Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

BIO – INDUSTRI

MATERI : UJI KUALITATIF BAKTERI INDIKATOR SANITASI DAN


PATOGEN

NAMA : ISNAINI PERMATA SARI

NIM : 2041610012

KELOMPOK : 3

ASISTEN : NUR ALFIYAH ANNURISMA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA

GRESIK

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian kualitatif adalah suatu pengujian atau penelitian yang hasilnya
berupa data deskriptif dari apa yang diamati seperti bakteri. Penelitian kualitatif
diharapakan dapat menghasilkan data akurat dari apa yang diamati. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman dan pemahaman yang didapat
pastinya didapatkan setelah melakukan pengujian terhadap apa yang diamati
(Bogdan & Biklen 1992 dalam Rahmat 2009). Pengujian sanitasi biasanya bisa
dilakukan dengan cara penelitian kualitatif, contohnya suatu ruangan yang kotor
biasanya warna temboknya akan menghitam.
Sanitasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menjaga, memelihara
dan melindungi kebersihan lingkungan (Purnawijayanti 2001 dalam Suleman
2008). Misalnya, kebersihan dari air bisa dilihat dari ciri – cirinya seperti, air
tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan bakteri
pencemar penyebab penyakit. Air yang mengandung zat atau bakteri berbahaya
biasanya dalam pengolahannya atau sumber air yang diambil tidak steril.
Bakteri yang biasanya mencemari air adalah bakteri koliform, Bakteri
koliform merupakan suatu kelompok bakteri yang biasanya digunakan sebagai
indikator atau parameter adanya cemaran dari kotoran dan kondisi yang tidak baik
terhadap air, makanan atau produk lainnya. Adanya bakteri koliform di dalam
suatu produk makanan/minuman bisa jadi menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat toksik atau membahayakan bagi kesehatan (Widiyanti
&Ristiati, 2004).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempraktekkan cara pengujian bakteri
indikator sanitasi dan bakteri phatogen secara kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah dan memiliki
peran penting bagi kelangsungan makhluk hidup. Air sudah menjadi bagian pokok
bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Air adalah suatu zat liquid
yang memiliki karakteristik mengalir dari tempat tinggi ke rendah, menyesuaikan
bentuk sesuai wadahnya, tidak mempunyai rasa, bau dan warna (Yulianti, 2015).
Ketika menggunakan atau mengonsumsi air tentunya harus memiliki mutu
yang baik. Air yang bermutu baik bisa dipastikan memiliki manfaat yang baik
terutama bagi kesehatan. Air bersih adalah air yang dikonsumsi oleh manusia dengan
syarat air tersebut sehat, bebas dari bakteri yang menimbulkan penyakit dan bebas
dari bahan kimia kontaminan yang dapat mencemari air tersebut. Kebersihan air
menjadi syarat utama bagi terjaminnya kesehatan kita (Dwijosaputro, 1981). Dalam
memenuhi kebutuhan air bersih untuk konsumsi, biasanya manusia memanfaatkan
sumber-sumber air yang disekitar lingkungannya. Menurut Sugiharto (1983) tempat
sumber air dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Air hujan, air ini berasal langit ketika cuaca hujan sedang terjadi,
2. Air permukaan, air ini berasal dari permukaan atau yang ada di permukaan bumi
sepeti air laut, air sungai dan air danau.
3. Air tanah, air ini berasal dari dalam tanah dimana air yang ada di dalam tanah
sebagian didapatkan dari air hujan yang menyerap ke dalam tanah.
Air minum adalah air yang dikonsumi atau diminum oleh manusia. Biasanya
air yang diminum oleh manusia diproses terlebih dahulu agar memenuhi syarat
kesehatan. Syarat – syarat yang harus dimiliki air minum adalah tidak berasa, tidak
berbau, tak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme berbahaya atau pathogen
dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat meracuni tubuh (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 dalam Yulianti 2015). Walaupun air minum telah
diolah baiknya kita tetap cemas akan bakteri yang mencemar air minum tersebut
seperti bakteri koliform atau Esherichia coli.

