Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRATIKUM MIKROBIOLOGI

PENGAMATAN MIKROORGANISME PADA BAHAN MAKANAN

Nama : Putri Natalia Sidabutar

Nim : A1C418047

Kelompok : 3 ( Tiga )

DOSEN PENGAMPU :

Dra.Harlis,M.Si

Retni Sulistyoning Budiarti,S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri makanan yang sehat adalah makanan yang higienis dan sangat
bergizi, untuk memperoleh makanan yang sehat diperlukan beberapa persyaratan
khusus yang harus dilakukan diantaranya adalah pengolahan makanan yang sesuai
atau memenuhi syarat, penyiapan makanan yang benar dan pengangkutan yang
sesuai .Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) makanan yang
baik adalah makanan yang didalamnya terdapat kandungan gizi, bersih, dan
terbebas dari bahan berbahaya. Prinsip dari kehigenisan dan sanitasi makanan
adalah pengendalian 4 faktor penyehatan makanan, diantaranya adalah tempat
atau bangunan ketika makan, peralatan yang digunakan saat makan, orang yang
mengolah makanan tersebut, dan bahan apa saja yang digunakan untuk yang
mengolah makanan tersebut.Diantara prinsip-prinsip tersebut, salah satu hal yang
penting adalah alat makan dan peralatan masak yang digunakanhal ini berisiko
dapat menimbulkan kontaminasi silang yang dapat menyebabkan food borne
disease dan keracunan makanan apabila tidak steril. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah kontaminasi makanan oleh bakteri
pathogen(penyebab penyakit), virus, dan jamur yang terdapat pada makanan
maupun yang berasal dari luar sehingga dapat mencemari makanan.
Berdasarkan hal- hal tersebut maka dilakuka percobaan mengenai pengamatan
mikroorganisme pada bahan makanan, dimana bahan – bahan makanan yag
digunakan adalah Ragi, jamur,tempe,tongkol jagung, roti dan batok kelapa yang
mudah ditemukan di lingkungan sekitar mahasiswa. Sehingga diharapkan
pratikum dapat berlangsung dengan lancar.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
mendeskripsikan struktur morfologi dari mikroorganisme yang terdapat pada
bahan makanan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroorganisme

Pengertian dari mikroorganisme itu sendiri adalah jasad hidup yang


ukurannnya sangat kecil, dan tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau
memerlukan bantuan seperti mikroskop.Mikroorganisme pasti terdiri dari sel
dimana setiap sel mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mempertahankan
aktivitas kehidupannnya dengan berbagai cara antara lain dengan cara mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi melalui organelnya(mitokondria) dan
bereproduksi dengan sendirinya(pada umumnya bereplikasi).Mikroorganisme
memiliki fleksibilitas dalam proses terjadinya metabolisme yang sangat tinggi hal
ini disebabkan karena mikroorganisme wajib mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan sekaligus mempertahankan diri yang sesuai dengan keadaa yang
ada sehingga apabila ada interaksi dengan lingkungan luar dari tubuhnya akan
menyebabkan terjadinya konversi suatu zat yang tinggi pula.Namun karena
ukuran mikroba yang mikroskopis, maka mikroorganisme tidak dapat untuk
melakukan penyimpanan terhadap enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan
demikian enzim yang tidak diperlukan bagi mikroorganisme tidak akan disimpan
dalam bentuk persediaan, Sedangkan enzim-enzim tertentu yang berguna bagi
tubuh sangat diperlukan untuk perngolahan bahan makanan yang diproduksi bila
bahan makanan tersebut sudah ada.

Mikroorganisme ketika ingin mempertahankan hidupnya tidak memerlukan


medium yang beruukuran besar sehingga sangat mudah jika kita ingin melakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan bakteri dalam media buatan, dan tingkat
pembiakannya relative cepat. Oleh karena itu, Setiap mikroorganisme memiliki
peranan masing-masing dalam kehidupan, baik mikroorganisme yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Pada umumnya, prinsip dari hal diatas adalah
banyak orang menyadari bahwa beberapa mikroorganisme dapat menimbulkan
kerugian pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu contohnya
adalah dalam bidang mikrobiologi kedokteran dan juga ilmu fitopatologi dimana
banyak ditemukan mikroorganisme yang patogen dan menyebabkan penyakit
dengan sifat-sifat kehidupannya yang khusus. Meskipun di dalam bidang
pegetahuan yang lain mikroorganisme dianggap merugikan, tetapi perannya yang
menguntungkan juga tidak kalah jauh lebih menonjol (Putri dkk,2018 : 9).

2.2 Karakteristik Bakteri

Menurut Faridah ( 2019 : 35 ) Karakteristik dari bakteri meliputi :


• Bentuk batang
Bakteri bentuk batang dikenal denan nama atau istilah basil (berasal dari
kata bacillus yang berarti batang). Bentuk ini dapat dibedakan menjadi :
a) Monobasil,yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang yang tunggal.
Contoh: Salmonella typhosa yang merupakan bakteri penyebab penyakit
tipus, Escherichia coli bakteri yang terdapat pada usus dan Lactobacillus
dalam pembuatan makanan.
b) Diplobasil adalah salah satu bentuk bakteri basil yang bergandengan dua-
dua seerti kromosom.
c) Streptobasil yaitu bakteri berbentuk basil yang bergandengan memanjang
berbetuk rantai, misal Azotobacter, bakteri pengikat nitrogen.

• Bentuk bulat
Pada umumnya tidak ada bakteri yang bentuknya benar-benar bulat
sempurna, yang ada adalah bentuk spheroid. Bentuk bakteri yang bulat atau
disebut juga dengan coccus dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Monokokus yaitu bakteri berbentuk bola tunggal,
b) Diplokokus adalah bakteri yang berbentuk seperti bola bergandengan dua-dua/
berpasang-pasangan,
c) Streptokokus adalah bakteri yang berbentuk bola berkelompok memanjang
dimana kelompok bola tersebut berbentuk seperti rantai, misal Streptococcus
thermophilis untuk pembuatan yoghurt (susu asam).
d) Stafilokokus yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni seperti buah anggur,
sebagai hasil pembelahan sel ke segala arah. Contoh bakteri bentuk ini adalah
Stafilokokus aureus, yakni bakteri penyebab penyakit radang paru-paru.
e) Tetracoccus adalah bakteri yang berbentuk bulat namun bentuknya terdiri dari
4 sel atau bola yang berkelompok dantersusun dalam bentuk bujur sangkar
seperti hasil pembelahan sel ke dua arah.
f) Sarkina yaitu bulat terdiri dari 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai
hasil pembelahan sel ke tiga arah.

