Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme, yang

mencakup bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang

terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel, termasuk kajian virus

yang bersifat mikroskopik meskipun bukan termasuk sel.

Mikrobiologi mempunyai dua bagian, yaitu dasar – dasar

mikrobiologi dan mikrobiologi terapan, adapun mikrobiologi bagian

pertama mencakup aspek bahasan Sejarah dan Perioda, Disiplin, Bentuk

dan Susunan, Ukuran, Struktur Sel, Pewarnaan, Kehidupan , Nutrien,

Media, Sterilisasi, Metabolisme, Pertumbuhan, Perkembangbiakan,

Perhitungan, Lingkungan Hidup, Toksin, dan Taksonomi Mikroba.

Sedangkan untuk bagian kedua mencakup materi Mikrobiologi Udara,

Mikrobiologi Air, Mikrobiologi Tanah, Mikrobiologi Rumen,

Mikrobiologi Makanan, Mikrobiologi Pasca-Panen, Makanan Fermentasi

dan Protein Sel Tunggal, Mikrobiologi Industri, Mikrobiologi Kesehatan,

Mikrobiologi Kesenjataan serta Mikrobiologi Analitik.

Adapun diskusi kami kali ini membhas beberapa aspek yang dalam

mikrobiologi, antara lain mengkaji tentang Mikrobiologi Rumen, Mikroba

yang terdapat pada bahan Makanan serta pangawetan bahan makanan,

Mikrobiologi Pasca Panen (Kasus pada beras), Makanan fermentasi dan

Protein sel tunggal, Sektor industri mikrobial beserta contoh industri

1
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
mikrobial, Mikrobiologi Kesehatan, Mikrobiologi Kesenjataan dan

Mikrobiologi Analitik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Mikrobiologi Rumen, pasca panen,

Makanan Fermentasi dan Protein sel tunggal, Mikrobiologi Industri,

Mikrobiologi kesehatan, dan mikrobiologi analitik ?

2. Bagaimana cara penerapan dari masing-masing mikrobiologi terapan?

C. TUJUAN

1. Dapat mengetahui maksud dari berbagai macam mikrobiologi

terapan.

2. Dapat mengetahui bagaimana cara penerapan berbagai macam

mikrobiologi terapan.

2
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
BAB II

PEMBAHASAN
A. MIKROBIOLOGI RUMEN

Kemampuan ternak ruminansia untuk memanfaatkan pakan hijauan

atau pakan lain yang mengandung serat kasar yang tinggi tergantung

sepenuhnya kepada keberadaan mikroba di dalam rumen. Apabila populasi

mikroba di dalam rumen mengalami gangguan maka secara ternak

ruminansia akan terganggu. Pada hakekatnya, mikroba di dalam rumen

dan ternak ruminansia membangun sebuah simbiosisme yang saling

menguntungkan kedua belah pihak.

Populasi mikroba rumen terdiri atas bakteri, protozoa, dan jamur

(fungi). Sebagian besar dari populasi mikroba rumen adalah bakteri yang

jumlahnya mencapai 1010 - 1011 sel per gram isi rumen. Bakteri rumen

dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi selnya (bulat [cocci], batang

[rod], dan spiral), atau berdasarkan kepada ukuran selnya (dari 0,3 hingga

50 mikrometer). Bakteri bisa juga digolongkan menurut lokasi

keberadaannya di dalam rumen. Ada bakteri yang hidup dalam cairan

rumen (bakteri fase cair), yang berasosiasi dengan partikel padat (fase

padat) atau hidup melekat pada dinding rumen. Dari sudut pandang ilmu

nutrisi ternak ruminansia, bakteri lebih sering digolongkan menurut

substrat yang digunakan atau substrat yang dihasilkan selama proses

metabolismenya.

3
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
a. Bakteri Rumen

Bakteria rumen berbentuk bulat atau seperti cocci dengan

3
ukuran 1-250 . Rumen dihuni bakteria yang bersifat anaerob

obligat, beberapa bersifat anaerob fakulatif. Bakteria kecil

merupakan jumlah dari setengah seluruh biomas rumen tetapi

berperanan besar dalam pekeerjaan metabolik.

Pekerjaan metabolik bakteria relatif besar ukurannya

meskipun pekerjaan mikrobia besar ini tak dapat dikesampingkan,

mikrobia besar ini misalnya : selenomonas, oscillospira, flagellata,

protozoa dan phycomycetes.

b. Jamur Rumen

Sebagaimana diuaraikan oleh Trinci et al. (1994) bahwa

awal penemuan jamur rumen ini melalui sejarah panjang yaitu saat

Braune (1913) dan Hsuing (1930) mendiskripsi Callimastix

frontalis dan C. equi sebagai protozoa. Mikroba yang pertama kali

diisolasi dari caecum kuda ini memiliki polyflagella dan

dikelompokkan ke dalam satu genus dengan parasit copepoda air

tawar, sedangkan C. jolepsi ditemukan di dalam tubuh keong air

tawar. Jenis lain yang ditemukan di dalam rumen serta memiliki

monoflagella dikelompokkan ke dalam genus Piromonas dan

Sphaeromonas. Namun Weissenberg (1950) berkesimpulan bahwa

C. cyclopsis mungkin bukan dari jenis protozoa melainkan adalah

spora kembara (zoospora) dari jamur. Pendapat ini didukung oleh

4
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Vavra dan Joyon (1966) ketika mereka menemukan bagian

vegetatip jamur yang berupa thallus. Oleh karena itu Vavra dan

Joyon mengelompokkan jenis yang memiliki poliflagella,

Callimastix frontalis kedalam genus baru protozoa Neocallimastix

dan memberikan nama Neocallimastix frontalis. Sampai dengan

tahun 1977 jamur rumen masih belum banyak menarik perhatian

para ahli untuk menelitinya. Clarke (1977) misalnya dalam salah

satu bab yang berjudul “The Gut and Its Microorganisms” hanya

menyebut ragi (yeast) dan kapang (moulds) sebagai jamur dan

dijumpai rumen. Demikian pula disebutkan bahwa kedua jenis

jamur tersebut hanya lewat/singgah (transients) di saluran

pencernaan hewan ruminansia. Hal ini dibuktikan bahwa

pembiakan kedua jenis jamur tersebut dengan simulator kondisi di

dalam rumen tidak menghasilkan pertumbuhan.

