id
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Progam Studi
D III Teknologi Hasil Pertanian
Oleh :
Saiful Annas
H3108023
commit to
i
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
MOTTO
commit to
i
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
PERSEMBAHAN
commit to
i
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
KATA PENGANTAR
commit to
v
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
commit to
v
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
commit to
v
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
v
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
HALAMAN PENGESAHAN...... .. .. ... ... . .. .. ... .. .. .. ii
c o m m i t t o u s e r ..............
v
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
commit to
x
user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
Saiful Annas1
Prof. Dr. Ir. Sri Handayani, M.S2
3
x
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
Esti Wido w a t i,
c o mm
S .S i., M .P
i t to u se r
x
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
ABSTRAK
Pelaksanaan praktek Quality Control ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembuatan minaga dan pengendalian mutu proses
pembuatan minaga dari bahan baku, proses produksi, dan produk
akhirnya. Selain itu, membuat konsep pengendalian mutu dan konsep
HACCP yang dapat diterapkan pada CV Wana Bekti Handayani pada
pembuatan minaga. Pelaksanaan praktek Quality Contol ini
menggunakan metode pengamatan secara langsung mengenai proses
pembuatan minaga di CV Wana Bekti Handayani dan melakukan
analisis uji produk akhir yang dibandingkan dengan parameter mutu
menurut SNI 01-4456-1998 tentang minuman ringan alkohol.
Parameter analisis uji yang digunakan adalah kadar etanol, kadar gula
reduksi, aktivitas antioksidan, total yeast, dan total bakteri. Hasil
pelaksanaan praktek Quality Control menunjukkan bahwa proses
pembuatan minaga diawali dari proses penerimaan bahan baku yang
meliputi buah naga super red, air mineral, ragi tape, dan gula.
Selanjutnya proses sortasi, pengambilan sari buah, perebusan,
pendinginan, penambahan ragi tape dan gula, penjernihan, pemasukkan
dalam botol, penutupan botol, dan pelabelan. Pengendalian mutu yang
diterapkan meliputi penetapan spesifikasi bahan baku yang digunakan,
pengendalian setiap tahapan proses produksi, dan pengendalian
penyimpanan produk akhir minaga. Hasil analisis uji produk akhir
minaga menunjukkan bahwa kadar etanol (16,6124 %), kadar gula
reduksi (0,951 %), aktivitas antioksidan (42,5474 %), total yeast ((< 25)
1,6 x 107 CFU/ml), dan total bakteri (5,2 x 10 2 kol/ml) tersebut
mengalami penyimpangan terhadap parameter mutu SNI 01- 4456-
1998. Menurut Bokhari dan Seddon (2010), minuman hasil fermentasi
yang mengandung alkohol diharamkan untuk dikonsumsi. Konsep
HACCP yang dibuat dimaksudkan untuk meminimalisasi timbulnya
bahaya dan menjaga keamanan produk minaga yang dihasilkan.
Tahapan proses yang dianggap CCP dan perlu dipantau adalah proses
sortasi dan pengelupasan kulit buah, penambahan gula, fermentasi dan
penutupan botol.
Kata Kunci : Buah Naga Super Red, HACCP, Minuman Fermentasi, Pengendalian Mutu.
Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Saiful Annas, NIM H3108023
2. Dosen Penguji I
3. Dosen Penguji II
x
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah naga atau dragon fruit merupakan salah satu tanaman tahunan.
Tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk jika kelebihan air,
sehingga dapat diketahui tanaman ini jarang dibudidayakan pada musim hujan.
Tanaman buah naga paling baik ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 -
500 m diatas permukaan laut. Buah naga mulai dikenal di Indonesia sekitar
pertengahan tahun 2000 dan mulai dikembangkan pada tahun 2001. Buah naga
termasuk dalam keluarga tanaman kaktus yaitu kaktus manis atau kaktus madu
dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Hingga kini daerah
pengembangan atau penanaman buah naga masih terpusat di daerah Jawa Timur
seperti Pasuruan, Jember, Mojokerto, dan Jombang. Sedangkan pengembangan
budidaya di daerah Jawa Tengah masih berada di sekitar wilayah kabupaten
Sragen (Kristanto, 2003). Pengembangan budidaya buah naga juga dilakukan di
Kecamatan Kalibawang Yogyakarta (Susanto, 2011).
Buah naga dapat diklasifikasikan dalam empat jenis yaitu Hylocereus
undatus, yang buahnya berwarna merah dengan daging buah putih. Hylocereus
polyrhizus, yang buahnya berwarna merah muda dengan daging buah merah.
Selenicereus megalanthus dengan kulit buah kuning dan daging buah putih.
Hylocereus costaricensis, buah naga dengan warna buah yang sangat merah.
Namun dari empat jenis buah naga, buah naga dengan jenis Hylocereus
costaricensis atau lebih mudah dibudidaya dan lebih populer karena daging
buahnya yang bewarna lebih merah dibanding jenis lainnya (Astawan, 2009).
Menurut Winarsih (2007) dalam Mulyaningsih (2008), pada umumnya buah
naga hanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga
karena kandungan airnya yang tinggi sekitar 90% dari berat buah, serta rasanya
cukup manis. Selain itu menurut Pratomo (2008), buah naga juga mengandung zat
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
2
aktif yaitu antioksidan dan asam askorbat (provitamin C), karoten (provitamin A),
antosianin dan serat pangan (pektin). Hal ini merupakan sumber utama antioksidan
yang berfungsi sebagai antikanker. Salah satu jenis buah naga yang digunakan
dalam industri makanan dan minuman adalah jenis buah naga super red
(Hylocereus costaricensis) karena memiliki kadar gula sekitar 13-15obriks.