• Bateri lengkung
Bakteri yang berbentuk lengkung atau meliuk pada umumnya dapat dibagi
menjadi bentuk koma (vibrio), apabila lengkungnya kurang dari setengah
lingkaran atau separuh. Jika bentuk spiralnya halus dan lentur/fleksibel disebut
dengan spirochaeta dan jika spiralnya tebal dan kaku/keras disebut dengan
spirilium. Bakteri bentuk ini dapat dibedakan menjadi:
a) Spiral, adalah bentuk bakteri yang seperti spiral misalnya Spirillum.
b) Vibrio, adalah salah satu bentuk bakteri spiral yang tak sempurna,
misalnya bakteri Vibrio cholera yakni bakteri penyebab penyakit kolera.
c) Spiroseta adalah bakteri berbentuk spiral yang besifat lentur atau
fleksibel. Pada saat bakteri ini bergerak, pergerakan tubuhnya memanjang
dan mengkerut demikian seterusnya.

2.3 Karakterstik Khamir


Menurut Diarti dkk ( 2017:127), Penggunaan istilah khamir pada umumnya
digunakan untuk sebutan bagi bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari
kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen namun bersifat uniseluler dengan
bentuk ovoid atau spheroid.
Karakteristik morfologi khamir dideterminasi menggunakan uji miroskopis.
• Bentuk struktur
Bentuk khamir dapat sperikal sampai ovoid. Kadang dapat membentuk
miselium semu. Ukuranya juga bervariasi. Apabila kita ingin mengamati struktur
khamir maka yang dapat kita amati meliputi dinding sel, sitoplama, vakuola air,
globula lemak dan granula.
• Reproduksi
Pada umumnya khamir melakukan reproduksi secara aseksual. Melalui
pembentukan tunas secara multilateral ataupun polar. Reproduksi khamir secara
seksual akan menghasilkan askospora proses ini dilakukan melalui konjugasi dua
sel atau konjugasi dua askospora sehingga akan menghasilkan sel anakan kecil.
Jumlah spora dalam askus khamir sangat bervariasi tergantung kepada macam
khamirnya.
• Karakteristik kultur
Karakteristik khas khamir adalah dapat membentuk suatu lapisan film di
atas permukaan medium yang sifatnya cair/tidak padat. Produksi pigmen
karotenoid pada khamir menandakan adanya pertumbuhan genus Rhodotorula.
Perbedaan antara khamir dan bakteri pada medium agar sangat sulit untuk
dibedakan, harus diamati menggunakan alat seperti mikroskop. Koloni dari
khamir yang masih muda biasanya memiliki tekstur yang lembab dan sering
berlendir dengan warnanya yang putih. Beberapa koloni ada juga yang berwarna
merah muda. Khamir ada yang memiliki sifat oksidatif, fermentatif maupun kedua
sifat tersebut. Khamir yang bersifat oksidatif dapat tumbuh dengan membentuk
lapisan film pada permukaan medium cair sedangkan yang bersifat fermentatif
biasanya tumbuh langsung dalam media yang cair.

2.4 Karakteristik Jamur

Menurut Kresno dkk( 2014:66) Pengertian jamur adalah golongan mikroba


multiseluler yang umumnya dimanfaatkan manusia dalam bidang fermentasi
makanan atau untuk dibudidayakan. Jamur yang berbentuk hifa adalah jamur yang
paling sering digunakan dalam bidang fermentasi. Salah satu contoh fermentasi
makanannya adalah pada fermentasi tempe dan kecap.
Budidaya jaur memiliki tujuan untuk diambil hasilnya yang dikenal dengan
sebutan umum cendawan, contohnya budidaya jamur lainnya adalah jamur tiram,
jamur merang, jamur kuping dan sebagainya.
Karakteristi fisiologi jamur adalah sebagai berikut:
• Kandungan air
Pada umumnya jamur yang berbentuk benang lebih resisten terhadap
dehidrasi akibat kekeringan dibandingkan dengan khamir atau bakteri. Tetapi
harus diingat bahwa ,kandungan air total memiliki batatasan-batasan (pendekatan)
tertentu pada makanan yang agar pertumbuhan jamur dapat diukur, dan dapat
dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14-15% yang terdapat pada biji buah –
buahan atau makanan yang bersifat kering dianggap dapat mencegah atau
memperlambat pertumbuhan dari jamur.
• Suhu
Pada umumnya jamur termasuk dalam kelompok mahluk hidup mesofilik,
yakni jamur dapat tumbuh pada suhu yang normal. Suhu optimum pada umumnya
untuk kebanyakan jamur adalah sekitar 250-300C , Tetapi beberapa jamur dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 350- 370C atau lebih, misalnya pada spesies
Aspergilus. Beberapa kelompok kecil dari jamur termasuk kedalam psikrotrofik,
yang berarti jamur dapat tumbuh dengan baik pada suhu dingin sekalipun, dan
beberapa kelompok lainnya masih dapat tumbuh pada suhu dibawah pembekuan
(-50 sd 100C). Sedikit kecil kelompok yang mampu tumbuh pada suhu yang tinggi
(termofilik).
• Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman
Kelompok jamur berbentuk benang biasanya bersifat aerob( membutuhkan
oksigen dalam menghasilkan energi), Interval pH yang luas (pH 2 – 8,5)adalah
titik tumbuh bagi kebanyakan jamur agar dapat tumbuh dengan sempurna
,Meskipun sebagian kelompok jamur lebih mudah tumbuh di tempat dengan
tingkat pH yang asam.

• Kebutuhan makanan (Nutrisi)


Kebutuhan jamur terhadap makanan(nutrisi) dapat menggunakan bermacam-
macam makanan yang mudah didapat mulai dari makanan yang sederhana sampai
yang kompleks. Terdapat beberapa enzim hidrolitik yang terkandung didalam
diantaranya yaitu amilase, pektinase, proteinase, dan lipase.
• Senyawa penghambat
Jamur dapat digunakan sebagai penghambat mikroba lain karena memiliki
berbagai senyawa dan komponen yang berguna sebagai penghambat. Contohnya
adalah jamur Penicilium chrysogenum karena dapat memproduksi penisilin di
dalam tubuhnyanya, Contohnya adalah jamur Aspergilus clavatus, klavasin.
Sedagkan komponen kimia bersifat mikostatik, yakni data diguakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam sorbat, propionat, asetat) atau
bersifat fungisida yang dapat mematikan jamur.

