Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Disusun oleh:
Kelompok : F01

Kelas :F

Asisten : Putri Selvia Nurfebriana

No. NAMA NIM


1. Achmad Faatih ‘Athoillah 215050107111090
2. Siti Marwiyah 215050100111094
3. Zul Hilmi Hadafi H W 215050101111095
4. Richi Dwi Firmansyah 215050100111096
5. Muhammad Harist A G 215050100111097

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
MATERI I
PENGENALAN ALAT DAN
CARA PEMBUATAN
MEDIA PERTUMBUHAN
BAB I

MATERI

A. PERALATAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


1. Mikroskop

Mikrobiologi adalah suatu ilmu untuk mengenal makhluk hidup yang


mempunyai ukuran sedemikian kecil, sehingga setiap individu sel tidak mungkin dapat
terlihat oleh mata. Oleh karena itu, ilmu mengenai mikrobiologi dimulai dengan
penemuan suatu alat yakni mikroskop yang dapat digunakan untuk melihat sel mikroba
melalui suatu sistem lensa pembesar. Mikroskop dibedakan menjadi beberapa jenis,
tetapi mekanisme kerja setiap mikroskop memiliki prinsip yang sama, yaitu terdiri dari
suatu sistem optikal atau sistem pembesaran dan sistem iluminasi yang menyebabkan
terlihatnya obyek.

2. Autoklaf

Autoklaf merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi secara fisik menggunakan
uap panas bertekanan tinggi pada suhu 121 C dengan tekanan 1,5 selama 20 menit dan 2
atm selama 15 menit.

3. Waterbath

Merupakan wadah yang berisi air yang fungsi utamanya mempertahkan suhu air
dengan pemanasan pada kisaran suhu 10°-100° C. Pada saat saklar diposisi “on”
maka arus listrik masuk ke heater. Heater yang mendapat arus listrik akan
menghasilkan panas pada waterbath, suhu akan naik dan stabil sampai pada suhu
yang telah diatur di pengatur suhu.

4. Inkubator

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.Inkubator ada
2 jenis, inkubator aerob untuk memeram memeram mikroba aerob, sedangkan untuk
memeram mikroba anaerob menggunakan inkubator anaerob.
5. Colony Counter

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah
diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut
dilengkapi dengan skala/kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan
koloni yang sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan petri dapat ditandai dan dihitung
otomatis dan dapat di-reset.

6. Hotplate and Stirrer

Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam
alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.

7. Vortex Mixer

Vortex mixer digunakan untuk homogenisasi atau menyeragamkan cairan, untuk


pekerjaan di laboratorium mikrobiologi, vortex mixer memiliki kegunaan spesifik yaitu
untuk memisahkan mikroorganisme yang masih dalam bentuk koloni memisah menjadi
individu. Jumlah cairan yang dapat dihomogenkan vortex mixer terbilang kecil, karena
hanya mampu menampung wadah kecil seperti tabung reaksi, tabung sentrifuse, atau
ependorf.

8. Kawat Ose

Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk


ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat
nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas.

9. Pipet Filler

Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal
pipet ukur. Karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler
memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol
A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction) merupakan
katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Katup E
(exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.
10. Biological Safety Cabinet

Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF)
adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola
pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar
ultraviolet (UV) beberapa jam sebelum digunakan.

11. Pipet Ukur

Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang
diketahui;

12. Pipet tetes

Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak
diketahui

13. Mikropipet

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup


kecil,biasanya kurang dari 1000μl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet,
misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume
pipette) antara 1μl sampai 20μl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya,
hanya tersedia satu pilihan volume (fixedvolume pipette) misalnya mikropipet 5μl.

14. Cawan Petri

Cawan petri berfungsi sebagai tempat pembiakan (kultivasi) mikroorganism

15. Erlenmeyer

Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan.

16. Beaker Glass

Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Digunakan untuk
preparasi media, menampung akuades, dll.

17. Tabung Reaksi

Tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.


Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa
kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil.
18. Bunsen Burner

Digunakan untuk mensterilkan alat praktikum dengan pembakaran.

19. Cover Glass

Digunakan untuk mengcover sample pada object glass.

20. Object Glass

Digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sample.

A. Pengenalan Media

Media dapat didefinisikan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, media
dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah populasi mikroba. Beberapa media yang sering digunakan pada
praktikum mikrobiologi yaitu media pengencer, media pertumbuhan cair, media
pertumbuhan agar/ padat.

B. Cara Pembuatan Media

1. PEPTON

2. PCA (Plate Count Agar)

3. PDA (Potato Dextrose Agar)

C. Prosedur Pembuatan Media

1. Timbanglah Plate count agar sesuai kebutuhan.


2. PCA sebanyak 5,2 gram dilarutkan ke dalam 200 ml aquades dalam
erlenmeyer 250 ml.
3. Aduk sampai homogen lalu panaskan sampai larutan menjadi bening
dengan hotplate stirer.
4. Tutuplah dengan penutup rapat dan bungkus dengan kertas kraf pada
bagian yang disumbat.
o
5. Sterilkan dengan autoklaf dengan suhu 121 C selama 15 menit dan
tekanan 2 atm atau 20 menit dan tekanan 1,5 atm
6. PCA steril dalam erlenmeyer diletakkan di waterbath yang sudah diatur
shuhunya antara 50-60°C
7. Media yang berada dalam erlenmeyer, dalam keadaan panas tuangkan ke
dalam Cawan Petri masing-masing ± 10 ml.
8. Media dibiarkan hingga dingin dan membentuk gel, lalu dibalik. Siap
digunakan praktikum lebih lanjut.
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum ,diketahui bahwa mikrobiologi adalah suatu ilmu


untuk mengenal makhluk hidup yang mempunyai ukuran sedemikian kecil, sehingga
setiap individu sel tidak mungkin dapat terlihat oleh mata.Hal ini sesuei dengan
pengertian mikroskop yang diterangkan oleh Andriani, R., (2016) yang menyatakan
bahwa mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang
memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme
yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa inkubator adalah alat untuk


menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Hal ini sesuei dengan
pengertian mikropipet yang diterangkan oleh Yusmaniar , dkk (2017) yang menyatakan
bahwa incubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi mikroba pada
suhu tertentu.

