Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Disusun oleh:
Kelompok :A8

Kelas :A

Asisten :Mufidatul Fadiyah

No. NAMA NIM


1. Alfarizhi Daffa Istanto 21505010711005
2. Muhammad Azka Kautsar 215050107111002
3. M.Fathan Al Ghifary 215050107111003
4. Belinda Apriliana.N 215050107111004
5. M. Hallim Kurniawan 215050107111006
6. Nissa’ul Husna 215050107111007
7. Rahma Putri Wardani 215050107111008

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
MATERI I
PENGENALAN ALAT DAN
CARA PEMBUATAN
MEDIA PERTUMBUHAN
BAB I
MATERI
A. Mikroskop

Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati atau mengoobservasi benda
mikroskopis yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop dibedakan menjadi
beberapa jenis, tetapi mekanisme kerja setiap mikroskop memiliki prinsip yang sama, yaitu
terdiri dari suatu sistem optikal atau sistem pembesaran dan sistem iluminasi yang
menyebabkab terlihatnya obyek.
B. Autoklaf

Autoklaf merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi secara fisik menggunakan uap
panas bertekanan tinggi pada suhu 121 C dengan tekanan 1,5 selama 20 menit dan 2 atm
selama 15 menit

C. Waterbath

Merupakan wadah yang berisi air yang fungsinya mempertahankan suhu air dengan
pemanasan pada kisaran suhu 10-100° C. Pada saat saklar diposisi “on” maka arus listrik
masuk ke heater. Heater yang mendapat arus listrik akan menghasilkan panas pada waterbath,
suhu akan naik dan stabil sampai pada suhu yang telah diatur pada pengatur suhu.

D. Inkubator

Inkubator adalah alat yang menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol. Inkubator ada
dua jenis, inkubator aerob untuk memeram mikroba aerob, inkubator anaerob untuk
memeram mikroba anaerob.

E. Colony Counter

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi
di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan
skala/kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni yang sangat
banyak. Jumlah koloni pada cawan petri dapat ditandai dan dihitung otomatis dan dapat di-
reset

F. Hotplate and Stirrer

Hot plate stirrer dan Stirrer bar(magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suhu
larutan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga
mampu mempercepat proses homogenisasi

G. Vortex Mixer

Alat ini digunakan untuk homogenisasi atau menyeragamkan cairan, untuk pekerjaan di
laboratorium mikrobiologi, vortex mixer memiliki kegunaan spesifik yaitu untuk
memisahkan mikroorganisme yang masih dalam bentuk koloni memisah menjadi individu.
Jumlah cairan yang dapat dihomogenkan vortex mixer terbilang kecil, karena hanya mampu
menampung wadah kecil seperti tabung reaksi.
H. Kawat Ose

Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke


media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga
dapat berpijar jika terkena panas.

I. Pipet Filler

Filler adalah alat untuk meyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur.
Karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3
saluran yang masing-masing memiliki katup. Katup yang bersimbol A berguna untuk
mengeluarkan udara dari gelemung, S merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari
ujung pipet akan tersedot ke atas. Katup E berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet
ukur.

J. Biological Safety Cabinet

Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah
alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan
penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar ultraviolet (UV) beberapa
jam sebelum digunakan.

K. Pipet Ukur

Merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui.

L. Pipet Tetes

Fungsi sama dengan pipet ukur, tetapi volume yang dipindahkan tidak diketahui

M. Mikropipet

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume kecil, biasanya kurang
dari 1000µl.

N. Cawan Petri

Berfungsi sebagai tempat pembiakan mikroorganisme

O. Erlenmeyer

Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan.


P. Beaker glass.

Alat yang memiliki banyak fungsi. Digunakan untuk preparasi media, menampung
akuades, dll.

Q. Tabung Reaksi.

Tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Tabung
reaksi dapat diisi media padat maupun cair.

R. Bunser Burner

Digunakan untuk mensterilkan alat praktikum dengan pembakaran

S. Cover Glass

Digunakan untuk mengcover sampel pada object glass

T. Object glass

Digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sampel

Pengenalan Media

Media dapat didefiniskan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Selain meumbuhkan mikroba, media dapat digunakan untuk
isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan jumlah populasi mikroba.

1. Media Pengencer

Media untuk mengencerkan bahan supaya memperoleh penghitungan jumlah mikroba


yang tepat. Contoh : Pepton, Hel.

2. Media Pertumbuhan Cair

Media berbentuk cair yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB,LB

3. Media Pertumbuhan Padat

Media berbentuk padat yang berupa media organik atau alamiah misalnya media wortel,
kentang atau anorganik (silica gel).

1. Timbanglah Plate count agar sesuai kebutuhan.

2. PCA sebanyak 4,5 gram dilarutkan Cara Pembuatan Media

1. Pepton
Dengan mencampurkan 1 g pepton dengan 1L Aquades

2. PCA (Plate Count Agar)

Dengan mencampurkan 22,5 g dengan 1L Aquades

3. PDA (Potato Dextrose Agar)

Dengan mencampurkan 39 g dengan 1L Aquades

Prosedur Pembuatan Media

ke dalam 200 ml aquades dalam erlenmeyer 250 ml.

3. Aduk sampai homogen lalu panaskan sampai larutan menjadi bening dengan hotplate
stirer.

4. Tutuplah dengan penutup rapat dan bungkus dengan kertas kraf pada bagian yang
disumbat.

5. Sterilkan dengan autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit dan tekanan 2 atm atau 20
menit dan tekanan 1,5 atm

6. PCA steril dalam erlenmeyer diletakkan di waterbath yang sudah diatur shuhunya antara
50-60°C

7. Media yang berada dalam erlenmeyer, dalam keadaan panas tuangkan ke dalam Cawan
Petri masing-masing ± 10 ml.

8. Media dibiarkan hingga dingin dan membentuk gel, lalu dibalik. Siap digunakan praktikum
lebih
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum Autoklaf atau dikenal dengan metode sterilisasi panas basah
biasanya sterilisasi yang menggunakan bantuan alat autoklaf dengan tekanan bersaturasi,
menurut (Zahid, 2010) Berikut ini merupakan siklus (cycle) yang akan menjamin proses
sterilisasi di dalam autoklaf menjadi efektif: - 3 menit pada suhu 134oC - 10 menit pada suhu
126oC - 15 menit pada suhu 121oC - 25 menit pada suhu 115oC (22).

Menurut (Samuel K E Gan, 2016) Meskipun merupakan proses rutin,penghitungan koloni


secara manual sangat membosankan dan rawan kesalahan. Praktik penghitungan manual yang
umum termasuk menggunakan apenanda titik koloni yang dihitung sambil menghitung dan
dapat mengambil hingga berjam-jam untuk piring dengan banyak digabung sebagian koloni.
Untuk mengotomatisasi ini, penghitung koloni dengan gambar perangkat lunak pengolah
telah dirilis secara komersial.