2.5 Contoh Pengamatan Mikroba Pada Bahan Makanan


Mikroorganisme yang terdapat dalam makanan dan minuman otomatis dapat
merusak atau mengubah struktur maupun komposisi dari bahan makanan dan
minuman tersebut. Terkontiminasinya makanan oleh mikroorganisme dapat
menimbulkan suatu masalah yakni adanya gejala keracunan, yang disebabkan
oleh salah satu mikroorganisme yang mengkontaminasi. Waktu terkontaminasinya
makanan dapat terjadi mulai dari pengolahan bahan baku, proses bahan, peralatan,
pengemasan, karyawan, serta air yang digunakan dan jenis wadah atau kemasan
yang digunakan. Penguraian protein, lemak dan polisakarida dapat menyebabkan
terjadinya perubahan tekstur dari makanan tersebut. Proses perombakan asam
amino dan asam lemak yang kurang efektif serta fermentasi dari gula sederhana
yang gagal dapat menyebabkan perubahan citarasa pada makanan. Tercampurnya
beberapa makanan dapat menimbulkan bau, tekstur dan rasa yang berubah-ubah.
.Staphylococcus aureus merupakan salah satu jenis mikroba normal pada tubuh
manusia tergolong dalam bakteri gram positif dengan bentuk bulat, hidupnya
berkoloni menyerupai anggur dan mampu menghasilkan pigmen. Bakteri ini
umumnya ditemukan dalam udara, debu, limbah, tumbuh pada makanan dan
menghasilkan enterotoksin namun tidak mempengaruhi penampilan luar dari
makanan. Entorotoksin menyebabkan keracunan apabila jumlah S. aureus
mencapai 108 CFU/g. Titik awal yang akan tampak apabila terjadi keracunanan
berupa mual, muntah, hipotermia, diare, lemah dan lesu. Adapun penyakit yang
ditimbulkan seperti infeksi pada folikel rambut, infeksi pada luka, meningitis dan
pneumonia.Beberapa penelitian menunjukkan bakteri S. aureus mengkontaminasi
daging ayam beku sosis tradisional .Bahan pangan khas dari Negara indonesia
yang sering digunakan untuk menambah cita rasa pada makanan adalah santan.
Santan sangat mudah ditemukan dipasar-pasar tradisional,Santan yang beredar di
pasaran ada 2 macam yaitu santan segar( yang diolah langsung) dan santan
kemasan. Pada umumnya santan yang sering digunakan oleh masyarakat adalah
santan kemasan hal ini dikarenakan dengan alasan murah dan praktis.Menurut
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) standar bakteri Staphylococcus sp
pada santan kelapa adalah 1 x 102 koloni/g. Apabila jumlah bakteri yang ada
dalam pengamatan berada di bawah jumlah standar(SNI) maka dapat dikatakan
bahwa santan masih layak untuk dikonsumsi oleh khalayak ramai namun apabila
melebihi batas standar maka santa dikatakan berbahaya dan tidak baik untuk
dikonsumsi oleh masyarakat karena bisa menimbulkan penyakit.Tujuan
diadakannya penelitian mengenai mikroorganisme pada bahan makanan ini adalah
untuk melihat keberadaan mikroba Staphylococcus aureus serta untuk mengetahui
kelayakan santan kelapa yang beredar di kota Makassar(Adrimarsya,2014:31).

2.6 Mikroorganisme pada Bahan Pangan

Mikroorganisme yang paling sering bersifat pathogen sekaligus


mengkontaminasi bahan pangan berupa bakteri, virus, fungi maupun parasit
lainnya. Perlu diketahui bersama bahwa tidak semua bakteri merugikann ada
bakteri yang kontamina terhadap bahan pangan yang dapat pula menginfeksi
manusia seperti Echerichia coli, Salmonella enterica, Staphylococcus aureus,
Listeria monocytogenes, Campylobacter jejuni, Bacillus cereus, E. coli adalah
bakteri yang bertindak sebagai produsen toksin Shiga lainnya. Bakteri tersebut
dapat digunakan sebagai bahan dasar pangan, seperti bahan dasar
pangan,makanan setengah matang (daging, seafood, unggas, dll), serta
makanan siap saji yang mudah kita temukan.

Situasi saat ini banyak yang mengkhawatirkan keamanan pangan dari suatu
mkanan yang tidak hanya merupakan isu dalam bidang pertanian, tetapi juga
merupakan isu penting dalam bidang kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan
banyaknya penyebaran penyakit akibat makanan (foodborne diseases) baik di
negara berkembang maupun maju ( Widyatusti dan Fafa,2017 :81).
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

• Mikroskop cahaya
• Kaca Objek dan Penutup
• Pipet dan Botol Semprot
• Jarum Inokulasi
• Cawan Petri

3.1.2 Bahan

Bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah :

• Alkohol dan Kertas Tissue


• Ragi,Jamur tempe, Tongkol Jagung,Roti, dan Batok Kelapa
• Air Suling

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Pengamatan preparat segar jamur

Kaca Objek

Dibersihkan dengan Alkohol dan kertas Tissue


Diteteskan 1-2 tetes air destilasi ke atas kaca objek, secara aseptic
ambil sebagian misellium dari sampel. Lakukan masing-masing
pada kaca obbjek yang berbeda.

Jarum Inokulasi

Dicerai- beraikan misellium yang terambil dengan jarum inokulasi


Diteteskan dengan 1-2 lactophenol cotton blue

Kaca Penutup

Ditutup dengan kaca penutup

Mikroskop

Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop mulai dari


pembesaran kecil sampai ke pembesaran besar

Dicatat dan gambarkan hasil pengamatan.

3.2.2 Pengamatan Preparat Segar Ragi

Kaca Objek

Dibersihkan dengan Alkohol dan Kertas Tissue

Diteteskan 1-2 tetes air destilasi ke atas kaca objek

Jarum Inokulasi
Dicerai- beraikan secara aseptic ragi yang sudah dihaluskan

Kaca Penutup
Ditutup apusan dengan kaca penutup

Mikroskop
Diamati dibawah mikroskop

Dicatat dan digambarkan hasil pengamatan( bandingkan dengan


yang diberi warna )
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hal diatas maka dapat diambil kesimpulan Pengertian dari


mikroorganisme itu sendiri adalah jasad hidup yang ukurannnya sangat kecil, dan
tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau memerlukan bantuan seperti
mikroskop, Bakteri memiliki beberapa karakteristik tersendiri didalam makanan.

4.2 Saran

Sebaiknya pratikum dilakukan dengan lebih berhati-hati lagi agar pratikum


dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.Serta
pengamatan terhadap mikroorganisme harus dilakuka dengan hati-hati
DAFTAR PUSTAKA

Adrimarsya,2014. Identifikasi Keberadaan Staphylococcus sp Pada Santan Kelapa


Kemasan Yang Di Perdagangkan Di Kota Makassar. Junal Simbiosis II .2(1)
: 31-34

Diarti,Kanti dkk.2017 Identifikasi Jenis Khamir Yang Diisolasi Dari Tanah


Gambut Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi. Jurnal BioSmart. 6(1) .122-
131

Faridah, Eva.2019. Karakter Bakteri Asam Laktat Enterococcus sp. Yang diisolasi
Dari Saluran Penceernaan Ternak. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 4(2) : 29-
36

Kresno,Aminuddin dkk.2014. Karakteristik Jamur Candida Albicans Berbasis


Fermentasi Karbohidrat Pada Air Bak WC Sekolah Menengah Di Kelurahan
Alalak Utara. Jurnal Wahan- Bio. 2(1) : 62-66

Putri,Sari wido dkk.2018.Miskonsepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Pengeertian


Mikrorganisme. Jurnal Penelitian .19(1) : 1-12

Widyatusti, Dan Fafa Nurdiyansyah.2017. Deteksi Molekuler Mikroorganisme


Patogen pada Bahan Pangan dengan Metode RT-PCR. Jurnal Ilmu Pangan
dan Hasil Pertanian. 1(1): 80-88
LAMPIRAN PLAGIARISME
LAPORAN PRATIKUM MIKROBIOLOGI