Berdasarkan hasil praktikum , diketahui bahwa Autoklaf alat yang digunakan


untuk sterilisasi secara fisik menggunakan uap panas bertekanan tinggi pada suhu 121 C
dengan tekanan 1,5 selama 20 menit dan 2 atm selama 15 menit.Hal ini sesuei dengan
yang diterangkan oleh Prijana, C., dkk (2016) yang menyatakan bahwa during the
autoclaving process, the temperature is 121ºC and the pressure is 2 atm, for 15 minutes.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
• Mikrobiologi adalah suatu ilmu untuk mengenal makhluk hidup yang
mempunyai ukuran sedemikian kecil, sehingga setiap individu sel tidak
mungkin dapat terlihat oleh mata.
• Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu
yang terkontrol.
• Autoklaf alat yang digunakan untuk sterilisasi secara fisik menggunakan uap
panas bertekanan tinggi pada suhu 121 C dengan tekanan 1,5 selama 20
menit dan 2 atm selama 15 menit.

3.2. Saran

• Praktikum dilaksanakan tepat waktu, tanpa menunggu yang lain jika memang
waktunya telah menunjukkan praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi


Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi. Vol. 1 (1) : 1-8.

Prijana, C., Y. Mulyana, and B. Hidayat. 2016. Roles of Microwave Oven in


Preparation of Microbiological Growth Media. Althea Medical Journal. Vol. 3 (1) : 1-5.

Yusmaniar, Wardiyah, dan K. Nida. 2017. Mikrobilogi dan Parasitologi. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan.
MATERI II
STERILISASI ALAT DAN
MEDIA PERTUMBUHAN
BAB I

MATERI

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh


mikroorganisme pada alat dan bahan. Metode sterilisasi ada 3 yaitu fisik, mekanik, dan
kimia. Metode sterilisasi fisik menggunakan panas. Contoh: autoklaf, sinar UV,
LAF(Laminar Air Flow), dan oven. Metode sterilisasi mekanik menggunakan filtrasi.
Contoh: filter porselen(berukuran 0,2µ). Metode sterilisasi kimia menggunakan bahan
kimia. Contoh: desinfektan (untuk skala besar misalnya fumigasi) dan alkohol 70%
(untuk skala kecil, dapat menghambat pertumbuhan mikroba). Faktor faktor yang
memengaruhi sterilisasi antara lain:

1. Macam mikroba

2. Bentuk pertumbuhan mikroba

3. Waktu sterilisasi

4. Temperatur

5. Kepekaan mikroba atau ketahanan mikroba

6. pH medium

1. Sterilisasi dengan udara kering

Alat-alat tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu 170-180oC selama 2 jam,
maka alat tersebut sudah steril. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat
dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi.

2. Sterilisasi dengan pemijaran

Pemijaran dengan membakar alat pada api secara langsung, cara ini dilakukan hanya
untuk sterilisasi jarum platina, ose, pinset, batang L dsb

3. Sterilisasi dengan senyawa kimia

Menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

4. Sterilisasi menggunakan uap panas bertekanan

Autoklaf

Pengertian: : alat yang digunakan untuk sterilisasi secara fisik


Prinsip penggunaan autoklaf: Sterilisasi menggunakan uap panas bertekanan
tinggi yaitu 1,5 ATM selama 20 menit dan 2 ATM selama 15 menit dengan
suhu 1210C

Bagian-bagian autoklaf:

1. Bagian atas (kepala):

a. Manometer : indikator tekanan

b. Termometer : indikator suhu

c. Pengatur tekanan: mengatur tekanan autoklaf (1,5 atau 2 ATM)

d. Katup uap manual: mengeluarkan uap dari dalam autoklaf selama proses
sterilisasi secara manual

e. Katup uap otomatis: mengeluarkan uap dari dalam autoklaf selama proses
sterilisasi secara otomatis

f. Penutup autoklaf: menutup tabung autoklaf.

2. Bagian tengah (tubuh):

a. Sarangan : tempat meletakkan alat dan bahan yang akan disterilisasi (di dalam
autoklaf).

b. Heater : sumber panas autoklaf (di dalam autoklaf, di bawah sarangan)

c. Pengunci autoklaf: mengunci autoklaf jika sudah siap dilakukan sterilisasi

d. Ventilasi : menjaga suhu lapisan luar tabung autoklaf tetap dingin saat
dipegang dan mengatur sirkulasi udara di dalam autoklaf.

e. Lampu indikator merah: indikator (akan menyala) jika listrik sudah masuk ke
autoklaf.

f. Lampu indikator hijau: indikator (akan menyala) jika sterilisasi sedang


berlangsung.

g. Tombol darurat : digunakan saat keadaan darurat. Ketika katup uap otomatis
tidak berfungsi, cobalah menggunakan katup uap manual, jika keduanya tidak
berfungsi baru menggunakan tombol darurat.

h. Timer : mengatur lama waktu sterilisasi.

i. Saklar : menyalakan dan mematikan autoklaf (tombol on/off)

j. Kabel : penghubung autoklaf dengan sumber listrik


k. Kran : mengeluarkan aquadest

l. Tabung luar : untuk menjaga panas tabung dalam

m. Tabung dalam : untuk tempat sterilisasi

3. Bagian kaki

a. Roda : Untuk memindahkan autoklaf

Tata cara penggunaan autoklaf

1. Dipastikan autoklaf dalam keadaan mati, bersih dan siap digunakan.

2. Dibuka penutup autoklaf

3. Dibuka/diangkat sarangan

4. Dituang aquadest hingga menutupi heater tapi tidak menyentuh sarangan

5. Diletakkan kembali sarangan

6. Diletakkan alat dan bahan yang akan disterilisasi di atas sarangan (alat dan
bahan yang mempunyai luas permukaan besar ada di bawah).

