Oleh :
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan senantiasa harus dapat memprediksi perubahanperubahan yang terjadi dalam lingkungan sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi dan dapat menyesuaikan diri di masa mendatang. Perubahanperubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat berwujud perkembangan teknologi, perubahan kondisi sosial ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan, semakin pentingnya tanggung jawab sosial organisasi dan sebagainya. Pengelolaan perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan tapi juga sebagai tantangan pengembangan. Di era globalisasi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat pesat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah diciptakan di dunia ini. Dari sesuatu yang sederhana, hingga sesuatu yang menghebohkan dunia. Kemajuan teknologi memang sangat penting untuk memenuhi keperluan kehidupan manusia zaman sekarang. Karena teknologi adalah salah satu penunjang kemajuan manusia. Di banyak belahan masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi, sistem sosial, dan lain-lain. Salah satu contoh perkembangan teknologi adalah terciptanya berbagai inovasi kamera digital. Kamera merupakan salah satu penemuan penting bagi umat manusia. Karena hanya dengan bidikan kamera, manusia dapat merekam dan mengabadikan berbagai kenangan. Sehingga tidak mengherankan bila manusia selalu menginginkan inovasi-inovasi pembaharuan teknologi digital agar semakin canggih. Eastman Kodak Corporation atau dikenal dengan sebutan Kodak, dulu merupakan salah satu perusahaan peralatan fotografi terkemuka di dunia. Didirikan sekitar 130 tahun yang lalu, perusahaan Amerika itu pernah menjadi pemimpin industri peralatan fotografi. Bahkan Kodak juga yang memperkenalkan teknologi kamera digital kepada dunia.
Namun, teknologi itulah yang lambat laun menghantam bisnis Kodak, yang selama dekade 1980an hingga 1990an sudah merasa nyaman sebagai pemain nomor satu industri fotografi. Konsumen kini sudah meninggalkan pemakaian film yang menjadi bisnis inti Kodak dan sejumlah kompetitor telah mengembangkan produk kamera digital. Apalagi saat ini telah muncul teknologi ponsel pintar, yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi. Menurut kantor berita Reuters, Kodak mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan di Kota New York. Di Amerika Serikat, perusahaan yang jatuh bangkrut berhak mengajukan perlindungan pailit ke pengadilan, sesuai peraturan agar tidak sampai dilikuidasi.
II.6 BCG Matrix The BCG Growth-Share Matrix adalah sebuah perencanaan portofolio model yang dikembangkan oleh Bruce Henderson dari Boston Consulting Group pada tahun 1970 awal. Hal ini didasarkan pada pengamatan bahwa unit bisnis perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori berdasarkan kombinasi dari pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif terhadap pesaing terbesar, maka nama "pertumbuhan-berbagi". Pertumbuhan pasar berfungsi sebagai proxy untuk daya tarik industri, dan pangsa pasar relatif berfungsi sebagai proxy untuk keunggulan kompetitif. Matriks BCG adalah sebuah matriks (kotak persegi) yang terdiri dari 4 kotak atau kuadran. Di sisi internal perusahaan, matriks BCG juga menjadi salah satu alat pemaparan yang holistik namun informatif bagi puncak manajemen dan owner perusahaan mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan terhadap portofolio bisnis yang saat ini dimiliki. Terdapat 4 kuadran di dalam matriks BCG: star, cash cows, question mark dan dog. Kuadran star merupakan kuadran yang terletak di kiri atas, yang menandakan kondisi bisnis sedang berada dalam tingkat pertumbuhan (growth) yang cukup tinggi dan posisi kompetitif yang kuat. Kuadran cash cows terletak di bagian kiri bawah, yang menandakan kondisi bisnis sedang berada di tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif lebih rendah, namun ukuran pasar (market size) yang besar atau posisi kompetitif yang kuat. Kuadran question mark merupakan kuadran yang terletak di kanan atas, yang menandakan kondisi bisnis berada di tingkat pertumbuhan (growth) yang tinggi namun posisi kompetitif yang lemah. Sementara itu, dog merupakan kuadran yang terletak di bagian kanan bawah, yang menandakan kondisi bisnis berada di tingkat pertumbuhan (growth) bermasalah serta ukuran pasar (market size) yang juga rendah atau posisi kompetitif yang lemah. Berikut ini gambaran standar sebuah matriks BCG yang masih kosong.
permohonan mendapat perlindungan kepailitan. Ini berawal, sejak ditemukannya teknologi digital fotografi, fotografi film mulai ditinggalkan dan berdampak terhadap merosotnya kinerja Kodak.
