Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PRAKTIKUM 2

PRAKTIKUM FAKTOR INTRINSIK & EKSTRINSIK YANG


MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA
RABU, 6 MARET 2018
AHMAD AULIA AMIN

NAMA : AYU INDRIANA DEVI


NIM : 2041710008
KELOMPOK :2

LABORATORIUM ANALISA BAHAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
JL. VETERAN, GRESIK
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tidak bisa jauh dari yang namanya
mikroba, baik terdapat didalam makanan, minuman, lingkungan sekitar, bahkan di
dalam tubuh manusia itu sendiri. Untuk mengetahui keberadaan mikroba tersebut
harus dilakukan penelitian lebih lanjut yang dilakukan di laboratorium, dan untuk
melihat lebih jelas keberadaann mikroba tersebut bisa dilihat menggunakan
mikroskop. Mata manusia sama sekali tidak dapat menangkap keberadaan mikroba
yang berukuran 0,001 mm.
Erat kaitannya mikroba pada kehidupan manusi, mikroba yang tumbuh ada yang
merugikan dan ada yang menguntungkan. Mikroba yang menguntungkan biasanya
banyak digunakan dalam fermentasi makanan, minuman olahan. Salah satu bagian
yang penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang menghambat,
menumbuhkan suatu mikroorganisme. Cara untuk menghambat dan menumbuhkan
mikroba juga berbeda-beda sesuai dengan spesies yang dihadapi.
Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan mikroba yang baik harus mengerti faktor
intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba tersebut. Faktor
intrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain PH, kandungan
nutrisi, faktor biologis. Sedangkan faktor ekstrinsiknya antara lain temperatur,
kelembapan, lingkungan, konsentrasi. Pada praktikum kali ini akan mempelajari lebih
lanjut mengenai faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Mempelajari dan mengetahui suhu pertumbuhan optimum mikroorganisme
2. Mengetahui bahwa proses pemanasan dapat menyebabkan kerusakan pada
mikroorganisme
3. Mempelajari dan mengetahui waktu yang bisa menurunkan jumlah sel mikroorganisme
sampai 90% dari awalnya
4. Mengetahui hubungan antara biomassa dari kultur mikroba (bakteri atau yeast) dengan
absorbasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Mikroba


Klasifikasi merupakan suatu istilah yang berkaitan dengan dengan taksonomi.
Taksonomi sendiri merupakan ilmu tentang klasifikasi atau penataan sistemarik
organisme ke dalam kelompok atau kategori yang disebut taksa (tunggal: takson). Tetapi
penyusunan taksonomik mikroorganisme mensyaratkan diidentifikasi sebagaimana
mestinya dan diberi nama. Kegiatan secara keseluruhan, yaitu tentang pengklasifikasian,
penamaan, dan pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sistematika mikroba
(Waluyo,2016).