7. Proses sterilisasi selesai, lampu hijau mati, lampu merah tetap menyala

8. Dimatikan autoklaf dengan saklar, dicabut kabel dari aliran listrk

9.Diangkat pengatur tekanan, dilonggarkan katup uap manual.

10. Dibuka pengunci autoklaf, dibuka tutup autoklaf,

11. Diambil alat dan bahan yang sudah disterilisasi.

12. Dibuang aquadest melalui kran


BAB II

PEMBAHASAN

- Pada Hafsan (2014), Sterilisasi secara kimia yaitu memaparkan alat atau bahan yang
mengandung mikroorganisme terhadap suatu senyawa kimia sehingga dengan suatu
reaksi tertentu dapat membunuh atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme
tersebut tanpa merusak bahan atau alat yang disterilisasi. Selain waktu sterilisasi,
efektivitas suatu senyawa kimia dalam membunuh mikroorganisme dipengaruhi oleh
beberapa faktor : Jumlah mikroorganisme, kemakin besar jumlah kontaminan maka
semakin lama waktu sterilisasi, keadaan populasi mikroorganisme, seringkali
kontaminan yang harus dimusnahkan bukan satu spesies, melainkan campuran bakteri,
jamur, spora dan virus sehingga membutuhkan spektrum bahan antimikroba yang luas,
temperatur dan pH dari lingkungan, Konsentrasi (dosis) senyawa antimikroba, Cara
senyawa antimikroba dalam membunuh (mode of action), adanya pelarut, senyawa
organik lain yang menginterferensi dan inhibitor seperti saliva, darah dan feces.

- Pada Dewi (2017), Sterilisasi media dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Pada penelitian ini teknik sterilisasi media tumbuh dalam
produksi FMA dilakukan secara fisik dan mekanik yaitu melalui teknik sterilisasi media
menggunakan Iradiasi Sinar Gamma Co-60, autoklaf, penambahan larutan NaOCl 10%,
dan pencucian media dengan air kran

- Pada Govindaraj (2015), Sterilitas dicapai dengan pemaparan bahan pada suhu ekstrim
(>140◦C). Secara umum, hubungan suhu-waktu untuk sterilisasi dengan alat sterilisasi
uap panas adalah 170◦C selama 60 menit, 160◦C selama 120 menit, 150◦C selama 150
menit.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

- Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme pada alat dan
bahan. Metode sterilisasi ada 3 yaitu fisik, mekanik, dan kimia.

- Faktor faktor yang memengaruhi sterilisasi antara lain: Macam mikroba,bentuk


pertumbuhan mikroba, waktu sterilisasi, temperatur, kepekaan mikroba atau ketahanan
mikroba, pH medium

- Bagian autoklaf terdiri dari bagian atas, bagian tengah, dan bagian kaki.

3.2. Saran

- Berikan pertanyaan pada praktikan untuk memastikan bahwa praktikan memerhatikan


dengan menunjuk satu anak.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T. M., A. Nurbaity, P. Suryatmana, dan E. M. Sofyan. 2017. Efek Sterilisasi dan
Komposisi Media Produksi Inokulan Fungi Mikoriza Arbuskula Terhadap Kolonisasi
Akar, Panjang Akar, dan Bobot Kering Akar Sorgum. Jurnal Agro. Vol 4 (1):24-31.

Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Alauddin University Press. Makassar.

Govindaraj, S., dan S.M. Muthuraman. 2015. Systematic Review on Sterilization


Methods of Implants and Medical Devices. ChemTech. Vol 8 (2): 897-911.
MATERI III
ISOLASI DAN PEMBIAKAN
MIKROBA
BAB I

MATERI

Isolasi adalah memisahkan suatu mikroba dari lingkungannya, kemudian


ditumbuhkan sebagai biakan murni pada media buatan dengan metode aseptis. Media
dapat didefinisikan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba.

Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)

Teknik Pengenceran Bertingkat


Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan
perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga
pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran
sebelumnya.

Teknik Penanaman Inokulan

Teknik penanaman inokulan ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat.


Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk
tujuan isolasi diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.

1. Pour Plate (PP)

Pour Plate (PP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara


menuangkan agar yang belum padat bersama dengan suspensi bakteri ke dalam cawan
petri, lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Tujuannya adalah
menumbuhkan mikroorganisme di seluruh bagian media.

2. Spread Plate (SP)


Spread Plate (SP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni. Tujuannya
adalah menumbuhan mikroorganisme di atas permukaan media.

3. Streak Plate (STP)

Streak Plate (STP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara


menggoreskan kawat ose bulat yang telah dicelupkan ke dalam koloni pada permukaan
agar. Tujuannya adalah menumbuhkan dan mengisolasi mikroorganisme dari koloni
terbesar ke koloni terkecil.

4. Agar Tegak (AT)

Agar Tegak (AT) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara


menusukkan kawat ose lurus yang telah dicelupkan pada koloni ke agar sedalam ¾
bagian. Tujuannya adalah menumbuhkan mikroorganisme di dalam media secara
vertikal.

5. Agar Miring (AM)

Agar Miring (AM) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara


menggoreskan kawat ose bulat yang telah dicelupkan ke dalam koloni pada permukaan
agar. Tujuannya adalah menumbuhkan dan mengisolasi mikroorganisme khususnya
kapang dan khamir dari koloni terbesar ke koloni terkecil.