Menurut Zainudin (2005) dalam Yong Kim Chye (2007), daging buah naga yang
segar atau yang telah matang dapat digunakan untuk membuat es krim, yoghurt,
jelly, jus, gula, jem, dan arak. Kulitnya dapat diolah menjadi manisan dan dapat
pula dibuat minuman jus yang berasal dari kulit dan daging buahnya. Selain itu
juga digunakan untuk menjadi penghias pada makanan yang dihidangkan karena
warnanya yang cantik dan menarik. Warna merah pada isi dan kulit buahnya dapat
diekstrak untuk menghasilkan pewarna makanan yang tidak membahayakan
kesehatan manusia. Pemanfaatan lain dari buah naga super red (Hylocereus
costaricensis) menurut Syariefa (2003) dalam Kristanto (2003) yaitu daging buah
naga super red (Hylocereus costaricensis) dapat juga difermentasikan untuk
menghasilkan minuman beralkohol.
Prospek buah naga di pasar domestik cukup baik karena jumlah konsumen
yang berangsur-angsur meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin
melimpahnya buah naga di supermarket atau pasar swalayan di beberapa kota di
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut saat ini telah berkembang
sentra produksi buah naga di beberapa daerah. Produk olahannya pun tidak lagi
terbatas pada konsumsi buah segar, jus, dan es krim. Saat ini buah naga sudah
mulai dimanfaatkan sebagai minuman fermentasi. Minuman fermentasi buah naga
adalah pengolahan buah naga menjadi minuman dengan penambahan ragi tape
dalam proses pembuatannya sehingga mengandung alkohol pada produk akhirnya.
Dilihat dari aspek kesehatan, minuman ini bermanfaat karena buah naga
mengandung senyawa fungsional terutama zat antioksidan. Tetapi apabila dilihat
dari segi kandungan alkoholnya, menurut Bokhari dan Seddon (2010), minuman
hasil fermentasi yang mengandung alkohol diharamkan untuk dikonsumsi karena
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
4
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
BAB II
LANDASAN TEORI
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
asam askorbat (provitamin C), karoten (provitamin A), antosianin dan serat
pangan dari bentuk pektin. Hal ini merupakan sumber utama antioksidan dan
sebagai agen antikanker (Pratomo, 2008).
Buah naga mempunyai kandungan serat yaitu 0,7-0,9 gram /100gram.
Selain mencegah kolesterol, kandungan serat pada buah naga sangat
bermanfaat dalam sistem pencernaan. Buah naga terkenal sebagai salah satu
sumber betakaroten. Betakaroten termasuk dalam provitamin A. Provitamin
A didalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam
proses penglihatan. Buah naga juga mengandung kalium, zat besi, dan
protein. Kalium dalam jumlah cukup berfungsi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh. Zat-zat tesebut juga baik untuk meningkatkan daya penglihatan
dan mencegah hipertensi (Astawan, 2009). Selain itu, Zainudin (2005) dalam
Yong Kim Chye ( 2007), mengatakan bahwa karotena pada buah naga pada
buah naga juga dapat berfungsi untuk menetralkan toksik pada tubuh.
Kandungan nutrisi buah naga dapat dilihat pada Tabel 2.2. Buah naga
mengandung sejumlah air, kadar gula, karbohidrat, asam, protein, serat,
kalsium, fosfor, magnesium, dan juga vitamin C.
Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi Buah Naga Super Red
Nutrisi Kandungan
Kadar gula 13-15oBriks
Air 90,20%
Karbohidrat 11,5 g
Asam 0,139 g
Protein 0,53 g
Serat 0,71 g
Kalsium 134,5 mg
Fosfor 8,7 mg
Magnesium 60,4 mg
Vitamin C 9,4 mg
Sumber : Trubus, No. 362, 2000 dalam Kristanto (2003)
D. Ragi Tape
Menurut Hidayat (2006) dalam Simbolon (2008), ragi tape umumnya
berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 - 6 cm dan mempunyai ketebalan
0,5 cm. Susanto dan Saneto (1994) dalam Simbolon (2008) juga mengatakan
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
bahwa pada ragi tape terdapat 2 macam mikroba, yaitu kapang dan khamir
yang berfungsi sebagai starter fermentasi. Sedangkan Suliantri (1975) dalam
Puspitasari dan Muhammad (2009) mengatakan bahwa sesuai kandungan
yang terdapat pada ragi, maka proses fermentasi dibagi menjadi dua tahap
yaitu perubahan pati menjadi gula (glukosa dan fruktosa) oleh kerja kapang
dan perubahan gula menjadi alkohol oleh aktivitas khamir.
Salah satu mikroorganisme yang memiliki daya konversi gula menjadi
etanol yang sangat tinggi adalah Saccharomyces cereviseae.
Mikroorganisme ini menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim
zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi etanol. Konsentrasi
gula yang umumnya dibuat dalam pembuatan etanol yaitu sekitar 14-18 %.