Menurut sejumlah pengamat, perusahaan pelopor fotografi tersebut tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun. Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru saat bisnis mereka menurun. Mereka menilai kesalahan Kodak membuang proyekproyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang memberhentikan perusahaan untuk dapat berinovasi pada teknologi lain. Kodak tak pernah mengembangkan kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia. Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada tahun 1960, Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975 yaitu saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital. Namun, Kodak tak segera peka terhadap potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film yang merupakan produk inti mereka. Bahkan seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari University of Missouri berpendapat bahwa George Eastman wafat dengan menyisakan pengaruh yang membuat Kodak tetap berada di tempat dan tidak mengembangkan produknya, tapi itu tidak memungkinkan orang untuk bergerak maju. Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pada 2011 lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi. Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Tapi sebaliknya, Kodak terlalu berfokus pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan Kodak pun terus menurun tajam. Dulu mempekerjakan lebih dari 60.000 orang di mancanegara, Kodak kini hanya memiliki sekitar 7.000 pekerja. Nilai pasarnya pun kini tenggelam hingga di bawah US$ 150 juta dari sebelumnya, sekitar 15 tahun lalu, senilai US$ 31 miliar. Dalam beberapa tahun terakhir, pimpinan perusahaan gagal memulihkan keuntungan tahunan. Kas yang terus terkuras membuat Kodak kesulitan memenuhi kewajibannya terhadap karyawan dan pensiunannya. Kemudian Pemimpin Kodak, Antonio Perez mengajukan perlindungan kebangkrutan lewat proses pailit, yang akan memungkinkan Kodak untuk terus bekerja memaksimalkan aset teknologinya. Manajemen Kodak sempat
menyatakan akan fokus ke industri percetakan dan produk konsumen lain. Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun itu mengaku telah mendapatkan pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta, untuk kurun waktu 18 bulan. Pinjaman dan perlindungan pailit AS memberi kesempatan kepada Kodak untuk menemukan pembeli 1.100 paten teknologi produk fotografinya. Hal ini menjadi kunci untuk dapat terus merestrukturisasi dan membayar ribuan karyawannya.
10
perusahaan, dan melakukan observasi secara berkelanjutan untuk mencapai hasil yang terbaik bagi perusahaannya. Hal ini yang tidak dilakukan oleh perusahaan Eastman Kodak Corporation. Kodak seharusnya dapat mengembangkan potensi yang ada. Terlebih sebenarnya pelopor pertama kamera digital adalah perusahaan Kodak. Pastinya sumber daya manusia yang ada didalamnya juga memiliki kapasitas yang memadai apabila dilatih dan dimaksimalkan potensinya untuk dapat menciptakan produk-produk baru yang memiliki tingkat inovasi lebih tinggi dalam hal menghadapi perubahan teknologi yang sedang berkembang. Tetapi perusahaan ini terlalu puas dengan apa yang diraih pada masa kejayaannya yaitu abad ke 20 sehingga membuat Kodak berdiam diri dan tidak mengembangkan potensi produknya. "Status quo membunuh Kodak. Berdiam diri di era yang terus bergerak tak akan membuat perusahaan berjalan dengan baik. Baik perusahaan besar maupun kecil harus tetap bergerak maju beberapa langkah kedepan, begitupun dengan perusahaan Kodak. Akibatnya perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang sekarang sedang berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit ini. Dengan kerugian atau penurunan penjualan produknya, Kodak seharusnya dapat belajar dari pengalaman dan mencoba untuk berinovasi lebih baik dengan mengeluarkan berbagai produk yang dapat membuatnya bangkit dari keterpurukan. Namun perusahaan ini memang belum memiliki kemampuan Learning Organization. Dia tidak dapat menganalisis
keberhasilan atau kegagalan dari dikeluarkannya suatu sistem atau produk baru. Ini terbukti dengan biarpun perusahaan ini mencoba mengeluarkan produk kamera digital namun produk ini tidak booming dipasaran karena dinilai masih kurang memenuhi permintaan atau selera konsumen yang selalu berubah mengikuti perkembangan teknologi.