2.1.1 Klasifikasi Bakteri


Berdasarkan bentuknya yang tetap, dindingnya yang kuat, dan adanya
kemampuan untuk hidup ototrof, maka bakteri digolongkan pada dunia tumbuhan. Dunia
tumbuhan secara garis besar dibagi atas takson-takson, seperti divisi, klas, ordo, famili
(genus), spesies dan sebagainya. Sebagai contoh klasifikasi bakteri pengasam susu,
Streptococcus lactis. Bakteri termasuk :
- Dunia (Regnum) : Tumbuhan
- Divisi : Protophyta
- Klas : Schzomycetes
- Ordo : Eubacteriales
- Sub-ordo : Eubacteriaceae
- Sub-famili : Streptococcus
- Genus : Streptococcus
- Spesies : S.lactis
(Waluyo,2016).
2.1.2 Klasifikasi Alga
Dasar klasifikasi untuk alga meliputi ciri fisiologi sel vegetatif, morfologi sel
reproduksi, dan berdasarkan pigmen yang dimiliki.
- Divisi I : CYANOPHYTA (alga hijau-biru), yang terdiri 1 kelas saja dengan 3
nama, yakni:
1. Kelas Cyanophyceae atau
2. Kelas Myxophyceae atau
3. Kelas Schyzophyceae
- Divisi II : CHLOROPHYTA (alga hijau)
- Divisi III : EUGLENOPHYTA, hanya terdiri dari 1 kelas saja, yakni kelas
Euglenophyceae
- Divisi IV : PYRROPHYTA (alga api), terdiri dari 2 kelas, yakni:
1. Kelas Dinophyceae
2. Kelas Desmophyceae (Desmokontae)
- Divisi V : CHRYSOPHYTA, terdiri dari 3 kelas, yakni:
1. Kelas Xanthophyceae/Heterokontae
2. Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)
3. Kelas Bacillariophyceae (alga kersik)
- Divisi VI : PHAEOPHYTA, dibagi menjadi 3 golongan, yakni:
1. Golongan Isogeneratae, yakni golongan yang memiliki pergiliran keturunan
isomorf
2. Golongan Heterogenerate, golongan yang memiliki pergiliran keturunan yang
heteromorf. Sporofit dan gametofit mempunya morfologi dan sitologi
3. Golongan Cyclosporae, yakni golongan yang tidak mempunya pergiliran
keturunan
- Divisi VII : RHODOPHYTA (alga merah), terdiri dari 1 kelas yakni kelas
Rhodophyceae. Kelas ini terdiri dari 2 anak kelas yaitu :
1. Bangiophycidae
2. Florideophycidae
(Waluyo, 2016).
2.1.3 Klasifikasi Jamur (Cendawan)
a. Divisi MYXOMYCOPHYTA
b. Divisi EUMYCOPHYTA (jamur benar), terdiri dari kelas:
- Kelas Phycomycetes, golongan jamur tingkat rendah
- Kelas Ascomycetes, golongan jamur tingkat tinggi
- Kelas Basidiomycetes, golongan jamur tingkat tinggi
- Kelas Deuteromycetes, termasuk golongan fungi imperfecti, yakni golongan
jamur (cendawan) yang memiliki fase pembiakan seksual yang belum diketahui
jelas.
(Waluyo, 2016).
2.1.4 Klasifikasi Protozoa
Protozoa merupakan hewan bersel satu, bergerak secara khas, dan kemungkinan
secara evolusioner berasal dari alga uniseluler. Beberapa spesies dalam protozoa ada yang
dimasukkan dunia hewan dan ada juga yang dimasukkan dalam dunia tumbuhan.
Protozoa berdasarkan alat gerak atau alat lokomosia dapat dibedakan menjadi 4 kelas,
yakni:
- Kelas Rhizopoda
- Kelas Mastigophora
- Kelas ciliata
- Kelas Sporozoa
(Waluyo, 2016).

2.1.5 Klasifikasi Virus


Secara garis besar penggolongan virus dibagi menjadi 2, yakni:
a. Kelompok virus ADN, yakni:
- Parvoviridae
- Papovaviridae
- Adenoviridae
- Herpesviridae
- Poxviridae
- Hepadanaviridae
b. Kelompok virus ARN
- Picornaviridae
- Flaviviridae
- Togaviridae
- Bunyaviridae
- Arenaviridae
- Coronaviridae
- Retroviridae
- Orthomyxoviridae
- Paramyxoviridae
- Rhabdoviridae
- Reoviridae
(Waluyo, 2016).

2.2 Escherichia coli


Escherichia coli merupakan bakteri yang tubuhnya berbentuk batang dengan
panjang kurang lebih 2 mikrometer dan diamater 0.5 micrometer. Escherichia coli
memiliki volume sel dengan ukuran 0.6-0.7 mikrometer kubik. Pada umumnya
Escherichia coli hidup pada rentang 20-400C, dengan suhu optimum untuk tumbuh pada
pada 370C. Mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar manusia terkandung
sejumlah Escherichia coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan. Akibat
genetikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa, maka dari itu hampir semua
rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan. Bakteri ini juga merupakan
media cloning yang paling sering dipakai. Teknik recombinan DNA tidak akan ada tanpa
bantuan bakteri ini. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang
memanfaatkan Escherichia coli. Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia bisa dihasilkan
oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa untuk menghasilkan
jenis produk tertentu yang diinginkan (Michael,1988).
Escherichia coli dapat tumbuh pada medium nutrien yang sederhana dan dapat
memfermentasikan laktosa yang dapat menghasilkan asam dan gas. Kecepatan
berkembangbiak Escherichia coli pada interval 20 menit jika derajat keasaman dan suhu
untuk tumbuh sesuai. Selain tersebar di banyak tempat, bakteri Escherichia coli juga
tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Oleh karena itu, Escherichia
coli dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya. Taksonomi Escherichia coli
sebagai berikut:

Divisi: Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
(Dwidjoseputro, 1978).
2.3 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan nama spesies yang merupakan bagian dari
genus Staphylococcus. Nama genus Staphylococcus diberikan pertama kali oleh Ogston
karena bakteri ini, pada pengamatan mikroskopis berbentuk seperti setangkai buah
anggur, sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh Rosenbach karena biakan murni.
Koloni bakteri Staphylococcus aureus terlihat berwarna kuning keemasan. Rosebach juga
mengungkapkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi pada luka
dan furunkel. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang tubuhnya
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok yang tidak teratur ,
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak
(Warsa, 1994).
Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang
disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat
diantaranya ada pneumia, mastitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan
endokarditis. Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi
nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma
(Warsa, 1994).

2.4 Lactobacillus Casei


Lactobacillus casei adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau
mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam
laktat karena kebanyakan anggotanya dapat merubah laktosa dan gula lainnya menjadi
asam laktat. Staphylococcus aureus umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan. Di dalam
tubuh manusia, bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan,
dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak
spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan bahan yang sangat baik.
Produksi asam laktatnya membuat lingkungan disekitarnya bersifat asam dan
mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri yang merugikan. Beberapa anggota genus ini
telah memiliki genom tersendiri (Collier, 1998).
Lactobacillus casei memiliki ukuran tubuh 0,7 – 1,1 x 2,0 – 4,0 µm dan
merupakan bakteri yang penting dalam pembentukan asam laktat. Seperti bakteri asam
laktat lain, Lactobacillus casei toleran terhadap asam, tidak bisa mensintesis perfirin, dan
melakukan fermentasi dengan asam laktat sebagai metabolit akhir yang utama. Bakteri
ini membentuk gerombolan dan merupakan bagian dari spesies heterofermentatif
fakultatif. Pertumbuhan Lactobacillus casei pada suhu 15oC, dan membutuhkan
riboflavin, asam folat, kalsium pantotenat, dan faktor pertumbuhan lain (Murray, 2005).
Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa diisolasi dari
produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan fermentasi. Dari segi
industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam probiotik manusia, kultur starter
pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur khas untuk intensifikasi dan
akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang dibubuhi bakteri (David, 2003).
Lactobacillus casei juga dapat mengontrol organisme yang dapat menimbulkan
efek toksik di dalam saluran pencernaan manusia, diantaranya yaitu Escherichia coli.
Lactobacillus casei adalah suatu jasad renik jenis temporer penghasil asam laktat,
Lactobacillus casei dapat ditemukan di mulut dan di usus manusia. Selain itu bakteri
Lactobacillus casei dapat menghalangi pertumbuhan H. pylori, dan membantu microflora
diusus besar (David, 2003).

2.5 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba


Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dibutuhkan dalam pengendalian mikroba. Aktivitas mikroba dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba (Hadietomo, 1990).

2.5.1 Pengaruh Suhu/Temperatur


Suhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam memperngaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam 2 cara yang
berlawanan:
1. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
diperlambat
2. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti,
komponen sel menjadi aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi 3 yaitu:
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan
akan terhenti.
b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum (suhu inkubasi).
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan
tidak terjadi atau mikroba akan matis (Gobel, 2008).
Tabel 2.1 Penggolongan Bakteri Menurut Suhu
kelompok Suhu minimum Suhu optimum Suhu maksimum
Psikrofil -150C 100C 200C
Psikrotrof -10C 250C 350C
Mesofil 5-100C 30-370C 400C
Thermofil 400C 45-550C 60-800C
Thermotrof 150C 42-460C 500C
(Gobel, 2008).

