Anda di halaman 1dari 9

Cacing Lumbricus sebagai pengurai Sampah Organik dan edukasi di Kantin UISI

..........................................................................................
Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Inovasi Untuk Negeri 2017
“Inovasi Menginspirasi Untuk Negeri”

Disusun oleh:
Yudha Firmansyah

UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA


GRESIK
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kascing yang sebenarnya merupakan kotoran/feses cacing tanah memiliki


kandungan hara cukup lengkap, baik hara makro maupun mikro, selain itu kascing
juga dapat memperbaiki kondisi fisik dan biologi tanah. Mikroorganisme yang
terkandung dalam kascing dapat mengikat N menjadi bentuk organik untuk
sementara waktu, sehingga N tidak mudah hilang akibat pelindian maupun
penguapan. Lestari (2007) mengemukakan bahwa pemberian kascing dapat
meningkatkan penyerapan N hingga 30-50%, sedangkan menurut Zahid cit
Kishnawati (2003), kascing mengandung Azotobacter sp yang merupakan bakteri
penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang
dibutuhkan tanaman, oleh karena itu kascing dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber pupuk N. Sampah organik merupakan sampah yang kurang termanfaatkan
dalam kalangan masyarakat, kurangnya minat untuk mengelolah serta kerumitan
saat mengolahnya agar dapat dimanfaatkan. Seringnya pengolahan sampah yang
tidak tepat menjadikan sampah organik dan anorganik menjadi tercampur dan
menimbulkan masalah lebih lanjut. Beberapa sampah anorganik seperti botol
bekas sisa pakai, kardus, kaca, bahkan material sisa seharusnya masih masih dapat
dimanfaatkan dan masih memiliki nilai jual. Namun, adanya pencampuran
sampah menyebabkan sampash-sampah tersebut terbuang/terbakar tanpa bisa
dimanfaatkan lebih lanjut.
Edukasi pemisahan dan pengolahan sampah, perlu dilakukan khususnya di
kalangan mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa. Kantin mahasiswa
merupakan salah satu lokasi sumber sampah yang cukup tinggi. Dan penyadaran
kepada para mahasiswa tentang menjaga kebersihan lingkungan dengan
membuang sampah pada tempatnya,mengingat kondisi kantin mahasiswa yang
masih cukup kotor karena kurang kesadaran dari para mahasiswa untuk menjaga
kebersihan dan kurangnya fasilitas tempat sampah untuk membedakan sampah
organik dan anorganik membuat kantin menjadi kotor.

1
Penguraian sampah organik, salah satunya dapat dilakukan oleh cacing lumbricus.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan inovasi dalam pengolahan
sampah khususnya sampah organik, sekaligus memberikan edukasi bagi
mahasiswa dan masyarakat yang dalam kasus ini diwakili oleh para penjual
makanan di kantin melalui pemanfaatan cacing lumbricus.

1.2 Tujuan

Adanya inovasi ini akan menghasilkan solusi bagi masyarakat


khususnya penjual kantin. Selain menekan populasi sampah juga dapat
sebagai nilai ekonomis yang dapat menambah penghasilan bagi para penjual.
Dengan memanfaatkan gagasan ini diharapkan mahasiswa mampu
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut agar semua komponen masyarakat
dapat turut berkontribusi dalam kegiatan tersebut sehingga terciptalah budaya
yang dapat diterapkan di masyarakat umum.

2
BAB 2

ISI

2.1 Pengolahan Sampah Organik


Menjaga lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Lingkungan
adalah tempat hidup semua mahluk sehingga harus dijaga dan dilestarikan.
Banyaknya sampah yang tidak di buang sesuai tempatnya dapat
menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan rusak.
No Grup Area Total Jumlah Presentase
populasi populasi populasi
(juta) yang yang
terlayani terlayani
(juta) (%)
1 Sumatera 49,3 23,5 48
2 Jawa 137,2 80,8 59
3 Bali dan Nusa Tenggara 12,6 6 48
4 Kalimantan 12,9 6 47
5 Sulawesi, Maluku dan 20,8 14,2 68
Papua
6 Total 232,8 130,5 56
Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup (2008b)

Sebagian besar sampah rumah tangga di Indonesia kurang begitu


dimanfaatkan dan cenderung diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) dan Akhir Tempat Pembuangan (TPA). Faktanya, hanya sebagian kecil
dari sampah rumah tangga yang dikonversi menjadi komoditas yang memiliki
nilai ekonomi lebih, sebagai contoh hanya 7,15 % dari sampah yang
terkumpul dikonversi menjadi pupuk. Implikasinya, kebanyakan sampah
dikirim ke TPA, sekitar 60% dari TPA di Indonesia akan mencapai batas
kapasitas maksimum pada tahun 2015 (Kementrian Lingkungan Hidup,
2008).