kompetitif yang dijalankan oleh perusahaan dan bagaimana keunggulan itu dapat dipertahankan dan diperbaharui. Keunggulan kompetitif adalah kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk dibanding dengan produk pesaing agar dapat menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan. Untuk dapat bertahan dibidangnya, perusahaan harus memiliki keunggulan atas para pesaing dan mendapatkan keuntungan. Keunggulan kompetitif yang ditekankan oleh perusahaan Eastman Kodak Corporation dari mulai awal pendiriannya adalah memberikan kualitas tinggi dan inovasi pada setiap produknya. Dari awal pendiriannya Kodak selalu memperhatikan kualitas pada tiap produk yang dihasilkannya. Kualitas yang ditawarkan mencakup kinerja produk yang baik, layanan terhadap konsumen, tanggung jawab terhadap kecacatan atau kerusakan produk yang dihasilkan, kesesuaian dengan standarstandar yang telah ditetapkan, daya tahan, dan estetika bentuk produk. Pada abad ke-20, Kodak menjadi satu-satunya perusahaan dimana banyak orang mempercayakan kenangan yang berharga bagi mereka untuk diabadikan dengan produk fotografi Kodak. Hal itu disebabkan karena Kodak menawarkan kualitas gambar yang baik untuk setiap hasil bidikan kamera filmnya. Kodak juga bertanggungjawab dengan memberikan garansi untuk setiap produknya selama batas waktu tertentu. Selain itu, produk Kodak juga memiliki daya tahan yang cukup kuat dan tahan lama. Namun mempertahankan saja tidak cukup. Setiap perusahaan seharusnya dapat memperbaharui kualitasnya agar lebih baik sesuai dengan kemajuan teknologi. Melihat keadaan Kodak yang tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital saat ini, maka kualitas pun sudah tidak dapat diandalkan lagi sebagai Competitive Advantage perusahaan. Kualitas produk para pesaing seperti Nicon atau Canon sudah jauh diatas Kodak. Kini biarpun Kodak telah mengeluarkan kamera digital namun kinerja produk Kodak masih terbatas dan kualitas gambar yang dihasilkannya belum dapat menyamai atau bahkan melampaui para pesaing. Untuk hal inovasi, Perusahaan Kodak juga tidak dapat diragukan lagi keberadaaannya pada abad yang lalu. Secara terus-menerus Kodak berinovasi
12
menciptakan produk-produk dengan fitur yang lebih baik dari sebelumnya. Perusahaan ini menciptakan berbagai jenis kamera dari mulai Folding Pocket Camera, Kodakolor film, Kamera Instamatic hingga kamera digital pertama. Namun untuk tetap menjadi perusahaan besar yang sukses, hanya dengan menciptakan suatu competitive advantage itu belumlah cukup. Perusahaan harus senantiasa mempertahankan dan memperbaharuinya agar tetap mempunyai daya saing yang tinggi terhadap perusahaan lain. Di dalam lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar agar tidak ketinggalan teknologi dengan perusahaan pesaing lainnya. Perusahaan harus mengikuti trend yang sedang digandrungi oleh masyarakat agar dapat menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan produk-produknya. Sayangnya saat sudah menjadi besar dan sukses dengan kamera
filmnya, perusahaan ini berhenti berinovasi dan tidak dapat memperbaharui inovasinya. Kodak terlalu fokus pada produksi kamera analog dibandingkan dengan mengembangkan dirinya untuk dapat memberikan inovasi kamera digital bagi konsumen. Akibatnya perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang sekarang sedang berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit ini. Meskipun menurut beberapa fotografer mengatakan bahwa pasar kamera analog tidak akan hilang, namun jumlah kapasitas produksinya akan semakin kecil. Karena seperti yang diketahui, masyarakat sekarang lebih memilih untuk menggunakan kamera digital yang sistem penggunaannya lebih sederhana, harga lebih terjangkau (tergantung brand dan kualitas) dan hasil pemotretan yang jauh lebih bagus. Dibandingkan dengan kamera analog yang harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli film dan sistem pencetakan yang agak sulit.
Environment Analysis
1. Pemantauan Lingkungan (Environment Scanning) Langkah pertama yang mungkin dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian dalam lingkungan adalah dengan menentukan hal apa saja
13
yang
penting
bagi
perusahaan.
Namun
sering
kali
perusahaan tersebut
kemudian
menyesali
tindakan-tindakan
Penyesalan inilah yang sedang dialami Kodak. Perusahaan fotografi tersebut sebenarnya berkesempatan besar untuk menjadi perusahaan yang memproduksi kamera digital yang terbaik, karena Kodak yang pertama kali menemukan kamera digital. Namun perusahaan tidak melihat potensi tersebut dan akhirnya kehilangan kesempatan mendapatkan pasar yang penting yang telah direnggut oleh perusahaan pesaing. Seharusnya tidak akan terjadi hal seperti itu apabila Kodak melakukan pemantauan lingkungan sebelumnya. Para manajer harus
mencari informasi seperti pesaing, hambatan, produk substitusi, keadaan ekonomi, perubahan teknologi, dan lain-lain. Pemantauan lingkungan diperlukan untuk memahami perubahan-perubahan, kesempatan-
kesempatan, dan ancaman-ancaman di lingkungan sekitarnya. 2. Pengembangan Skenario (Scenario development) Setiap perusahaan sudah sejatinya harus dapat memperkirakan atau menentukan pengaruh kekuatan lingkungan terhadap perusahaan mereka. Mereka biasanya mengembangan skenario-skenario untuk masa depan. Jika perusahaan Kodak sudah melakukan pengembangan skenario-skenario untuk perusahaannya, maka tidak akan terjadi kondisi sesulit ini. Karena mereka sudah membuat rencana-rencana kemungkinan dilakukan bila terjadi hasil yang berbeda-beda. Seperti halnya kemajuan teknologi dan tindakan pesaing-pesaing seperti Canon dan Nicon yang semakin agresif, Kodak seharusnya sudah memiliki rencana alternatif yang akan dijalankan untuk dapat bertahan dan menyaingi pesaing-pesaingnya tersebut. 3. Peramalan (Forecasting) Peramalan perlu dilakukan untuk memperkirakan bagaimana tepatnya beberapa variabel akan berubah dimasa depan. Ini yang merupakan kesalahan dari para manajer Kodak. Mereka tidak dapat memperkirakan yang akan
14
kemajuan teknologi dan selera masyarakat yang semakin berkembang, serta jumlah permintaan atas produk kamera analog yang semakin lama semakin berkurang karena adanya kamera digital. 4. Tolak Ukur (Benchmarking) Terkadang untuk menghasilkan produk yang baik, perusahaan harus memilih dan mengidentifikasi kinerja produk dari perusahaan yang terbaik dibidangnya. Seperti halnya pada saat mulai mengalami kerugian, Kodak seharusnya dapat mengidentifikasi produk kamera digital yang terbaik untuk memahami sumber competitive advantage mereka dan selanjutnya
mengembangkan produk dengan inovasi yang lebih baik. Bukan seperti saat ini, Kodak hanya mengeluarkan kamera digital yang fiturnya tidak lebih baik bahkan dibawah kualitasnya dibandingkan dengan para pesaingnya. Sehingga kamera digitalnya tidak begitu laku dipasaran karena kurang memenuhi selera pasar.