2.5.2 Pengaruh PH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup
pada pH tinggi. Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri
pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang toleran terhadap kemasan, misalnya
Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Jamur umumnya dapat hidup pada
kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan
didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh
bakteri (Suriawiria, 1999).
Tabel 2.2 Ph minimum, optimum, dan maksimum mikroba
pH
Nama mikroba
minimum optimum maksimum
Eschericia coli 4,4 6,0-7,0 9,0
Proteus vulgaris 4,4 6,0-7,0 8,4
Enterobacter aerogenes 4,4 6,0-7,0 9,0
Pseudomonas aeruginosa 5,6 6,6-7,0 8,0
Clostridium sporogenes 5,0-5,8 6,0-7,6 8,5-9,0
Nitrosomonas spp 7,0-7,6 8,0-8,8 9,4
Nitrobacter spp 6,6 7,6-8,6 10,0
Thiobacillus thioxidans 1,0 2,0-2,8 4,0-6,0
Lactobacillus
4,0-4,6 5,8-6,6 6,8
acidophillus
(Suriawiria, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Faktor Pertumbuhan Mikroba
3.1.1.1.1 Alat yang digunakan pada percobaan pengaruh suhu antara lain :
1. Inkubator dengan suhu 15oC, 30oC, dan 55oC
2. Bunsen
3. Ose

3.1.1.1.2 Alat yang digunakan pada percobaan kerusakan mikroorganisme karena


Pemanasan antara lain :
1. Waterbath dengan suhu 54, 58, dan 620C
2. Petridish
3. Tabung
4. Bunsen

3.1.1.2 Kurva Pertumbuhan


3.1.1.2.1 Alat yang digunakan pada percobaan kurva pertumbuhan antara lain :
1. Spektrofotometer
2. Tabung kuvet
3. Tabung sentrifuge
4. Oven
5. Pipet volume (5,10, dan 25 ml)
6. Labu ukur (25, 50, 100 ml)
7. Pipet pasteur
8. Vortex mixer

3.1.2 Bahan
3.1.2.1 Faktor Pertumbuhan Mikroba
3.1.2.1.1 Bahan yang digunakan pada percobaan pengaruh suhu antara lain :
1. Kultur Escherichia coli, Staphilococcus aureus, Lactobacillus casei umur 24-48
jam dalam media NB
2. Media nutrient agar miring

3.1.2.1.2 Bahan yang digunakan pada percobaab kerusakan mikroorganisme


karena pemanasan antara lain :
1. Kultur Escherichia coli
2. Media tryptic soy broth dengan PH 7,0

3.1.2.2 Kurva Pertumbuhan


3.1.2.2.1 Bahan yang digunakan pada kurva pertumbuhan antara lain :
1. Kultur mikroba (bakteri atau yeast) pada akhir fase logaritmik (250 ml)
2. Aquadest
3. Formalin 40%

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Faktor Pertumbuhan Mikroba
3.2.1.1 Pengaruh Suhu
1. Memberi label pada setiap NA miring dengan nama mikroba yang akan
diinokulasikan serta suhu inkubasinya ( 15oC, 30oC, dan 55oC)
2. Menginokulasikan NA miring tersebut dengan menggoreskan permukaannya
dengan E.coli
3. Menginkubasikan masing-masing kultur pada 3 suhu yang berbeda (15oC, 30oC,
dan 55oC) selama 24-48 jam
3.2.1.2 Kerusakan Mikroorganisme Karena Pemanasan
1. Memberi label pada setiap tabung dengan nomer kelompok, suhu (54, 58, dan
62oC), waktu (15, 30, 45, dan 60 menit), dan pengenceran (tabel 1)
Tabel 1. Pengenceran pada setiap suhu
Waktu Pengenceran
sampling
54oC 58oC 62oC
(menit)
0 10-5, 10-6, 10-7, 10-8 10-5, 10-6, 10-7, 10-8 10-5, 10-6, 10-7,
10-8
15 10-5, 10-6, 10-7, 10-8 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 10-1, 10-2, 10-3,
10-4
30 10-3, 10-4, 10-5, 10-6 10-0, 10-1, 10-2, 10-3 10-0, 10-1, 10-2,
10-3
45 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 10-0, 10-1, 10-2, 10-3 10-0, 10-1, 10-2,
10-3
60 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 10-0, 10-1, 10-2, 10-3 10-0, 10-1, 10-2,
10-3

