ditampung
ditempat yang
disediakan dan
diangkut ke
tempat
penampungan
sampah.
Saluran air
dalam keadaan
lancar, tidak
tersumbat dan
tidak mengalami
kebocoran.
Bangunan pabrik
bebas dari hama
seperti tikus,
semut, dan
serangga.
Alat-alat yang
digunakan harus
bersih dan bebas
dari kontaminasi.
Sampah dibuang
secara teratur.
Saluran air
dalam keadaan
tertutup
Kebersihan
ruangan pabrik
Tidak adanya Setiap bulan
kotoran yang Setiap hari
menempel pada
alat
Sanitasi Setiap hari Setiap hari QC
Semua
bahan kimia,
pembersih
dan sanitiser
seperti
lubricant
(oli), minyak,
Mencegah pestisida,
tercampurnya bahan dan bahan-
nonpangan ke dalam bahan
produk pangan yang pembersih
dihasilkan. harus sesuai
Pencegahan pangan, persyaratan.
bahan kemasan dan Digunakan
permukaan peralatan sesuai
yang dipakai langsung petunjuk dan
untuk pangan persyaratan.
terhadap pencemaran Semua
yang disebabkan oleh bahan kimia,
pelumas, bahan bakar, pembersih
pestisida, bahan dan sanitiser
pembersih, bahan diberi label
penyuci hama, dangan jelas.
kondensasi dan bahan Disimpan
kontaminasi ditempat
Pelabelan, kimiawi,fisik dan khusus dan
Penyimpanan dan biologis. terpisah
Penggunaan Bahan Setiap
4. Toksik Minggu
N
o Tahapan Prosedur Rekaman
Kontaminasi
partikel debu
bahan
campuran
(melamin)
serangga
Melakuk
pengawasan
proses oksidasi penerimaan
(tengik) Melakuk
pelatihan pem
Penolak
bahan baku y
kontaminasi
sesuai standa
bakteri (Clostridium
botulinum, E. Coli,
Staphylococcus sp.
Bacillus
thermophilus ) Sterilisa
Fisik M M S
Kontaminasi
serangga
Melakuk
pengawasan
Fisik M L US penerimaan
Penerimaan Hilangnya Melakuk
2 Ekstrak Kimia L L US Kandungan vitamin pelatihan pem
Buah
Penolak
bahan baku y
Penerimaan sesuai standa
Enzim Melakuk
4 Papain Kimia M M S Proses Oksidasi pelatihan pem
menyebabkan tengik
Melakuk
pengawasan
penerimaan
Penolak
bahan baku y
Penerimaan sesuai standa
Garam Kontaminasi
5 Jenuh Fisik M L US partikel partikel debu
dan kerikil
Melakuk
pengawasan
penerimaan
Penolak
bahan baku y
sesuai standa
Penerimaan Adanya
6 Parafin Cair Fisik M L US kontaminasi partikel
debu, plastik
7 Pasteurisasi Fisik M M S
Ketidakdisiplinan Pemeriksaana
(Lepasnya M M S karyawan dalam kala
komponen memeriksa alat
alat) M M S
Pelatiha
Kimia keterampilan
(Tercampurn karyawan
ya air )
Ketidakcermatan
Biologi karyawan dalam
memasak Pelatiha
keterampilan
karyawan terh
Ketidak
(E.Coli, displinan pegawai
Staphylococc terhadap personal
us) higiene personal higie
Biologi
Pencampura
8 n S. aureus H H S Pencemaran
alat Dijagako
Biologi
Adanya
keteledoran pegawai
terhadap standart
Fisik kecepatan Pelatiha
penyaringan keterampilan
Rusaknya karyawan
susu Biologi
Pencemaran
10 Penyaringan S. aureus H H S alat Dijagako
Quality Assurance (QA) adalah kegiatan terus menerus untuk memberi keyakinan
bahwa suatu produk atau jas memenuhi persyaratan tertentu. Hal ini dilakukan
untuk memneri keyakinan kepada konsumen untuk menggunakan produk tersebut
secara terus menerus (Muhandri 2008). QA bertugas menentukan penjaminan
tertentu terhadap kinerja unit pabrik, pengawasan terhadap proses produksi, sumber
daya manusia yang berkompoten dalam pelaksanaan kinerja unit pabrik,
dokumentasi dan pencatatan kinerja unit pabrik, dan pencatatan setiap kegiatan
yang dilakukan.