Competitive Environment
1. Pembeli (Buyers) Dengan adanya para pesaing seperti Canon, Nicon, Sony dan lainlain membuat konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli kamera. Hal ini membuat kekuatan tawar-menawar pembeli menjadi sangat kuat, karena konsumen bisa sangat selektif dalam menentukan pilihannya. Selera masyarakat juga berubah-ubah mengikuti trend yang sedang terjadi. Seiring perkembangan zaman disertai dengan kemajuan teknologi dan kesibukan masyarakat maka mereka lebih menginginkan untuk sesuatu yang lebih mudah, seperti halnya kamera digital. Dulu Perusahaan Kodak mencapai kejayaan pada abad ke 20 saat dunia hanya mengenal kamera analog yang agak besar dan sistem penggunaannya agak sulit. Sekarang zaman sudah berubah, konsumen lebih memilih untuk membeli kamera digital yang sistem penggunaannya lebih mudah. Namun sayang perusahaan Kodak terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang berkembang saat ini. Meskipun Kodak sempat mencoba memproduksi kamera digital namun ternyata pasar produk mereka telah direnggut oleh
15
perusahaan lain yang dapat lebih memenuhi selera konsumen dengan berbagai fitur terbarunya. 2. Persaingan antar industri yang sudah ada (Rivals) Saat ini banyak sekali perusahaan yang bergerak dibidang alat fotografi, seperti Sony, Canon, Minolta, Panasonic, Samsung, Nikon, dan lain-lain. Persaingan ini sudah berlangsung sejak lama. Masing-masing perusahaan terus berinovasi menciptakan kamera digital dengan fitur-fitur andalan yang terbaru. Banyaknya perusahaan ini menciptakan keadaan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Dua dari nama-nama perusahaan diatas yang menjadi pemimpin dalam dunia fotografi digital saat ini adalah Canon dan Nikon yang memiliki platform kamera digital seperti kamera DSLR. Dua merk ini merupakan merk yang paling
dipertimbangkan saat ini di dunia. Mereka banyak diminati karena menawarkan fitur-fitur menarik, desain yang unik, kualitas barang, dan tentunya harga yang sesuai sehingga dapat menarik perhatian masyarakat dunia. Perusahaan Kodak kalah saing terhadap perusahaan-perusahaan tersebut, dibuktikan dengan penurunan secara drastis terus-menerus hasil penjualan produk Kodak. Mungkin karena Kodak terlambat untuk mengantisipasi teknologi digitalisasi fotografi sehingga dia tidak dapat beradaptasi dan berinovasi lebih baik dengan kamera digital dan mengakibatkan daya saing yang rendah terhadap produk-produk yang dikeluarkan oleh perusahaan lain. 3. Ketersediaan barang substitusi (Substituties) Barang substitusi dari kamera digital adalah handphone berfitur kamera dengan resolusi tinggi yang mempunyai banyak keunggulan : lebih praktis, mudah dibawa kemana-mana, harga lebih terjangkau, dan efisien karena sekaligus alat komunikasi. Selain itu, juga ada produk yang sedang digandrungi khalayak ramai saat ini yaitu PC Tablet. Selain dikenal dengan fungsi sebagai pengganti notebook atau laptop yang lebih ringkas
16
dengan layarnya yang besar, PC Tablet biasanya juga memiliki kamera dengan resolusi tinggi sehingga dapat menyamai kualitas kamera digital.