Menurut (BUKU MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI Yusmaniar,Dkk, 2017)


Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu: sumber
energi misalnya gula, sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial dan kebutuhan yang
khusus, seperti vitamin. Media pertumbuhan mengandung unsur makro yang dibutuhkan
mikroba seperti karbon (C), Hidrogen (H), oksigen (O), Nitrogen (N), dan Phospor (P). selain
itu media juga mengandung unsur mikro seperti besi (Fe), dan Magnesium (Mg).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2.Dari praktikum mikrobiologi tentang materi peralatan dan pembuatan media ini dapat
disimpulkan bahwa:
3.3.1. Kita harus menguasai peralatan yang ada dalam lab, mulai dari mikroskop hingga
object glass. Karena penguasaan alat sangatlah penting untuk kelancaran praktikum
3.4.2. Media dapat didefiniskan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain meumbuhkan mikroba, media dapat
digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan
jumlah populasi mikroba
3.5.3. Praktikan harus paham tentang prosedur pembuatan media dan macam macam
media.

Saran

1. Pada praktikum materi 1 penjelasan dari asisten agak kurang jelas dan terlalu cepat, saran
kedepannya agar diperlambat tempo bicaranya dan diperjelas lagi.

2. Diharapkan kedepannya lebih memanfaatkan waktu yang ada, karena di materi 1


waktunya masih tidak teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Zahid. (2010). PEMILIHAN BAHAN KIMIA YANG TEPAT UNTUK


DEKONTAMINASI DI DALAM LABORATORIUM. Balai Besar Pengujian Mutu dan
Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur – Bogor, 16340

Samuel K E Gan. (2016). APD Colony Counter App: Using Watershed Algorithm for
improved colony counting. Bioinformatics Institute, Agency for Science, Technology, and
Research (A*STAR), Singapore 138671;2 p53 Laboratory, Agency for Science, Technology,
and Research (A*STAR), Singapore 138648.

Dra. Yusmaniar, M.Biomed., APT, Wardiyah,MSi,APT, Khairun Nida, S.Si, M.Biomed.,


APT. (2017). Mikrobiologi Dan Parasitologi. KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA. PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN. Edisi 2017.
Lampiran:
1. Jurnal nasional

2. Jurnal Internasional

3. Ebook
MATERI II
STERILISASI ALAT DAN
MEDIA PERTUMBUHAN
BAB I

MATERI

1.1 Sterilisasi

1.1.1 Pengertian sterilisasi.


sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme pada alat dan
bahan.

1.1.2 Metode sterilisasi.


A. Fisik : menggunakan pemanasan.
Contoh : autoklaf, sinar UV, LAF (Laminar Air Flow) dan Oven.
B. Mekanik : menggunakan filtrasi.
Contoh : filter porselen (berukuran 0,2 mikro milimeter).
C. Kimia : menggunakan bahan kimia.
Contoh : desinfektan (untuk skala besar misalnya fumigasi) dan alkohol 70%
(untuk skala kecil, dapat menghambat pertumbuhan mikroba).

1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi.


A. Macam mikroba.
B. Bentuk pertumbuhan mikroba.
C. Waktu sterilisasi.
D. Temperatur.
E. Kepekaan mikroba atau ketahanan mikroba.

1.2 Sterilisasi dengan udara kering.


Alat-alat tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu 170-180oC selama 2 jam,
maka alat tersebut sudah steril. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat
dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi.
1.3 Sterilisasi dengan pemijaran.
Pemijaran dengan membakar alat pada api secara langsung, cara ini dilakukan hanya
untuk sterilisasi jarum platina, ose, pinset, batang L dsb.
1.4 Sterilisasi dengan alkohol.
menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
1.5 Sterilisasi menggunakan uap bertekanan.
Autoklaf.

1.5.1 Pengertian autoklaf.


alat yang digunakan untuk sterilisasi secara fisik.

1.5.2 Prinsip penggunaan autoklaf


Sterilisasi menggunakan uap panas bertekanan tinggi yaitu 1,5 ATM selama 20
menit dan 2 ATM selama 15 menit dengan suhu 1210C.

1.5.3 Bagian-bagian autoklaf.


A. Bagian atas (kepala).
• Manometer: indikator tekanan.
• Termometer : indikator suhu.
• Pengatur tekanan: mengatur tekanan autoklaf (1,5 atau 2 ATM).
• Katup uap manual: mengeluarkan uap dari dalam autoklaf selama
proses sterilisasi secara manual.
• Katup uap otomatis: mengeluarkan uap dari dalam autoklaf selama
proses sterilisasi secara otomatis.
• Penutup autoklaf: menutup tabung autoklaf.
• Pegangan / Handle : untuk membuka/menutup autoklaf.
B. Bagian tengah (tubuh).
• Sarangan : tempat meletakkan alat dan bahan yang akan disterilisasi (di
dalam autoklaf).
• Heater : sumber panas autoklaf (di dalam autoklaf, di bawah sarangan)
• Pengunci autoklaf: mengunci autoklaf jika sudah siap dilakukan
sterilisasi.
• Ventilasi : menjaga suhu lapisan luar tabung autoklaf tetap dingin saat
dipegang dan mengatur sirkulasi udara di dalam autoklaf.
• Lampu indikator merah: indikator (akan menyala) jika listrik sudah
masuk ke autoklaf.
• Lampu indikator hijau: indikator (akan menyala) jika sterilisasi sedang
berlangsung.
• Tombol darurat : digunakan saat keadaan darurat. Ketika katup uap
otomatis tidak berfungsi, cobalah menggunakan katup uap manual, jika
keduanya tidak berfungsi baru menggunakan tombol darurat.
• Timer : mengatur lama waktu sterilisasi.
• Saklar : menyalakan dan mematikan autoklaf (tombol on/off).
• Kabel : penghubung autoklaf dengan sumber listrik.
• Kran : mengeluarkan aquadest.
• Tabung luar : untuk menjaga panas tabung dalam.
• Tabung dalam : untuk tempat sterilisasi.
C. Bagian bawah (kaki).
• Roda : mempermudah saat memindahkan autoklaf.