B. MIKROBIOLOGI MAKANAN

Mikrobiologi pangan merupakan salah satu disiplin ilmu

mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran mikroorganisme dalam

produksi makanan, menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan serta

peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia.

Banyak sekali produk makanan dan minuman yang diproduksi melibatkan

atau memanfaatkan aktivitas mikroorganisme, seperti roti, tape, tempe,

anggur, bir dan sebagainya. Di satu sisi mikroorganisme sangat

bermanfaat untuk produksi makanan dan minuman namun demikian pada

5
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
sisi lain mikroorganisme juga yang menimbulkan kerusakan dan

keracunan makanan. Makanan dapat menjadi media untuk membantu

penyebaran berbagai jenis penyakit. Sampai saat ini banyak produk

komersial dengan nutrisi tinggi yang dikenal dengan single cell protein

(SCP), memanfaatkan mikroorganisme seperti Chlorella. Produk lain,

seperti yakult merupakan minuman yang mengandung bakteri

Lactobacillus.

Makanan tidak hanya bernilai nutrisional bagi manusia tetapi juga

merupakan media kultur yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Makanan dapat menjadi terawetkan melalui fermentasi atau mengalami

kerusakan bergantung pada kehadiran mikroorganisme dan kondisi

penyimpanan.

Mikroorganisme dapat digunakan untuk mengubah bahan baku

makanan menjadi produk-produk yang bermanfaat, seperti anggur, keju,

saus dan bir. Makanan juga dapat berperan sebagai media penularan

penyakit, deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme yang menimbulkan

kerusakan makanan merupakan bagian yang penting dari mikrobiologi

makanan. Mikroorganisme mempengaruhi makanan mulai dari

pengolahan dari produsen hingga ke konsumen akhir.

Mikrorganisme dapat menyebabkan penyakit melalui 2 cara ketika

memakan makanan yang terkontaminasi. Seseorang dapat terinfeksi

melalui patogen berperantara makanan, kemudian tumbuh dalam tubuh

yang bersangkutan. Pada kasus yang lain, komponen toksik dibentuk

6
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
ketika mikroorganisme tumbuh dalam makanan sebelum dicerna dengan

memperlihatkan gejala-gejala penyakit setelah dikonsumsi. Kontaminasi

oleh mikroorganisme penyebab penyakit dapat terjadi pada saat tertentu

ketika pengolahan makanan.

a. Mikroba Pada Bahan Makanan

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang

berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat

bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.

Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel

banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih

terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak

terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme

meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari

mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang

ini disebut mikrobiolog.

Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan

menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis

Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan

membuat vaksin rabies. Perkembangan biologi yang pesat pada abad

ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi

terbukanya bidang penting lain seperti biokimia.

7
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
b. Peranan Mikroba Dalam Makanan

Bakteri pada umumnya adalah heterotrof. Namun, ada juga

bakteri yang autotrof, seperti bakteri kemosintetik. Bakteri ini

mendapat energi melalui reaksi kombinasi oksigen dengan molekul

anorganik, seperti sulfur, nitrit, atau amonia. Beberapa bakteri juga

memiliki kemampuan untuk memecah selulosa, komponen utama

pembentuk dinding sel tumbuhan.

Terdapat bakteri yang memiliki simbiosis (hubungan hidup

bersama) dengan mamalia ruminansia (memamah biak, seperti sapi,

kambing, domba). Bakteri ini hidup di saluran pencernaan hewan

memamah biak dan membantu mencerna makanan berserat seperti

rerumputan yang tidak dapat dicerna sendiri oleh hewan tersebut.

Simbiosis bakteri ini juga terdapat di dalam pencernaan Anda. Bakteri

ini menguraikan makanan yang tidak dapat tercerna dan

mensintesis vitamin seperti vitamin K dan B12.

c. Mikroba yang Menguntungkan

Pada makanan ada beberapa mikroba yang menguntungkan,

diantaranya:

1. Lactobacillus

Bakteri ini dikenal juga dengan nama bakteri laktat terdiri

dari delapan jenis yang mempunyai manfaat berbeda-beda. Olahan

makanan dari bakteri ini diantaranya adalah sebagai berikut.

8
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
a) Pembuatan Yogurt

Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri

yang berperan penting dalam pembuatan yoghurt. Yoghurt

merupakan hasil olahan fermentasi dari susu. Bakteri ini hidup

di dalam susu dan mengeluarkan asam laktat yang dapat

mengawetkan susu dan mengurai gula susu sehingga orang

yang tidak tahan dengan susu murni dapat mengonsumsi

yoghurt tanpa khawatir akan menimbulkan masalah kesehatan.

b) Terasi

Sedangkan Lactobacillus sp. biasanya digunakan untuk

pembuatan terasi. Terasi biasanya terbuat dari udang kecil

(rebon), ikan kecil ataupun teri. Proses pembuatan terasi

dilakukan secara fermentasi. Rebon yang telah kering ditumbuk

dan dicampur dengan bahan lain kemudian diperam selama 3-4

minggu. Selama fermentasi, protein diekstrak menjadi turunan-

turunanya seperti pepton, peptida dan asam amino. Fermentasi

juga menghasilkan amonia yang menyebabkan terasi berbau

merangsang.

c) Kefir

Ada beberapa jenis lactobacillus yang juga berperan

dalam pembuatan kefir. Bakteri yang berperan antara

lain: Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus,

9
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Lactobacillus kefir, Lactobacillus kefirgranum, Lactobacillus

parakefir. Semua bakteri tadi merupakan bibit kefir dan

berfungsi sebagai penghasil asam laktat dari laktosa.

