Fungsi Stabilisasi;  Anggaran belum dilaksanakan, digunakan pengakuan
daerah harus mengandung arti/ dan pengukuran berbasis kas.
harus menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian. METODOLOGI

Prinsip-prinsip dasar (asas) Penelitian kualitatif merupakan salah


yang berlaku di bidang pengelolaan satu metode penelitian yang bersifat
Anggaran  Daerah yang berlaku juga deskriptif dan cenderung mencari sebuah
dalam pengelolaan Anggaran Negara/ makna dari data yang didapatkan dari
Daerah sebagaimana bunyi penjelasan hasil sebuah penelitian. Metode ini
dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003 biasanya digunakan seseorang ketika akan
tentang Keuangan Negara dan Undang- meneliti terkait dengan masalah sosial
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang dan budaya. Menurut Sugiyono (2014)
Perbendaharaan Negara, yaitu: metode penelitian kualitatif sering disebut
a.    Kesatuan, metode penelitian naturalistik karena
b.    Universalitas, penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
c.    Tahunan, masih alamiah (natural setting).
d.    Spesialitas, Seiring dengan perkembangannya,
e.    Akrual dan penelitian kualitatif kemudian terbagi
f.     kas. menjadi beberapa macam jenis pendekatan.
Adapun pendekatan yang dimaksud adalah
Asas kesatuan menghendaki agar sebuah pendekatan yang digunakan untuk
semua Pendapatan dan Belanja Negara/ lebih memudahkan peneliti dalam mengkaji
Daerah disajikan dalam satu dokumen sebuah masalah yang sedang diteliti.
anggaran. Asas universalitas mengharuskan Lebih lanjut, Creswell (dalam Sugiyono,
agar setiap transaksi keuangan ditampilkan 2014) membagi jenis pendekatan dalam
secara utuh dalam dokumen anggaran. penelitian kualitatif menjadi lima bagian,
Asas tahunan membatasi masa berlakunya yakni fenomenologi, etnografi, studi kasus,
anggaran untuk suatu tahun tertentu. teori grounded, dan naratif.
Asas spesialitas mewajibkan agar kredit
anggaran yang disediakan terinci secara Beberapa jenis pendekatan dalam
jelas peruntukannya. Demikian pula penelitian kualitatif:

49
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

1. Fenomenologi mendalam yang mengharuskan


Metode penelitian kualitatif dengan peneliti bersentuhan langsung dan
pendekatan fenomenologi menurut mengikuti kegiatan keseharian
Creswell (dalam Sugiyono, 2014) objek yang ditelitinya. Hal tersebut
adalah salah satu jenis pendekatan sejalan dengan yang dikemukakan
kualitatif di mana dalam pendekatan oleh Creswell (dalam Sugiyono,
jenis ini peneliti melakukan sebuah 2014) yang mengatakan bahwa
observasi kepada partisipan untuk etnografi merupakan penelitian yang
mengetahui fenomena-fenomena yang melakukan studi terhadap budaya
terjadi dalam hidup partisipan tersebut. kelompok dalam kondisi alamiah
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk melalui observasi dan wawancara.
pengumpulan data oleh peneliti yang Penelitian etnografi tidak selamanya
kemudian diolah untuk menemukan bekerja di lapangan. Hal tersebut
makna dari apa yang telah dikemukakan dikemukakan oleh Daymon (2008)
oleh partisipan. Fenomenologi pada yang menjelaskan bahwa penelitian
dasarnya bertujuan untuk megetahui etnografi dapat dilakukan dalam bentuk
secara mendalam mengenai perjalanan deskripsi, kisah atau laporan tertulis
hidup seseorang. mengenai suatu kelompok masyarakat
yang dihasilkan oleh peneliti yang
Lebih lanjut Daymon (2008) dalam
melewatkan waktu yang cukup
bukunya mengungkapkan bahwa
panjang, tujuan dari bentuk deskripsi
terdapat beberapa macam kajian yang
tersebut adalah untuk menggambarkan
dilakukan dalam metode penelitian
realitas sosial dalam sebuah kelompok
kualitatif dengan pendekatan
sehingga para pembaca etnografi dapat
fenomenologi. Pertama adalah
dengan mudah memahaminya.
fenomenologi sosial yaitu penelitian
sosial fenomenologi di mana peneliti 3. Studi Kasus (Case Study)
melakukan penelitian yang berfokus Salah satu dari jenis pendekatan yang
pada tindakan sosial dan pengalaman dikemukakan oleh Creswell adalah
kelompok. Kedua adalah fenomenologi studi kasus. Jenis pendekatan studi
transendental yang menjelaskan kasus ini merupakan jenis pendekatan
bahwa penelitian ini menekankan yang digunakan untuk menyelidiki
pada pengalaman individu seseorang dan memahami sebuah kejadian atau
dan yang ketiga adalah fenomenologi masalah yang telah terjadi dengan
hermeneutika yaitu pada penelitian mengumpulkan berbagai macam
ini peneliti menginterpretasikan teks informasi yang kemudian diolah
sesuai dengan konteks budaya, situasi untuk mendapatkan sebuah solusi
dan sejarah tempat suatu fenomena agar masalah yang diungkap dapat
terjadi. terselesaikan. Susilo Rahardjo &
Gudnanto pada 2010 juga menjelaskan
2. Etnografi (Ethnography) bahwa studi kasus merupakan suatu
Penelitian kualitatif dengan metode untuk memahami individu
pendekatan etnografi merupakan yang dilakukan secara integrative
salah satu penelitian kualitatif di dan komprehensif agar diperoleh
mana penelitian tersebut mempelajari pemahaman yang mendalam tentang
tentang kelompok sosial ataupun individu tersebut beserta masalah yang
budaya masyarakat secara lebih dihadapinya dengan tujuan masalahnya