1.5.4 Tata cara penggunaan autoklaf.


1) Dipastikan autoklaf dalam keadaan mati, bersih dan siap
digunakan.
2) Dibuka penutup autoklaf.
3) Dibuka/diangkat sarangan.
4) Dituang aquadest hingga menutupi heater tapi tidak menyentuh
sarangan.
5) Diletakkan kembali sarangan
6) Diletakkan alat dan bahan yang akan disterilisasi di atas sarangan
(alat dan bahan yang mempunyai luas permukaan besar ada di
bawah).
7) Proses sterilisasi selesai, lampu hijau mati, lampu merah tetap
menyala
8) Dimatikan autoklaf dengan saklar, dicabut kabel dari aliran listrik
(lampu merah mati).
9) Diangkat pengatur tekanan, dilonggarkan katup uap manual.
10) Dibuka pengunci autoklaf, dibuka tutup autoklaf.
11) Diambil alat dan bahan yang sudah disterilisasi.
12) Dibuang aquadest melalui kran.
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum metode sterilisasi biasanya digunakan untuk sektor industri dan
medis . Hal ini sesuai dengan (Zaid B,2020) metode sterilisasi pada umumnya banyak
digunakan di berbagai sektor industri, ada untuk keperluan medis dan untuk mencegah
transmisi mikroba.

Berdasarkan hasil praktikum sterilisasi sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh
mikroorganisme pada alat dan bahan.Hal ini sesuai dengan (Dr. Didimus,2015) bahwa
Sterilisasi adalah sebuah proses dalam membebaskan suatu benda dari mikroorganisme
tertentu, baik bentuk spora maupun bentuk vegetatifnya. Kita hanya bisa menemukan adanya
benda yang steril dan tidak steril. Tidak ada benda yang setengah steril. Benda steril adalah
benda yang bebas dari mikroorganisme. Sterilisasi dapat dikatakan juga bahwa sebuah proses
untuk mematikan semua bentuk kehidupan.

Berdasarkan hasil praktikum alat yang digunakan untuk sterilisasi secara fisik.Hal ini sesuai
dengan (Muhammad Yunus,2021)bahwa Autoklaf adalah alat yang berfungsi untuk
mensterilisasikan alat-alat penelitian di laboratorium. Alat ini memiliki tekanan dan suhu yang
tinggi, sehingga alat-alat yang akan disterilisasi perlu dikemas agar terlindung dari tekanan dan
suhu yang tinggi tersebut (Istini, 2019). Biasanya, suhu yang digunakan pada autoklaf yaitu
121°C dan bertekanan uap 15 lbs.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2.Sterilisasi adalah proses pembebasan suatu benda dari mikroorganisme.
3.3.Benda steril adalah benda yang bebas dari mikroorganisme. Sterilisasi dapat dikatakan
juga bahwa sebuah proses untuk mematikan semua bentuk kehidupan.
3.4.Autoklaf adalah alat yang berfungsi untuk mensterilisasikan alat-alat penelitian di
laboratorium. Alat ini memiliki tekanan dan suhu yang tinggi, sehingga alat-alat yang
akan disterilisasi perlu dikemas agar terlindung dari tekanan dan suhu yang tinggi
tersebut (Istini, 2019).

3.5. Saran

Praktikum sudah berjalan dengan baik dan lancar, akan tetapi diperlukan penjelasan
yang lebih dalam dan koordinasi dengan baik. Praktikum akan lebih kondusif jika
dilaksanakan dengan offline.
DAFTAR PUSTAKA

McEvoy, B., Lynch, M., & Rowan, N. J. (2021). Opportunities for the application of real‐time bacterial
cell analysis using flow cytometry for the advancement of sterilization microbiology. Journal of Applied
Microbiology, 130(6), 1794-1812.

Boleng, D. T. (2015). Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang.

HAYATI, S. I. D. T. JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN BW-3205.


LAMPIRAN
MATERI III
ISOLASI DAN PEMBIAKAN
MIKROBA
BAB I

MATERI

1.1 Pengertian

Pada keadaan sebenarnya (di alam bebas) dapat dikatakan tidak ada bakteri atau
mikroba lainnya yang hidup sendiri terlepas dari spesies lain.Begitu pula dalam penangkapan
mikroba akan diperoleh piaraan campuran

Isolasi secara definitive adalah memisahkan suatu mikroba dari lingkungannya,


kemudian ditumbuhkan sebagai biakan murni pada media buatan dengan metode aseptis

1.2 Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)

• Teknik Pengenceran Bertingkat

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah


mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan
perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga
pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
1.3 Teknik penamaan

Teknik penanaman inokulan ini merupakan lanjutan dari pengenceran bertingkat.


Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan
isolasi diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.

• 1.Pour Plate
Pour Plate (PP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menuangkan agar yang belum padat bersama dengan suspensi bakteri ke dalam cawan
petri, lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Tujuannya adalah
menumbuhkan mikroorganisme di seluruh bagian media. Adapun prosedur kerja yang
dilakukan adalah sebagai berikut
a) Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat
yang masih cair (>45 ̊C)
b) Teteskan 1 ml secara aseptis. suspensi sel ke dalam cawan kosong
c) Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi. Alasan
diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml untuk pour
plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan dipermukaanya saja,
sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untu
penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.
• 2. Spread Plate (SP)
Spread Plate (SP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni. Tujuannya
adalah menumbuhan mikroorganisme di atas permukaan media. Adapun prosedur
kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian
teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat.
b) Batang L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol dan
dibakar diatas bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu
beberapa detik.
c) Kemudian disebarkan dengan menggosokannya pada permukaan supaya
tetesan suspensi merata, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut
diputar.
d) Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat
menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas.
• 3. Streak Plate (STP)
Streak Plate (STP) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menggoreskan kawat ose bulat yang telah dicelupkan ke dalam koloni pada
permukaan agar. Tujuannya adalah menumbuhkan dan mengisolasi mikroorganisme
dari koloni terbesar ke koloni terkecil.
• 4. Agar Tegak (AT)
Agar Tegak (AT) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menusukkan kawat ose lurus yang telah dicelupkan pada koloni ke agar sedalam ¾
bagian. Tujuannya adalah menumbuhkan mikroorganisme di dalam media secara
vertikal.
• 5. Agar Miring (AM)
Agar Miring (AM) adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan cara
menggoreskan kawat ose bulat yang telah dicelupkan ke dalam koloni pada
permukaan agar. Tujuannya adalah menumbuhkan dan mengisolasi mikroorganisme
khususnya kapang dan khamir dari koloni terbesar ke koloni terkecil.
1.4 Macam Teknik Goresan (Streak)

1. Goresan Sinambung (Sinambung Streak)

• Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah
permukaan agar.
• Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180 °C lanjutkan goresan sampai habis.
• Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal
melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.
2. Goresan T (T Streak)

• Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker


• Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
• Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin,kemudian lanjutkan streak zig-zag pada
daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang
sempurna
• Lakukan hal yang sama pada daerah 3

3. Goresan Kuadran (QuadrantStreak)

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisme. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama
sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

4. Goresan Radian

• Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan


• Pijarkan ose dan dinginkan kembali
• Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir
lempengan
• Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya

1.5 Prosedur Isolasi dan pembiakan mikroba

1. Persiapan sampel susu


a. Sampel susu tanpa pengenceran (suspensi sc)
b. Sampel sebanyak 1 ml susu tanpa pengenceran masukkan ke dalam larutan
pengencer 1, dikocok (suspensi A)
c. Ambillah sebanyak 1 ml suspensi A, masukkan ke dalam larutan pengencer 2,
dikocok (suspensi B)

2. Persiapan sampel daging


a. Ambillah sebanyak 5 gram daging, masukkan ke dalam larutan
pengencer 1 (45 ml) (suspensi 2a).
b. Ambillah 1 ml suspensi 2a, masukkan ke dalam larutan
pengencer 2 (9ml) (suspensi 2b).
c. Ambillah 1 ml suspensi 2b, masukkan ke dalam larutan
pengencer 3 (9ml) (suspensi 2c)
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat yang terbuat dari platina, baik yang lurus maupun yang berkolong
(diameter ± 3mm), terlebih dulu dipijarkan, kemudian setelah dingin disentuhkan pada
koloni atau bahan yang hendak diketahui mikroba yang dikandung. Gunakan sampel
susu tanpa pengenceran, sedangkan sampel daging gunakan sampel suspensi 2a.Mulut
tabung tempat suspensi dipanaskan setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan
inokulum, mulut tabung disumbat kembali.

4. Pemindahan dengan pipet


Suspensi yang mengandung mikroba pada suspensi 1b, 1c, 2a, 2b diambil sebanyak
0,1 ml dengan pipet. Kemudian dicampur dengan media yang dalam keadaan cair.
Selanjutnya dikenal dengan istilah biakan adukan. Bisa juga penanaman dilakukan
atau pemindahan suspensi dengan pipet pada media agar yang sudah memadat, yang
dikenal “Streak Plate culture” (biakan gores).

5.Inkubasilah media yang sudah mengandung inokulum pada suhu37ºC selama


24 jam.

6. Amati sifat koloni yang terbentuk


BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum diinkubasi pada media yang sudah mengandung


inokulum pada suhu 37⁰C selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan isi jurnal dari (V. Bharathi &
K. Reka,2015) Setelah inokulasi, pelat-piring Petri diinkubasi pada 37ºC atau 24-48 jam.
Setelah inkubasi beberapa sel-sel koloni yang tersebar dikembangkan.

Berdasarkan hasil praktikum tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat
yang masih cair (>45 ̊C) Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel ke dalam cawan kosong
.Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk menghomogenkan
suspensi bakteri .Hal ini sesuai dengan (Lilya et al,2015) Metode tuang (pour plate) adalah
metode isolasi bakteri setelah dilakukan pengenceran bertingkat. Langkah pertama yang
dilakukan adalah 1 ml suspensi bakteri diteteskan ke dalam cawan Petri kosong secara
aseptis. Media yang masih cair (>45 °C) dituangkan ked alam cawan Petri dan kemudian
dihomogenkan dengan cara diputar.

Berdasarkan hasil praktikum Spread plate adalah teknik menanam dengan


menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni lali ambil suspensi
cairan sebanyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan di atas permukaan agar. Hal ini
sesuai dengan (Pujiati, S.Si, M.Si,2019) bahwa teknik Spread Plate ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar.
Pada metode cawan sebar sebanyak 0,1 mL suspensi bakteri yang telah diencerkan (disebar
pada media penyubur steril yang telah disiapkan).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hasil kesimpulan dari materi Isolasi dan Pembiakan Mikroba adalah sebagai
berikut :

1. Setelah inokulasi, pelat-piring petri diinkubasi pada 37ºC atau 24-48


jam. Setelah inkubasi beberapa sel-sel koloni yang tersebar
dikembangkan
2. Metode tuang (pour plate) adalah metode isolasi bakteri setelah
dilakukan pengenceran bertingkat. Langkah pertama yang dilakukan
adalah 1 ml suspensi bakteri diteteskan ke dalam cawan petri kosong
secara aseptis. Media yang masih cair (>45 °C) dituangkan ked alam
cawan petri dan kemudian dihomogenkan dengan cara diputar.
3. teknik Spread Plate ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat
tersebar merata pada bagian permukaan media agar. Pada metode
cawan sebar sebanyak 0,1 mL suspensi bakteri yang telah diencerkan
(disebar pada media penyubur steril yang telah disiapkan).

3.2. Saran
Sebaiknya praktikum dilaksanakan dengan metode pembagian kelas agar lebih efektif
lagi ,untuk pemaparan materi jelas namun ada yang menjelaskan terlalu cepat
DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti et al,2015,’ PENGARUH PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA


(PGPR) TERHADAP INFEKSI PEANUT STRIPE VIRUS (PStV), PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. ) VARIETAS GAJAH’,
Jurnal HPT, Volume 3 Nomor 1.

V. Bharathi and K. Reka,2015, ‘Isolation and identification of microorganisms from goat


intestine’, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, vol 7(7):117-123.

Pujiati, S.Si, M.Si,2015,BUKU AJAR MIKROBIOLOGI UMUM, IKIP PGRI MADIUN


LAMPIRAN

1. JURNAL NASIONAL
2. JURNAL INTERNASIONAL
3. BUKU
MATERI IV
SIFAT SEL DAN
KOLONI BAKTERI
BAB I

MATERI

4.1 Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme yang memiliki sel tunggal, tidak berklorofil,


berkembang biak dengan pembelahan diri, serta dengan bentuk kecilnya yang mikroskopis
sehingga hanya bisa dilihat oleh alat bantu mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).

4.1.1 Struktur Tubuh Bakteri

1. Dinding sel
Dinding sel terdiri dari senyawa pepetidoglikan yaitu polimer yang terdiri dari
polipeptida pendek, peptidoglikan mempunyai ketebalan lapisan yang
bermacam-macam. Ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap respons
pewarnaan, yang digunakan sebagai penggolongan bakteri.
Fungsi dinding sel pada bakteri:
1) Dapat memberikan perlindungan fisik
2) Dapat menjaga sel agar tidak pecah pada lingkungan yang mempunyai
tekanan osmotic yang lebih rendah (hipotonis)
3) Mempertahankan bentuk sel bakteri
2. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan koloid yang mengandung molekul-molekul
seperti protein, karbohidrat, lemak, enzim, DNA, garam mineral, ribosom dan
klorosom (pada bakteri fotosintetik).
Fungsi sitoplasma:
1) Menjadi tempat terjadinya reaksi-reaksi metabolisme sel
3. DNA (Deoxyribonucleic Acid)
Pada struktur sel bakteri terdapat dua jenis DNA, yaitu DNA kromosom dan
DNA nonkromosom (plasmid). Jenis DNA kromosom merupakan materi
genetic yang menentukan sebagian besar dari sifat-sifat metabolisme bakteri,
sedangkan DNA nonkromosom hanya menentukan sifat-sifat tertentu,
Sifat yang ditentukan DNA non-kromosom misalnya, sifat patogen, sifat
fertilitas (kemampuan dalam bereproduksi secara seksual), dan sifat
kekebalan terhadap antibiotic tertentu.
Fungsi DNA:
1) Menetapkan sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan bereproduksi
secara seksual) dan juga sifat ketebalan terhadap antibiotic (DNA
nonkromosom).
2) Menentukan sifat-sifat metabolism bakteri (DNA kromosom).