Macam Teknik Goresan (Streak)

1. Goresan Sinambung (Sinambung Streak)

• Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai
setengah permukaan agar.
• Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis.
• Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.
2.Goresan T (T Streak)

• Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker


• Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
• Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag
pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan
yang sempurna
• Lakukan hal yang sama pada daerah 3

3. Goresan Kuadran (QuadrantStreak)

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu
dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak
sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan
pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni
tunggal.
4.Goresan Radian

• Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan


• Pijarkan ose dan dinginkan kembali
• Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir
lempengan
• Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa isolasi adalah memisahkan suatu


mikroba dari lingkungannya, kemudian ditumbuhkan sebagai biakan murni pada media
buatan dengan metode aseptis. Hal ini sesuai dengan pengertian isolasi yang
diterangkan oleh Heri, J.,dkk (2012) yang menyatakan bahwa isolasi adalah sifat bahan
yang berfungsi dapat memisahkan secara elektris dua buah atau lebih penghantar listrik
bertegangan yang berdekatan, sehingga tidak terjadi kebocoran arus, lompatan api
(flashover), ataupun percikan api (sparkover).

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa media dapat didefinisikan sebagai


bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan
mikroba.Hal ini sesuei dengan yang diterangkan oleh Boleng, T.D.,(2015) yang
menyatakan bahwa untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri diperlukan
suatu substrat yang disebut media.

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa streak plate (STP) adalah teknik
penanaman mikroorganisme dengan cara menggoreskan kawat ose bulat yang telah
dicelupkan ke dalam koloni pada permukaan agar. Tujuannya adalah menumbuhkan
dan mengisolasi mikroorganisme dari koloni terbesar ke koloni terkecil.Hal ini sesuei
dengan yang diterangkan oleh Sanders, R.E.,(2012) yang menyatakan bahwa The
streak-plate procedure is designed to isolate pure cultures of bacteria, or colonies, from
mixed populations by simple mechanical separation.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

• Isolasi adalah memisahkan suatu mikroba dari lingkungannya, kemudian


ditumbuhkan sebagai biakan murni pada media buatan dengan metode aseptis.
• Media dapat didefinisikan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
• Streak plate (STP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menggoreskan kawat ose bulat yang telah dicelupkan ke dalam koloni pada
permukaan agar.

3.2. Saran

• Praktikum tentang isolasi atau teknik penggoresan ini lebih mudah jika
dilaksanakan dilabaoratorium atau secara onffline agar lebi mengetahui secara
jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Heri, J., Yuningtyastuti, dan A. Syakur. 2012. Studi Arus Bocor Permukaan Bahan
Isolasi Resin Epoksi Silane Dengan Variasi Pengisi Pasir Silika ( Dengan Polutan
Pantai). TRANSMISI. Vol. 14 (1) : 20-37.

Boleng, T.D., 2015. Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. Universitas Muhammadiyah


Malang. Malang.

Sanders, E.R., 2012. Aseptic Laboratory Techniques: Plating Methods. Journal of


Visualized Experiments.Vol. 63 (e3064) : 1-18 .
MATERI IV
SIFAT SEL DAN
KOLONI BAKTERI
BAB I

MATERI

Sifat-sifat Sel dan Koloni Bakteri

❖ Struktur Tubuh Bakteri

1. Dinding Sel
Dinding sel, terdiri dari senyawa pepetidoglikan yaitu polimer yang terdiri dari
polipepti da pendek, peptidoglikan mempunyai ketebalan lapisan yang
bermacam-macam. Ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap respons
pewarnaaan, yang digunakan sebagai penggolongan bakteri.

Fungsi Dinding Sel Pada Bakteri.

1) Dapat memberikan perlindungan fisik ,

2) Dapat menjaga sel agar tidak pecah pada lingkungan tekanan


osmotik yang lebih rendah (kupotonis),

3) Mempertahankan bentuk sel bakten.

2. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan koloid yang mengandung molekul organik seperti
protein, karbohidrat, lemak, enzim, DNA, garam mineral, ribosom dan klorosom
(pada bakteri fotosintetik). Fungsi Sitoplasma menjadi tempat terjadinya reaksi-
reaksi metabolisme sel.
3. DNA (Deoxyribonucleic Acid)
Pada struktur sel bakteri terdapat dua jenis DNA, yaitu DNA kromosom dan
DNA nonkromosom (plasmid). Jenis DNA kromosom merupakan materi genetik
yang menentukan sebagian besar dari sifat-sifat metabolisme bakteri, sedangkan
DNA nonkrom oson hanya menentukan sifat-sifat tertentu.
Sifat yang ditentukan DNA non-kromosom misalnya, sifat patogen, sifat
fertilitas (kemampuan dalam bereproduksi secara seksual), dan sifat kekebalan
terhadap antibiotik tertentu. Fungsi DNA:

1) Menetapkan sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan bereproduks


secara seksual) dan juga sifat ketebalan terhadap antibiotik (DNA
nonkromosom).
2) Menentukan sifat-sifat metabolisme bakten (DNA kromosom).

4. Kapsul Atau Lapisan Lendir


Kapsul atau bisa juga disebut lapisan lendir merupakan lapisan terluar dari
bakteri yang melapisi dinding sel. Lapisan ini mempunyai ketebalan yang
bermacam-macam pada setiap jenis-jenis bakteri.Pada umumnya, bentuk hidup
organisme bakteri bersifat parasit dan patogent (penyebab penyakit) mempunyai
kapsul, sedangkan pada bakten saproba (mendapatkan makanan dari sisa
organisme) umumnya hanya mempunyai lapisani lendir Oleh sebab itu,
makanan yang terkena bakteni akan terlihat berlendir.