Sedangkan Lactobacillus kefiranofaciens berperan sebagai

pembentuk lendir (matriks butiran kefir).

2. Streptococcus

Jenis bakteri streptococcus yang biasanya digunakan dalam

makanan adalah Streptococcus lactis. Bakteri ini berperan dalam

pembuatan mentega, keju dan yoghurt. Pada pembuatan yoghurt,

bakteri streptococcus bekerjasama dengan bakteri lactobacillus.

Bakteri lactobacillus berperan dalam pembentukan aroma yoghurt,

sedangkan bakteri Streptococcus lactis berperan dalam pembentukan

rasa yoghurt.

Pada pembuatan mentega dan keju, bakteri Streptococcus

lactis diperlukan untuk menghasilkan asam laktat. Pada pembuatan

keju, asam laktat dapat menghasilkan gumpalan susu berbentuk seperti

tahu. Gumpalan ini kemudian dipadatkan dan diberi garam. Garam

berfungsi untuk mempercepat proses pengeringan, penambah rasa dan

pengawet. keju diperam untuk dimatangkan selama sekitar 4 minggu.

Selama proses pemeraman inilah, citarasa dan tekstur dari keju

terbentuk.

10
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
3. Pediococcus cerevisiae

Bakteri Pediococcus sp. digunakan dalam pembuatan sosis.

Tidak semua sosis dibuat melalui proses fermentasi. Sosis fermentasi

dikenal dengan istilah dry sausage atau semi dry sausage. Contoh sosis

jenis ini antara lain adalah Salami Sausage, Papperson Sausage,

Genoa Sausage, Thurringer Sausage, Cervelat SausageChauzer

Sausage.

4. Acetobacter

Jenis acetobacter yang terkenal perannya dalam pengolahan

makanan adalah Acetobacter xylinum yang berperan dalam

pembuatan nata de coco. Bakteri ini disebut juga dengan bibit nata.

Bakteri akan membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa

yang sudah asam. Dalam kondisi tersebut, bakteri akan menghasilkan

enzim yang dapat membentuk zat gula menjadi serat atau selulosa.

Dari jutaan bakteri yang tumbuh pada air kelapa tersebut akan

dihasilkan jutaan benang-benang selulosa yang akan memadat dan

menjadi lembaran-lembaran putih yang disebut nata.

5. Jamur Rhyzopus oryzae

Jamur ini sangat berperan dalam pembuatan tempe. Tempe

sendiri dapat dibuat dari kacang kedelai maupun bahan nabati lain

yang berprotein. Pada tempe berbahan kedelai, jamur selain berfungsi

11
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
untuk mengikat atau menyatukan biji kedelai juga menghasilkan

berbagai enzim yang dapat meningkatkan nilai cerna saat dikonsumsi.

6. Neurospora sitophila

Jamur ini berperan dalam pembuatan oncom. Oncom dapat

dibuat dari kacang tanah yang ditambahkan dengan bahan makanan

lain seperti bungkil tahu. Bahan-bahan tersebut dapat menjadi oncom

dengan bantuan jamur oncom. Proses yang terjadi dalam pembuatan

oncom hampir sama dengan pembuatan tempe.

7. Aspergillus wentii dan Aspergillus oryzae

Jamur-jamur ini berperan dalam pembuatan kecap dan tauco.

Kecap atau tauco dibuat dari kacang kedelai. Proses pembuatannya

mengalami dua tahap fermentasi. Proses fermentasi pertama, yaitu

adanya peran jamur Aspergillus wentii dan Aspergillus oryzae. Protein

akan diubah menjadi bentuk protein terlarut, peptida, pepton dan asam-

asam amino, sedangkan karbohidrat diubah oleh aktivitas enzim

amilolitik menjadi gula reduksi. Proses fermentasi kedua menghasilkan

kecap atau tauco yang merupakan aktivitas bateri Lactobacillus sp.

Gula yang dihasilkan pada Kecap proses fermentasi diubah menjadi

komponen asam amino yang menghasilkan rasa dan aroma khas kecap.

12
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
8. Saccharomyces cerevisiae

Jamur ini dimanfaatkan untuk pembuatan tape, roti dan

minuman beralkohol dengan cara fermentasi. Tape dibuat dari

singkong atau beras ketan. Dalam pembuatan tape, mikroba berperan

untuk mengubah pati menjadi gula sehingga pada awal fermentasi tape

berasa manis. SelainSaccharomyces cerivisiae, dalam proses

pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor

chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera.

Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah

pati menjadi Tape gula sederhana (glukosa). Adanya gula

menyebabkan mikroba yang menggunakan sumber karbon gula

mampu tumbuh dan menghasilkan alkohol. Keberadaan alkohol juga

memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter

aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan

rasa masam pada tape yang dihasilkan.