2. Memindahkan bakteri yang sudah tumbuh selama semalam sebanyak 10 ml ke


100 ml media uji (TSB pH 7), dan homogenkan
3. Menambahkan 5 ml broth yang telah diinokulasi pada empat tabung. Perlakuan
ini akan menjadi sampel 100
4. Menempatkan tabung yang berlabel 15, 30, 45, dan 60 menit ke water bath dan
mulai perhitungan waktu
5. Melakukan pengenceran sesuai dengan tabel 1. Untuk pengenceran sampel yang
telah mengalami pemanasan, menempatkan terlebih dahulu ke dalam es hingga
dingin. Kemudian homogenkan dan encerkan
6. Pour plate dalam duplo sesuai dengan tabel 1
7. Inkubasi plates terbalik pada 37oC selama 48 jam
8. Buat thermal destruction curve (TDC)
9. Tentukan nilai D
3.2.2 Kurva Pertumbuhan
3.2.2.1 Kurva Pertumbuhan Metode I
1. Menambahkan kultur mikroba pada akhir fase logaritmik dengan larutan formalin
40% sebanyak 1% volume kultur (2,5 ml)
2. Mengencerkan kultur sedemikian sampai absorbansinya pada panjang gelombang
660 nm mencapai nilai sekitar 1,0 (teralah dengan spektrofotometer)
3. Membuat pengenceran seperti pada tabel 1
4. Mengukur absorbansi masing-masing hasil pengenceran tersebut dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm, catat hasilnya
5. Mengambil 50 ml kultur yang absorbansinya 1,0 (lihat pada tahap 2) dan
disentrifuse pada 3000 rpm selama 10 menit (buat 2 ulangan), setelah sentrifugasi
buanglah supernatanya (bagian bening) dengan hati-hati menggunakan pipet
pasteur
6. Mencuci massa sel dalam tabung sentrifuse dengan menyesuaikannya dengan
sejumlah aquadest, disentrifugasi pada kondisi yang sama dan supernatanya
dibuang
7. Resusensi massa sel dengan 2 ml aquades dan memindahkan suspensi tersebut ke
dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. Membilas lagi tabung
sentrifuse dengan 1 ml aquadest dan tuang ke dalam botol timbang. Atau bila
memungkinkan setelah supernatanya dibuang (seperti pada tahap 6), massa sel
dalam tabung sentrifuse dapat langsung dikeringkan
8. Mengeringkan botol timbang dalam oven pada suhu 1050C selama 24 jam
9. Memindahkan botol timbang ke dalam desikator sampai dingin dan timbang.
Pengeringan dilanjutkan sampai tercatat berat konstan, mencatat berat massa sel
kering
10. Menghitung konsentrasi sel untuk masing-masing pengenceran yang dibuat (lihat
tahap 3)
11. Membuat kurva hubungan antara konsentrasi biomassa (mg/l) dan absorbasi
(A660)
Tabel 1. Pengenceran Kultur
Volume kultur (ml) Volume akhir (ml) Pengenceran
5 100 0,05
10 100 0,10
10 50 0,20
25 100 0,25
30 100 0,30
10 25 0,40
25 50 0,50
30 50 0,60

3.2.2.2 Kurva Pertumbuhan Metode II


3.2.2.2.1 Persiapan Medium Untuk Pengenceran dan Plating
1. Menyiapkan 10 set tabung reaksi (masing-masing set terdiri dari 1-3 tabung
reaksi) yang berisi 99 ml aquades steril. Memberi label setiap set tabung reaksi
dengan waktu inkubasi (t0, t30, t60, t90, t150, t210, t 300, t390, t510, t630) dan
pengenceran yang dilakukan sebagai berikut :

Waktu pengambilan sampel


Seri pengenceran
(sampling) pada menit ke-
0 (t0) 10-1, 10-2, 10-3
30 (t30) 10-2, 10-3, 10-4
60 (t60) 10-2, 10-3, 10-4
90 (t90) 10-3, 10-4, 10-5
150 (t150) 10-4, 10-5, 10-6
210 (t210) 10-4, 10-5, 10-6
300 (t300) 10-4, 10-6, 10-8
390 (t390) 10-4, 10-6, 10-8
510 (t510) 10-6, 10-8, 10-10
630 (t630) 10-6, 10-8, 10-10