Jika konsentrasi gula terlalu tinggi akan menghambat aktivitas khamir. Lama
fermentasi yang dibutuhkan 30-70 jam dalam kondisi anaerob
(Judoamidjojo, dkk. (1992) dalam Simbolon (2008).
E. Proses Produksi Minuman Fermentasi Buah Naga Super Red
Minuman fermentasi merupakan suatu produk yang diperoleh dari
fermentasi alkohol sari buah dan telah mengalami penyimpanan dan
mengandung kadar alkohol tidak kurang dari 7 % atau tidak lebih dari 16 %.
Tahapan pembuatan minuman fermantasi dapat dilihat pada gambar 2.6
Pencucian Fermentasi
Pengupasan Penjernihan
Ekstraksi Perebusan 2
Gambar 2.6 Diagram Alir Proses Pembuatan Minuman Fermentasi (Muljohardjo, 1984)
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
1. Pemilihan buah
Pemilihan buah pada prinsipnya yang matang, bebas dari hama dan
penyakit (Muslimin dan Azim, 2010).
2. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan air yang mengalir supaya kotoran yang
menempel pada buah menjadi bersih (Muslimin dan Azim, 2010).
3. Pengupasan
Pengupasan buah pada prinsipnya yaitu untuk menghilangkan kulit dan
bagian-bagian yang tidak diperlukan (Muljohardjo, 1984).
4. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan mesin juice extractor. Hasil
ekstraksi ialah sari buah yang masih dianggap mentah yang kemudian
disaring dengan menggunakan saringan (Muljohardjo, 1984).
5. Perebusan 1
Sari buah yang telah bersih direbus pada suhu 85 oC selama beberapa
menit supaya flavour sari buah tidak hilang. Perebusan bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam sari buah. Selain itu juga bertujuan untuk
mematikan mikroba yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu
proses fermentasi (Muljohardjo, 1984).
6. Penambahan ragi tape dan gula
Ragi tape diberikan setelah sari buah mengalami proses perebusan dan
kemudian didinginkan. Ragi terlebih dahulu ditumbuk sampai halus, hal
ini untuk memudahkan inokulasi. Penggunaan ragi sekitar 0,5% dari
bahan yang akan mengalami fermentasi (Haryono, 1994). Menurut Sa’id
(1987), gula yang ditambahkan pada sari buah bertujuan untuk
memperoleh kadar alkohol yang lebih tinggi, tetapi jika kadar gula terlalu
tinggi aktivitas ragi akan terhambat. Menurut Winarno, dkk., (1980), jika
bakteri, kapang, dan ragi ditempatkan dalam larutan gula yang pekat
maka air di dalam sel akan keluar menembus membran dan mengalir
kedalam larutan gula. Dalam keadaan ini sel mikroba mengalami
plasmolisis dan akan mengalami hambatan dalam perkembangbiakannya.
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Konsentrasi gula yang optimum
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
adalah 28%. Konsentrasi gula yang baik untuk permulaan fermentasi yang
baik adalah 16%. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ragi
pada awal fermentasi. Penambahan gula akan mengarahkan fermentasi
lebih sempurna, menjamin kestabilan produk yang dihasilkan serta
menghasilkan alkohol yang tinggi. Kadar gula yang minimum untuk
pertumbuhan ragi adalah 10% (Sa’id, 1987 dalam Triyani, 2009).
7. Fermentasi
Fermentasi diartikan sebagai suatu proses pengolahan pangan dengan
menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan sifat-sifat produk
sesuai yang diharapkan. Alkohol dapat dibuat dari bahan penghasil
karbohidrat yang dapat difermentasi oleh khamir (Pelczar dan Chan, 1988
dalam Triyani, 2009). Supaya fermentasi dapat berlangsung biasanya
bahan ditutup supaya kedap udara karena proses ini harus dilakukan tanpa
kontak dengan udara (oksigen). Fermentasi berlangsung tidak spontan,
artinya fermentasi terjadi dalam bahan pangan yang dalam pembuatannya
ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi (Sumanti,
2007).
9. Pembotolan
Proses pembotolan dilakukan dengan memasukkan minuman hasil
fermentasi kedalam botol kemas dan ditutup dengan tutup botol.
Kemudian dilakukan perebusan pada suhu 85oC selama 30 menit
(Muljohardjo, 1984).
F. Pengendalian Mutu
Menurut Syafrizal (2011), mutu produk didefinisikan sebagai gambaran
karakteristik langsung dari suatu produk. Menurut Samadhi, dkk., (2008),
pengendalian mutu dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang digunakan
untuk menjaga kualitas produk supaya berada pada tingkat kualitas yang
diharapkan. Salah satu ciri dari sistem pengendalian kualitas adalah bahwa
di dalamnya terdapat aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan
terhadap kerusakan dan tindakan monitoring melalui pengawasan proses.
G. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan suatu
sistem yang dirancang untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk
makanan baik yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia maupun biologi (food
safety problem). Identifikasi sumber masalah dilakukan sejak datangnya
bahan baku, proses produksi dilakukan sampai dengan produk jadi yang siap
didistribusikan. HACCP akan dapat mengidentifikasi critical control point
(CCP) dalam sistem produksi yang potensial dapat menurunkan mutu
produk. Titik-titik kritis ini harus dikontrol secara ketat untuk menjamin
mutu produk dan menjaga kadar kontaminan tidak melebihi critical limit.
Dalam memilih proses yang dipakai perlu adanya identifikasi critical control
point (CCP) dalam setiap langkah proses (Prasetyono, 2000).