17
sekarang saat orang telah mengenal kamera digital yang praktis, pastinya dia akan memikir berulang kali untuk membeli kamera digital tapi harus membayar film untuk cetak foto. Strategi setengah-setengah ini terus dikembangkan oleh Kodak meskipun pada tahun 1986 Kodak berhasil mengembangkan kamera digital dengan resolusi satu juta piksel pertama. Alasan utama Kodak menerapkan strategi tersebut adalah karena Kodak enggan meninggalkan bisnis film yang masih menguntungkan. Setiap perusahaan pasti akan sulit untuk meninggalkan bisnis inti yang telah membuat namanya besar, tapi itu juga harus melihat kondisi dan situasi pasar. Karena Kodak tidak tanggap keadaan pasar maka perusahaan ini berada di kondisi krisis. Saat Kodak tahu tidak ada pilihan selain harus beradaptasi, ternyata langkah memproduksi kamera digital untuk memperbaiki keadaan perusahaan sudah terlambat. Sebenarnya Kodak tidak boleh menyalahkan fotografi digital atas kebangkrutannya. Karena Fujifilm, perusahaan pesaing yang mempunyai bisnis inti yang sama dengan Kodak dapat menyelamatkan perusahaannya dengan beradaptasi, melakukan transformasi bisnis yaitu meninggalkan bisnis intinya ketika tahu itu tak lagi menguntungkan. Saat ini Fujifilm masih berjaya dengan kapitalisasi bisnis sebesar 12.6 miliar dollar AS, sedangkan Kodak hanya 220 juta dollar AS. Sehingga Clay Christensen penulis buku bisnis The Innovators Dilemma, dapat berpendapat bahwa Kodak bertanggung jawab penuh atas kesalahan strategis ini. Kodak sudah melihat tsunami akan tiba tapi hanya berdiam diri tidak berbuat apa-apa. Kodak gagal melakukan transformasi karena terkunci pada model bisnis yang mengagungkan kamera film. Ini sangat ironis, mengingat pendiri Kodak, George Eastman, juga menghadapi pilihan transformasi bisnis, bahkan dua kali, tapi ia bertindak berbeda. Pertama, ketika Eastman beralih ke kamera film dari kamera dry-plate yang sebenarnya masih sangat menguntungkan perusahaan. Kedua, ketika Eastman pindah ke film berwarna meskipun pada waktu itu kualitasnya masih inferior dibanding film hitam putih yang masih didominasi oleh Kodak.
18
Kodak adalah bukti bahwa suatu perusahaan akan jatuh jika tidak punya mindset yang terbuka pada perubahan, sebesar apapun perusahaan tersebut. Perusahaan harus melakukan transformasi, jika bisnis utama tidak bisa lagi dipertahankan. Kodak bukannya tidak tahu perubahan itu akan datang, tetapi perusahaan ini tidak membuka diri, kemudian lambat beradaptasi dengan perubahan. Hal lain yang perlu ditekankan adalah bahwa sebuah perusahaan harus terus berinovasi bahkan jika hasil inovasi tersebut akan menghabiskan bisnis inti. Inilah yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan. Terus menantang dirinya sendiri dengan inovasi-inovasi baru. Jika tidak, perusahaan pesaing akan melakukan hal tersebut, dan perusahaan akan ketinggalan start untuk mendapat pasar yang luas. Dalam bisnis, waktu sangat berperan penting. Jika perusahaan menjadi pemain pertama di pasar untuk satu produk tertentu, maka perusahaan tersebut akan selangkah didepan, dan pasar akan di bawah kendalinya. Kodak seharusnya bisa memanfaatkan ini karena ia yang mewujudkan fotografi digital pertama kali. Namun perusahaan ini gagal memanfaatkan keadaan tersebut, dan akhirnya mengalami kebangkrutan.
2. Analisis Kategori Perusahaan Eastman Kodak Corporation dalam bidang Fotografi dengan menggunakan BCG Matrix
Dalam menganalisis kategori unit bisnis perusahaan maka dapat menggunakan BCG Matrix dengan mengkombinasikan pertumbuhan bisnis perusahaan dan penguasaan pangsa pasar atau posisi kompetitif perusahaan. Pada masa kejayaannya atau abad ke- 20, Kodak pernah mencapai kategori Star (Bintang). Perusahaan ini dapat menghasilkan uang dalam jumlah besar karena dapat menguasai pangsa pasar yang luas produk kamera analog disetiap cabang dari perusahaan multinasional yang didirikan di berbagai negara. Tetapi Kodak juga mengkonsumsi uang dalam jumlah besar karena laju pertumbuhan yang tinggi. Jika Kodak dapat mempertahankan pangsa pasar yang besar, maka seharusnya ia dapat menjadi kategori Cash Cow (Sapi perah) yang memiliki laba aset yang lebih besar daripada tingkat pertumbuhan pasar ketika terjadi penurunan tingkat pertumbuhan pasar.