2. Menyiapkan 10 set petridish yang berisi media Luria Broth + 1,5% Bacto Agar (
masing-masing set terdiri dari 3 petridish) dan memberi label dengan waktu
inkubasi (t0, t30,...., t630), t30.10-2, t30.10-3, t30.10-4.
3.2.2.2.2 Kultivasi E.coli dan Pengukuran Pertumbuhan :
1. Mengambil dengan pipet steril ± 5 ml kultur E.coli (5%) dan menambahkan ke
dalam erlenmeyer yang mengandung 100 ml Luria Broth. Pipet 2 ml untuk dibaca
pada O.D660 nm (sebagai t0). Setelah nilai O.D. pada t0 sudah ditentukan,
kocoklah kultur dalam erlenmeyer. Kemudian secara aseptis, pindahkan 1 ml
kultur ke dalam 99 ml aquadest steril yang telah disiapkan pada point 1 (berlabel
t0.10-2, t0.10-4, dan t0.10-6)
2. Meletakkan erlenmeyer yang berisi kultur dalam waterbath shaker pada suhu
37oC, 120 rpm dan inkubasi selama 30 menit
3. Mengambil kultur sebanyak 0,1 ml (100 l) dari masing-masing tabung
pengenceran 10-4 dan 10-6, kemudian tumbuhkan kultur pada petridish yang telah
disiapkan pada point A.2 dengan metode spread plate, kemudian inkubasikan
dengan posisi terbalik pada suhu 37oC seama 24 jam. Hitung jumlah sel yang
tumbuh pada petridish.
Untuk selanjutnya, setiap 30 menit, secara aseptis, ambil 2 ml kultur pindahkan
ke kuvet, dan bacalah O.D.nya. Selain itu, ambil 1 ml kultur pindahkan ke dalam
aquadest steril 10-2 dengan seri waktu yang benar, melengkapi pengenceran
berikutnya, dan menumbuhkan pada petridish.
DAFTAR PUSTAKA
Ballows, 1992. The Prokaryotes. 2nd. Edition, A handbook on the biology of bacteria.
Chapter 7.
Collier, 1998. Microbiology and Microbial Infections. Edisi 9. New York: University
Press,Inc.
David, 2003. Treatment of MRSA infection. In Fruit Ad C, and Franz Josef Schitz,
MRSA: current perspectives. Norfolk England, caister academic press.
Dwidjoseputro, 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Gobel, 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makasar: UNHAS
Hadietomo, 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia
Michael, 1988. Metode Penyelidikan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Murray, 2005. Buku Ajar Mikrobiologi. Jakarta: kedokteran EGC
Suriawiria, 1999. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Aksara
Waluyo, 2016. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Warsa, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
RANCANGAN KERJA
1. Faktor Pertumbuhan Mikroba
a. Pengaruh suhu

Beri label pada Inokulasi NA Ulangi langkah Inkubasi


setiap NA miring dengan 2 untuk inkulasi masing-masing
dengan nama menggoreskan S.aureus dan kultur dengan 3
mikroba yang permukaannya L.casei suhu yang
akan diinokulasi dengan E.coli berbeda

b. Kerusakan Mikroorganisme Karena Pemanasan

Beri label Pindahkan Tambahkan 5 Tempatkan


dengan bakteri yang ml broth pada tabung berlabel
nomer sudah tumbuh 4 tabung pada water bath
kelompok

Buat thermal Inkubasi Pour plate Lakukan


destruction plates terbalik dalam duplo pengenceran
curve

Tentukan
nilai D
2. Kurva Pertumbuhan
a. Metode I

Tambahkan Kultur Ambil 50 ml kultur


Diukur
kultur mikroba diencerkan yang absorbsinya
absorbsinya
dengan formalin 1,0

Pindahkan botol Keringkan Cuci massa sel


Pindahkan
timbang ke dalam botol timbang dalam tabung
suspensi pada
desikator ke dalam
botol timbang
oven

Hitung
konsentrasi
sel

b. Metode II
1. Persiapan medium untuk pengenceran

Siapkan 10 set
tabung reaksi yang Siapkan 10 set
Beri label
berisi 99 ml petridih yang berisi
aquadest steril media Luria
Broth+1,5% Bacto
Agar
2. Kultivasi E.coli dan pengukuran pertumbuhan

Ambil kultur
E.coli dengan Letakan Ambil kultur
pipet erlenmeyer yang sebanyak 0,1
berisi kultur ml
dalam waterbath

Anda mungkin juga menyukai