Susu segar yang diterima perusahaan berasal dari beberapa pemasok, seperti KUD.
Susu tiba d iperusahaan pada saat pagi atau sore untuk dilakukan sampling.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Bottling Sampling dan Drip
Sampling.
a. Bottling Sampling
Pengambilan sampel secara bottling sampling dilakukan langsung ke dalam tangki
susu oleh supir mobil tangki tersebut untuk kemudian dilakukan beberapa uji yang
cepat dan praktis yang dilakukam oleh departemen quality control. Pengujian ini
bertujuan menentukan apakah susu segar tersebut dapat diterima dan kemudian
dipompa. Parameter yang diujikan adalah temperatur susu segar, uji alkohol, uji
keasaman, uji reduktase, dan uji organoleptik.
Hasil pengujian akan dilaporkan oleh asisten laboratorium penerimaan susu dengan
menuliskan hasil pengujian pada nota yang dibawa pengantar susu atau supir truk
pada saat susu datang.
b. Drip Sampling
Drip sampling merupakan analisa yang dilakukan pada susu segar setelah susu
mendapat persutujuan asisten laboratorium penerimaan susu untuk dipompa ke
dalam silo. Sampel drip diambil saat susu sedang dipompa. Analisa yang dilakukan
pada sampel drip adalah analisa kadar lemak, protein laktosa, total padatan, dan
padatan tanpa lemak.
Untuk mengetahui kondisi susu jauh, tim quality control juga melakukan uji
pemalsuan (adulteration test). Uji bertujuan mengetahui apakah ada penambahan
senyawa-senyawa tertentu dalam susu segar yang akan mempengaruhi hasil
pengujian susu segar tersebut. Adapun uji pemalsuan yang dilakukan yaitu:
1. Tes Urin
Tes urin bertujuan mengetahui adanya kontaminasi urin sapi pada susu segar.
2. Tes Formalin
Tes formalin bertujuan mengetahui adanya penambahan formalin pada susu segar
sebagai pengawet.
3. Tes Flour
4. Tes Anibiotik
5. Tes Garam
6. Tes Peroksida
Secara alamiah susu mengandung enzim oksidase dan peroksidase. Adanya enzim
oksidase dalam susu dapt menyebabkan ketengikan jika susu ditambahkan hidrogen
peroksida. Peroksidase akan mendekomposisi hidrogen menjadi molekul air dan
atom oksigen.
8. Tes Gula
Penambahan gula dilakukan untuk menambhan total padatan pada susu sehingga
meningkatkan nilai penjualan susu.
Setelah susu melewati tahap analisa, apabila ternyata memperoleh hasil yang tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maka akan dilakukan penolakan
terhadap susu tersebut.Penolakan susu juga dilakukan apabila terdapat pemalsuan
susu seperti penambahan bahan kimia yang akan memperngaruhi kualitas susu.
Walaupun demikian susu segar yang dinilai tidak normal seperti terdapat sedikit
penyimpangan rasa, warna, komponen, atau saat dilakukan uji menunjukkan adanya
zat-zat asing pada tingkat yang masih rendah, maka susu tersebut akan diterima
sebagai pengecualian. Pemasok susu yang ternyata susunya ditolak, akan diberikan
alternatif pembuangan, yaitu susu tersebut akan dibuang ke pabrik (dalam
pengolahan limbah) agar diproses ulang atau diberikan warna dengan pewarna
makanan dan akan dikembalikan ke pamasok yang bersangkutan.
Selain bahan baku utama susu segar, dalam pembuatan berbagai formula susu
bubuk diperlukan bahan tambahan yang digunakan. Bahan-bahan tersebut adalah
minyak mentega (anhydrous milk fat), susu bubuk skim, protein susu
(kasein), micronutrient premix, trace element, minyak jagung, dan lesitin.
Bahan-bahan tersebut berasal dari beberapa pemasok.
Setiap penerimaan bahan tambahan akan melalui proses penerimaan di
laboratorium umum untuk dilakukan proses pemeriksaan. Proses pemeriksaan
dilakukan secara kuantitatif oleh petugas gudang dan secara kulitatif oleh petugasn
QA.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah yang mewakili. Alat yang
digunakan untuk mengmabil sampel sudah disterilisasi terlebih dahulu dan
dipertahankan kondisinya tetap aseptis hingga saat digunakan. Sampel diletakkan
dalam botol plastik.