1. Titik kontrol dalam penerimaan bahan baku (raw material):
a. Kualitas bahan baku yang diterima dari suplier
b. Cara penanganan bahan (material handling), kondisi penyimpanan
yang sesuai bertujuan untuk mempermudah pengontrolan.
2. Titik kontrol dalam proses produksi:
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
a. Diagram alir proses produksi yang jelas
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
15
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
BAB III
TATA PELAKSANAAN
A. Pelaksana
Nama : Saiful Annas
NIM : H 3108023
Program studi : D III Teknologi Hasil Pertanian
16
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
baku buah naga super red tidak memenuhi spesifikasi tersebut maka tidak
diolah.
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Gambar 4.2 Ragi Tape
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
3. Air mineral
Pengendalian mutu yang dilakukan terhadap air yang digunakan
sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas produk minuman fermentasi
buah naga super red yang dihasilkan. Air menjadi berbahaya jika tidak
bersih atau sudah tercemar kotoran, apalagi bila air sudah tercemar oleh
mikroba patogen maupun oleh logam berat. Dalam proses produksi
minuman fermentasi buah naga super red, CV Wana Bekti Handayani
menggunakan air mineral yang masih baru (bukan Aqua isi ulang). Air
mineral lebih sedikit mengandung mikroorganisme karena air mineral
sebelumnya telah mengalami filtrasi-filtrasi secara modern untuk
memastikan air tersebut aman dikonsumsi dan digunakan untuk melakukan
pengolahan makanan dan minuman. Pengendalian dapat dilakukan dengan
menggunakan air mineral yang berkualitas tinggi yaitu air mineral dengan
merk Aqua (Gambar 4.3).
Proses pemurnian Aqua diawali dengan filtrasi untuk menyaring air
dari partikel-partikel kecil sehingga air jernih. Dan, selanjutnya proses
ozonisasi untuk memastikan air terbebas dari bakteri patogen penyebab
penyakit (Danone, 2011).
Proses Ozonasi efektif dalam mengurangi resiko kontaminasi silang
selama proses produksi dan pengemasan air. Sebelum diozonasi, air
melalui tahap pemurnian. Tahap ini meliputi penyaringan logam berat
seperti selenium, sulfat, amonium sehingga dapat terpisah dari air bersih.
Sebelum ozonasi, air harus melalui filter berukuran 0.1 mikron untuk
menyaring spora kapang/jamur. Ozon ditembakkan ke dalam air yang
sudah dimurnikan supaya resiko kontaminasi silang dari mikroorganisme
dapat dicegah (Danone, 2011).
Pemberian ozon dilakukan dengan sistem injeksi dan dosis
pemberiannya berkisar 0.5 ppm sampai 0.6 ppm. Air yang telah diozonasi,
disimpan sementara waktu dalam tangki penyimpan sebelum kemudian
diisikan ke dalam kemasan galon. Pada kemasan galon, karena selama
transportasi terkadang terkena panas matahari, residu ozon akan hilang
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
dengan sendirinya (Danone, 2011).
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Buah naga
Air mineral
Sortasi
Perebusan
Penjernihan
Minaga
Proses pembuatan minuman fermentasi buah naga super red (Gambar 4.5)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sortasi buah naga
Sortasi buah (Gambar 4.6) dilakukan setelah pasca pemetikan buah.
Buah hasil pemetikan didiamkan selama 2 hari untuk menghasilkan kadar
gula yang lebih tinggi daripada buah naga yang tidak mengalami perlakuan
pendiaman. Karena dalam proses fermentasi, buah yang telah mengandung
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
banyak gula
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
30 menit pada suhu 100oC. Tindakan pengendalian tersebut supaya botol
benar-benar steril.Selanjutnya proses pengisian minuman fermentasi
kedalam
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Tutup botol dalam Botol tertutup - Pengecekan kadar - Apabila kadar alkohol
keadaan baik rapat alkohol setelah lebih dari 1%. Memberi
perebusan dengan perlakuan perebusan pada
menggunakan cairan hasil fermentasi
alkoholmeter yang kemudian dilakukan
(max. 1 %) pengisian botol yang
Pengisian cairan dan - Pengecekan sebelumnya diberi
Penutupan Botol secara visual perebusan (suhu kurang
100oC dan waktu 10
menit).
- Apabila tutup botol tidak
terkemas rapat diganti
dengan menggunakan
tutup botol yang baru
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
4. Total yeast
Keberadaan khamir pada bahan pangan atau makanan tidak
membahayakan kesehatan manusia (Widaningrum dan Winarti, 2007).
Menurut SNI 01-4456-1998 total yeast yang dipersyaratkan untuk
minuman ringan beralkohol yaitu maksimal 50 kol/ml. Pada minaga, total
yeast yang tinggi akan mengurangi kualitas dan keamanan produk yang
dihasilkan. Hasil uji analisis total yeast pada produk minaga yang
dilakukan dengan dua kali perulangan ini merupakan khamir yang masih
dapat diterima. Hasil analisis uji total yeast pada minaga yaitu ( < 25 ) 1,6
x 107 CFU/ml sehingga dikatakan total yeast hasil pengujian masih sesuai
dengan SNI. Hal ini menunjukkan bahwa proses perebusan produk
minaga untuk menginaktifkan yeast dan bakteri yang ada dalam produk
belum mencapai tingkat optimal. Hasil uji total yeast yang tinggi akan
berpengaruh terhadap flavour alkohol produk akhir minaga yang
dihasilkan. Menurut Widaningrum dan Winarti (2007), perlakuan
perebusan dengan air sampai suhu 100°C dapat menurunkan jumlah
koloni khamir hingga batas minimum dan dapat diterima dengan baik.