Fungsi Kapsul Atau Lapisan Lendir:

1) Berfungsi sebagai pelindung


2) Dapat membantu pelekatan dengan sel bakten lain atau pada substrak
3) Bakteri jenis patogen, kapsul dapat melindungi bakteri dari pengaruh
astem kekebalan (antibodi) yang dihasilkan oleh sel tubuh inang
Berfungsi meniaga sel agar tidak terjadi kekeringan.
5. Pilus Atau Frimbria
Kata pilus berasal dari Bahasa Latin "pia" berarti rambut, sedangkan fimbria
bersal dari "Frimbria" yang berarti daerah pinggir. Pilus atau fimbria adalah
struktur seperti flagela, tetapi berbentuk seperti rambut-rambut yang mempunyai
diameter lebih kecil, pendek, dan kaku, yang terdapat pada sekitar dinding sel.
Fungsi Pilus Atau Fimbria
1) Melekatkan diri dengan sel bakteri lainnya, sehingga dapat terjadi
transfer DNA ketika terjadi konjugasi.
2) Mendukung bakteri yang menempel pada suatu medium tempat
hidupnya.

6. Flagella
Flagela yaitu bulu cambuk yang terdiri dari senyawa protein terdapat pada
dinding sel, serta berfungsi sebagai alat gerak . Flagela pada tubuh bakteri tidak
dibungkus oleh perluasan membran plasma yang berbentuk batang (bas), Koma
(vibrio), dan spiral.Umumnya, bakteri yang dapat bergerak secara terarah
menuju atau menjauhi ransang, gerak ini disebut gerak taksis. Misalnya bakteri
Chlorobacteriaceae yang akan melakukan gerak fototaksis positif menuju ke
arah cahaya matahari untuk dapat berfotosintesis.
7. Granula dan Vakuola Gas
Tubuh bakteriumumnya mempunyai banyak granula-granula yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan cadangan makanan atau senyawa senyawa lain yang
dihasilkan. Misalnya Thiospirillum yang dapat menghasilkan butir-butir
belerang.
Pada bagian vakuola gas yang hanya terdapat pada bakteri-bakteri fotosintetik
hidup dengan cara menampung air. Vokuola gas ini memungkinkan bakteri
menampung pada permukaan air, sehingga menjadikan sinar matahari untuk
fotosintesis.
8. Ribosom
Ribosom ialah organel-organel berukuran kecil yang tersebar pada sitoplasma
serta berfungsi dalam sintesis protein. Struktur ribosom ini terdiri dari senyawa
protein dan RNA (Ribonukleic acid). Jumlah ribosom dalam sebuah sel bakteri
mencapai ribuan. Misalnya bakteri Escherichia Coli yang memilki 15.000
ribosom. Fungsi Ribosom yaitu sebagai sintesis protein.
9. Membran Plasma
Struktur sel bakteri yang terakhir adalah membran plasma atau membran sel
terdiri dari senyawa fosfolipid serta protein yang bersifat selektif permeabel
(dapat dilewati oleh zat-zat tertentu). Fungsi Membran Plasma:
1) Mengarahkan pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat
yang berada diluar sel.
2) Melapisi sitoplasma.
❖ Klasifikasi Bakteri
1. Berdasarkan Bentuk Tubuh

2. Berdasarkan Letak Flagella


1) Amfitrik mempunyai flagella masing-masing satu pada kedua ujung.
2) Peritrikm mempunyai flagella banyak pada semua sisi tubuhnya.
3) Lofotrik mempunyai flagella banyak di satu ujung
4) Monotrik mempunyai satu flagella pada salah satu ujung.

3.Berdasarkan Cara Memperoleh Makanan

1) Heterotrop
Merupakan bakteri yang tidak menyusun makanan sendiri, tetapi
memanfaatkan bahan organik jadi yang berasal dari organisme lain.
Misalnya bakten saprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan
menguraikan sisa-sisa makanan organisme lain.
2) Autotrop
Merupakan bakteri yang menyusun sendiri dari bahan-bahan organik.
Bakteri ini dibedakan lagi menjadi 2 , yaitu: kemoautotrop, adalah
bakteri yang sumber energinya dari reaksi kimia. Dan Fotoautotrop yang
sumber energinya dari cahaya.
4. Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
1) Bakteri Aerob
Merupakan bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk. Mendapatkan
energi. Contohnya, Nitrobacter, Nitrosococcus, dan Nitrosomonas.
2) Bakteri Anaerob
Merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas, dalam artian
kebalikan dari Aerob. Contohnya, Micrococcus denitrificana.
5. Berdasarkan Pewarnaan Gram
1) Bakteri gram positif
Merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih sederhana, banyak
mengandung peptidoglikan Contohnya bakteri Pediococcus, Aerococcus,
Micrococcus, Staphylococcus, dan Leuconostoc
2) Bakteri gram negatif
Merupakan bakteri yang mempunyai dinsing sel lebih kompleks,
peptidoglikan lebih sedikit. Contohnya Bakteri Citrobacter, Salmonella,
Vibrio, Chromabacterium, Flavobacterium. Shigella, Aeromonas,
Enterobacter, Photobacterium, dan Escherichia.