50
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

dapat terselesaikan dan memperoleh yang telah diperoleh kemudian dibuat


perkembangan diri yang baik. dalam bentuk laporan naratif dan
Adapun yang membedakan penelitian kronologis.
dengan pendekatan studi kasus dengan Penelitian ini menggunakan metode
jenis pendekatan penelitian kualitatif penelitian kualitatif dengan pendekatan
yang lain terdapat pada kedalaman studi kasus. Di mana penulis mencoba
analisisnya pada sebuah kasus memperoleh gambaran mengenai
tertentu yang lebih spesifik. Analisis bagaimana proses perencanaan
dan triangulasi data juga digunakan pembangunan dan penganggaran daerah
untuk menguji keabsahan data dan berjalan. Sementara pendekatan studi
menemukan kebenaran objektif kasus pada Kota Samarinda dipilih
sesungguhnya. Metode ini sangat tepat agar peneliti dapat menggali informasi
untuk menganalisis kejadian tertentu lebih dalam dan menemukan kebenaran
di suatu tempat tertentu dan waktu objektif yang sesungguhnya. Dalam artian
yang tertentu pula. bahwa permasalahan perencanaan dan
penganggaran yang terjadi pada Kota
4. Teori Grounded (Grounded Theory)
Samarinda belum tentu di alami oleh
Grounded Theory merupakan salah pemerintah daerah lain.
satu jenis pendekatan dalam metode
penelitian kualitatif yang pada
dasarnya bertujuan untuk menemukan PEMBAHASAN
sebuah teori baru yang terkait dengan Proses perencanaan meliputi beberapa
apa yang diteliti. Umumnya grounded langkah panjang yang melibatkan berbagai
theory membahas tentang ilmu-ilmu pihak mulai dari pemerintah puat sampai
di bidang sosial dan metodologi. ke pemerintah daerah, sebagaimana terlihat
Raco pada 2010 menjelaskan bahwa pada bagan 1. Bagan 1 menggambarkan
dasar filosofi dari grounded theory keterkaitan antara proses perencanaan
adalah interaksi simbolik. Interaksi dan proses penganggaran yang prosesnya
simbolik menyatakan bahwa tindakan dimulai dari perencanaan pembangunan
manusia selalu bergantung pada arti pada pemerintah pusat yang kemudian
yang dipahami oleh manusia dalam prosesnya berlanjut sampai ke pemerintah
lingkungannya. Asumsi tersebut daerah.
kemudian mendorang peneliti yang
Pada pemerintah pusat perencanaan
menggunakan metode grounded
pembangunan yang dibuat pun berjenjang
theory untuk melihat secara lebih teliti
berdasarkan jangka waktunya, mulai dari
pemahaman terhadap tindakan atau
dua puluh tahunan, lima tahunan dan satu
perilaku seseorang.
tahunan. Dokumen perencanaan yang
5. Naratif (Narrative) dibuat oleh pemerintah pusat kemudian
Menurut Creswell (dalam Sugiyono, diadopsi oleh pemerintah daerah, adopsi
2014) menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan bukan berarti perencanaan
naratif adalah salah satu penelitian pusat seratus persen diikuti oleh pemerintah
kualitatif di mana penelitian tersebut daerah namun juga menyesuaikan dengan
mempelajari tentang seorang individu kondisi pemerintah daerah.
untuk memperoleh data terkait sejarah Terkait dokumen perencanaan, pada
perjalanan dalam kehidpun seorang kota Samarinda breakdown  RPJPD ke
individu tersebut. Selanjutnya data RPJMD dan RPJMD ke RKPD sering