2.2 Bakteri Koliform


Bakteri koliform meruapakan suatu kelompok bakteri yang biasanya
digunakan sebagai indikator atau parameter adanya cemaran dari kotoran dan kondisi
yang tidak baik terhadap air, makanan atau produk lainnya. Koliform memiliki ciri –
ciri sebagai bakteri yang berbentuk batang, gram negative, tidak membentuk spora,
aerobic dan anaerobic fakultatif. Adanya bakteri koliform di dalam suatu produk
makanan/minuman bisa jadi menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang
bersifat toksik atau membahayakan bagi kesehatan (Widiyanti &Ristiati, 2004).
Menurut Fardiaz (1993), ”Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup
yaitu : (1) koliform fekal misalnya C dan (2) koliform nonfekal misalnya
Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan
pada hewan atau tanam – tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dan
Enterobacter aerogenes menandakan air minum tersebut telah terkontaminasi oleh
kotoran baik hewan ataupun manusia. Ini menandakan bahwa air tersebut kurang
layak untuk dikonsumsi, tergantung dari jumlah bakteri yang ada di air minum
tersebut.

2.3 Escherichia coli


Escherichia coli adalah bakteri enteric dan merupakan flora normal yang
biasanya berada di saluran pencernaan terutama usus hewan dan manusia. Bakteri ini
masuk dalam kategori bakteri Gram negative, memiliki bentuk seperti batang, tidak
membentuk spora, dapat bergerak dengan menggunakan alat gerak yang bernama
flagel, dapat menghasilkan glukosa dan dapat memfermentasi laktosa. Pada medium
diferensial bakteri ini memiliki morfologi yang khas, seperti pada EMB Agar, koloni
bakteri ini memiliki morfologi berwarna pelangi yang berkilau dan tes bercak indol
yang positif (Brooks F, dkk., 2004).
Bakteri ini memiliki sifat faklutatif anaerob dan memiliki tipe metabolism
fermentasi serta respirasi, tapi pertumbuhannya paling banyak berada dibawah
keadaan anaerob. Beberapa E.coli biasanya juga dapat tumbuh dengan baik pada
keadaan aerob (Meng dan Schroeder, 2007). Semua bakteri memiliki suhu optimum
untuk tumbuh, tak terkecuali bakteri E.coli. Suhu optimum untuk menumbuhkan
bakteri E.coli berada pada suhu 37C pada media yang mengandung nutrisi seperti
peptone 1% sebagai sumber nitrogen dan karbon (Melliawati, 2009).

2.4 Macam – Macam Uji


2.4.1 Uji Penduga
Uji penduga adalah uji pendahuluan yang digunakan untuk melihat
tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform. Kehadiran bakteri koliform
dilihat berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena
adanya fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koliform seperti Escherichia
coli. Uji penduga ini juga digunakan untuk mendeteksi sifat fermentasi
koliform dalam sampel, karena terkadang terdapat beberapa jenis bakteri
selain koliform juga memiliki sifat fermentative. Terbentuknya asam dapat
dilihat dari kekeruhan pada media Lactose Broth dan gas yang dihasilkan
dapat dilihat dalam tabung durham seperti gelembung – gelembung udara
(Tururaja et al, 2010 dalam Natalia, 2014).
Tabung yang dinyatakan positif atau terdapat bakteri koliform jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume yang ada pada tabung
durham. Banyaknya bakteri koliform dapat dihitung dengan melihat tabung
durham yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas, lalu
bandingkan dengan tabel MPN. Jika setelah dilakukan inkubasi 1x24 jam
menunjukkan hasil yang negative , maka bisa dilanjutkan inkubasi 2x24 jam.
Jika dalam 2x24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung durham, maka
dikatakan hasilnya negative (Wandriel et al 2012 dalam Natalia 2014).

2.4.2 Uji Penguat


Ketika melakukan uji penduga hasilnya belum bisa dipastikan benar
atau pasti, maka dari itu perlu dilakukan uji penguat. Uji penguat bertujuan
untuk menguji kembali bahwa ada tidaknya atau kebenenaran adanya bakteri
koliform dengan bantuan media selektif. Media yang digunakan pada uji
penguat adalah Brillian Green Laktosa Bile Broth (BGLBB) yang nantinya
akan membentuk asam dan gas dalam kurun waktu 24 – 48 jam (Boekoesoe
2010 dalam Natalia, 2014). Media ini merupakan media pertumbuhan untuk
bakteri koliform dan dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri gram
positif (Fardiaz 1996 dalam Natalia 2014).