5. Total bakteri
Uji mikrobiologi terhadap produk minaga yang dihasilkan, khususnya
jumlah bakteri dilakukan untuk mengetahui koloni bakteri yang dapat
tumbuh pada produk tersebut. Total bakteri pada produk minaga yang
dihasilkan CV Wana Bekti Handayani berada diatas ambang batas jumlah
standar total bakteri yang ditetapkan SNI 01-4456-1998. Menurut SNI 01-
4456-1998 nilai standar total bakteri yang dipersyaratkan ada dalam
minuman ringan alkohol maks, 2,0 x 10 koloni/ml. Sedangkan hasil
analisis uji total bakteri yang dilakukan pada produk minaga yaitu 5,2 x
102 koloni/ml. Hal yang mempengaruhi adanya bakteri pada produk
tersebut adalah proses pengolahan yang tidak bersih. Dari hasil uji total
bakteri yang dilakukan untuk mengetahui kontaminasi yang dapat
mencemari produk akhir Minaga. Total bakteri yang tinggi akan
berpengaruh terhadap keamanan produk akhir minaga yang dihasilkan
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
dan dapat mengganggu
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
P1
CCP
Apakah bahan mentah DECISION
mungkin TREE
mengandung bahan
BAHAN BAKU
berbahaya (mikrobiologi/kimia/fisik)
Gambar 4.10 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman?
P2
Tidak Ya CCP
Apakah tahap Proses Selanjutnya dapat menghilangkan / mengurangi bahaya sampai batas aman?
P4
Gambar 4.11 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Tabel 4.4 Analisis Bahaya Bahan Baku pada Proses Pengolahan Minaga
No Bahan Bahaya Penyebab bahaya Penting tidaknya Tindakan pengendalian
baku Peluang Keparah Penting/
(T/S/R) an tidak
(T/S/R) (T/S/R)
1 Buah Biologi : Kesalahan S S S - Perbaikan penanganan
naga bakteri penanganan pascapanen buah naga
super pembusuk, pascapanen super red yang akan diolah.
red jamur - Penetapan spesifikasi mutu
Kimia : buah naga yang digunakan
residu - Apabila terjadi
pestisida penyimpangan, mengganti
buah naga dengan yang
baru dan sesuai
2 Air Biologi : E. Ketidakketelitian R T S - Memberi perlakuan dengan
mineral Coli pada pembelian merebus air hingga
aqua gallon (tidak mendidih (untuk
rapatnya tutup memastikan air yang di
galon) gunakan tidak mengandung
kontaminasi mikroba air)
3 Gulaku - - - - - -
4 Ragi Kimia : Ketidakketelitian R S R - Pemilihan ragi tape yang
tape residu tinta pada pembelian ragi terkemas dengan baik
pada tape
kemasan
Biologi :
mikroba
kontaminan
(jamur)
Keterangan : T : Tinggi S : Sedang R : Rendah
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan minuman fermentasi buah naga antara lain buah naga super
red, air mineral, gula pasir dan ragi tape. Pada buah naga titik kritis yang
menimbulkan kemungkinan timbulnya bahaya kontaminan dapat terjadi
sejak budidaya, panen, penanganan pascapanen, distribusi maupun
penanganan saat bahan baku datang. Bahaya yang mungkin timbul pada
buah naga super red meliputi bahaya biologi dari mikroba pembusuk dan
bahaya kimia dari residu penggunaan pestisida yang akan menurunkan
kualitas minuman yang akan diolah. Tindakan pengendalian yang perlu
dilakukan meliputi perbaikan penanganan pascapanen, penetapan
spesifikasi mutu buah naga yang digunakan, penyortiran saat bahan baku
datang dan apabila terjadi penyimpangan langsung mengganti buah naga
yang baru dan sesuai dengan standar mutu bahan baku. Bahan baku
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
kedua
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
pengawasan yang optimal.
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Tabel 4.5 Penetapan Titik Kritis ( CCP ) pada Bahan Baku Minaga
No Bahan Baku P1 P2 Keterangan
1 Buah naga super red Ya Tidak Bukan CCP
2 Air mineral Tidak - Bukan CCP
3 Ragi tape Tidak - Bukan CCP
4 Gula pasir Tidak - Bukan CCP
Keterangan :
P1 : Apakah bahan mentah mungkin mengandung bahan berbahaya
(mikrobiologi/kimia/fisik) ?
P2 : Apakah penanganan/pengolahan (termasuk cara mengkonsumsi) dapat
menghilangkan atau mengurangi bahaya ?
Analisis bahaya juga perlu dilakukan terhadap semua tahapan
proses pada pembuatan minuman fermentasi buah naga super red. Hal ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi semua bahaya yang mungkin
terdapat dalam setiap tahapan proses kemudian mentabulasikan bahaya-
bahaya yang mungkin teridentifikasi ke dalam sebuah tabel (Tabel 4.6)
disertai sumber bahaya, tingkat resiko dan tindakan pencegahannya.