4. Kapsul atau lapisan lendir


Kapsul atau bisa juga disebut lapisan lender merupakan lapisan terluar dari
bakteri yang melapisi dinding sel. Lapisan ini mempunyai ketebalan yang
bermacam-macam pada setiap jenis-jenis bakteri.
Pada umumnya, bentuk hidup organisme bakteri bersifat parasit dan patogen
(penyebab penyakit) mempunyai kapsul, sedangkan pada bakteri saproba
(mendapatkan makanan dari sisa organisme) umumnya hanya mempunyai
lapisan lender. Oleh saat itu, makanan yang terkena bakteri akan terlihat
berlendir.
Fungsi kapsul atau lapisan lendir:
1) Berfungsi sebagai pelindung
2) Dapat membantu pelekatan dengan sel bakteri lain atau pada substrak
3) Bakteri jenis patogen, kapsul dapat melindungi bakteri dari pengaruh
sistem kekebalan (antibody) yang dihasilkan oleh sel tubuh inang
4) Berfungsi menjaga sel agar tidak terjadi kekeringan
5. Pilus atau frimbia
Kata pilus berasal dari Bahasa Latin “pili” berarti rambut, sedangkan fimbria
berasal dari “frimbia” yang berarti daerah pinggir. Pilus atau fimbria adalah
struktur seperti flagella, tetapi berbentuk seperti rambut-rambut yang
mempunyai diameter lebih kecil, pendek, dan kaku yang terdapat pada sekitar
dinding sel
Fungsi pilus atau fimbria:
1) Melekatkan diri dengan sel bakteri lainnya, sehingga dapat terjadi
transfer DNA ketika terjadi konjugasi
2) Mendukung bakteri yang menempel pada suatu medium tempat
hidupnya
6. Flagella
Flagella yaitu bulu cambuk yang terdiri dari senyawa protein terdapat pada
dinding sel, serta berfungsi sebagai alat gerak. Flagella pada tubuh bakteri tidak
dibungkus oleh perluasan membrane plasma yang berbentuk batang (basil),
koma (vibrio), dan spiral
Umumnya, bakteri yang dapat bergerak secara terarah menuju atau menjauhi
ransang, gerak ini disebut gerak taksis. Misalnya, bakteri Chlorobacteriaceae
yang akan melakukan gerak fototaksis positif menuju kea rah cahaya matahari
untuk dapat berfotosintesis
7. Granula dan vakuola gas
Tubuh bakteri umumnya mempunyai banyak granula-granula yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan cadangan makanan atau senyawa-senyawa lain
yang dihasilkan. Misalnya Thiospirillum yang dapat menghasilkan butir-butir
belerang.
Pada bagian vakuola gas yang hanya terdapat pada bakteri-bakteri fotosintetik
hidup dengan cara menampung air, sehingga menjadikan sinar matahari untuk
fotosintesis
8. Ribosom
Ribosom adalah organel-organel berukuran kecil yang tersebar pada
sitoplasma serta berfungsi dalam sintesis protein. Struktur ribosom ini terdiri
dari senyawa protein dan RNA (Ribonukleic acid). Jumlah ribosom dalam
sebuah sel bakteri mencapai ribuan. Misalnya bakteri Escherichia Coli yang
memiliki 15.000 ribosom.
Fungsi ribosom yaitu sebagai sintesis protein
9. Membrane plasma
Struktur sel bakteri yang terakhir adalah membrane plasma atau membrane
sel terdiri dari senyawa fosfolipid serta protein yang bersifat selektif
permeable (dapat dilewati oleh zat-zat tertentu)
Fungsi membrane plasma:
1) Mengarahkan pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang
berada di luar sel
2) Melapisi sitoplasma
4.1.2 Klasifikasi Bakteri

a. Berdasarkan bentuk tubuh

b. Berdasarkan letak flagella


1. Amfitrik
Mempunyai flagella masing-masing satu pada kedua ujung
2. Peritrik
Mempunyai flagella banyak dari semua sisi tubuhnya
3. Lofotrik
Mempunyai flagella banyak di satu ujung
4. Monotrik
Mempunyai satu flagella pada salah satu ujung

c. Berdasarkan cara memperoleh makanan


1. Heterotroph
Merupakan bakteri yang tidak menyusun makanan sendiri, tetapi
memanfaatkan bahan organic jadi yang berasal dari organisme lain.
Misalnya bakteri suprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan
menguraikan sisa-sisa makanan organisme lain
2. Autotroph
Merupakan bakteri yang menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan
anorganik. Bakteri ini dibedakan lagi menjadi dua yaitu, Kemoautotrop
(sumber energy dari hasil reaksi kimia), dan Fotoautotrop (sumber energy
dari cahaya)
d. Berdasarkan kebutuhan oksigen
1. Bakteri aerob
Merupakan bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan
energy. Contohnya, Nitrobacter, Nitrosococcus, dan Nitrosomonas
2. Bakteri anaerob
Merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas, dalam artian
kebalikan dari aerob. Contohnya, Mikrococcus denitrificans
e. Berdasarkan pewarnaan gram
1. Bakteri gram positif
Merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih sederhana, banyak
mengandung peptidoglikan. Contohnya, bakteri Pediococcus, Aerococcus,
Micrococcus, Staphylococcus, dan Leuconostoc
2. Bakteri gram negative
Merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih kompleks,
peptidoglikan lebih sedikit. Contohnya bakteri Citrobacter, Salmonella,
Vibrio, Chromabacterium, Flavobacterium, Shigella, Aeromonas,
Enterobacter, Photobacterium, dan Escherichia
Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Negatif
Gram Positif Indicator Gram Negatif
Tebal Dinding Sel Tipis
Biru Keunguan Warna Merah Muda/pink
Kecil Pori-pori Besar
Banyak/tinggi Nutrisi Sedikit
Tipis Lipid Tebal
Sedikit, cenderung tidak Kapsid/kapsul Memiliki banyak kapsid
ada
- Streptococcus sp. Contoh - Escherichia coli
- Lactobacillus sp. - Salmonella sp.
- Staphylococcus - Bruchella
sp.
- Clostridium
Prosedur Pewarnaan Gram
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipijarkan kawat ose bulat pada bunsen, lalu diambil inokulan bakteri
(dari streak plate)
3. Diletakkan di atas objek glass, lalu dilakukan fiksasi
4. Diberi methilen blue 1 tetes, ditunggu 1 menit
5. Dibilas dengan aquadest
6. Diberi iodine 1 tetes, ditunggu 1 menit
7. Dibilas dengan aquadest
8. Diberi alkhohol 95% 1 tetes, ditunggu 30 detik
9. Dibilas dengan aquadest
10. Ditetesi safranin 1 tetes, ditunggu 1 menit
11. Dibilas dengan aquadest
12. Diamati dibawah mikroskop