Terdapat tiga macam susu bubuk yang secara fungsional berbeda, yaitu susu skim
dengan pemansasn tinggi, medium, dan rendah. Susu skim dengan pemanasan
rendah digunakan unutk standarisasi susu, sedangkan susu skim dengan pemanasan
tinggi digunakan sebagai media pencampur vitamin premix sebelum bahan-bahan
itu masuk ke lini produksi.
Pengujian yang dilakukan pada susu bubuk skim adalah uji kadar air, kadar lemak,
dan mutu organoleptik, serta indeks solubilitas, total asam tertitrasi, total mikroba,
total bakteri dan kandungan Salmonella. Setiap tahunnya dilakukan pemeriksaan
kandungan aflatoksin, antibiotik, pestisida, dan logam berat yang dilakukan oleh
laboratorium setempat.
c. Potasium Kaseinat
Bahan ini mengandung minimal 88% protein, maksimal 6% air, 6% lemak dan abu.
d. Micronutrient Premix
Kandungan premix antara lain adalah vitamin A asetat, vitamin D3, vitamin E,
vitamin K, pantotenat, nikotinamid, piridoksin hidroklorida, asam folat, natrium
askorbat, biotin, kalium iodida, dan maltodekstrin jagung. Pada kemasan
dicantunkan keterangan mengenai kandungan bahan serta jumlah penambahan
yang dianjurkan tiap satuan berat produk akhir. Pengujian dilakukan terhadap
beberapa jenis vitaminyang kritis, seperti vitamin A dan vitamin C.
e. Minyak Jagung
Bahan ini adalah sumber asam lemak linolenat. Pemeriksaan kimiawi dilakukan
terhadap kandungan lemak (asam lemak bebas), bilangan peroksida, indeks relatif,
dan bilangan iod.
f. Lesitin
Produk akhir setelah proses berlangsung atau telah mengalami penyimpanan selama
beberapa waktu tertentu akan dilakukan pengujian terhadap aspek-aspek mutu.
Pengujian yang dilakukan, yaitu :
Analisis ini untuk mengetahui jumlah kanudngan oksigen yang terdapat dalam
kemasan.
e. Analisa Wettability
Wettability merupakan kemampuan susu bubuk untuk terlarut dalam air 20 oC atau
40oC dalam hitungan detik.
f. Miscibility
g. State of dissolution
State of dissolution merupakan penilaian terhadap banyaknya bubuk yang tidak larut
dan menempel pada slide kaca yang diaduk setelah sampel dengan jumlah tertentu
dilarutkan, diaduk dan kemudian disaring.
h. Analisa Kalsium
i. Analisa Magnesium
j. Sieve Test
k. Tes Keasaman
l. Solubility Index
Penyimpanan produk dilakukan setiap hari tergantung dari produksi yang dihasilkan
dan dilakukan selama 36 bulan untuk produk dengan kemasan kaleng dan 24 bulan
untuk produk dengan kemasan lunak. Setiap kali penyimpanan dibtuhkan 9 buah
sampel untuk disimpan pada temperatur ruang selama 7 hari, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, 18 bulan, 24 bulan, 30 bulan, dan 36 bulan. Sedangkan penyimpanan 1 bulan
dilakukan pada ruangan dengan temperatur 37 oC. Pembedaan penyimpanan ini
dilakukan karena dengan penyimpanan 1 bulan dapat diketahui pendugaan umur
simpan produk akhir yang berhubungan dengan kondisi dan keawetan produk untuk
jangka waktu tertentu.
Analisa yang dilakukan sama dengan analisa yang dilakukan terhadapa prosuk akhir.
Analisa yang dilakukan dimulai dari tes organoleptik (tasting) sampai analisa kimia
maupun fisika dan juga analisa secara mikrobiologis.