Perbedaan bakteri gram positif dan negatif:

Prosedur Pewarnaan Gram

1. Diiapkan alat dan bahan

2. Dipijarkan kawat ose bulat pada bunsen, lalu diambil inokulan bakteri

3. Diletakkan di atas obyck glass, lalu dilakukan fiksasi

4. Diberi methilen blue 1 tetes, ditunggu 1 menit


5. Dibilas dengan aquadest

6. Diberi iodine 1 tetes, ditunggu 1 menit

7. Dibilas dengan aquadest 8. Diberi alkohol 95% 1 tetes, ditunggu 30 detik.

9. Dibilas dengan aquadest

10. Ditetesi sarani 1 tetes, ditunggu 1 menit

11. Dibilas dengan aquadest 12. Diamati dibawah mikroskop.


BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa bakteri gram positif merupakan


bakteri yang mempunyai dinding sel lebih sederhana, banyak mengandung
peptidoglikan sedangkan bakteri gram negative merupakan bakteri yang mempunyai
dinding sel lebih kompleks, peptidoglikan lebih sedikit. Hal ini sesuei dengan
penjelasan tentang bakteri gram positif dan bakteri gram negative oleh Sabdaningsih,
A., (2013) yang menyatakan tentang Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang
lebih sederhana, dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak.Dinding sel bakteri
gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih
kompleks.

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa dinding sel, terdiri dari senyawa
pepetidoglikan yaitu polimer yang terdiri dari polipepti da pendek, peptidoglikan
mempunyai ketebalan lapisan yang bermacam-macam yang berfungsi dapat
memberikan perlindungan fisik ,dapat menjaga sel agar tidak pecah pada lingkungan
tekanan osmotik yang lebih rendah (kupotonis),dan mempertahankan bentuk sel
bakteri.Hal ini sesuei dengan Dhar,S.,(2018) yang menyatakan bahwa dinding sel
merupakan komponen penting dari arsitektur bakteri yang memberikan bentuk sel,
mencegah lisis di bawah fluktuasi tekanan turgor internal dan melindungi dari serangan
eksternal, sehingga memungkinkan keberadaan mereka di mana-mana. Dinding sel
adalah tersusun atas peptidoglikan (PG) yang berikatan silang erat, yang mengelilingi
membran dalam dan membentuk lapisan pelindung dikenal sebagai murein sacculus.

Berdasarkann hasil praktikum, diketahui bahwa ribosom ialah organel-organel


berukuran kecil yang tersebar pada sitoplasma serta berfungsi dalam sintesis protein.
Hal ini sesuei dengan yang dijelaskan oleh Nurhayati,B.,(2017) yang menyatakan
bahwa ribosom adalah tempat sintesis protein tepatnya adalah translasi.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

• Bakteri gram positif merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih
sederhana, banyak mengandung peptidoglikan sedangkan bakteri gram negative
merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih kompleks, peptidoglikan
lebih sedikit.
• Dinding sel, terdiri dari senyawa pepetidoglikan yaitu polimer yang terdiri dari
polipepti da pendek, peptidoglikan mempunyai ketebalan lapisan yang
bermacam-macam yang berfungsi dapat memberikan perlindungan fisik ,dapat
menjaga sel agar tidak pecah pada lingkungan tekanan osmotik yang lebih
rendah (kupotonis),dan mempertahankan bentuk sel bakteri.
• Ribosom ialah organel-organel berukuran kecil yang tersebar pada sitoplasma
serta berfungsi dalam sintesis protein.

3.2. Saran

• Sebaiknya praktkum ini dilaksanakan secara tepat waktu meskipun ada siswa
yang terlambat atau segera dimulai jika waktnya sudah menunjukkan jam
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Dhar, S., H. Kumari, D. Balasubramanian, and K. Mathee. 2018. Cell-wall recycling


and synthesis in Escherichia coli and Pseudomonas aeruginosa – their role in the
development ofresistance. Journal of Medical Microbiology. Vol. 67 : 1-21.

Nurhayati, B., dan S. Darmawati. 2017. Biologi Sel dan Molekuler. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta Selatan.

Sabdaningsih, A., A. Budiharjo, dan E. Kusdiyantini. 2013. Isolasi dan Karakterisasi


Morfologi Koloni Bakteri Asosiasi Alga Merah ( Rhodophyta ) dari Perairan Kutuh
Bali. Jurnal Biologi. Vol. 2(2) : 11-17.
MATERI V
KAPANG DAN KHAMIR
BAB I

MATERI

SEL KAPANG

Sifat sel kapang dibawah mikroskop itu berbeda (menurut strain dan spesiesnya)
bila dideteksi menggunakan preparat hidup dan preparat mati (preparate awetan)

Koloni kapang

Spora, hifa atau miselium kapang akan tumbuh normal di medium standar. Satu
spora, sepotong hifa, atau sepotong miselium akan tumbuh menjadi suatu koloni
kapang.

Sifat koloni kapang:

a. Bentuk koloni (sirkel, tidak teratur)


b. Elevasi koloni (cembung, lempeng, pipih, gunung, bukit)
c. Kilap koloni (cemerlang, kusam)
d. Tepi koloni (rata, rhizoid, brambut)
e. Permukaan (bludru, halus, kasar)
f. Tembus cahaya (transparan, translusen)
g. Berlendir atau tidak
h. Ada titik-titik air atau tidak
i. Warna (beberapa warna dalam suatu koloni, hijau, hitam, putih, kuning, coklat
muda, coklat tua, merah, orange)

PREPARAT ULAS (MATI)

• Tujuan : Untuk mengidentifikasi morfologi pertumbuhan kapang


• Prosedur :
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Dipijarkan kawat ose bulat diatas Bunsen
c. Diambil koloni kapang
d. Diletakkan diatas object glass
e. Difiksasi
f. Ditetesi methylene blue
g. Ditunggu selama 1 menit
h. Dibilas menggunakan aquadest
i. Diamati dengan mikroskop perbesaran 10x dan 40x
SEL KHAMIR

Sifat sel khamir yang tampak di bawah mikroskop berbeda (tergantung strain
dan spesiesnya) bila dideteksi memakai preparate hidup dan preparate mati (preparate
awetan)

Koloni Khamir

Sel khamir tumbuh normal pada medium standar. Setiap sel khamir akan
tumbuh menjadi satu koloni. Sifat koloni khamir berbeda menurut strain dan spesiesnya.