Fungsi

Fungsi Bahan:

a. Methilen Blue : pewarna utama (primer)


b. Iodine : pengikat warna utama
c. Aquadest : pembilas
d. Alkhohol 95% : melarutkan lipid dan mendehidrasi protein
e. Safranin : pewarna kedua (sekunder)

Fungsi Fiksasi

1. Membunuh mikroorganisme
2. Merekatkan preparat pada objek glass
3. Memperjelas pengamatan/observasi
BAB II

PEMBAHASAN

Menutut Bulele T, dkk (2019) Pada pewarnaan Gram terdapat 2 jenis bakteri yaitu
Gram positif dan Gram negatif. Tujuan dari pewarnaan Gram ini yaitu untuk mempermudah
melihat bakteri secara mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur
dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia
khas dari bakteri dengan zat warna.

Menurut Ali Niyazi, et all (2019) Turunan imidazolium NIM-Br yang mengandung
substituen alkil dengan panjang karbon dua belas dan enam belas menunjukkan aktivitas
antimikroba dan antibiofilm yang kuat terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Aktivitas antimikroba dan antibiofilm senyawa ITFSI yang memiliki gugus metil pada sisi
kationik juga terdeteksi.

Menurut (BUKU MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI Yusmaniar,Dkk, 2017)


Bentuk bakteri beraneka macam yaitu basil (tongkat/batang), coccus, spirilum. Bakteri bentuk
basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Bakteri bentuk kokus dibagi
menjadi monokokus, diplokokus, dan stafilokokus
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa

- Bakteri merupakan mikroorganisme yang memiliki sel tunggal, tidak berklorofil,


berkembang biak dengan pembelahan diri, serta dengan bentuk kecilnya yang
mikroskopis sehingga hanya bisa dilihat oleh alat bantu mikroskop
- Struktur tubuh bakteri terdiri atas dinding sel, sitoplasma, DNA, kapsul atau lapisan
lendir, pilus atau frimbia, flagella, granula dan vakuola gas, ribosom dan membrane
plasma
- Pembagian klasifikasi bakteri juga berbagai macam, salah satunya berdasarkan
pewarnaan gram yang terdiri dari
1. Bakteri gram positif merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih
sederhana, banyak mengandung peptidoglikan
2. Bakteri gram negative merupakan bakteri yang mempunyai dinding sel lebih
kompleks, peptidoglikan lebih sedikit

3.2. Saran

Praktikum ilmu dasar berjalan dengan baik, namun perlu intonasi saat menjelaskan lebih
diperlambat agar mudah dimengerti
DAFTAR PUSTAKA

Bulele, T., Rares, F.E. and Porotu'o, J., 2019. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram
pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. eBiomedik, 7(1).

Ali Niyazi Duman, Ismail Ozturk, Ayça Tunçel, Kasim Ocakoglu, Suleyman Gokhan Colak,
Mine Hos¸gor-Limoncu, Fatma Yurt, 2019. Synthesis of new water-soluble ionic liquids and
their antibacterial profile against gram-positive and gram-negative bacteria. Heliyon 5 (2019),
e0260,

Dra. Yusmaniar, M.Biomed., APT, Wardiyah,MSi,APT, Khairun Nida, S.Si, M.Biomed.,


APT. (2017). Mikrobiologi Dan Parasitologi. KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA. PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN. Edisi 2017.
LAMPIRAN

1. Jurnal Nasional

2. Jurnal Internasional
3. E-book
MATERI V
KAPANG DAN KHAMIR
BAB I

MATERI

1.1 Kapang

1. Sel Kapang
Sifat sel kapang dibawah mikroskop berbeda-beda
(menurut strain dan spesiesnya) bila dideteksi
menggunakan preparat hidup dan preparat mati (preparat
awetan).
2. Koloni Kapang
Spora, hifa maupun miselium kapang akan tumbuh normal
pada medium standar. Satu spora, sepotong hifa, atau
sepotong miselium akan tumbuh menjadi koloni kapang.
koloni kapang sendiri memiliki sifat yang berbeda-beda
menurut strain dan spesiesnya.
3. Sifat Koloni Kapang
mencakup pada :
1.1. Bentuk koloni (sirkel, tidak teratur).
1.2. Tepi koloni (rata, rhizoid, berambut).
1.3. Elevasi koloni( cembung, lempeng, pipih, gunung, bukit).
1.4. Kilap koloni (cemerlang, kusam).
1.5. Tembus cahaya (transparan, translusen).
1.6. Permukaan (beludru, halus, kasar)
1.7. Berlendir atau tidak
1.8. Ada titik-titik air atau tidak.
1.9. Warna (beberapa warna dalam suatu koloni, hijau, hitam,
putih,kuning, coklat muda, coklat tua, merah, orange).

1.2 Preparat Ulas

Bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi pertumbuhan


kapang.Prosedur :
2.1. Disiapkan alat dan bahan
2.2. Dipijarkan kawat ose bulat diatas bunsen
2.3. Diambil koloni kapang
2.4. Diletakkan diatas object glass
2.5. Difiksasi
2.6. Ditetesi methylen blue
2.7. Ditunggu 1 menit
2.8. Dibilas dengan aquadest
2.9. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x.

1.3 Khamir

1. Sel Khamir
Sel khamir yang tampak di bawah mikroskop berbeda-beda (tergantung
strain dan spesiesnya) bila dideteksi memakai preparat hidup dan preparat
mati (preparat awetan.
2. Koloni Khamir
Sel khamir tumbuh normal pada medium standar. Pada dasarnya, setiap
sel khamir akan tumbuh menjadi satu koloni. Koloni khamir sendiri
memiliki sifat yang berbeda-beda menurut strain dan spesiesnya.
3. Sifat Koloni Khamir :
1.1.Bentuk koloni (sirkel, tidak teratur).
1.2.Tepi koloni (rata, berduri, rhizoid, berombak, berambut).
1.3.Elevasi koloni (cembung, lempeng, pipih, gunung, bukit).
1.4.Kilap koloni (cemerlang, opak).
1.5.Tembus cahaya (transparan, translusen).
1.6.Permukaan (halus, kasar) .
1.7.Warna (putih, krem, merah, coklat).