Pada pembuatan roti, fermentasi berfungsi menambah cita rasa,

mengembangkan adonan roti dan membuat roti berpori. Hal ini

disebabkan oleh gas CO2 yang merupakan hasil fermentasi. Roti yang

dibuat menggunakan ragi memerlukan waktu fermentasi sebelum

dilakukan pemanggangan. Pembuat roti harus menyimpan adonan di

tempat yang hangat dan agak lembab. Keadaan lingkungan tersebut

13
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
dapat memungkinkan ragi untuk berkembang biak, memproduksi

karbon dioksida secara terus menerus selama proses fermentasi.

d. Mikroba yang Merugikan

Selain ada yang menguntungkan juga terdapat beberapa mikroba

yang dapat merugikan, yaitu:

1. Clostridium botulinium, menghasilkan toksin dan membusukkan

makanan

2. Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan,

penurunan pH, dan pembentukkan gas.

3. Burkholderia gladioli (sin. Pseudomonas cocovenenans),

menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek

e. Pengawetan Bahan Makanan

Pengawetan makanan dilakukan adalah untuk menanggulangi

akibat negatif yang ditimbulkan oleh mikroba dalam

makanan. Fungsi utama dari pengawet makanan adalah :

a. Memperpanjang umur atau masa simpan makanan

b. Mencegah terjadinya kerusakan makanan dalam rentan waktu yang

singkat, yang seringnya disebabkan oleh aktivitas mikroba

dalam bahan makanan.

14
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
c. Penggunaan pengawet makanan dalam bahan makanan akan mencegah

dan mematikan pertumbuhan mikroba penyebab rusaknya bahan

makanan.

Cara pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan

keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari

pengawetan. Secara garis besar ada tiga cara dalam mengawetkan

makanan, yaitu fisik, biologi dan kimia.

1. Fisik

Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling

bervariasi jenisnya, contohnya adalah:

a. Pemanasan; Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak

efektif untuk bahan yang mengandung gugus fungsional,

seperti vitamin dan protein.

b. Pendinginan; Dilakukan dengan memasukkan ke lemari

pendingin, dapat diterapkan untukdaging dan susu.

c. Pengasapan; Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk

pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.

d. Pengalengan; Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet)

dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).

e. Pembuatan acar; Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.

f. Pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair

15
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
g. Pengeringan; mencegah pembusukan makanan akibat adanya

mikroorganisme, biasanya dilakukan untuk bahan padat yang

mengandung protein dan karbohidrat

h. Pembuatan tepung; Teknik ini sangat banyak diterapkan pada

bahan karbohidrat Irradiasi, untuk menghancurkan

mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia.

2. Biologi

Pengawetan secara biologis, misalnya peragian (fermentasi),

adalah pengawetan dengan menggunakan jasa enzim. Enzim adalah

suatu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat

membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim

yang terdapat dalam makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau

mikroorganisme yang terdapat pada makanan tersebut.

Bahan makanan seperti daging, ikan, susu, buah-buahan dan

biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif bekerja

di dalam bahan tersebut. Enzim dapat menyebabkan perubahan dalam

bahan pangan. Perubahan itu bisa menguntungkan dan merugikan.

Yang menguntungkan bisa dikembangkan semaksimal mungkin, yang

merugikan harus dicegah. Perubahan yang terjadi dapat berupa rasa,

warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya.

Enzim penting dalam pengolahan daging antara lain bromelin

dari nenas, dan papain dari getah buah atau daun pepaya. Enzim

16
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
bromelin didapat dari buah nenas, digunakan untuk mengempukkan

daging. Aktifitasnya dipengaruhi oleh kematangan buah, konsentrasi

pemakaian dan waktu penggunaan. Untuk memperoleh hasil

maksimum sebaiknya digunakan buah yang muda. Semakin banyak

nenas yang digunakan, semakin cepat proses bekerjanya.

3. Kimiawi

Selain secara alami dan biologis, pengawetan juga bisa

menggunakan bahan-bahan kimia seperti gula pasir, garam dapur,

nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat

dan lain-lain.

Proses pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-

bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan yang

diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan dengan

bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat

menghambat berkembangbiaknya mikroorganisme seperti jamur atau

kapang, bakteri dan ragi.

Prinsip dari pengawetan ini adalah sebagai berikut.

1. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis)

bahan pangan

2. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan

termasuk serangan hama

17
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
3. Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia

yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat

mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba. Ditinjau

secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah

keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya. Karena

itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif

biasanya digunakan asam-asam organik. Cara yang dapat ditempuh

untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah:

a) Mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja

dengan aseptis)

b) Mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan

proses filtrasi

c) Menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme,

misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan,

penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet

kimia

d) Membunuh mikroorganisme, misalnya dengan melakukan

sterilisasi atau radiasi.

C. MIKROBIOLOGI Pasca-PANEN

ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba pada

masa pasca-panen (pertanian pangan, tanaman industri, tanaman obat dll)

18
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Mikrobiologi pasca panen pada kasus beras, beras sebagai jenis

bahan-makanan, merupakan substrat yang paling parah ditumbuhi oleh

mikroba, terutama oleh jamur dan ragi. Beberapa jenis jamur yang dapat

berkembang di dalam beras seperti Aspergillus, Penicillium, dan

Fusarium.

Kehadiran jamur dan ragi pada beras berhubungan erat dengan

lingkungan tempat asal bahan tersebut, yaitu :

1. Lapangan tempat padi tumbuh dan dipelihara

2. Kontaminasi selama pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan

3. Udara

4. Benda-benda asing seperti bagian dari tanaman lain, debu, kotoran

hewan, dan sebagainya yang terbawa bersama beras

Banyak jenis jamur dan ragi yang tumbuh pada beras kemudian

disebut jamur gudang. Akibat adanya pertumbuhan jamur dan ragi pada

beras, bukan saja akan menyebabkan keadaan yang dengan cepat diketahui

seperti penurunan volume atau berat, perubahan warna, kadang-kadang

tercium bau asam, tetapi juga ada masalah yang sangat penting yang

berhubungan dengan kasus keracunan dan terjadinya gejala penyakit

kanker, yaitu produksi dan kemudian akumulasi mikotoksin, atau toksin

yang dihasilkan oleh jamur. Berbagai jenis jamur telah sejak lama

diketahui menghasilkan mikotoksin, pada beras jenis-jenis yang sudah

diketahui kemampuannya untuk menghasilkan mikotoksin adalah jenis

19
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
jamur Aspergillus dapat menghasilkan 34 jenis mikotoksin, jenis jamur

Penicillium dapat menghasilkan 45 jenis mikotoksin, dan jenis jamur

Fusarium dapat menghasilkan 6 jenis mikotoksin.