PERHITUNGAN MIKROORGANISME

Nama : Putri Natalia Sidabutar

Nim : A1C418047

Kelompok : 3 ( Tiga )

DOSEN PENGAMPU :

Dra.Harlis,M.Si

Retni Sulistyoning Budiarti,S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme adalah salah satu jasad renik atau ada yang menyebutnya
makhluk yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati menggunakan alat
seperti di bawah mikroskop. Jumlah sel dan massa sel adalah 2 indikator yang
dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap mikroba.Cara
menghitung jumlah sel mikroba dapat dapat dilakukan dengan cara pengamatan
mikroskopik(mengamati dibawh mikroskop), teknik cawan dan MPN (Most
Probable Number). Hal ini berbeda dengan car perhitungan massa dari suatu sel
yang dilakukan dengan volumetrik, gravimetri, dan turbidimetri.
Hitungan secara mikroskopik menggunakan alat seperti lup untuk menghitung
jumlah sel mikroba. Metode cawan dan MPN membutuhkan media tumbuh
khusus untuk sejumlah suspensi mikroba yang ditumbuhkan sekitar 1-2 hari pada
suhu ruangan setelah itu dihitung jumlah selnya.Dalm perhitungan setiap
jumlahnya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda ada yang menggunakan
media khusus, salah satu contoh nya untuk menentukan jumlah kapang
menggunakan media PDA, total keseluruhan mikroba dengan media PCA,
Khamir/yeast menggunakan OMEA.
Alat yang digunakan untuk menghitung massa sel adalah neraca analitik serta
alat ukur volumetrik. Metode tumbuh tidak diperlukan dalam pengukuran massa
sel ini , Metode yang digunakan adalah dengan alat spektrofotometer yaitu alat
yang digunakan agar sel mikroba dapat tumbuh dan pertumbuhannya diamati
melalui kurva standart. Untuk itu, perlu dilakukan praktikum mengenai
perhitungan mikroorganisme untuk mengetahui dan menganalisis secara kulitatif
maupun kuantitatif sel mikroba.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu
menghitung jumlah mikroorganisme, baik secara langsung dengan menggunakan
Haemocytometer, maupun secara tidak langsung dengan menggunakan metode
cawan.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian Perhitungan Mikroba


Teknik yang digunakan dalam perhitungan jumlah koloni mikroba pada
media tumbuh atau biakkan yang kita buat adalah pengertian dari perhitungan
mikroba.Ada dua cara atau teknik perhitungan mikroba,yakni dengan cara langsung
dan secara tidak langsung. Terdapat prosedur yang berbeda dalam perhitungan
mikroba secara langsung, diantaranya adalah pembuatan preparat dari suatu bahan
(dengan pewarnaan preparat) dan melakukan perhitungan dengan menggunakan ruang
hitung (counting chamber). Namun hal yang harus dilakukan untuk mengetahui jumlah
mikroorganisme pada bahan yang hidup (viable count) Metode yang tepat adalah tidak
langsung. Caranya meliputi perhitungan pada cawan petri (total plate count/TPC),
Melalui pegenceran(agar koloni mudah dihitung), atau dengan menghitung jumlah
terkecil atau terdekat (MPN methode), dengan cara mengkeruhkan atau
turbidimetri
Uji yang dilakukan untuk menghitung mikroba harus sesuai , antara lain
dapat menggunakan uji kualitatif koliform uji ini memiliki tiga tahap penting
yaitu uji dugaan (dalam hal ini uji kuantitatif menggunakan metode MPN), uji
pembuktian dan uji kelengkapan. Beberapa faktor penentu berhasil atau tidaknya
suatu uji kualitatif koliform antara lain adalah waktu, kualitas sampel, biaya, serta
tujuan dilakukannya analisis.Penggunaan metode cawan petri (salah satu metode
perhitungan secara tidak langsung beranggapan bahwa koloni dapat hidup dan
berkembang dari setiap sel untuk dijadikan tolak ukur atau indeks bagi jumlah
organisme yang dapat hidup dan ada pada media/sampel).
Kurangnya ketepatan dalam tiap perhitungan mikroba dapat diantisipasi
apabila meningkatnya konsentrasi sel-sel mikroba.Demikian juga apabila kecilnya
jumlah mikroba yang dihitung.Dalam pelaksanaan nya dilakukan pengenceran
bahan yang mengandung sejumlah bakteri dari 1:105 atau lebih hal ini bergantung
pada bahan yang digunakan atau metode hitung,
Tujuan dari pengenceran adalah agar jumlah koloni mikroba yang akan
diamati lebih mudah untuk dihitung dan data dapar dipercaya. Perhitungan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan secara langsung dan perhitungan
secara tidak langsung (Apriani dkk, 2017 : 601).

2.2 Metode Perhitungan Mikroba


Metode dalam perhitungan jumlah mikroba secara kuantitatif dari suatu
popolasi sangat bervariasi. Metode yang digunakan ada 2 yaitu metode secara
langsung maupun tidak langsung, kedua metode meliputi metode hitung
menggunakan cawan petri (standard plate count), metode pengamatan langsung
dengan kaca objek atau metode hitung menggunakan alat yang disebut
haemocytometer ,mengukur kekeruhan bahan (turbidimetri) atau
menggunakan spektrophotometer dan juga metode jumlah perkiraan terdekat pada
mikroorganisme (Rahmawati dan Riza, 2017: 56).
1) Metode Hitung Cawan
Anggapan dari metode hitung cawan yaitu koloni adahal hasil
pertumbuhan dari setiap sel yang hidup dan berkembang.Dengan demikian jumlah
koloni yang muncul pada cawan adalah mikroba yang akan kita jadikan tolak ukur
atau indeks bagi yang terkandung dalam sampel. Metode ini sangat mudah untuk
dikuasai yakni hanya dengan mengencerkan sampel dan meletakkan di cawan
hasil pengenceran tersebut. Kemudian dilakukan inkubasi selama 24 jam jumlah
semua koloni diamati untuk memenuhi kurva standar. Pemilihan cawan yang
mengandung koloni harus disesuaikan yaitu dengan dipilih yang mengandung
koloni antara 30 sampai 300 didalam cawan. Organisme yang terdapat dalam
sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan
faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.Pada metode perhitungan
cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk
membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri.
Bahan yang mengandung bakteru yang sudah di encerkan di hitung dan
dimasukkan ke dalam cawan baru kemudian dilalukan metode tuang. Kemudian
dimasukkan kedalam inkubator selama 24-48 jam, diamati pertumbuhan koloni
agar lebih mudah dalam pengamatan maka koloni yang diamati adalah koloni
yang jumlahnya sekitar 30-300 .
Kadar pengenceran yang dibuat ditekankan pada hipotesis bahwa populasi
mikroba yang ada sesuai dengan yang ada dalam beberapa literatur. Pengamatan
akan berhasil apabila pada pengenceran yang lebih rendah contoh mikroba yang
dihipotesiskan lebih banyak menampakkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan
mikroba) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang dihipotesiskan lebih
sedikit menampakkan hasil uji negatif (tidak adanya pertumbuhan mikroba).
Dengan demikian populasi bakteri dalam jumlah tinggi maka harus diencerkan
kembali sampai diperoleh tingkat pengenceran yang lebih rendah sehingga dapat
dihitung nilai maksimum .( Hastuti dkk.2014: 66).
1) Metode Hitung Langsung
Menurut (Kartika dkk, 2016 : 16 )menyatakan bahwa perhitungan langsung
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Perhitungan sel langsung
Cara ini menggunakan bilik hitung (hemocytometer) yang menghasilkan
hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel hidup maupun sel yang mati.
Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara statistik dapat
diterima, namun harus dibuat suspensi sekurang-kurangnya 10*7 / milimeterl.
b) Menghitung dengan alat penghitung elektronik
Penghitung elektronik bekerja dengan cara manfaatkan lubang pengintai
elektronik (atau disebut juga dengan mata elektronik) dimana mekanismenya
bergantung pada berkas cahaya elektronik yang masuk kedalam suatu ruang
diantara dua ruang elektron yang saling berdekatan letaknya.Akibat adanya
perbedaan konduktivitas sel dan cairan plasma ,Oleh karena itu Interupsi ini
dihasilkan oleh suatu alat dengan teknik elektris.
3)Metode Ukur Kekeruhan (Turbidimetri)