1.4 Preparat Natif

Bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi pertumbuhan


khamir.Prosedur: Disiapkan alat dan bahan

1. Dipijarkan kawat ose bulat di atas bunsen


2. Diambil koloni khamir
3. Diletakkan di atas object glass
4. Ditetesi aquadest
5. Ditutup dengan cover glass Diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 10x dan 40x.

1.5 Slide Culture

Bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kapang dalam aspek morfologi


yang sempurna. Slide culture terbagi menjadi dua, yaitu Slide culture versi
1 (PDA padat) dan Slide culture versi 2 (PDA cair).
A. Slide culture (PDA padat) :
Disiapkan alat dan
bahan
1. Diletakkan kertas saring di dalam cawan petri
2. Diletakkan penyangga di atas kertas saring
3. Diletakkan object glass di atas penyangga
4. Diletakkan PDA padat yang berbentuk kubus (1x1x1 cm3) di
atasobject glass
5. Dipijarkan kawat ose lurus di atas bunsen
6. Diambil koloni kapang dan ditusukkan di keempat sisi PDA padat.
7. Ditutup dengan cover glass
8. Ditetesi kertas saring dengan menggunakan aquadest hingga
lembab
9. Diinkubasi selama 3 x 24 jam
10. Diamati pertumbuhan kapang
B. Slide culture (PDA cair) :
Disiapkan alat dan bahan
1. Diletakan kertas saring dalam cawan petri
2. Diletakan penyangga diatas kertas saring
3. Diletakan object glass diatas penyangga
4. Diletakan 1 tetes PDA cair diatas object glass
5. Dipijarkan kawat ose bulat diatas bunsen
6. Diambil koloni kapang dan diletakan diatas PDA cair
7. Ditutup dengan cover glass
8. Ditetesi kertas saring dengan menggunakan aquadest hingga
lembab
9. Di Inkubasi selama 3 x 24 jam
10. Diamatipertumbuhankapang.
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rosani dkk. (2015) dalam penelitiannya
tentang proses pengolahan pasca panen lada putih, ketika mengeringkan lada putih harus
kering sempurna kalau tidak sempurna keringnya kapang dan khamir akan tumbuh dengan
sangat mudah. Karena kapang dan khamir sangat mudah tumbuh di tempat yang lembab.

Suryani dkk. (2020) Jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat seerhana, berinti,
berspora, tidak klorofil, berupa sel atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari selulosa
atau khintin atau keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksuak. Jamur
terbagi dalam dua golongan yaitu jamur yang uniseluler disebut khamir; contoh Saccharomyces
cerevisiae dan yang multiselluler disebut kapang; contoh Aspergillus fumigatus.

Copetti dkk. (2019) Kapang dan khamir sangat efektif untuk digunakan pada makanan yang
tradisional dan moderen, yang juga bertindak sebagai enzim alami mikroba, pigmen, dan
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2.Kapang dan Khamir dapat cepat tumbuh di area yang lembab.

3.3.Kapang dan khamir sangat membantu dalam makanan tradisional.

3.4.Kapang dan khamir dapat dilihat menggunakan Mikroskop.

3.5. Saran

Semua praktikum dilaksanakan secara offline.


DAFTAR PUSTAKA

Rosani, O., Susanty, D. and Triyanto, A., 2015. ANGKA KAPANG DAN KHAMIR PADA LADA PUTIH
ASAL BANGKA. Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional., 5(2), p.102.

Suryani, Y., Taupiqurrrahman, O. and Kulsum, Y., 2020. MIKOLOGI. 1st ed. Padang , Sumatera Barat: PT.
Freeline Cipta Granesia, p.10.

Xu, L., Ntakatsane, M., Wang, L., Meng, X., Sun, W., Bi, Y., Chen, P. and Ren, D., 2021. Improved sensitive
fluorescent/visible dual detection count plate for mold and yeast in food. Food Control, 128, p.108174.
Lampiran

1.

2.

3,
MATERI VI
PERHITUNGAN
JUMLAH KOLONI BAKTERI
(ENUMERASI)
BAB I

MATERI

1.1 Perhitungan Jumlah Bakteri


▪ Enumerasi adalah suatu teknik untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme.
Enumerasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Langsung (dengan alat) : Haemocytometer, Colony Counter.
2. Tidak langsung (dengan rumus) : TPS, SPC, dan MPN

▪ Syarat perhitungan enumerasi diantaranya adalah :


1. Jika terdapat 1 koloni yang tidak berhimpitan dan bisa dibedakan maka dihitung 1
2. Jika terdapat 2 koloni yang berhimpitan dan bisa dibedakan maka dihitung 2
3. Jika terdapat 2 koloni yang berhimpitan tapi tidak bida dibedakan maka dihitung 1
4. Jika luas koloni kurang dari setengah cawan maka dihitung 1
5. Jika luas koloni lebih dari setengah cawan maka tidak dihitung
6. Jika terdapat beberapa koloni yang berhubungan maka dihitung 1

▪ SPC (Standard Plate Count)


Syarat perhitungan SPC:
1. Jika jumlah koloni kurang dari 30, maka dihitung faktor pengencer terendar
2. Jika jumlah koloni lebih dari 300, maka dihitung faktor pengencer tertinggi
3. Jika ada 1 faktor pengencer yang jumlah koloninya masuk range (30-300), maka
dihitung faktor pengencer tersebut
4. Jika ada 2 faktor pengencer yanga jumlah koloninya masuk range maka
dibandingkan
- Jika hasil perbandingan ≤ 2, maka dirata-rata keduanya
- Jika hasil perbandingan > 2, maka diambil faktor pengencer terendah
5. Jika ada 3 faktor pengencer yang jumlah koloninnya masuk range, maka
dikelompokkan lalu dibandingkan
- Jika hasil perbandingan ≤ 2, maka di rata-rata ketiganya.
- Jika hasil perbandingan > 2, maka diambil faktor pengencer terendah dari
kelompok
Syarat 1
Diketahui : FP : 10ֿ³ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 26 21 15
Ditannya : PP dan SP
Jawab: karena Σ koloni semuanya <30, maka masuk syarat 1 yaitu dengn
menggunakan FP terendah

Syarat 2
Diketahui : FP ; 10ֿ⁴ 10ֿ⁵ 10ֿ⁶
Σ koloni : 443 378 320
Ditanya : PP dan SP
Dijawab : karena jumlah koloni >300 maka termasuk syarat kedua dan menggunakan FP
tertinggi
Syarat 3
Diketahui : FP : 10ֿ³ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 652 27 139
Ditannya : PP dan SP
Dijawab: karena jumlah koloni diantara masuk range 30-300, maka menggunakan
syarat 3 yaitu dihitung faktor pengencer yang masuk diantara range 30- 300, yaitu
FP 10-5 dengan jumlah koloni 139