D. MAKANAN FERMENTASI DAN PROTEIN SEL TUNGGAL

Makanan fermentasi adalah makanan yang diolah menggunakan

mikroba lain untuk merubah kandungan zat makanan yang terkandung di

dalamnya. Makanan fermentasi ini memang akrab untuk masyarakat

Indonesia pada umumnya. Yang membuat makanan fermentasi akrab di

telinga masyarakat Indonesia tentu saja masalah pengolahannya.

Fermentasi menggunakan ragi sebagai bahan utama pengolah bahan

makanana yang difermentasi. Fermentasi sendiri merupakan bagian

terpenting dari pengolahan makanan tipe ini. Ragi dalam proses fermentasi

berfungsi sebagai zat pengikat gizi supaya makanan tidak rusak dengan

adanya bakteri yang hidup di dalamnya. Proses fermentasi dalam makanan

adalah untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba, mempertahankan gizi

yang dikehendaki dan menciptakan kondisi yang tidak baik bagi mikroba

yang merugikan.

Protein sel tunggal merupakan produk pengembangan bahan

makanan berkadar protein tinggi yang berasal dari mikroba melalui

mekanisme biteknologi. Istilah protein sel tunggal (PST) digunakan untuk

membedakan bahwa protein sel tunggal berasal dari mikro organisme

bersel tunggal atau banyak, contohnya seperti bakteri atau alga.

20
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Pemanfaatan mikroorganisme tersebut dilakukan untuk menghasilkan

kualitas produk makanan berprotein tinggi. Sejarah penggunaan protein

sel tunggal secara komersial dimulai pada era Perang Dunia pertama di

negara Jerman dengan memproduksi khamir torula. Operasi utama dalam

memproduksi protein sel tunggal adalah dengan cara fermentasi yang

bertujuan untuk mengoptimalkan konversi substrat menjadi massa

mikrobial. Contoh penggunaanna antara lain Mikoprotein dari

Fusarium, Substrat: tepung gandum dan ketan serta Spirulina dan

Chlorella. Contoh diatas dipilih oleh para ilmuwan dalam

mengembangkan protein sel tunggal disebabkan kadar protein lebih tinggi

dari protein kedelai atau hewan dan memiliki pertumbuhan yang cepat dan

tepat.

Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan

digunakan sebagai sumber protein untuk hewan atau pangan harus

mendapat perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok antara

lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan,

dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan

pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk

yang dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai

protein sel tunggal, antara lain alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus;

dari khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen Fusarium gramineaum;

maupun dari bakteri.

21
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Ada dua faktor pendukug pengembangbiakan mikroorganisme

untuk protein sel tunggal, yaitu:

a. Laju pertumbuhan sangat cepat jika dibandingkan dengan sel tanaman

atau sel hewan dan waktu yang diperlukan untuk penggandaan relatif

singkat.

b. Berbagai macam substrat yang digunakan bergantung pada jenis

mikroorganisme yang digunakan.

Kelebihan protein sel tunggal adalah sebagai berikut:

a. Laju pertumbuhan sangat cepat yaitu dalam ukuran jam dan masih bisa

ditingkatkan lagi

b. Dapat menggunakan bermacam-macam media atau substrat

c. Produksi protein sel tunggal tidak bergantung pada iklim dan musim

d. Memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada hewan dan

tumbuhan.

E. MIKROBIOLOGI INDUSTRI

Industri mikrobiologi adalah kegiatan industri yang melibatkan

jasad hidup (mikroba) sebagai jasad pemroses. Karenanya selama proses

berlangsung, segala kegiatan akan melibatkan reaksi secara ensimatik.

Mikroba yang mempunyai kemampuan di dalam proses industri,

pada umumnya terdiri dari :

1) Kelompok utama

- Bakteri

- Fungi

22
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
- Mikroalga

2) Kelompok lain

- Protozoa

- Virus

Salah satu keuntungan di dalam industri mikrobiologi ialah bahwa

bahan baku tidak selamanya harus menggunakan bahan segar, tetapi dapat

juga bahan sisa/ limbah atau bahkan bahan buangan sekalipun. Juga

pelaksanaan proses tidak selamanya harus dilakukan di lingkungan pabrik

yang mempunyai bangunan khusus, di alam terbuka pun, seperti misalnya

dalam bentuk kolam, saluran dan sebagainya, proses dapat berlangsung.

a. Sektor Industry-mikrobial

Bidang kegiatan industri-mikrobial yang tergantung kepada

hasil yang didapatkan, terbagi ke dalam beberapa sector-kegiatan,

antara lain : sector kimia, sector farmasi, sector makanan,sector

pertanian, dan sebagainya.

b. Contoh Industry-mikrobial

Kegiatan industry-mikrobial tidak saja hanya dilakukan di

dalam skala besar seperti di dalam bentuk pabrik /industry besar

dengan modal besar dan secara banyak, tetapi dapat pula berjalan di

dalam skala kecil dengan modal terbatas dan sarana sederhana. Yang

terakhir misalnya dalam bentuk pabrik bahan makanan yang

difermentasikan secara tradisi (tempe,oncom,kecap,terasi,pindang,dan

sebagainya) yang sampai saat ini masih tetap berbentuk kegiatan kecil

23
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
atau sedang yang masih berbentuk kegiatan turun menurun di

lingkungan keluarga terbatas.