19
Namun sayangnya perusahaan ini tidak dapat menjadi pemimpin pasar lagi digenerasi berikutnya. Produk kamera analog yang sudah tidak dilirik pasar dan produk kamera digital Kodak yang dianggap belum memenuhi selera pasar membuat saat ini perusahaan Kodak jatuh di Kategori Dog (Anjing) yang merupakan kuadran yang terletak di bagian kanan bawah. Kategori ini menandakan bahwa kondisi bisnis Kodak sedang berada di tingkat pertumbuhan (growth) bermasalah serta posisi kompetitif yang lemah. Saat banyak perusahaan yang menawarkan produk kamera digital mulai bermunculan, Kodak memang memiliki laju pertumbuhan perusahaan yang sangat rendah. Dia tidak segera mengalihkan fokus perusahaan ke produk kamera digital melainkan tetap fokus pada kamera analog yang semakin lama semakin berkurang daya tariknya. Terlebih pada saat Kodak mengeluarkan produk kamera digital, produk ini juga dianggap belum memenuhi selera pasar bila dibandingkan dengan produk pesaing. Akibatnya Kodak memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah dan posisi kompetitif yang lemah. Dengan demikian perusahaan ini tidak dapat menghasilkan atau mengkonsumsi uang dalam jumlah yang besar. Kodak dianggap hanya menjadi kas perangkap karena banyak uang yang ikat dalam bisnis yang kurang potensial. Kategori Dog kemudian membuat perusahaan ini memutuskan untuk melakukan divestasi dan alih fokus perusahaan menjadi bisnis komersial printing karena menganggap bisnis kamera sudah tidak menguntungkan lagi. Divestasi dilakukan untuk menjual bisnis yang bukan merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga perusahaan tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat dilakukannya, dalam hal ini perusahaan Kodak banyak menjual hak paten digital nya. 3. Analisis pengambilan keputusan manajemen Perusahaan East Kodak Corporation dalam kondisi krisis. Dalam situasi-situasi krisis, para manajer memang harus mengambil keputusan dibawah tekanan yang sangat besar. Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan Kodak yang terus menurun tajam, dan pengurangan pekerja yang dulu mempekerjakan lebih dari 60.000 orang di mancanegara, Kodak kini hanya memiliki sekitar 7.000 pekerja, nilai pasarnya pun tenggelam hingga di
20
bawah US$ 150 juta dari sebelumnya, sekitar 15 tahun lalu, senilai US$ 31 miliar. Dalam beberapa tahun terakhir, pimpinan perusahaan gagal memulihkan keuntungan tahunan. Kas yang terus terkuras membuat Kodak kesulitan memenuhi kewajibannya terhadap karyawan dan pensiunannya. Keadaan seperti ini membuat para manajer Kodak harus cepat mengambil tindakan untuk dapat menyelamatkan perusahaan. Sekali saja salah dalam mengambil keputusan maka Kodak hanya tinggal nama. Maka dalam melakukan pengambilan keputusan dalam kondisi yang krisis, para manajer Kodak melakukan tahap-tahap pembuatan rencana dan sasaran agar tidak kembali salah langkah dalam menyikapi keadaan yang terpuruk, yaitu dengan : 1. Analisis Situasional Para manajer senantiasa memperhatikan keadaan di masa lalu, sekarang, dan meramalkan apa yang akan menjadi trend di masa depan. Di masa lalu kamera analog sangat digandrungi oleh masyarakat dan Kodak menjadi penguasa pasar. Dizaman sekarang masyarakat sudah banyak beralih ke kamera digital dengan fitur-fitur terbaru meskipun masih ada sebagian kecil yang menggunakan kamera analog. Manajer juga harus dapat meramalkan trend di masa datang. Dalam bidang fotografi ini kemajuan teknologi selalu berkembang maka di masa datang masyarakat akan menuntut kamera digital yang memiliki fitur-fitur dan kualitas gambar yang lebih baik dari sekarang. Dalam menganalisis situasional, perusahaan juga harus fokus terhadap kekuatan internal yang mempengaruhi unit kerja perusahaan dan dapat mempelajari pengaruh-pengaruh dari lingkungan eksternal. Kodak memang merupakan brand yang sudah terkenal sejak lama, perusahaan ini juga merupakan perusahaan pertama yang menciptakan kamera digital. Namun Kodak juga memiliki banyak kelemahan seperti tidak dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang berkembang karena terlalu fokus pada kamera analog, produk dan fitur kamera digital juga masih berjumlah sedikit bila dibandingkan dengan pesaing lainnya. Bila dilihat dari lingkungan eksternal perusahaan dalam lingkungan kompetitif seperti pembeli, pesaing, substitusi
21
yang telah dijelaskan sebelumnya juga seperti sulit untuk Kodak menaklukan pasar dengan kekuatan internal yang seperti itu. 2. Sasaran dan rencana alternatif 1. Perusahaan Kodak tetap menjadi perusahaan yang memproduksi produk fotografi dengan memfokuskan bisnis inti perusahaan pada kamera digital yang sedang banyak diminati oleh masyarakat. 2. Perusahaan Kodak berubah menjadi Perusahaan digital printing dengan melakukan divestasi untuk memperbesar jumlah aset dalam rangka melakukan reksturisasi perusahaan.