Syarat 4 jika hasil perbandinagn ≤2


Diketahui : FP ; 10-3 10-4 10-5
Σ koloni : 178 31 29
Ditanya : PP dan SP
Dijawab : karena ada 2 koloni yang masuk range maka, dibandingkan dengan rumus
Syarat 4 jika hasil perbandingan > 2
Diketahui : FP ; 10ֿᶾ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 330 124 90
Ditanya : PP dan SP

Dijawab : karena ada 2 koloni yang masuk range maka, dibandingkan dengan rumus
PP dari FP tertinggi
PP dari FP terendah
Syarat 5
Diketahui : FP ; 10ֿ³ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 125 84 50
Ditanya : PP dan SP
Dijawab : karena jumlah koloni yang masuk range ada3, maka menggunakan syarat 5
1. Kelompokkan menjadi 2
FP ; 10ֿ³ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 125 84 50
2. Badingkan tiang kelompok dengan menggunakan rumus perbandingan

3. Tentukan hasil perbandingan yang lebih mendekati 2 dalam kelompok tersebut


▪ Kelompok A : 6,75
▪ Kelompok B : 5,95 ( lebih mendekati 2 sehingga kelompok B yang dipilih)

4. Tentukan apakah hasil perbandingan >2 atau ≤2


▪ Kel B: 5,95 > 2, maka yang menggunakan FP terendah dari kelompok B

Syarat 5 jika hasil perbandingan < 2


Diketahui : FP ; 10ֿ³ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 250 150 30
Ditanya : PP dan SP
Dijawab : karena jumlah koloni yang masuk range ada3, maka menggunakan syarat 5
1. Kelompokkan menjadi 2
FP ; 10ֿ³ 10ֿ⁴ 10ֿ⁵
Σ koloni : 250 150 30
2. Badingkan tiang kelompok dengan menggunakan rumus perbandingan

3. Tentukan hasil perbandingan yang lebih mendekati 2 dalam kelompok tersebut


▪ Kelompok A : 6
▪ Kelompok B : 2 ( lebih mendekati 2 sehingga kelompok B yang dipilih)
4. Tentukan apakah hasil perbandingan >2 atau ≤2
▪ Kel B: 2 ≤ 2, maka dirata rata ketiga FP tersebut

1.2 Haemocytometer
▪ Haemocytometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel secara
langsung.
Haemocytometer dibagi menjadi 3, yaitu :
▪ Pembuktian rumus Haemocytometer
Contoh Soal
1. Σ sel = 150, tentukan jumlah kotak besar (KB), kotak sedang (KS), dan kotak kecil (KK)!
Jawab:
a. KB = Σsel x 10⁴
=150 x 10⁴ sel/m
b. KS = Σsel x 2,5 x 10⁵
= 150 x 2,5 x 10⁵
=375 x 10⁵ sel/ml
c. KK = Σsel x 4 x 10⁶
=150 x 4 x 10⁶
=600 x 10⁶ sel/ml
2. Diketahui kotak sedang (KS) berjumlah 250 sel/ml. Tentukan jumlah kotak besar (KB) dan
kotak kecil (KK)!
Jawab :
KS = Σsel x 2,5 x 10⁵ = 250 x 10⁵
= Σselx 2,5 = 250
=Σsel = 100 sel
a. KB = Σsel x 10⁴
= 100 x 10⁴ sel/ml
b. KK =Σsel x 4 x 10⁶
=100 x 4 x 10⁶
= 400x 10⁶ sel/ml
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bahwa Haecytometer dapat digunakan


untuk menghitung jumlah sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohmah dan Trisnani, (2021)
menyatakan bahwa haecytometer dapat digunakan untuk menghitung jumlah sel dengan
ukuran 3 um atau lebih besar.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,dijelaskan bahwa salah satu teknik


enumerasi secara tidak langsung yaitu dengan perhitungan SPC (Standard Plate Count). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Nemati et al (2016) yang menyatakan bahwa metode SPC ini
digunakan selama bertahun-tahun untuk menghitung mikroba. Dimana setelah tahap persiapan
dan pengenceran sampel dicampur dengan media agar, diinkubasi pada suhu 35˚C atau 25˚C
dan koloni dapat dihitung setelah 48 jam.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, untuk menghitung jumlah koloni


mikroorganisme menggunakan teknik enumerasi secara tidak langsung atau dengan rumus
dapat dilakukan dengan metode MPN. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusmaniar, dkk (2017)
yang menyatakan bahwa metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang
dapat memfermentasi laktosa membentuk gas, misalnya bakteri coliform. Serta pengujian
MPN dilakukan dengan menggunakan sampel berbentuk cair, apabila sampel yang digunakan
berbentuk padatan maka sampel tersebut harus dibuat cair (suspensi) lebih dahulu dengan
perbandingan 1:10.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

1. Haecytometer dapat digunakan untuk menghitung jumlah sel dengan ukuran 3um atau
lebih
2. Pengujian dengan metode SPC sudah digunakan selama bertahun-tahun dengan
menggunakan media agar dan suhu 35˚C atau 25˚C. Serta koloni dapat dihitung
setelah 48 jam
Pengujian dengan metode MPN dilakukan dengan menggunakan sampel berbentuk
cair. Jika sampel masih berbentuk padat maka dlakukannya suspense
denganperbandingan 1:10 agar sampel bisa berubah menjadi cair

3.2. Saran

Praktikum ilmu dasar berjalan dengan baik, namun perlu adanya penjelasan yang lebih
mendetail dan jelas lagi mengenai tata cara menghitung secara manual.
DAFTAR PUSTAKA

Rohmah N I, dan Trisnani A. (2021). UJI PENGEMBANGAN Spora ENTOMOPATOGEN

BUNGA ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii MENGGUNAKAN


HAEMOCYTOMETER. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 1 No. 2, halaman 143-150

Nemati, M., Aliasghar, H., Solmaz, M. D., Vahid, J., and Farzaneh, L. 2016. An
Overview on Novel Microbial Determination Methods in Pharmacential and
Food Quality Control. Adv Pharm Bull, 2016, 6(3): 301 – 308.

Dra. Yusmaniar, M.Biomed., APT, Wardiyah,MSi,APT, Khairun Nida, S.Si, M.Biomed.,


APT. (2017). Mikrobiologi Dan Parasitologi. KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA. PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN. Edisi 2017.

LAMPIRAN
1. Jurnal Nasional

2. Jurnal Internasional

3. Ebook

Anda mungkin juga menyukai