Beberapa contoh kegiatan industry microbial yang perlu untuk

diketengahkan antara lain :

1) Pembuatan Alkohol

Alkohol merupakan senyawa organik yang sangat

bermanfaat. Maka dari itu usaha untuk membuat alkohol pun

semakin besar. Inilah reaksi pembuatan alkohol:

Mereaksikan Alkil Halida (Haloalkana) dengan Basa

Reaksi antara alkil halida dengan basa akan menghasilkan

alkohol dan garam. RX + KOH → ROH + KX Cara ini digunakan

secara khusus untuk membuat amil alkohol dalam skala besar,

yaitu dengan mereaksikan kloropentana dan KOH. Dari hasil

eksperimen dapat disimpulkan bahwa alkil iodida lebih cepat

reaksinya daripada alkil bromida maupun alkil klorida. Selain itu

halida primer menghasilkan hasil alkohol yang lebih banyak

dibandingkan dengan alkil halida sekunder maupun tersier.

Mereduksi Aldehida dan Keton

Reaksi aldehida oleh hidrogen menghasilkan alkohol

primer. RCHO + H2 → ROH Sedangkan reaksi keton oleh

hidrogen menghasilkan alkohol sekunder. ROR + H2 → ROH

Alkohol tersier tidak dapat dihasilkan melalui reaksi reduksi.


24
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Hidrolisis Alkil Hidrogensulfat

Pembuatan alkohol dengan cara hidrolisis alkil hidrogen

sulfat banyak digunakan untuk membuat etanol perdagangan.

Senyawa etil hidrogensulfat yang diperlukan dibuat dari reaksi

adisi H2SO4 pada etena. Contoh:

CH3-CH2-SO3H + H2O → CH3CH2OH + H2SO4

Hidrasi Alkena

Alkena jika dikenai reaksi hidrasi dengan adanya asam

encer akan menghasilkan alkohol. Sebagai contoh, hidrasi etilena

akan menghasilkan etil alkohol (etanol). Reaksinya adalah:

CH2=CH2 + H2O ⇌ CH3CH2OH

Hidrolisis Ester

Rumus ester suatu asam organik adalah RCOOR'. Bila ester

tersebut dihidrolisis dapat menghasilkan alkohol dan asam

karboksilat menurut persamaan reaksi:

RCOOR' + H2O ⇌ RCOOH + R'OH

Cara hidrolisis ini ditempuh saat tidak ada cara lain untuk

membuat suatu alkohol yang diperlukan.

Menggunakan Reagen Grignard

25
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Alkohol primer, sekunder dan tersier dapat dibuat dengan

reagen Grignard. Reagen Grignard adalah senyawa organometalik

dengan rumus umum RMgX.

Langkah 1: CH3-Mg-Cl + HCHO → CH3-CH2-OMgCl

Langkah 2: CH3-CH2-OMgCl + H2O → CH3-CH2-OH +

MgCl(OH)

2) Pembuatan sirup glukosa

Proses pembuatan Sirup glukosa dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu:

Hidrolisis secara enzimatis

Hidrolisis secara enzimatis memutus rantai pati secara

spesifik pada percabangan tertentu. Hidrolisis enzimatis memiliki

beberapa keuntungan, yaitu prosesnya lebih spesifik, kondisi

prosesnya dapat dikontrol, biaya pemurnian lebih murah,

dihasilkan lebih sedikit abu dan produk samping, dan kerusakan

warna dapat diminimalkan. Pada hidrolisis pati secara enzimatis

untuk menghasilkan sirup glukosa, enzim yang dapat digunakan

adalah α-amilase, β-amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase,

pullulanase, dan isoamilase.

Tahapan pembuatan sirup glukosa dengan cara hidrolisis

menggunakan enzim terdiri dari likuifikasi, sakarifikasi, purifikasi,

26
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
dan evaporasi. Tingkat mutu sirup glukosa yang dihasilkan

ditentukan oleh kadar air, warna sirup, dan tingkat konversi pati

menjadi komponen-komponen glukosa, maltosa, dan dekstrin,

yang dihitung sebagai ekuivalen dekstrosa (DE). Nilai ekuivalen

dekstrosa (DE) sirup glukosa yang tinggi dapat diperoleh dengan

optimalisasi proses likuifikasi dan sakarifikasi, sedangkan kadar

padatan dan warna sirup glukosa yang sesuai standar (SNI)

diperoleh dengan proses evaporasi.

Hidrolisis secara asam

Hidrolisis pati dengan menggunakan katalis asam, molekul

pati akan dipecah secara acak oleh asam dan gula yang dihasilkan

sebagian besar merupakan gula pereduksi. Pada hidrolisis pati

menggunakan katalis enzim, molekul pati akan dipecah atau

diputus oleh enzim secara spesifik pada percabangan tertentu.

Hidrolisis pati secara asam hanya akan mendapatkan sirup glukosa

dengan dektrosa equivalen (DE) sebesar 55. Sedangkan hidrolisis

pati secara enzimatis akan mendapatkan sirup glukosa dengan DE

lebih dari 95%.

3) Pembuatan Asam Asetat

Dalam pabrik pembuatan asam asetat lebih sering

menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada dua macam

proses pembuatan asam asetat dalam pabrik yakni proses monsanto

27
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis kompleks

Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa

menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh

ruthenium.

4) Pembuatan Asam Sitrat

Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini

lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa

agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan

yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara

mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam

kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat

dengan penambahan asam sulfat.

Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi

adalah dengan ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon

senyawa basa organik trilaurilamina yang diikuti dengan re-

ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.

5) Pembuatan Enzim

Bakteri tunggal mampu memproduksi enzim dalam jumlah

yang kecil, semakin banyak mikroorganisme yang terlibat maka

akan menghasilkan jumlah enzim yang lebih banyak. Proses

penggandaan mikroorganisme inilah yang disebut dengan proses

fermentasi. Untuk menghasilkan enzim dalam skala industri, tetap

28
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
saja diawali oleh sebotol kecil mikroorganisme yang dipersiapkan

untuk itu. Umumnya mikroorganisme dalam bentuk kering atau

sudah dalam bentuk terbekukan untuk menjaga dari gangguan

lingkungan yang mampu mengubah keadaan mikroorganisme

tersebut atau malah dapat mematikannya. Mikroorganisme tertentu

yang dipersiapkan tersebut dinamakan “production strain”, atau

mikroorganisme jenis tertentu yang merupakan cikal bakal produk

enzim.

Hal yang sangat penting diperhatikan dalam proses

fermentasi adalah sterilisasi. Untuk memperoleh enzim sesuai

dengan yang diinginkan, strain produksi dan bahan baku yang

digunakan dalam proses pembuatan enzim haruslah benar-benar

terjaga dari kontaminan atau mikroorganisme lain yang tidak

diinginkan. Hal ini untuk menjaga produk dan menghilangkan

kegagalan produk, Jika strain produksi tidak dijaga dari

kontaminan, kemungkinan akan terjadi penggandaan yang tidak

terkendali, mikroorganisme “antah barantah” akan muncul dengan

tujuannya masing-masing dan dalam keadaan ini produk yang

diinginkan tidak akan diperoleh. Strain produksi, disebut juga bibit

untuk produksi enzim, pada mulanya dibiakan dalam labu kecil

yang mengandung nutrien. Nutrien adalah persediaan bahan

makanan untuk mikroorganisme tertentu yang akan

dikembangbiakkan. Labu tersebut ditempatkan dalam inkubator,

29
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
sebuah alat yang mampu menjaga temperatur optimal bagi

pertumbuhan mikroorganisme yang dimaksud.

6) Inokulum Rhizobium

Contonya : Legin

Legin adalah Inokulum Rhizobium yang mengandung

bakteri Rhizobium untuk inokulasi (menulari) tanaman legum.

Legin singkatan dari Legume Inoculant (Legume Inoculum).

Bakteri Rhizobium adalah bakteri yang dapat bersimbiosis dengan

tanaman legum, membentuk bintil akar, dan menambat nitrogen

dari udara sehingga mampu mencukupi kebutuhan nitrogen

tanaman sekurang-kurangnya sebesar 75 %.

Tersedia 6 (enam) macam Legin yaitu :

a. Legin Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

b. Legin LCC (Legume Cover Crops, Legum Penutup Tanah)

untuk Calopogonium caeruleum (CC), Calopogonium

mucunoides (CM), Centrosema pubescens (CP), Pueraria

javanica (PJ), dan Flemingia congesta (FC).

c. Legin Korobenguk (Mucuna pruriens)

d. Legin Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala)

e. Legin Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)

f. Legin Tanaman Hutan untuk Albizzia falcataria (AF), Acacia

mangium (AM), dan Acacia auriculiformis (AA).


30
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
7) Pembuatan keju

Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk

mengolah susu hingga menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan

keju pada dasarnya sama walaupun ada ratusan jenis keju yang

diproduksi di seluruh dunia. Keju memiliki gaya dan rasa yang

berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis

bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses

fermentasi maupun penyimpanan ("pematangan"). Faktor lain

misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil

susu dan proses pemanasan susu. Ada lima tahapan utama dalam

pembuatan keju.

F. MIKROBIOLOGI KESEHATAN

Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian

terhadap tubuh inang disebut sebagai patogen. Sedangkan kemampuan

mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut pathogenesis.

Ketika suatu mikroorganisme memasuki inang yang memasuki jaringan

tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan

infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya

rusak, maka hal ini dapat menimbulkan penyakit. Patogen merupakan

beberapa jenis mikroorganisme atau organisme lain yang berukuran yang

lebih besar yang mampu menyebabkan penyakit.

Derajat kemampuan suatu pathogen oportunistik untuk

menyebabkan penyakit disebut virulensi. Komponen mikroorganisme

31
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
yang meningkatkan pathogenesis disebut factor virulensi. Jika suatu

mikroorganisme lebih mampu menyebabkan suatu penyakit, dikatakan

lebih virulen dari yang lain. Factor virulensi beberapa pathogen mudah

diidentifikasi. Sebagai contoh, sel Streptococcus pnemoniae yang

memiliki kapsul bersifat virulen dan menyebabkan pneumonia, sebaliknya

yang tidak berkapsul bersifat avirulen. Strain virulen

dari Corynebacterium diptheriaemenghasilkan suatu toksin yang

menyebabkan diphtheria. Untuk kebanyakan pathogen, factor virulensi

tidak begitu nyata.

Mekanisme suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit

infeksi, adalah melalui tahapan sebagai berikut :

a. Harus menginfeksi inang (suatu pathogen primer harus memasuki

inang).

b. Harus melakukan metabolism dan memperbanyak diri dalam jaringan

inang.

c. Harus melawan pertahanan inang, untuk sementara.

d. Harus merusak inang.

G. MIKROBIOLOGI ANALITIK

Ada beberapa teknik dasar di dalam analisa mikrobiologi yang

harus diketahui, meliputi : teknik transfer aseptis, Agar Slants (Agar

miring), Turbiditas media broth (kekeruhan kaldu),Teknik Dilusi

(pengenceran), TeknikPour-Plate (lempeng tuang), Teknik Spread Plate

32
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
(lempeng sebar), Teknik Streak Plate (lempeng gores). Selanjutnya yang

akan dibahas hanya teknik transfer aseptis.