22
4. Penerapan
Seperti yang diketahui, bahwa menerapkan tidak akan semudah dan sesederhana merencanakan sesuatu. Maka untuk mengalihkan bisnisnya dari produk fotografi menjadi bisnis printing juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak yang harus dilakukan oleh perusahaan Kodak karena dia tidak memiliki modal dan aset yang cukup untuk merestrukturisasi perusahaan ini dan membayar gaji ribuan karyawan. Sebagai langkah pertama pertama maka Pemimpin Kodak,
Antonio Perez memutuskan untuk mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan lewat proses pailit ke Pengadilan di Kota Newyork pada tanggal 19 Januari 2012 melalui Chapter 11 Undang-Undang kepailitan. Chapter 11 pada intinya berfungsi membantu perusahaan yang sedang terancam bangkrut atau pailit, tetapi masih memiliki prospek pada masa datang. Itulah sebabnya pasal ini disebut dengan bankruptcy protection atau proteksi pailit. Keputusan ini dinilai cukup baik karena akan memungkinkan teknologinya. Kemudian untuk dapat membayar ribuan karyawan dan merestrukturisasi perusahaannya, Kodak memerlukan banyak uang dan harus melakukan peminjaman uang. Maka dari itu, Perusahaan fotografi ini menjual lebih dari 1100 hak paten digital imaging milik Eastman Kodak yang berhubungan dengan capturing, manipulating, dan sharing foto digital kepada beberapa perusahaan seperti Apple, Google, Facebook, dan Silicon Valley. Penjualan ini rampung dengan nilai USD 525 juta. Keputusan untuk menjual hak paten Eastman Kodak secara besarbesaran dilakukan untuk memenuhi prasyarat peminjaman uang sebesar USD 830 juta. Karena untuk melakukan pinjaman yang besar maka perusahaan harus mempunyai aset yang besar. Ini merupakan kebijakan dari pertimbangan faktor resiko. Peminjaman uang ini adalah bagian dari upaya Kodak agar keluar dari ancaman kebangkrutan. Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun itu mengaku telah mendapatkan pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta, untuk kurun waktu 18 bulan. Kodak untuk terus bekerja memaksimalkan aset
23
Setelah penjualan selesai, kini Kodak dapat menjalankan bisnis digital printing yang merupakan rencana mereka setelah memutuskan mengakhiri produksi kamera. Karena meskipun dengan penjualan besarbesaran ini Kodak tak lagi memiliki paten digital imaging, mereka masih tetap mempunyai 9600 hak paten lain namun di area yang berbeda. Dan selain menjual hak paten dan beralih bisnis ke commercial printing, ternyata Kodak juga melakukan langkah bisnis baru dengan melisensikan brand kamera ikoniknya tersebut ke perusahaan lain yakni JK Imaging. Lisensi itu sendiri adalah izin untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu obyek yang dilindungi Hak Kekayaan Intelektual untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan atas pemberian lisensi tersebut, penerima lisensi wajib membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Maka dengan persetujuan antar kedua belah pihak ini, JK Imaging dapat memakai nama Kodak untuk berbagai produknya. Tak hanya kamera digital saja, namun brand tersebut juga akan dipakai di kamera videopocket dan projector portable. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para manajer Kodak ini merupakan strategi mereka dalam menghadapi kondisi krisis. Meskipun perusahaan ini tidak dapat kembali berjaya sebagai perusahaan fotografi namun setidaknya dia dapat mempertahankan perusahaan ini dengan beralih ke
strategi alternatif yaitu bisnis commercial printing. Melisensikan brand-nya juga merupakan langkah yang tepat agar brand produk kamera Kodak tidak begitu saja hilang dari pasaran biarpun brand tersebut berada dibawah kendali perusahaan lain.
24
Tidak dapat beradaptasi dengan teknologi digital Terlalu fokus pada produk kamera analog Kualitas hasil gambar yang kurang memuaskan Fitur kamera digital masih sedikit dibandingkan dengan pesaing lainnya Produk kamera digital yang masih berjumlah sedikit Opportunities (Peluang) Pada era sekarang banyak orang-orang yang menganggap bahwa dokumentasi adalah penting. Memiliki pangsa pasar yang luas karena Kodak merupakan perusahaan multinasional. Threatness (Ancaman) Persaingan antar perusahaan yang semakin agresif Kemajuan teknologi yang semakin canggih Munculnya perusahaan- perusahaan baru yang bergerak dibidang yang sama Tersedianya barang substitusi kamera digital yaitu handphone dan tablet PC yang memiliki kamera dengan resolusi tinggi Dengan melihat hasil analisis SWOT untuk perusahaan Eastman Kodak Corporation ini sepertinya dengan keterlambatan Kodak untuk mengantisipasi teknologi digital membuat Perusahaan ini sulit menciptakan strategi-strategi bisnis yang dijalankan untuk dapat mempertahankan perusahaannya. Meskipun demikian sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk bangkit apabila Kodak mau berusaha keras untuk memperbaiki kelemahannya, karena perusahaan ini juga masih memiliki kekuatan yang dapat dikembangkan. Peluang yang ada seperti banyak masyarakat yang senang untuk mendokumentasikan segala moment juga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan mengeluarkan kamera digital dengan fitur yang dapat menarik perhatian konsumen. Ancaman dari pesaing juga dapat teratasi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik.