Tabel 4.6 Analisis Bahaya Proses pada Proses Pengolahan Minaga
Penting tidaknya
Tahapan Peluang Keparaha Penting/T
No Bahaya Penyebab bahaya Tindakan pengendalian
proses (T/S/R) n (T/S/R) idak
(T/S/R)
1 Sortasi dan Biologi : - Tangan operator S T T - Buah yang telah busuk
pengupasan mikroba tidak bersih dan berjamur > 1% tidak
kulit buah pembusuk, - Produksi pra diolah menjadi minuman
jamur panen yang fermentasi buah naga
Kimia : kurang baik - Pisau yang sudah
Fe (besi) - Pisau yang berkarat harus segera
dan logam dipakai suadah diganti dengan yang baru
berat lain tidak layak atau - Menggunakan pisau
dari pisau sudah berkarat stainless steel yang
pengupas bersih dan tidak
berkarat.
2 Pengambilan Biologi : Mesin juicer R R R - Cek kinerja mesin juicer
sari buah mikroba extractor yang tidak agar fungsi kerjanya
pembusuk berfungsi dengan dalam pengambilan sari
Fisik : baik, kemungkinan buah optimal
ampas karena tidak
tercampur dibersihkan
ke dalam
sari buah
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Penting tidaknya
Tahapan Peluang Keparaha Penting/T
No Bahaya Penyebab bahaya Tindakan Pengendalian
proses (T/S/R) n (T/S/R) idak
(T/S/R)
3 Perebusan Biologi : Air yang digunakan R S S - Air yang digunakan
bakteri E. tidak bersih melalui proses perebusan
coli, Pemanasan yang terlebih dahulu
Shigella sp., tidak cukup untuk - Perbaiki suhu 100 °C
V. cholera mematikan dan waktu perebusan air
dari air. mikroorganisme air selama 30 menit
4 Penambahan Fisik : Penggunaan gula T T T - Menetapkan ukuran
gula dan ragi kerikil, dengan kualitas formula yang akan
tape plastik, rendah dan digunakan dan kualitas.
kotoran penggunaan jumlah - Pengecekan kondisi ragi
Biologi : ragi tape yang yang digunakan dalam
kontaminasi berlebihan keadaan bersih tidak
mikroba terkontaminasi
dalam ragi
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
buah naga super red yang berupa bahaya fisik yang meliputi debu.
Pengendalian yang perlu dilakukan yaitu dengan menutup rapat panci
perebusan dilakukan setelah perebusan.
Pada penambahan gula dan ragi, titik kritis terjadinya kontaminan
dapat terjadi apabila penggunaan gula dalam produksi berkualitas rendah,
gula yang ditambahkan terlalu banyak yang akan mengakibatkan tingginya
kadar alkohol pada minuman fermentasi buah naga super red, dan juga
penambahan ragi yang tidak sesuai kebutuhan. Bahaya yang mungkin
timbul saat proses berlangsung yaitu bahaya fisik kerikil, plastik, kotoran,
dan bahaya biologi dari kontaminasi mikroba (jamur) dalam ragi. Hal ini
akan menurukan mutu minuman fermentasi yang dihasilkan. Pengendalian
yang perlu dilakukan yaitu dengan menetapkan ukuran formula yang akan
digunakan.
Pada fermentasi titik kritis terjadinya kontaminan dapat terjadi
apabila lama dan kondisi fermentasi yang tidak terkontrol. Bahaya yang
mungkin timbul saat proses berlangsung yaitu bahaya biologi dari
kontaminasi mikroba dalam ragi yang akan menurunkan mutu minuman
fermentasi dan keselamatan konsumennya. Pengendalian yang perlu
dilakukan yaitu pengendalian terhadap lama dan kondisi selama fermentasi
untuk mengoptimalkan proses fermentasi.
Pada proses penjernihan dilakukan penyaringan bahan padat di
lapisan atas, titik kritis terjadinya kontaminan dapat terjadi apabila
saringan yang digunakan tidak layak pakai yang mengakibatkan bahaya
fisik yaitu tercampurnya padatan dengan cairan jernih. Hal ini akan
menurunkan mutu minuman fermentasi yang dihasilkan. Pengendalian
yang perlu dilakukan yaitu menggunakan kain saring yang baru dan bersih
pada setiap proses penyaringan.
Pada pengisian cairan dalam botol titik kritis terjadinya kontaminan
dapat terjadi apabila proses pengisian tidak bersih. botol masih terdapat
oksigen sehingga mengakibatkan bahaya biologi yaitu merangsang
pertumbuhan bakteri pada minuman fermentasi buah naga super red.
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Bahaya
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
yang mungkin timbul pada saat proses berlangsung yaitu bahaya biologi
dari kontaminasi mikroba dalam minuman dan bahaya fisik debu dari
udara. Hal ini apabila di biarkan akan menurunkan mutu minuman
fermentasi yang dihasilkan. Pengendalian yang perlu dilakukan yaitu
dengan perebusan cairan hasil fermentasi sebelum pengisian cairan
kedalam botol dilakukan, proses pengisian sesingkat mungkin, melakukan
penutupan dengan rapat, dan melakukan perebusan ulang setelah botol
terisi untuk memastikan minuman fermentasi yang terkemas benar-benar
layak dikonsumsi.