Teknik transfer aseptis a dalah suatu metode atau teknik di dalam

memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat

lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke

dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci

keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang

hendak melakukan analisis mikrobiologi.

a. Analisi Terhadap Air

Air merupakan kebutuhan esensial bagi seluruh makhluk

hidup dan merupakan habitat yang secara alami sangat mudah

tercemar oleh faktor biotik dan abiotik. Untuk dapat digunakan

sebagai air minum, maka air tersebut harus memenuhi 3 syarat, yaitu

nilai MPN koliform dan coli adalah 0 cell/ml, nilai TPC < 102

CFU/ml, dan bakteri patogen harus bernilai 0 atau nihil. Untuk itu,

maka pada praktikum ini akan dilakukan uji mikrobiologi air untuk

mengetahui kelayakan air tersebut untuk dapat digunakan sebagai air

minum atau tidak. Dan dari uji tersebut, diperoleh hasil sebagai

berikut

1. Uji pada air kemasan

Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji

pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya

bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0


33
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA

didapatkan jumlah mikroba 5 CFU/ml. Dan pada uji patogen

dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 7

CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri Salmonella

dan Shigella dengan jumlah 3 CFU/ml. Dari beberapa nilai

tersebut dapat disimpulkan bahwa air kemasan tersebut tidak

layak untuk diminum.

2. Uji pada air isi ulang

Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji

pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya

bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0

cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA

didapatkan jumlah mikroba 149 CFU/ml. Dan pada uji patogen

dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah

87 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri

Salmonella dan Shigella dengan jumlah 197 CFU/ml. Dari

beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air isi ulang

tersebut tidak layak untuk diminum.

3) Uji pada air PDAM

Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji

pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya

bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0

cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA

34
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
didapatkan jumlah mikroba 325 CFU/ml. Dan pada uji patogen

dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah

129 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri

Salmonella dan Shigella dengan jumlah 1 CFU/ml. Dari beberapa

nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air PDAM tersebut tidak

layak untuk diminum.

4) Uji pada air sumur

Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji

pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya

bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah

cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA

didapatkan jumlah mikroba 154 CFU/ml. Dan pada uji patogen

dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah

206 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri

Salmonella dan Shigella dengan jumlah 304 CFU/ml. Dari

beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air sumur

tersebut tidak layak untuk diminum.

b. Analisis Terhadap Bahan Makanan

Mikrobilogi pangan adalah ilmu yang mempelajari

pengaruh proses pengolahan terhadap sel mikroorganisme,

termasuk mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses

pengolahan. Disamping itu, ilmu mikrobiologi pangan merupakan

ilmu yang juga mempelajari perubahan-perubahan yang merugikan

35
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
seperti kebusukan dan keracunan makanan, maupun perubahan-

perubahan yang menguntungkan seperti dalam fermentasi

makanan. Proses pengolahan dan pengawetan makanan tidak

sepenuhnya dapat mencegah semua perubahan-perubahan yang

merugikan. Contonya, pada makanan-makanan yang telah

diawetkan dengan pembekuan atau pengeringan, enzim-enzim

yang terdapat di dalam bahan pangan masih mungkin aktif dan

menyebabkan perubahan warna, tekstur maupun citarasa dari suatu

produk pangan.

1) Perhitungan total count (bakteri, ragi dan jamur)

2) Deteksi dan enumerasi terhadap :

a. Bakteri patogen (salmonella, Shigella, Vibrio).

b. Bakteri penghasil toksin seperti Clostridium (hidup

anaerobik), Pseudomonas, Vibrio,Salmonella,

Staphylococcus (hidup aerobik).

c. Bakteri pembusuk, pemecah protein, penghasil lendir.

d. Jamur penghasil mikotoksin (Aspergilus, Penicillium,

Fusarium)

e. Jamur perubah warna rasa dan bau.

3) Jumlah perkiraan terdekat ter hadap bakteri Coli (Umum dan

fekal).

36
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa

mikrobiologi terapan terdapat beberapa bagian dan ada bagian yang

menguntungkan adajuga yang merugikan seperti pada mikrobiologi

makanan terdapat mikroba pada bahan makanan yang mendatangkan

keuntungan seperti Lactobacillus yang dapat digunakan untuk memnuat

yogurt, Pediococcus cerevisiae yang digunakan untuk pembuatan sosis.

Dan yang merugikan antara lain Clostridium botulinium yang dapat

menghasilkan toksin dan membusukkan makanan, Leuconostoc

mesenteroides dapat menyebabkan pelendiran makanan, penurunan pH,

dan pembentukkan gas dan Burkholderia gladioli (sin. Pseudomonas

cocovenenans), dapat menghasilkan asam bongkrek, terdapat

pada tempe bongkrek.

B. Saran

Adapun saran pada makalah ini adalah Mikroba atau bakteri

memang dapat mempermudahkan kita dalam berbagai macam hal, namun

berhati-hatilah memilih mikroba yang digunakan karena dari berbagai

macam mikroba itu ada yang menguntungkan kita dan ada juga yang dapat

merugikan kita. Dan kita juga harus waspada pada jenis mikroba yang

membahayakan kehidupan kita misalnya seperti senjata biologi yang dapat

membunuh manusia.

37
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta.

Gandjar, Indrawati, dkk..2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor


Indonesia : Jakarta.

Suwarno. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional : Jakarta.

38
MIKROBIOLOGI| MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN

Anda mungkin juga menyukai