Berdasarkan kekeruhannya mikroba dalam media yang cair dapat dengan


mudah diteliti.Bakteri yang tumbuh pada suatu media otomatis akan menaikkan
tingkat kekeruhan dari media tersebut sehingga jumlah sinar yang dihasilkan akan
dapat menembus medium. Salah satu tokoh yakni Beer dan Lambert
telah mendapatkan hukum yang menjelaskan tentang adanya hubunngan antara
bahan kimia dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), Hal ini menyebabkan
berkembangnya ilmu pengetahuan kimia mengenai alat instrumentasi yaitu
spektrofotometer. Spektrofotometer biasa terdiri dari bagian yang menghasilkan
cahaya ukuran panjang gelombangnya dipilih yaitu ada yang monokromatik serta
suatu fotometer.Bergabungnya dua alat optik ini adalah prinsip elektronika sifat
kimia dan fisikanya serta pendeteksi yang dibuat secara langsung untuk
menghitung intensitas cahaya yang dipantulkan (It) serta dengan cara tidak
lansung yakni jumlah cahaya yang diabsorbsi (Ia).Prinsip ini bergantung pada
besar daya elektromagnetik yang diserap oleh benda tersebut.
Kegunaan dan manfaat alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah
untuk menghitung seberapa besar transmitans atau penyerapan suatu benda yang
ditetapkan dalam satuan panjang gelombang.Mekanisme kerja dari alat
spektrofotometer dimulai dari cahaya (monokromatik atau non monokromatik)
yang terletak pada suatu medium yang sama, maka sebagian besar sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian cahaya di serap dalam mediua yang sama tersebut,
Sedangkan sisa cahaya diteruskan ke tempat lain.Hasil yang didapatkan dari
cahaya yang diteruskan ditetapkan kedalam nilai penyerapan karena ada
hubungannya dengan konsentrasi dari bahan. Penelitian megenai spektrofotometri
banyak dilakukan sebagai penambahan suatu pemeriksaan visual yang lebih
akurat dari penyerapan energi. Berdasarkan hal tersebut hukum Beer mengatakan
bahwa penyerapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi serta tingkat
ketebalan atau volume bahan/medium ( Lestari dkk, 2013 : 18).
2.3 Struktur Dasar Bakteri
Struktur dasar dari bakteri adalah bersel tunggal dengan ukuran panjang 0,5-
10 µ dan lebar 0,5-2,5 µ. Sifat khas dari bakteri dapat diketahui dari bentuknya,
bentuknya ada yang bulat (cocci), batang (spirilli), koma (vibrios). Disamping hal
tersebut terdapat struktur bakteri yang khas yaitu adanya cambuk (flagella), kapsul
(capsule) dan endospora (endospore) di tubuhnya. Struktur flagella adalah
struktur khusus di luar sel yang bentuknya seperti cambuk halus dan tidak tampak
di bawah miskroskop untuk mengamatinya menggunakan teknik berbagai macam
perwarnaan. Keteraturan bentuk flagella pada sel dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu flagella peitrichous dan flagella polar. Struktur kapsul diartikan
sebagai gugusan kompleks rantai polisakarida dan polipeptida. Karakteristik
kapsul adalah dapat membuat sel lebih resisten terhadap interaksi dan tekanan dari
lingkungan luar tubuhnya contohnya suhu panas dan bahan-bahan kimia untuk
pengendalian mikroba, Selain itu membantu sel menempel pada berbagai bahan
makanan atau alat yang digunakan dalam pengolahan makanan. Struktur
endospora pada umumnya berbentuk tunggal di sel, bertugas untuk menstabilkan
suhu tubuh dari keadaan lingkungan yang tidak baik.Struktur tambahan
selanjutnya adalah spora,Spora yang dianggap telah matang akan dilepas oleh sel
ke luar atau alam disekitarnya, oleh karena itu spora-spora ini harus memiliki
kemampuan untuk bertahan dalam keadaan fisik dan kimiawi yang sangat esktrim
keadaan ekstrim tersebut antara lain suhu, kekeringan, dan bahan-bahan kimia anti
mikroba.
Mikroba mempunyai struktur khusus yang sama tiap spesiesnya namun hanya
bentuknya yang berbeda-beda,Setiap sel tersusun atas suatu lapisan dinding
sebagai struktur luar yang keras dan di lapisan bawahnya terdapat suatu membran
sel yang bersifat semipermiabel. Pada membran sel diisi oleh cairan sitoplasma
yang tergolong dalam bahan pokok dan serta enzim yang terkandung juga
didalamnya.Enzim ini digunakan untuk metabolisme dan perkembangan, namun
bergantung pada spesiesnya( Arisandi dkk, 2017:59).
2.4 Contoh Prinsip Perhitungan Mikroba
Prinsip perhitungan mikroba dkemukakan oleh Petroff-Hauser yakni
pelaksanaan perhitungan mikroba dilakukan dengan kotak-kotak skala.Pada skala
kotak tersebut setiap ukurannnya sebesar 1 mm2 ada 25 buah kotak besar yang
memiliki luas 0,04 mm2,Dimana setiap kotak besar terdapat 16 kotak kecil. Salah
satu alat yang digunakan adalah haemocytometer yang diletakkan di bawah
mikroskop,tiap sisi memiliki ukuran 0,05 mm.Ukuran satu kotak sedang adalah
0,2 mm.Tebalnya adalah 0,1 mm. Cara menghitung jumlah sel per mL
diperhitungkann dngan rumus sebagai berikut:
1. Total jumlah sel yang ada di 25 kotak besar = Jumlah sel per satu kotak
besar × 25 kotak
2. Total jumlah sel per mm3 di kotak = Jumlah sel dalam 25 kotak besar ×
(1/0,02)
3. Total jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per mm3 sampel × 103
= Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak× (1/0.02)x 10^3
4. Total jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak
× 50 × 103
Misalnya : didapatkan jumlah mikroba yang mau dihitung 12 sel mikroba,
maka jumlah sel per ml sampel adalah: 12 × 1,25 × 106 = 1,5 × 107(
Wahidah,2016: 44)
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah :

• Haemocytometer
• Tabung Reaksi
• Pipet tetes
• Mikroskop
• 4 buah cawan petri steril
• 1 batang kaca pengaduk

3.1.2 Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam pratikum ini adalah :

• Suspensi khamir(ragi) yag telah diencerkan pada tingkat pengenceran


tertentu( sampai terlihat sedikit keruh)
• Biakkan bakteri
• Alkohol 90 %

3.2 Prosedur Kerja

A. Metode Haemocytometer

Haemocytometer

Ditutup bidang pandang haemocytometer dengan cover glass

Pipet tetes

Diambil suspense ragi menggunakan pipet tetes

Dimasukkan ujung pipet tetes diantara cover glass dan isi hingga
bidang pandang haemocytometer terisi penuh

Mikroskop
Diamati Haemocytometer menggunakan mikroskop

Diamati kotak-kotak pengamatan yang terdapat pada


haemocytometer dengan perbesaran kecil

Diubah perbesaran mikroskop hingga terlihat kotak

Dilakukan pengamatan pada 5 kotak berukuran besar( 16 kotak kecil)


pada setiap sudut bagian kiri dan kanan, serta pada kotak bagian
tengah bidang pengamatan

Dihitung jumlah sel ragi yang terdapat pada setiap kotak besar

Dihitung rata-rata dari 5 kotak tersebut

Dihitung kepadatan sel dengan menggunakan rumus

B. Metode Cawan

Botol- botol kecil

Disiapkan botol- botol kecil yang telah berisi 9 ml akuadest steril(


buah) , disusun berderetan pada rak test tube berilah label sesuai
dengan urutan botol tersebut yaitu : 1:10. 1: 100. 1 : 1000, 1: 10000.
Perhatikan botol yang dipakai adalah yag bersumbat/ bertutup yang
steril dan rapat.
Pipet tetes

Dikocok suspense bakteri baik-baik sampai kekeruhannya rata, lalu


secara aseptic,pipetlah 1 ml sampel dan masukkan kedalam botol yang
berlabel 1:10, kemudian kocoklah botol tersebut dengan cara
meletakkan siku tangan diatas meja dengan jumlah pengocokkan ± 25
kali, sehingga koloni tersebar merata. Kemudian desinfektankan pipet
tersebut pada larutan alcohol 90% beberapa kali untuk dipakai
kembali.

Dilakukan secara aseptic pipetlah 1 ml suspense bakteri poin(2) dan


masukkan kebotol yang berlabel 1:100, lalu lanjutkan kegiatan tersebut
pada poin(2) tersebut.
Dilakukan secara aseptik pipetlah 1 ml suspense bakteri pada poin(3)
dan masukkan pada botol yang berlabel 1:1000, lalu dilanjutkan
pengocokan seperti pada poin(2).

Dilakukan secara aseptik pipetlah 1 ml suspense bakteri pada poin(4)


dan masukkan pada botol yang berlabel 1:10000, lalu dilanjutkan
pengocokan seperti pada poin(2).

Disiapkan plat agar yang sudah diberi label sesuai pengencerannya

Diteteskan 0,1 ml suspense bakteri pada setiap plat agar yang sesuai
pengencerannya (pipet tetes sebaiknya berbeda). Pada saat ini bsa
dilakukan dengan cara metode sebar dan metode tuang.

Dibungkus cawan-cawan tersebut dengan posisi penutup cawan


berada dibawah dan media berada diatas serta diinkubasikan selama 24
jam.

Pengamatan

• Letakkan cawan-cawan petri berderet diatas meja menurut urutan


pengencerannya,pilih yang jumlah koloninnya antara 30-300
• Kalkulasikanlah jumlah mikroorganisme per ml biakkan dengan cara
mengalikan jumlah koloni ang erhitung dengan faktor pengencerannya,
missal yang diperoleh adalah 120 dan pengencerannya 0,1 x sample pada
pengenceran 1:1000. Jadi jumlah koloni adalah 120x1000 = 120.000
bakteri ml biakan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam pratikum kali ini adalah beberapa
metode-metode yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme
yaitu dengan metode ALT dan MPN. Beberapa macam cara untuk mengukur
jumlah sel, antara lain dengan hitungan cawan, hitungan mikroskopis langsung
atau secara elektonis dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter
counter).

4.2 Saran

Saran pada pratium ini adalah sebaiknya praktikum dilakukan 2 shift


agar hasilnya lebih maksimal. Terima kasih kepada asisten yang telah membantu
jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Ria dkk. 2017. Jumlah Cemaran Mikroba Dan Nilai Organoleptik Ikan
Tongkol( Euthynnus affinis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner.1(3) : 598-
603

Arisandi,Apri.2017. Jumlah Koloni Pada Media Kultur Bakteri Yang Berasal Dari
Thallus Dan Perairan Sentra Budidaya Kappaphycus Alvarezii Di Sumenep.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 9(1) : 57-64

Hastuti dkk.2014. Evektivitas Pengenceran Terhadap Pertumbuhan Koloni


Mikroba PadaSaus Tomat. Jurnal Serambi Engineering.11 (2) : 65-68

Kartika ,dkk.2016. Kuantifikasi Parameter Fisikikokimia Dan Total Miikroba


Indikator Pada Aliran Sungai Siak Daerah Meredan Dan Perawang. Jurnal
ICA. 5(1) : 15-22

Lestari dkk,2013. Penentuan Kadar Kuantitas Sel Saccharommyces cerevisiae


Menggunakan Turbidimetri. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 4(1) : 3-10

Rahmawati dan Riza Atma.2017. Angka Lempeng Total Mikroba Pada Minuman
The Di Kota Pontiank. Jurnal Teknologi. 8 (2) : 54-58

Wahidah, Nur.2016. Estimasi C- Mikroba. Jurnal Serambi Engineering.4(1) : 42-


45
LAMPIRAN PLAGIARISME
LAPORAN PRATIKUM MIKROBIOLOGI

PENGARUH AGEN KEMOTERAPETIK TERHADAP PERTUMBUHAN


MIKROORGANISME

Nama : Putri Natalia Sidabutar

Nim : A1C418047

Kelompok : 3 ( Tiga )

DOSEN PENGAMPU :