51
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

Gambar 1
Alur Perencanaan dan Penganggaran

kali tidak nyambung  (match). Ada Pada pemerintah daerah sendiri, siklus


kecenderungan dokumen RPJP ataupun perencanaan dan penganggaran tahunan
RPJM/Renstra SKPD sering kali tidak melalui tahapan yang cukup panjang
dijadikan acuan secara serius dalam sebagaimana terlihat pada skema 2 di mana
menyusun RKPD/Renja SKPD. Kondisi proses perencanaan tersebut dimulai dari
ini muncul salah satunya disebabkan oleh musyawarah pembangunan pada tingkat
kualitas tenaga perencana di SKPD yang desa/kelurahan, kemudian dilanjutkan
terbatas kuantitas dan kualitasnya. Dalam pada tingkat Musrenbang Kecamatan.
beberapa kasus ditemui perencanaan Kepala daerah berdasarkan RKPD
hanya dibuat oleh Pengguna Anggaran dan menyusun rancangan kebijakan umum
Bendahara, dan kurang melibatkan staf APBD. Rancangan kebijakan Umum
program sehingga banyak usulan kegiatan APBD yang telah dibahas kepala daerah
yang sifatnya copy paste dari kegiatan bersama DPRD, selanjutnya disepakati
yang lalu dan tidak visioner. menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).
Selain itu, kualitas RPJPD, RPJM Berdasarkan kebijakan umum APBD yang
Daerah dan Renstra SKPD sering kali telah disepakati, pemerintah daerah dan
belum optimal. Beberapa kelemahan yang DPRD membahas rancangan prioritas
sering ditemui dalam penyusunan Rencana dan plafon anggaran sementara (PPAS)
tersebut adalah; indikator capaian yang yang disampaikan oleh kepala daerah.
sering kali tidak jelas dan tidak terukur Kemudian Kepala daerah menerbitkan
(kalimat yang digunakan berlebihan), pedoman penyusunan Rencana Kerja dan
data dasar dan asumsi yang sering kali Anggaran (RKA) SKPD sebagai pedoman
kurang valid, serta analisis yang kurang kepala SKPD menyusun RKA-SKPD
mendalam di mana jarang ada analisis berdasarkan nota kesepakatan. Setelah
mendalam yang mengarah pada “how to RKA-SKPD dibuat, selanjutnya adalah
achieve” suatu target. menyusun rencana peraturan daerah