1
Lingkungan sebagai tempat tinggal, seperti halnya kampus yang bersih
akan sangat mendukung aktivitas mahasiswa di dalamnya. Kampus yang
bersih dapat membuat para mahasiswa menjadi nyaman dalam kegiatan
perkuliahan. Salah satu upaya yang harus di tekankan kepada para mahasiswa
agar sadar akan menjaga kebersihan, yaitu dengan membuang sampah pada
tempatnya dan memisahkan antara sampah organik dan anorganik.
Selain pemisahan sampah, karakteristik sampah organik yang mudah
terurai, menyebabkan pencemaran lingkungan, dan memiliki bau yang tidak
sedap. Oleh karena itu sangat dibutuhkan inovasi pengolahan sampah organik

2.2 Cacing Lumbricus sebagai Pengurai Sampah Organik


Salah satu solusi yaitu penguraian sampah organik dengan cacing
lumbricus dan menjadikan sampah organik menjadi kascing. Kascing adalah
pupuk yang dapat di gunakan untuk tanaman di kampus. Kenggulan cacing
lumbricus sendiri adalah mudah untuk didapatkan serta perawatannya tidak
terlalu rumit. Media cacing lumbricus menggunakan kotoran sapi yang
difermentasi yang sudah tidak terdapat bau didalamnya. Untuk pakan sendiri
cacing lumbricus dapat mendegradasi sayur sayuran, dalam beberapa kasus
untuk membesarkan diameter cacing diperlukan asupan protein seperti
kotoran ternak segar dan ampas tahu. Keuntungan dalam membudidaya
cacing selain cacing tersebut dapat dimanfaatkan, cacing tersebut memiliki
manfaat dalam kesuburan tanah. Dengan hasil observasi yang telah
dilakukan, terbukti bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan antara biji
mangga yang diberi kascing dan tidak diberi kascing. Biji mangga yang
diberi kascing dapat menghasilkan tuna2-4 tangkai dibanding biji mangga
yang tidak diberi kascing hanya dapat menumbuhkan tunas 1 tangkai saja.
Artinya, manfaat kascing bagi tanaman sangat luar biasa. Kascing dapat
menjadi alternatif disaat tanaman disekitar membutuhkan nutrisi yang cukup.
Selain aman daan tidak berbahaya, komposisi kascing dapat digunakan dalam
berbagai media tanam. Diperlukan waktu 2 minggu untuk cacing
menghasilkan kascing dengan kualitas yang terbaik.
Kualitas kimia kascing yang baik mempunyai pH mendekati netral,

2
kandungan nitrogen total yang tinggi, perbandingan C dan N rendah (<20).
Kascing mempunyai salinitas yang rendah, hal ini membuktikan bahwa
kascing cocok digunakan sebagai bahan penyubur tanah dan media tanam
tanpa menyebabkan keracunan. Kandungan asam humatnya yang tinggi akan
meningkatkan KPK kascing. Selain itu kascing mengandung unsur hara yang
lengkap, baik unsur hara makro maupun mikro yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman. Contohnya, komposisi kimia kascing Eisenia foetida
yang meliputi nitrogen (N) 0,63%, fosfor 0,35%, kalium 0,20%, kalsium
0,23%, Mg 0,26%, Na 0,07%, Zn 0,007%, Mn 0,003%, KPK 35,80
me/100gram, dan asam humus 13,88% (Mulat, 2003).
Kascing memberikan beberapa manfaat bagi tanah, yaitu :
 Memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur, mampu
menyimpan air dan makanan bagi tumbuhan.
 Melindungi struktur tanah dengan memberikan ketahanan yang lebih
tinggi terhadapa erosi dan kompaksi tanah.
 Memperkaya ekosistem dan mikrobiologi tanah.
 Mengundang tumbuhnya ekosistem dan mikroorganisme yang
menyuburkan tanah.
 Menjadi penyangga (buffer) kemasaman tanah sehingga pH dapat lebih
stabil.
(Lestari, 2007).
Seperti pada gambar 1 ,ini adalah desain dari bimbigan dosen saya
( irvan adhin cholili,S.TP.,M.P. )

Gambar 1.

1
2.3 Aplikasi Tekologi di Kantin UISI
Komunitas Green Campus UISI telah melakukan berbagai eksperimen
untuk mengurangi populasi sampah khusunya di Kampus UISI demi
menjadikan kampus terlihat lebih asri dan nyaman untuk dilakukannya
aktivitas belajar mengajar. Green Campus sendiri memiliki 2 wacana terkait
dengan pengelolaan sampah. Untuk sampah Anorganik seperti botol bekas
dapat ditukar dengan ice cream hasil produksi departemen Teknologi Industri
Pertanian yang selanjutnya sampah anorganik tersebut akan didaur kembali
dan dijadikan barang yang bernilai ekonomis. Sedangkan, pada sampah
organik terdapat dapat dijadikan sebagai terobosan yang mungkin dapat
diproduksi secara massal yaitu sampah khusus peenghasil kascing cair,
membantu masyarakat kampus untuk mengelolah dan memanfaatkan sampah
organik menjadi kascing sebagai pengganti pupuk yang biasanya di gunakan
pada tanaman di kampus, hal ini juga mengajarkan kepada masyarakat
kampus agar bisa membedakan tempat pembuangan sampah organik dan
anorganik, serta dapat meminimasi kampus dalam mengeluarkan biaya untuk
perawatan tanaman.

2
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi teknologi yang saya gunakan bermanfaat untuk masyarakat kampus supaya
bisa membuang sampah organik dan organik pada tempatnya, dan juga untuk
memanfaatkan sampah organik yang belum termanfaatkan supaya menjadi
kascing yang berguna untuk tanaman di kampus, dan juga memberdayakan
masyarakat kampus agar lebih peduli dengan kebersihan kampus dengan cara
membedakan antara sampah organik dan anorganik.

1
DAFTAR PUSTAKA
Lestari (2007)
Zahid cit Kishnawati (2003)
(Mulat, 2003).
(Lestari, 2007).
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2008).

Anda mungkin juga menyukai