Dra.Harlis,M.Si

Retni Sulistyoning Budiarti,S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan mikroorganisme dapat menyebabkan kerugian besar bahkan


kematian karena mikroba dapat menyebabkan penyakit baik pada manusia hewan
maupun tumbuhan serta kerusakan bahan pangan.Untuk menanggulangi kerugian
tersebut maka penelitian mikrobiologi telah diarahkan untuk menemukan cara
mengendalikan kegiatan mikroba secara lebih efisien.Alasan utama untuk
mengendalikan mikroba adalah untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
untuk membunuh mikroba pada inang yang terinfeksi, dan untuk mencegah
pembusukan dan perusakan oleh mikroba.
Pengendalian mikroba dapat dilakukan dengan cara mematikan,membunuh
atau menghambat pertumbuhannya melalui macam-macam cara baik fisik maupun
kimia. Pada umumnya jenis desinfektan yang digunakan adalah jenis bahan kimia
yang bertindak sebagai desinfektan. Mekanisme kerja desinfektan adalah dengan
cara membentuk suatu ikatan rangkap kimia dengan protein atau asam
amino,Dimana ikatan tersebut bersifat irreversible atau tidak dapat kembali ke
bentuk sempurna dan koagulasi atau denaturasi protein.Terdapat banyak bahan-
bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat sebagai desinfektan diantaranya
adalah: iodium, AgNO3 0,1%, HgCL2 0,1%, fenol 5%, alcohol 70%, formaldehid
20%, dll.
Berdasarkan hal- hal tersebut maka perlu dilakukan pratikum mengenai
pengaruh agen kemoterapetik terhadap pertumbuhan mikroorganisme agar
pengetahuan mahasiswa mengenai senyawa- senyawa yang dapat dijadikan
sebagai pengendali mikroba semakin luas.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari
pengaruh senyawa-senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Pengertian Agen Kemoterapetik

Kemoterapetik sering disebut dengan agen atau substansi kimia yang


dapat merusak atau menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme yang pada
umumnya terdapat di dalam jaringan yang masih hidup, Serta dihasilkan oleh
mikroorganisme. Kemoterapetik juga dapat dikatakan sebagai zat antiinfeksi yang
berasal dari sintesis kimia untuk membunuh mikroba. Kemoterapetik dapat
membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh manusia( Mutiah,2015 : 30 )

2.1 Jenis Dan Contoh Bahan Kemoterapetik


Menurut Lamaga dkk( 2011 : 59) Jenis dan contoh bahan keoterapetik diantaranya
adalah :
• Sulfonamida
Sulfonamida bersifat mikrobiostatik atau zat yang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan mikroba , Terdapat pada sejumlah besar bakteri Gram positif dan
Gram negatif, dan berbgai protozoa (seperti Plasmodium sp). Sulfonamida
biasanya digunakan dengan kombinasi agenkemoterapetik lainnya untuk merawat
infeksi saluran kencing, malaria,coccidiosis dan lain-lain.Mekanisme kerjanya
adalah sebagai berikut :
a) Menghambat metabolisme.
b) Mekanisme kerja sulfonamide adalah sebagai antagonis, karena melalui
mekanisme penghambatan bersaing dengan mikroba, menggunakan dua
jalur biosintesis yaitu asam dihidrofolat, dan secara tidak langsung dapat
mempengaruhi adanya gabunga dari asam glutamat dengan
asam dihidropteroat.
• Antikanker
Kemoterapetik merupakan agen atau senyawa kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba hal ini dikarenakan agen kemoterapetik memiliki aktivitas
sitotoksik dan bekerja langsung pada sel kanker.
Namun penggunaannya tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu
berkepanjangan hal ini dikarenakan agen tersebut dapat melemahkan sistem
imunitas tubuh sehingga pasien menjadimudah terserang penyakit dan infeksi
yang lain. Karena itu,penggunaan agen imunomodulator sebagai pendamping
kemoterapi seringmenjadi pilihan suplemen kemoterapi kanker untuk mengurangi
efek sampingsekaligus mempercepat penyembuhan.Antikanker contohnya adalah
a) Doxorubicin
b) Cyclophosphamide

• Antibiotik
Antibiotik merupakan salah satu produk yang diberikan kepada
mikroorganisme sehingga akan bereaksi dengan cara menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotik harus selektif dalam melakukan pelambatan
pertumbuhan mikroorganisme patogen, sebaiknya hal ini dilakukan agar tidak
memicu reaksi alergi didalam tubuh, serta sebaiknya tidak mengganggu populasi
mikroba normal atau yang tidak bersifat pathogen di dalam tubuh, sehingga tidak
harus mendorong perkembangan resistensi obat.Contoh antibiotic diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Antibiotik aminoglikosida
b) Antibiotik Penisilin
c) Antibiotik eritromisin

• Antiparasit
Antiparasit adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan parasit. Juga beberapa dapat digunakan dalam pengobatan
kanker. Antiparasit contohnya adalah :

a) Mebendazol
2.3 Jenis-Jenis Antibiotik
2.3.1 Menghambat Sintesis Dinding Sel
Menurut Pratiwi (2008 : 167 ), antibiotik yang menghambat sintesis
dinding sel yaitu:
• Bacitracin merupakan salah satu antibiotik polipeptida yang diperoleh dari
suatu mikroba yaitu Bacillus subtilis. Bacitracin sifatnya stabil dan tidak
dapat dilakukan penyerapan dari saluran pencernaaan. Kegunaan dari
basitrasin hanya untuk pemakaian topikal ke kulit, luka, ataupun selaput
lendir.
• Streptomycin merupakan salah satu antibiotik yang paling khas dibanding
dengan aminoglycoside lainnnya, hal ini dikarenakan sebagaimana
mekanisme resistennya terhadap mikroba lain. Resistensi ini muncul pada
saat banyak spesies yang membatasi kegunaan streptomycin saat ini.
• Tetracycline adalah golongan obat atau salah satu antibiotik yang berbeda
dalam ciri khas fisik dan farmakologi dibandingkan dengan senyawa
antibiotic lainnya tetapi sebenarnya mempunyai sifat antimikroba yang
identik dan memberikan resistansi silang yang lengkap.
• Gentamicin merupakan salah satu antibiotik amino glikosida yang banyak
dipilih dan sering digunakan secara luasoleh masyarakat untuk terapi
infeksi serius di dalam tubuh. Gentamicin memiliki spektrum yang
dianggap dapat membunuh bakteri secara luas,namun hal ini tidak efektif
terhadap kuman anaerob.
• Erhytromycin merupakan salah satu golongan antibiotik yang digunakan
sebagai alternatif untuk pasien yang umumnya alergi terhadap antibiotik
penisilin serta untuk pengobatan enteritis kompilobakter, pneumonia,
penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik,
profilaksis difetri dan pertusis.
• Oxacillin (OX) adalah salah satu antibiotik dalam kelompok
obat penicillin. Oxacillin dapat melawan bakteri didalam tubuh, yang
bekerja dengan cara menghalangi dinding sel bakteri dari mikroorganisme
sehingga mematikan bakteri tersebut.
Antibiotik ini juga digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi
berbeda yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi Staphylococcal yang
juga disebut infeksi staph.
• Sefalosporin adalah Aztreonam, Merupakan salah satu jenis antibiotik
yang dapat mencegah efek dari penisilinase. Antibiotik jenis ini
merupakan antibiotik yang dapat disintesis dengan 1 cincin sehingga
disebut juga dengan monobaktam. Antibiotik ini berefek kepada bakteri –
bakteri gram positif salah satu yang termasuk adalah Escherichia
coli dan Pseudomonas.
• Sefalosporin adalah salah satu antibiotic yang hampir sama dengan
dengan Penisilin .Antibiotic ini juga resisten terhadap penisilinase.
Sefalosporin dianggap lebih efektif terhadap bakteri gram negatif.
• Karbapenem merupakan salah satu antibiotic yang memiliki spektrum
antibakteri yang luas.Salah satu contohnya adalah Primaxin yang
merupakan antibiotik dengan kombinasi antara imipenem dan Silastasin
natrium. Silastasin natrium memiliki fungsi yakni dapat mencegaah
degradasi imipenem yang terjadi pada ginjal.
• Vankomisin adalah antibiotic yang memiliki spectrum antibakteri yang
sempit, umumnya digunakan untuk Staphylococcus aureus yang sifatnya
lebih resisten terhadap Penisilin termasuk Metisilin.