52
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

tentang APBD dan rancangan peraturan 4. Pengembangan dan Peningkatan


kepala daerah tentang penjabaran APBD. Infrastruktur, Fasilitas Perkotaan dan
Rencana peraturan tersebut akan dievaluasi Utilitas Penunjang Sektor Unggulan
kemudian ditetapkan oleh kepala daerah Yang Berdaya Saing dan Berwawasan
menjadi peraturan daerah tentang APBD Lingkungan
dan peraturan kepala daerah tentang 5. Pengentasan Kemiskinan Berbasis
penjabaran APBD. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
Siklus perencanaan dan penganggaran 6. Pencegahan dan Penanggulangan
di atas juga dilakukan oleh pemerintah Bencana Secara Efektif
Kota Samarinda. Namun mengingat 7. Peningkatan Kehidupan Beragama,
banyaknya rencana pembangunan yang Seni Budaya, Peran dan Prestasi
harus dipenuhi oleh pemerintah Kota Pemuda, Permasyarakatan Olah Raga
Samarinda sementara anggaran yang Serta Pemberdayaan Masyarakat dan
dimiliki oleh pemerintah Kota Samarinda Perempuan
terbatas, maka dibuatlah suatu agenda
8. Pemantapan Keuangan Daerah dan
prioritas sehingga tujuan pemerintahan
Pembiayaan Pembangunan Di Daerah
bisa dicapai secara bertahap. Adapun
sembilan agenda prioritas Kota Samarinda 9. Peningkatan Tata Kota Kelola
tahun 2016-2021 adalah (Sumber: RPJMD Pemerintahan Yang Baik
Kota Samarinda 2016-2021): Mengingat proses perencanaan dan
1. Optimalisasi Pengendalian Banjir penganggaran daerah yang sangat panjang,
sampai memakan waktu satu tahun
2. Peningkatan Derajat Kesehatan anggaran sementara disaat yang sama
Masyarakat pemerintah daerah juga disibukkan dengan
3. Pengembangan Bidang Pendidikan proses pelaksanaan dan pengelolaan
Untuk Menghasilkan SDM Yang keuangan, maka masalah keterlambatan
Profesional, Berkarakter dan Religius sering kali terjadi. Sebagaimana yang

Gambar 2
Siklus Perencanaan dan Peanggaran tahunan

53
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

terjadi di Kota Samarinda di mana Masalah dalam proses perencanaan


keterlambatan pengesahan APBD pernah dan penganggaran di Kota Samarinda juga
terjadi beberapa kali. Hal ini selain terjadi pada fase yang paling awal yaitu
disebabkan oleh panjangnya proses musrenbang kelurahan. Hasil wawancara
perencanaan dan penganggaran, juga dengan salah satu lurah di Kota Samarinda
disebabkan oleh proses pembahasan menunjukkan bahwa Musrenbang Desa/
Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Kelurahan tidak selalu dapat dilaksanakan
Kesepakatan Plafon Anggaran Sementara dengan baik, di mana pada sebelumnya
(PPAS) antara kepala daerah dan DPRD (2017) sempat dilaksanakan musrenbang
yang memakan waktu lama melewati kelurahan, namun pada ini (2018)
ketentuan yang ada yaitu lebih dari satu tidak dilaksanakan. Beberapa Lurah
bulan. Terpisahnya proses perencanaan di Samarinda juga menyatakan bahwa
dan anggaran ini juga berlanjut pada saat mereka belum menerima RPJMD Kota
penyediaan anggaran. APBD disahkan Samarinda dan tidak mengetahui prioritas
pada Desember tahun sebelumnya, tapi pembangunan yang ada sehingga usulan
dana sering kali lambat tersedia. Bukan hal pembangunan fisik dari peserta musrenbang
yang aneh, walau tahun anggaran mulai masih sangat dominan. Selain itu sebagian
per 1 Januari tapi sampai bulan Juli-pun Lurah juga mengeluhkan usulan dari
anggaran program di tingkat SKPD masih musrenbang kelurahan yang sudah
sulit didapatkan. berkali-kali diajukan namun belum ada
Salah satu masalah utama dalam realisasinya sama sekali. Hal ini membuat
proses perencanaan dan penganggaran di lurah dan masyarakat menjadi apatis
Kota Samarinda adalah adanya Intervensi terhadap musrenbang dan menyebabkan
hak budget DPRD yang terlalu kuat di keengganan untuk menghadiri kegiatan
mana anggota DPRD sering mengusulkan musrenbang. Intinya pendekatan
partisipatif dalam perencanaan melalui
kegiatan-kegiatan yang menyimpang jauh
mekanisme musrenbang masih menjadi
dari usulan masyarakat yang dihasilkan
retorika. Perencanaan pembangunan masih
dalam Musrenbang. Selain itu, jadwal
didominasi oleh: Kebijakan kepala daerah,
reses DPRD dengan proses Musrenbang
hasil reses DPRD dan Program dari SKPD.
yang tidak sesuai misalnya Musrenbang
Kondisi ini berakibat timbulnya akumulasi
sudah dilakukan, baru DPRD reses
kekecewaan di tingkat desa dan kecamatan
mengakibatkan banyak usulan DPRD
yang sudah memenuhi kewajiban membuat
yang kemudian muncul dan merubah
rencana tapi realisasinya sangat minim.
hasil Musrenbang. Intervensi hak budget Hal ini sebenarnya sesuai dengan salah
ini juga sering kali mengakibatkan satu dari sembilan agenda prioritas
pembahasan RAPBD memakan waktu
panjang untuk negosiasi antara eksekutif
dan legislatif. Salah satu strategi dari pihak SIMPULAN DAN SARAN
eksekutif untuk “menjinakkan” hak budget
DPRD ini misalnya dengan memberikan
Simpulan
alokasi tertentu untuk DPRD missal dalam Berdasarkan hasil pembahasan di
penyaluran Bantuan Sosial (Bansos) atas diketahui bahwa setelah dilakukan
ataupun pemberian “Dana Aspirasi” yang evaluasi terhadap proses perencanaan
bisa digunakan oleh anggota DPRD secara dan penganggaran di Kota Samarinda
fleksibel untuk menjawab permintaan masih didapati banyak kelemahan
masyarakat. dan kekurangan. Permasalahan yang