Pada proses pelabelan tidak teridentifikasi bahaya apapun baik yang
dapat menurunkan mutu maupun yang akan mengganggu keselamatan
konsumennya. Sehingga pada proses ini tidak diperlukan tindakan
pengendalian akan munculnya bahaya saat proses berlangsung.
Pada analisis bahaya tahapan proses pembuatan minuman fermentasi
buah naga super red diketahui ada beberapa proses yang dianggap
memungkinkan timbul bahaya apabila tidak dilakukan pemantauan.
Tahapan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah penetapan titik kritis
(Tabel 4.7). Ada beberapa proses yang perlu mendapat perhatian untuk
tindakan CCPnya. Penetapan titik kritis yang dilakukan mengacu pada
decision tree (Gambar 4.10).
Tabel 4.7 Penetapan Titik Kritis ( CCP ) pada Minaga
No Tahapan proses P1 P2 P3 P4 Keterangan
1 Penerimaan bahan baku Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
Sortasi dan
2 Ya Ya - - CCP
penglupasan kulit buah
3 Pengambilan sari buah Tidak - - - Bukan CCP
4 Perebusan Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
5 Pendinginan Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
Penambahan gula dan
6 Ya Tidak Ya Tidak CCP
ragi tape
7 Fermentasi Ya Ya - - CCP
8 Penjernihan Tidak - - - Bukan CCP
9 Penutupan Botol Ya Ya - - CCP
10 Perebusan Botol Tidak - - - Bukan CCP
11 Penyimpanan Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ada empat tahapan proses
pembuatan minuman fermentasi buah naga super red yang dianggap
sebagai titik kritis dan perlu dikontrol (CCP). Proses sortasi dan
pengelupasan kulit buah dianggap CCP karena tahap ini ditujukan khusus
untuk menghilangkan bahaya biologi dari mikroba pembusuk dan bahaya
kimia dari Fe (besi) dan logam berat lain dari pisau pengupas. Proses
penambahan gula dan ragi tape dianggap CCP karena tidak ada
pengendalian pada proses selanjutnya yang dapat mengurangi atau
menghilangkan bahaya biologi dari kontaminasi mikroba yang ada dalam
ragi sampai batas aman. Selanjutnya proses fermentasi dan penutupan
botol dianggap CCP karena tahap ini ditujukan khusus untuk
menghilangkan bahaya biologi dari kontaminasi mikroba dalam ragi.
Semua tindakan CCP yang dilakukan terangkum dalam Tabel 4.8
Tabel 4.8 Penerapan Titik Kritis CCP pada Proses Pengolahan Minaga
No Tahap Jenis bahaya Batas kritis Monitoring Tindakan koreksi
Metode Frekuensi
1 Sortasi dan Biologi : bakteri - Buah - Cek visual Setiap proses - Pengecekan mutu buah
pengelupasan pembusuk, jamur matang, - Sterilisasi sortasi dan disesuaikan dengan
kulit Kimia : logam tidak busuk, alat pengelupasan spesifikasi buah yang
berat dan tidak pengupas kulit buah akan diolah
berjamur dengan naga - Pengecekan kelayakan
- Pisau tidak menggunak berlangsung pisau, Apabila pisau
berkarat an air panas telah berkarat tidak
digunakan lagi
2 Penambahan kerikil, plastik, - Mengacu Cek takaran Setiap proses - Gula yang
gula dan ragi kotoran pada racikan dan cek visual ditambahkan terlarut
tape Biologi : aktivitas formula pada ragi homogen setelah itu
mikroba dalam yang akan ditaburi ragi tape
ragi (jamur digunakan diatas permukaanya.
tumbuh pada ragi - Jika ragi tape telah
yang akan berjamur tidak
digunakan) digunakan lagi.
3 Fermentasi Biologi : - Mengacu Cek dengan Setiap 1 - Mengecek alkohol
kontaminasi pada standar menggunakan bulan yang dihasilkan secara
mikroba yang lama proses alkoholmeter berkala untuk
berlebihan dalam fermentasi menghasilkan kadar
produk olahan alkohol dibawah 1%
4 Penutupan Biologi : - Botol Cek visual Setiap proses - Produk dengan tutup
botol pertumbuhan tertutup botol kurang sempurna
mikroba yang rapat dan tidak digunakan/dijual
masih aktif dalam tidak bocor
minaga
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
Pada penentuan CCP dapat dilihat bahwa ada empat titik kritis yang
perlu dikontrol (CCP) pada proses pengolahan buah naga super red
menjadi minuman fermentasi buah naga super red siap saji. Keempat CCP
tersebut yaitu sortasi dan pengelupasan kulit buah, perebusan air,
penambahan gula dan ragi tape, lama fermentasi, dan penutupan botol.
Pada tahap awal proses yaitu sortasi dan pengelupasan kulit buah
naga super red yang digunakan, bahaya yang mungkin timbul adalah
adanya bakteri pembusuk dan jamur yang ditemukan pada buah naga yang
akan digunakan untuk pembuatan minuman fermentasi dan adanya bahaya
kimia dari logam berat yang berasal dari pisau yang tidak steril. Tindakan
pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah
timbulnya bahaya tersebut adalah pengecekan mutu buah yang disesuaikan
dengan spesifikasi mutu buah yang digunakan serta pengecekan kelayakan
pisau yang digunakan.