Sifat koloni khamir:

a. Bentuk koloni (sirkel, tidak teratur)


b. Tepi koloni (rata, berduri, rhizoid, berombak, berambut)
c. Kilap koloni (cemerlang, opak)
d. Elevasi koloni (cembung, lempeng, pipih, gunung, bukit)
e. Tembus cahaya (transparan, translusen)
f. Permukaan (halus, kasar)
g. Warna (putih, krem, coklat, merah)

PREPARAT NATIF (HIDUP)

• Tujuan : Untuk mengidentifikasi morfologi pertumbuhan khamir


• Prosedur :
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipijarkan kawat ose bulat di atas Bunsen
c. Diambil koloni khamir
d. Diletakkan di atas object glass
e. Ditetesi aquadest
f. Ditutupi dengan cover glass
g. Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x

Indikator Kapang Khamir


Jumlah sel Multiseluler uniseluler
Miselium Nyata (sejati) Semu (sedikit)
Reproduksi Spora Tunas
Lingkungan hidup Aerob Fakultatif
Contoh Arpergilus sp. Candida albicans
Rhizopus sp. Saccharomyces sp.

SLIDE CULTURE

• Tujuan :
Untuk mengetahui pertumbuhan kapang dalam aspek morfologi yang sempurna

• Slide culture versi 1 (PDA padat)


a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diletakkan kertas saring di dalam cawan petri
c. Diletakkan penyangga di atas kertas saring
d. Diletakkan object glass di atas penyangga
e. Diletakkan PDA padat yang berbentuk kubus (1x1x1 cm3 ) di atas object
glass
f. Dipijarkan kawat ose lurus di atas bunsen
g. Diambil koloni kapang dan ditusukkan di keempat sisi PDA padat
h. Ditutup dengan cover glass
i. Ditetesi kertas saring dengan menggunakan aquadest hingga lembab
j. Diinkubasi selama 3 x 24 jam
k. Diamati pertumbuhan kapang
• Slide culture versi 2 (PDA cair)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diletakkan kertas saring di dalam cawan petri
c. Diletakkan penyangga di atas kertas saring
d. Diletakkan object glass di atas penyangga
e. Diletakkan 1 tetes PDA cair di atas object glass
f. Dipijarkan kawat ose bulat diatas bunsen
g. Diambil koloni kapang dan diletakkan di atas PDA cair
h. Ditutup dengan cover glass
i. Ditetesi kertas saring dengan menggunakan aquadest hingga lembab
j. Diinkubasi selama 3 x 24 jam 11. Diamati pertumbuhan kapang
BAB II

PEMBAHASAN

Pada praktikum kemarin dijelaskan bahwa khamir merupakan organisme


uniseluler sedangkan kapang adalah organisme multiseluler. Hal ini sesuai dengan
Hafsan (2011) yang menyatakan meskipun fungi merupakan kelompok organisme yang
besar dan sangat bervariasi, berdasarkan bentuk pertumbuhannya secara sederhana fungi
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu fungi uniseluler yang disebut
ragi atau khamir atau ‘yeast’ dan fungsi multiseluler yaitu kapang atau ‘moulds’

Pada Mukharomah (2017) dinyatakan bahwa koloni kapang dengan ciri berbeda
(seperti warna, bentuk koloni, dan permukaan koloni) masing-masing di murnikan
dengan cara distreak ke medium PDA dalam cawan petri, lalu diinkubasi selama 2 x 24
jam. Hal ini menurut saya kurang sesuai dengan contoh praktikum yang dijeskan oleh
asisten praktikum kemarin yang menyatakan bahwa inkubasi koloni kapang pada
medium PDA dilakukan selama 3 x 24 jam.

Pada praktikum yang saya ikutin kemarin dijelaskan bentuk khamir salah
satunya adalah cembung, hal ini sesuai dengan Yu et al, (2011) yang menyatakan
bahwa karena bentuk ellipsoidal dan perbedaan indeks bias antara kandungan sel dan
media cair sekitarnya, sel yeast bertindak serupa dengan lensa cembung dan memiliki
penampilan yang sangat berbeda ketika diamati dalam focus dan diluar fokus.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Sifat sel kapang dan khamir dibawah mikroskop itu berbeda (menurut
strain dan spesiesnya) bila dideteksi menggunakan preparat hidup dan
preparat mati (preparate awetan).
2. Lama waktu yang dibutuhkan untuk inkubasi koloni kapang dengan
medium PDA.
3. Kapang adalah organisme multiseluler sedangkan khamir organisme
uniseluler.
3.2. Saran

Untuk pemateri mungkin bisa lebih pelan-pelan dalam menyampaikan


penjelasan dan jangan terlalu mengacu pada powerpoint. Untuk materi sudah cukup
padat, namun untuk powerpoint mungkin bisa dibuat agar lebih menarik lagi.
Mungkin menggunakan animasi ketika menjelaskan proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Hafsan. 2011. Mikrobiologi Umum. Alauddin Press. Makassar.

Yu, B.Y., C. Elbuken., C.L. Ren, and J.P. Huissoon. 2011. Image Processing
and Classification Algorithm for Yeast Cell Morphology in a
Microfluidic Chip. Journal of Biomedical Optics. Vol. 16 (6): 1-9.

Mukharomah, E., 2017. Identifikasi dan Uji Potensi Kapang Lipolitik sebagai
Pembelajaran Ikuiri. Bioilmi. Vol. 3 (2): 124-129.
MATERI VI
PERHITUNGAN
JUMLAH KOLONI BAKTERI
(ENUMERASI)
BAB I

MATERI

A. PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI

ENUMERASI

Enumerasi adalah suatu teknik untuk menghitung jumlah koloni


mikroorganisme. Enumerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Langsung (dengan alat) : Haemocytometer, Colony Counter.