54
Evaluasi Proses Perencanaan dan Penganggaran ... (Anindita Primastuti)

paling krusial disebabkan oleh proses Catanase, A. J & Snyder, J. C, (1998),


perencanaan dan penganggaran yang Perencanaan Kota, Erlangga, Jakarta.
terpisah dan melalui tahapan yang sangat Creswell, J. W, (1998), Qualitative Inquiry and
panjang. Selain itu pengaruh perencanaan research Design: Choosing Among
politis lebih kuat daripada perencanaan Fife tradition, Sage Publications, inc,
teknokrat dan pertisipatif sehingga Thousand Oaks; London; New Delhi.
terkadang menjadi tidak sesusai dengan Edralin, J. S, (1997). The New Local
dokumen perencanaan daerah. Governance and Capacity Building:
A Strategic Approach. Regional
Saran development studies, vol 3.
Djunaedi, A, (2012) Proses Perencanaan Kota
Beberapa saran yang dapat diberikan dan Daerah, UGM Press, yogyakarta.
oleh penulis adalah: Djunaedi, a, (2002) Proses Perencanaan
1. Meningkatkan keterlibatan Dinas Strategis untuk Perkotaan: Kasus
Pengelola Keuangan Daerah dalam Kasus di Luar Negeri, bahan kuliah
proses perencanaan dan penganggaran Magister Perencanaan Kota dan
DaerahUgm, Yogyakarta.
mulai dari Proses Murenbang di
Kelurahan dan Kecamatan, sehingga Djunaedi, A, (2001) Alternatif Model Penerapan
Perencanaan Strategis dalam Penataan
memudahkan pemerintah daerah
Ruang Kota di Indonesia, Jurnal
dalam melakukan sinkronisasi dalam
Perencanaan Wilayah dan Kota Vol
perencanaan dan anggaran. 12 hal 16-28, Bandung.
2. RPJP Nasional dan RPJMD baiknya Djunaedi, a, (2000) Keragaman Plihan Corak
disosialisasikan sampai tingkat Perencanaan (planning style) untuk
Kelurahan, sehingga pada saat mendukung kebijakan otonomi
musrenbang kelurahan, yang diusulkan daerah, makalah dipresentasikan
oleh masyarakat bukan hanya terkait dalam seminar Temu Alumni MPKD
pembangunan fisik. 2000 di Werdahapura, Sanur, Bali
27- 30 Agustus 2000.
Djunaedi, A, (1995) Perencanaan Strategik
DAFTAR PUSTAKA
untuk Perkotaan: Belajar dari
Abidin (1998), Strategi Pembangunan Daerah, Pengalaman Negara lain, Jurnal
Jurnal Perencanaan Pembangunan- PWK N0 19/JUNI/1995, Bandung.
BAPENAS No. 12, Juni-Juli 1998. Gordon, G. L, (1993) Strategic Planning For
Abidin (1998), Pengelolaan Pemerintahan Local Government, Internasional
Daerah dan Pembangunan di City/Country management associa-
Daerah, Jurnal Perencanaan tion washington DC. 161
Pembangunan-BAPENAS No.
14, Desember 1998. Bappenas, Hamzens, W. P. S, (1998), Rencana Strategis
2010. Proses dan Mekanisme Pembangunan Perkotaan DKI Jakarta
Penyelanggaraan Musrembang tahun 1992-1997: Kajian TEORETIS-
2010 dalam rangka penyusunan Empris Gaya Perencanaan, Tesis
RKP 2011. Jakarta: Deputi Bidang MPKD UGM, Yogyakarta.
Pengembangan Regional dan Haryadi (2003) Kedudukan dan Peranan
Otonomi Daerah Bappenas. Badan Legislatif Daerah: Persoalan
Bryson, J. M, (1988) Strategic Planning for Otonomi Daerah di Indonesia,
Public and Non Profit Organization, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Jossey Bassey Publisher, San Keban, Yeremias T, (2004), Enam Dimensi
Fransisco. Strategis Adminsitrasi Publik:

55
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 41 – 56

Konsep, Teori dan Isu, Gaya Media, Pembangunan Daerah: Strategi


Yogyakarta. Pengembangan potensi daerah,
Kunarjo (2002), Perencanaan dan Jurnal Perencanaan Pembangunan
Pengendalian Program Pemba­ BAPENAS, naskah No. 19, Maret-
ngunan, UI press, Jakarta April 2000.
Kuncoro, M, (2004) Otonomi dan Romli, L (2007), Potret Otonomi Daerah
Pembangunan Daerah, Erlangga, dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal,
Jakarta. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Kuncoro, M, (2012) Perencanaan Daerah: Strauss & Corbin (2007), Dasar-dasar
Bagaimana Membangun Ekonomi Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar,
Lokal, Kota dan Kawasan. Salemba Yogyakarta. 162
Empat, Jakarta. Supriady (1999), Dimensi Pemberdayaan
Miftahuddin, M (2000) Perencanaan Strategis Daerah Menuju Otonami Daerah Yang
Bagi Organisasi Nirlaba, Pustaka Luas, Perencanaan Pembangunan-
Pelajar, Yogyakarta. BAPENAS, No. 17, Oktober 1999.
Moleong, J. Lexi (1997), Metodologi Salusu, J, (2000), Pengambilan Keputusan
Penelitian Kualitatif, PT Remaja Stratejik: Untuk Organisasi Publik
Rosdakarya, Bandung. dan Organisasi Nonprofit. PT.
Gramedia Widya Sarana Indonesia.
Muhajir, N. (2000) Metodelagi Penelitian
Grasindo, Jakarta.
Kualitatif. Rake Sarasin, Yogyakarta.
Sardison, 2000, Proses dan Partisipasi
Munir, B, (2002), Perencanaan Pembangunan
Masyaraat dalam Penyusunan
Daerah Dalam Perspektif Otonomi
Rencana Strategis Pembangunan
Daerah, Badan Penerbit BAPPEDA,
Daerah: Kasus Kabupaten Kepulauan
Nusa Tenggara Barat.
Riau, Tesis MPKD-UGM, Yogyakarta.
Mustopadidjaja (2012), Bappenas dalam
Yin, R. K, (1989), Case Study Research design
Sejarah Perencanaan Pembangunan
and Methods, Sage Publication.
Indonesia 1945-2025, LP3ES,
Jakarta. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanan Pembangunan Nasional.
Purwanto, E. W, (2008) Perencanaan
Pembangunan: Sebuah Otokritik, Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008
Jurnal Perencanaan Pembangunan tentang Tahapan, Tata Cara
BAPENAS, naskah No. 01/XIV/2008. Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Riyadi (2000), Implikasi UU No. 22/1999
Pembangunan Daerah.
dan UU No. 25/1999 Terhadap

56

Anda mungkin juga menyukai