Salah satu analisa yang dilakukan terhadap kualitas produk akhir adalah uji
orgoleptik (tasting). Penilaian secara organoleptik dilakukan terhadapa seluruh
produk akhir baik yang baru saja diproduksi maupun yang telah mengalami
penyimpanan selama tertentu. Uji ini dilakukan setiap haru oleh staff daprtemen
QA, departemen produksi, juga dihadiri oleh manajer pabrik.
a. Alumunium Foil
Alumunium foil yang digunakan terdiri dari beberapa lapisan, yaitu PET (polyester),
alumunium dan LDPE (Low Density Polyetilen) dimana masing-masing dengan
ketebalan tertentu. Lapisan polietilen terdalam ditujukan untuk mempermudah
pengeliman. Pengujian yang sangat penting terhadapa alumunium foil adalah
pengujian aromatik dengan mengekspos sampel alumunium foil kepada panas
selama 30 menit. Pengujian alkohol ini bertujuan memperoleh kondisi alufoil yang
sama setiap waktu baik dalam hal pencetakan maupun untuk kondisi fisik lainnya.
b. Kotak lipat
Kotak lipat terbuat dari kertas duplex yang diberi lapisan lilin pada salah satu
sisinya untuk pencetakan merek dan keterangan produk lainnya. Pengujian yang
kritikal adalah terhadap penampakan fisik karton, yaitu ketepatan dimensi,
kesempurnaan berbentuk kotak (pelipatan dan penekukan) dan penyambungan,
pencetakan, dan kemudahan perobekan zipper.
c. Kardus dan baki karton (carton tray)
Kardus dan carton tray terbuat dari kertas kraft yang menggunakan media karton
bergelombang (corrugated board) dengan ukuran berat per satuan luas tertentu.
Pengujian yang kritika adalah terhadap pencetakan merek dan keterangan produk,
jenis bahan, tipe, dan arah alur. Uji juga dilakukan terhadap kesesuaian warna,
pemotongan tepi kardus, penekukan, ketahanan terhadap tekanan dari depan, atas,
dan samping, dimensi, kekuatan pengeleman, dan kesempurnaan bentuk.
d. Badan Kaleng
e. Tutup Kaleng
Pada dasarnya pengujian terhadap tutup kaleng dilakukan untuk memastikan bahwa
ukuran tutup sesuai dengan mulut badan kalengnya. Selain itu dilakukan juga
pengujian berat gasket karet (untuk tutup timah) sertan dimensi lekukan-
lekukannya. Plastik tutup kaleng terbuat dari LDPE.
f. Dasar Kaleng
Pengujian yang dilakukan adalah kesesuain ukuran dengan dasar kaleng (diameter
dalam dan luar), terhadap berat gesket tiap unit dan terhadap jumlah dan ukuran
dimple, yaitu tempat mesin pengisian produk mencengkram dasar kaleng pada saat
pengeliman.
C. Laboratorium Bakteriologi
Laboratorium bakteriologi adalah laboratorium yang menangani masalah
mikrobiologis pada kegeiatan produksi, baik berupa bahan baku, produk akhir
meliputi sanitasi lingkungan yang dapat menyebabkan kontaminasi makanan. Untuk
menjalankan fungsi tersebut, laboratorium bakteriologi terdiri dari asisten lab
senior, pembantu lab, dan komisi higienis :
1. Asisten lab senior bertugas menyiapkan sampel untuk dianalisa dan melakukan
analisa dasar mikrobiologis seperti analisa TPC, coliform, dan entebacteri.
2. Pembanu lab bertugas mengambil sampel, menyiapakn dan mensterilkan
media serta alat dan membersihkan semua alat gelas dan peralatan yang digunakan
untuk analisa bakteriologi.
Minimal 30
sampel/bulan dari
Susu Segar TPC setiap pemasok
TPC, Coliform,
Produk akhir Salmonella Setiap kode produksi
2. Daerah Pertengahan
Daerah pertengahan adalah perbatasan antara daerah kritis dengan daerah non
kritis dimana perlakuan untuk memasuki daerah kritis mulai diberlakukan. Daerah
ini juga merupakan saringan pertama untuk menjalarnya kontaminasi ke dalam
daerah kritis dan daerah ini harus selalu kering dan bersih.
Daerah non kritis adalah daerah yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
kebersihan dari produk yang diproses. Daerah ini bisa daerah basah atau daerah
kering, tetapi kedua nya harus bersih karena kotoran merupakan sumber
kontaminasi.
PENUTUP
Sistem jaminan mutu dalam suatu perusahaan merupakan salah satu bagian
terpenting dan tidak bisa dipisahkan, salah satunya dalam perusahaan pengolahan
susu. Penerapan sistem manajemen mutu yang baik akan menghasilkan kualitas
produk yang baik pula sehingga dapat diterima dan bersaing di pasaran, terutama di
industri pengolahan susu yang memiliki persaingan cukup ketat.