2. Tidak langsung (dengan rumus) : TPC, SPC, dan MPN

Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. Cara
menghitung sel relatif / CFU’s per ml

CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran

Syarat perhitungan enumerasi:

1. Jika terdapat 1 koloni yang tidak berhimpitan maka dihitung 1

2. Jika terdapat 2 koloni yang berhimpitan dan bisa dibedakan maka dihitung 2

3. Jika terdapat 2 koloni yang berhimpitan tapi tidak bisa dibedakan maka
dihitung 1

4. Jika luas koloni kurang dari setengah cawan maka dihitung 1

5. Jika luas koloni lebih dari setengah cawan maka tidak dihitung

6. Jika terdapat beberapa koloni yang berhubungan maka dihitung 1

SPC (Standard Plate Count) Range : 30 - 300

• Syarat perhitungan SPC:


1. Jika jumlah koloni kurang dari 30, maka dihitung faktor pengencer terendah.

2. Jika jumlah koloni lebih dari 300, maka dihitung faktor pengencer tertinggi.

3. Jika ada 1 faktor pengencer yang jumlah koloninya masuk range (30-300), maka
dihitung faktor pengencer tersebut.

4. Jika ada 2 faktor pengencer yang jumlah koloninya masuk range maka
dibandingkan

1.Jika hasil perbandingan ≤ 2, maka dirata-rata keduanya

2.Jika hasil perbandingan > 2, maka diambil faktor pengencer terendah.

5. Jika ada 3 faktor pengencer yang jumlah koloninnya masuk range, maka
dikelompokkan lalu dibandingkan

1. Jika hasil perbandingan ≤ 2, maka di rata-rata ketiganya.

2 Jika hasil perbandingan > 2, maka diambil faktor pengencer terendah dari
kelompok.
BAB II

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa Enumerasi adalah suatu teknik


untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme. Enumerasi dapat dibagi menjadi 2,
yaitu: 1. Langsung (dengan alat) : Haemocytometer, Colony Counter. 2. Tidak langsung
(dengan rumus) : TPC, SPC, dan MPN. Hal ini sesuei dengan yang dijelaskan oleh
Tyas, D.E., (2018) yang menyatakan bahwa perhitungan jumlah koloni bakteri
dilakukan dengan menggunakan metode Total Plate Count atau TPC. Pada dasarnya
metode TPC ini adalah metode yang digunakan untuk menumbuhkan sel – sel mikroba
hidup pada media sehingga sel tersebut dapat hidup dengan baik dan membentuk koloni
yang dapat dilihat secara langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Koloni
bakteri dapat dihitung menggunakan hand counter. Perhitungan koloni bakteri pada
cawan petri dapat dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi empat bagian pada
cover cawan petri dengan spidol yang tidak permanen agar memudahkan dalam
perhitungan. Cawan petri yang dihitung adalah cawan petri yang memiliki jumlah
koloni bakteri 25 – 250 koloni bakteri. Hal ini diperkuat oleh Hartati (2013) bahwa
perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan pada cawan yang mengandung 25 hingga
250 koloni bakteri sesuai dengan SNI 01- 2332.3-2006 tentang pengujian angka
lempeng total. Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri kemudian dimasukkan ke dalam
rumus :

A = 1 Volumen inokulasi x ∑koloni x ∑Pengenceran

Keterangan: A = Kelimpahan bakteri (CFU/gr)

Berdasrkan hasil praktikum, diketahui bahwa perhitungan jumlah koloni bakteri secara
langsung (dengan alat) : Haemocytometer, Colony Counter. Hal ini tidak sesuei dengan
yang dijelaskan oleh Hafsan, 2014 yang menyatakan bahwa teknik Plate Count
(Hitungan cawan) lebih lazim digunakan dalam pemeriksaan produk karena dianggap
paling sederhana dibandingkan dengan metode MPN dan metode hitungan mikroskopik
langsung maupun metode turbidimetri.

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa berdasarkan hal tersebut digunakan


istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. Cara menghitung sel relatif / CFU’s per
ml CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran.Hal ini sesuei dengan yang
dijelaska oleh Reynolds, J.,(2011) yang menyatakan bahwa calculate the number of
bacteria (CFU) per milliliter or gram of sample by dividing the number of colonies by
the dilution factor multiplied by the amount of specimen added to liquefied agar.
number of colonies (CFUs) = # of bacteria/ml dilution X amount plated.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

• Enumerasi adalah suatu teknik untuk menghitung jumlah koloni


mikroorganisme. Enumerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Langsung (dengan
alat) : Haemocytometer, Colony Counter. 2. Tidak langsung (dengan rumus) :
TPC, SPC, dan MPN.
• Perhitungan jumlah koloni bakteri secara langsung (dengan alat) :
Haemocytometer, Colony Counter.
• Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per
ml. Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml CFU’s / ml = jumlah koloni X
faktor pengenceran.

3.2. Saran

• Untuk megetahui secara langsung pada perhitungan koloni bakteri atau lebih
paham maka sebaiknya dilaksanakan secara offline atau perbanyak mengerjakan
soal.
DAFTAR PUSTAKA

Hafsan. (2014). Mikrobiologi Analitik. Alauddin University Press. Makassar.

Reynolds, J., and R. College. (2011). Counting Bacteria.

Tyas, D.E., N. Widyorini, dan A. Solichin. (2018). PERBEDAAN JUMLAH BAKTERI


DALAM SEDIMEN PADA KAWASAN BERMANGROVE DAN TIDAK
BERMANGROVE DI PERAIRAN DESA BEDONO, DEMAK. JOURNAL OF
MAQUARES. Vol. 7 (2) : 189-196.

Anda mungkin juga menyukai