Pada tahap penambahan gula dan ragi tape, bahaya yang mungkin
timbul adalah terjadinya aktivitas ragi yang berlebihan yang menyebabkan
tingginya kadar alkohol. Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan
adalah menggunakan perbandingan yang sesuai dalam penambahan gula
pasir dan ragi tape yang digunakan.
Pada tahap fermentasi, bahaya yang mungkin timbul adalah
tingginya kadar alkohol yang dihasilkan selama proses fermentasi yang
disebabkan terlalu banyak gula dan ragi tape yang digunakan. Tindakan
pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan
menggunakan alkoholmeter supaya kadar alkohol terkontrol.
Pada tahap penutupan botol dalam proses pembuatan minuman
fermentasi buah naga super red, bahaya yang mungkin timbul adalah
terkontaminasi oleh mikroba. Tindakan pengendalian yang dapat
dilakukan adalah mengecek kerapatan pada tutup botol ketika pengemasan,
hal ini betujuan untuk memastikan produk terkemas dalam keadaan
sempurna dan mencegah kontaminasi mikroba dalam produk minaga.
Pengecekan ini dilakukan dengan cara membalikkan botol yang sudah
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
id
terkemas, apabila ada
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
45
cairan yang keluar pada tutup botol maka dilakukan penggantian tutup
botol yang baru.
F. Preparasi Bahan Baku dan Sanitasi Alat
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi minuman
fermentasi buah naga super red adalah hasil dari perkebunan CV Wana Bekti
Handayani. Buah naga super red yang telah matang dilakukan pemetikan
kemudian setelah pascapanen buah naga tersebut didiamkan selama 2 hari
untuk menghasilkan kadar gula yang tinggi.
Proses sanitasi alat yang digunakan dalam proses pembuatan minuman
fermentasi buah naga sebagai berikut :
1. Mesin juicer exstractor berfungsi untuk mengambil sari buah. Mesin
juicer extractor dilakukan pembersihan dengan mencuci dengan air
hangat dan mengalir.
2. Pada ember, baskom, panci dan galon yang digunakan dilakukan
pencucian dengan cara mencuci peralatan tersebut dengan menggunakan
sanitizer sejenis Mama Lime dan Sunlight dan air bersih yang mengalir.
3. Pada botol dilakukan pensterilan dengan cara merebus botol sebelum
dilakukan pengisian minuman fermentasi buah naga dan setelah
dilakukan penutupan botol.
Proses sanitasi ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
kontaminasi pada alat yang akan digunakan dalam proses pembuatan
minuman fermentasi buah naga.
commit to
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
1. Proses pembuatan minuman fermentasi buah naga super red (minaga)
meliputi beberapa tahapan yaitu penerimaan bahan baku, sortasi dan
penglupasan kulit buah, pengambilan sari buah, perebusan, pendinginan,
penambahan gula dan ragi tape, fermentasi, penyaringan endapan,
pemasukan dalam botol, penutupan botol, perebusan botol dan
penyimpanan.
2. Konsep pengendalian mutu dengan pengujian sampel minaga meliputi uji
kadar etanol, gula reduksi, aktivitas antioksidan, total yeast dan total
bakteri yang dibandingkan dengan SNI 01-4456-1998. Hasil uji kadar
etanol pada produk minaga yaitu 16,6124 % lebih tinggi dibanding dengan
hasil menurut SNI minuman ringan alkohol yaitu < 1 % dan Fatwa MUI
tentang makanan dan minuman yang mengandung kadar alkohol
dinyatakan haram. Pada pengujian kadar gula reduksi, produk minaga
memiliki kadar gula reduksi 0,951 % lebih rendah dibanding dengan batas
minimal yang ditetapkan SNI yaitu minimal 7 %. Pada pengujian aktivitas
antioksidan, produk minaga memiliki aktivitas antioksidan sebesar
42,5474 %. Pada pengujian total yeast, produk minaga memiliki
kontaminasi khamir sebanyak 1,6 x 10 7 CFU/ml lebih tinggi dibanding
dengan yang ditetapkan SNI yaitu Mak. 50 kol/ml. Pada pengujian total
bakteri, produk minaga memiliki kontaminan bakteri sebanyak 5,2 x 10 2
kol/ml lebih tinggi dibanding dengan batas minimal yang ditetapkan SNI
yaitu Maks, 2,0 x 10 kol/ml. konsep pengendalian yang dapat diterapkan
meliputi pengecekan pada bahan baku dan proses pembuatan Minaga.
3. Tahapan proses pembuatan minuman fermentasi buah naga (Minaga) yang
merupakan CCP antara lain proses sortasi dan pengelupasan kulit buah,
penambahan gula, fermentasi dan penutupan botol.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac. digilib.uns.ac.
47
B. SARAN
Berdasarkan analisis uji, kadar etanol diatas batas maksimal, gula reduksi
dibawah batas minimal, aktivitas antioksidan, total bakteri lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan SNI minuman ringan alkohol. Apabila CV Wana Bekti
Handayani ingin menghasilkan produk beralkohol maka jangan
mencantumkan label halal pada produk minaga, karena menurut Bokhari dan
Seddon (2010), minuman hasil fermentasi yang mengandung alkohol
diharamkan untuk dikonsumsi. Dan sebaiknya CV Wana Bekti Handayani
mencantumkan adanya alkohol pada label minaga. Untuk menjaga keamanan
proses produksi dari kontaminan diharapkan pekerja menggunakan sarung
tangan dan celemek.
commit to user
47