2.4.3 Uji IMVIC


Menurut Arifin (2013), uji IMVIC terdiri dari beberapa uji seperti uji
Indol, Methyl Red-Voges-Proskauer (MR-VP) dan uji sitrat. Uji IMVIC
digunakan untuk mebedakan bakteri enteric seperti E.coli dan Enterobacter.
Jelasnya uji IMVIC adalah sebagai berikut :
a. Uji Indol
Uji ini dilakukan untuk melihat serta mengetahui apakah bakteri yang
biasanya terdapat pada air seper E.coli dan Enterobacter dapat membentuk
Indol dari degradasi asam amino tryptophan, karena tidak semua bakteri
mampu melakukan degradasi tryptophan menjadi Indol. Pada uji Indol
medium yang digunakan adalah tryptone broth, dengan menginokulasikan
isolate bakteri ke dalam medium ini. Pada pengujian ini juga perlu ditetesi
reagen Kovac’s untuk melihat hasilnya. Hasil positif akan menunjukkan
warna merah muda atau pink pada permukaan medium. Warna merah muda
ini terbentuk disebabkan indol yang dihasilkan oleh bakteri berekasi dengan
paradimetilaminobenzaldehid yang terkandung dalam reagen Kovac’s
(Cappucino & Sherman 2005 dalam Arifin 2013).
b. Uji Methyl Red (MR)
Uji ini dilakukan untuk menentukan dan melihat apakah glukosa dapat
diubah menjadi produk asam seperti asam laktat, asam asetat, atau asam
format. Uji ini menggunakan medium MR-VP broth dan isolat bakteri
diinokulasikan ke dalam medium ini. Uji ini juga perlu ditetesi methyl red
untuk melihat hasilnya. Hasil positif menunjukkan warna merah muda pada
medium dan hasil negative menunjukkan warna kuning (Cappucino &
Sherman 2005 dalam Arifin 2013).
c. Uji Voges-Proskauer (VP)
Tujuan dari uji ini hampir sama seperti uji Methyl Red (MR), namun yang
dilihat adalah apakah glukosa dapat diubah menjadi asetil metil karbinol.
Medium yang digunakan pun sama, tapi pada uji ini perlu diteteskan
reagen VP A (mengandung napthol) dan reagen VP B (mengandung
KOH) lalu perlu ditunggu 15 – 20 menit untuk melihat reaksi yang terjadi.
Reaksi positif ditunjukkan dengan berubahnya warna menjadi pink atau
merah pada broth, ini menunjukkan adanya aseton. Sedangkan, reaksi
negative tidak berubahnya warna broth atau menjadi warna seperti
tembaga (Cappucino & Sherman 2005 dalam Arifin 2013).
d. Uji Sitrat
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri mampu
mengubah sitrat menjadi oksaloasetat. Pada uji ini medium yang
digunakan adalam medium Simmon’s sitrat agar dengan ara mengores
isolate murni pada agar. Hasil yang dapat dilihat adalah reaksi positif
menunjukkan berubahnya warna hijau medium menjadi warna biru.
Sedangkan reaksi negative menunjukkan tidak terjadi perubahan warna
pada medium atau tetap hijau (Cappucino & Sherman 2005 dalam Arifin
2013).

2.5 Macam – Macam Medium


2.5.1 Lactose Broth
Lactose broth merupakan suatu medium berbentuk cair yang
digunakan menumbuhkan atau bisa juga untuk mendekteksi adanya bakteri
koliform dalam air, makanan, susu, sebagai kaldu pemerkaya untuk
Salmonella dan untuk mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada
umumnya. Pepton dan ekstrak beef yang ada didalam Lactose Broth
menyediakan nutrient esensial bagi metabolism bakteri. Laktosa menyediakan
sumber karbohidrat yang dibutuhkan untuk fermentasi organisme koliform.
Lactose broth memiliki komposisi 0,3% ekstrak beef;0,5% pepton; dan 0,5%
laktosa (Partic 2008 dalam Sopacua, 2013).
2.5.2 Brillian Green Lactose Bile Broth
Medium ini adalah salah satu medium yang paling sering digunakan
untuk mendekteksi bakteri koliform yang ada di air, air limbah, makanan dan
produk susu. Medium ini biasanya digunakan untuk uji penduga dan
mengonfirmasi ada tidaknya bakteri koliform. Medium ini juga
direkomendasikan untuk metode MPN (Most Probable Number). Dari uji ini
hasil positif yang didapatkan adalah jika terdapat gas yang terbentuk di tabung
durham maka mengindikasikan bahwa ada bakteri koliform fekal, sedangkan
hasil negatifnya adalah tidak terbentuknya gas pada tabung durham karena
bakteri koliform non-fekal tidak menghasilkan gas (HiMedia Laboratories).

Anda mungkin juga menyukai