25
BAB IV KESIMPULAN
Dari tulisan ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Perusahaan Eastman Kodak Corporation mengalami kebangkrutan dapat disebabkan oleh berbagai alasan dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu : Kodak belum memiliki Learning Organization. Perusahaan ini belum dapat menggali dan mengolah pengalaman yang dialaminya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan. Kodak tidak dapat mempertahankan dan memperbaharui kualitas dan inovasi yang pernah menjadi competitive advantage untuk bersaing dengan perusahaan pesaing lain. Kodak tidak melakukan analisis lingkungan dengan baik. Perusahaan ini tidak melakukan environment scanning, development scenario, dan forecast dengan baik sehingga salah mengambil keputusan. Kodak juga tidak melakukan bench marking sehingga kamera digital yang dikeluarkan untuk membangkitkan perusahaan ini tidak laku dipasaran karena tidak memenuhi selera masyarakat. Lingkungan persaingan Kodak mencakup pembeli, pesaing, dan barang substitusi dari kamera digital mempengaruhi penjualan produk Kodak. Kodak melakukan kesalahan manajemen strategi. Disaat pesaing sudah mengembangkan kamera digital, perusahaan ini hanya mengembangkan strategi setengah-setengah yaitu kamera perpaduan antara digital dan analog yang tidak menguntungkan perusahaan.
2. Kodak berada pada kategori Dogs dalam hal produk kamera sehingga membuat perusahaan ini melakukan divestasi dan bisnisnya. mengalihkan fokus
26
3. Dalam kondisi krisis saat Perusahaan Eastman Kodak Corporation mengalami kebangkrutan, manajer Kodak harus dapat mengambil keputusan tepat untuk dapat mempertahankan perusahaan. Maka dari itu perusahaan pasti melakukan tahap-tahap dan mempertimbangkan semua resiko dari pengambilan keputusan tersebut. Perusahaan memutuskan untuk beralih ke bisnis printing yang lebih potensial dibanding dengan tetap menggeluti bisnis fotografi yang sudah tidak menguntungkan perusahaan.
4. Analisis SWOT diperlukan bagi perusahaan untuk dapat menciptakan strategi-strategi yang tepat untuk dapat mengembangkan potensinya. Kodak seharusnya menganalisis SWOT perusahaan secara rutin sehingga dia tidak akan salah mengambil keputusan seperti yang dialaminya. Perusahaan ini seharusnya dapat menciptakan strategi-strategi yang tepat bila mau menganalisis empat aspek ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Apa Alasan Kodak sampai bangkrut?. Diakses tanggal 15 Maret 2013 dari http://www.itv-gear.com/apa-alasan-kodak-sampai-bangkrut.html Anonim. (2010, Desember). Manajemen Strategi. Diakses pada tanggal 23 Maret 2013 dari http://www.manajemenstrategi.com Anonim. Pengertian Analisis SWOT. Diakses pada tanggal 23 Maret 2013 dari swot.html Batemen, Thomas S. And Snell, Scott A. 2007. Manajemen : Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang Kompetitif. Jakarta: Salemba Empat Fadlan, Alfi. (2012, 8 Januari). Sejarah Berdirinya Kodak Kamera. Diakses pada tanggal 15 Maret 2013 dari http://www.infopilihan.com/gadget/sejarahberdiri-perusahaan-kodak-kamera-kumpulan-sejarah/ Jayanti, Santi Dwi. (2012, 3 Juli). Pengadilan Restui Upaya Kodak Jual Paten. Diakses tanggal 15 Maret 2013 dari http://inet.detik.com/read/2012/ 07/03/163724/1956809/1277/pengadilan-restui-upaya-kodak-jualpaten? id771108bcj Julitra. (2012, 6 Februari). Kodak dan Kisah Ambruknya Sang Raksasa. Diakses tanggal 22 Maret 2013 dari http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-analisis-
http://julitra.wordpress.com/2012/02/06/kodak-dan-kisah-ambruknya-sangraksasa/ Marisa. (2010, 24 Mei). Analisis BCG Matriks. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013 dari http://marisaicha.blogspot.com/2010/05/analisis-bcg-
matrix.html Maruli, Aditia. (2012, 29 Februari). Penyebab Kodak Bangkrut. Diakses tanggal 15 Maret 2013 dari
http://www.antaranews.com/berita/1330522070/penyebab-kodak-bangkrut Matanari, Sich Jerry. (2010, 26 Juli). Presentasi dengan Matriks BCG. Diakses tanggal 31 Maret 2013 dari
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2010/07/26/presentasi-denganmatriks-bcg-205140.html
28
Wahyono, Iyandri Tiluk. (2010, 6 Januari). Manajemen Perubahan. Diakses tanggal 16 Maret 2013 dari
http://www.docstoc.com/docs/41635246/Manajemen-Perubahan
29