2.3.2 Merusak Permeabilitas Membran Sel


Menurut Komala(2014:12), antibiotik yang merusak permeabilitas
membran membran sel yaitu :
• Polimiksin merupakan suatu antibiotic golongan peptida yang didalamnya
terdapat salah satu ujung molekul yang larut terhadap lipid dan ujung
molekul yang lainnnya sifatnya larut didalam air. Polimiksin akan bekerja
dengan cara memasuki membran sel dari mikroba dan kemudian
merusaknya.Masuknya Polimiksin dalam membran plasma sel fungi akan
menyebabkan terjadinya gangguan yang hebat diantara lapisan-lapisan
membran plasma.
Polimiksin akan tertinggal atau tetap diluar membran, sedangkan lemak
yang larut akan berada didalam membrane sel sehingga nantinya akan
menyebabkan gangguan diantara lapisan-lapisan membran yang
memungkinkan terhambatnya lalu lintas substansi bebas baik itu keluar
maupun masuk kedalam sel .
• Nistatin dan Amfoterisin adalah salah satu golongan antibiotic
yang memiliki struktur lingkar yang besar hal ini disebabkan karena
adanya sejumlah ikatan ganda yang sering disebut sebagai antibiotik
polien. Antibiotik ini umumnya bergabung dengan ergosterol yang
terdapat atau terkandung pada membran sel fungi yang menimbulkan
terjadinya gangguan dan kebocoran didalam sitoplasma.

2.3.3 Menghambat Sintesis RNA (Proses Transkripsi)


Menurut Pratiwi (2008 :172), antibiotik yang menghambat sintesis RNA
yaitu:
• Rifampin merupakan antibiotik turunan dari Rifamisin. Rifampin dapat
menghambat sintesis mRNA yakni dengan cara mengikat b-RNA
polimerase bakteri sehingga nantinya akan menghambat transkripsi dari
mRNA. Antibiotik ini umumnya digunakan untuk melawan Mycobacteria
pada penyakit TBC dan lepra. Selain itu rifampin juga dapat mempenetrasi
kan jaringan.
• Kuinilon misalnya asam nalidiksat yang bersifat bakterisidal, bekerja
dengan cara menghambat enzim DNAgirase pada replikasi DNA, sehingga
akan menghambat proses replikasi DNA dan transkipsi mRNA. Antibiotik
ini hanya digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kencing.

2.3.3 Menghambat Sintesis Protein (Proses Translasi)


Menurut Mahardika (2012 : 820), antibiotik yang menghambat sintesis
protein yaitu :
• Pefloxacin (PEF) umumnya dikenal sebagai obat antibakteri
kelompok fluoroquinolone. Pefloxacin adalah agen kemoterapetik sintetik
yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang serius dan
mengancam nyawa. Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri
• Tetracyccline (TE) merupakan antibiotik berspektrum luas yang
menghambat sintesis protein. Agen-agen ini bersifat bakteriostatik
terhadap berbagai bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk
anaerob, ricketsiae, chlamydiae, mycoplasma, dan bentuk-bentuk L, serta
aktif pula terhadap protozoa, contohnya amoeba.
• Aminoglikosa merupakan kelompok antibiotik yang gula aminonya
tergabung dalam ikatan glikosida. Antibiotik ini memiliki spektrum luas
dan bersifat bakterisidal dengan mekanisme dengan mekanisme
penghambatan pada sintesis protein.
• Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang diproduksi
oleh Streptomycin. Antibiotik ini dapat mempenetrasi jaringan tubuh
sehingga dapat melawan Rickttsia dan Chlamya intraseluler.
• Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan struktur sederhana sehingga
mudah dibuat ecaara sintetik dibandibgkan dengan mengisolasinya
dari Strepmyces.
• Makrolida merupakan kelompok antibiotik yang memiliki cincin lakton
makrosiklik. Contohnya adalah eritromisin. Antibiotik ini tidak dapat
mempenetrasi dinding sel sebagian besar bakteri gram negatif Bacillus dan
merupakan obat alternatif Penisilin.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah :

• Lampu Spirtus
• Spidol
• Penggaris
• Kertas cakram yang telah direndam : Penisilia G 10 ug, Steptomisin 10
Ug, Tetrasiklin 30 ug.

3.1.2 Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam pratikum ini adalah :

• Suspensi mikroba dengan kekeruhan 0,1 pada panjang gelombang


600mm
• Swab kertas steril

3.2 Prosedur Kerja

Cawan Petri
Diinokulasi 1 ml bakteri uji ke dalam cawan petri secara aseptik

Dituangkan agar yang telah cair( suhu 40˚C) kedalam cawan petri,
putar cawan petri diatas meja searah jarum jam dan sebaliknya
sehingga bakteri uji tercampur merata dan biarkan membeku.

Kertas Cakram
Ditanamkan kertas cakram yang telah direndam dengan zat anti
mikroba (30 menit) pada permukaan agar nutrisi yang telah
membeku

Diinkubasi seluruh cawan petri pada suhu 37˚C selam 24- 48 jam.

Diukur zona bening yang terbentuk pada sekeliling cakram yang


telah dicelupkan pada zat anti mikroba.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bakteri dapat dikendalikan dengan menggunakan desinfektan, yaitu senyawa


kimia yang dapat mengurangi atau mematikan mikroba yang terdapat pada benda
mati. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, bakteri paling sensitif atau rentan
terhadap desinfektan Fenol dan Alkohol. Sedangkan pada Formaldehid, Iodium
dan Chloroform bakteri masih bersifat resisten.

4.2 Saran
Ketika akan meletakkan peper dist pada media Agar sebaiknya peper dist
diletakkan di bagian tengah untuk mempermudah pengukuran zona hambatannya.
Saat akan mengoleskan bakteri diatas media agar pastikan Agar benar-benar beku
agar ketika mengoleskan bakteri pada media Agar, nutrient Agar tidak rusak dan
media yang rusak akan mempengaruhi pengendalian mikroba terhadap
disinfektan.
DAFTAR PUSTAKA

Komala,Sri Putri.2014. Inaktivasi Bakteri Escherichia coli Air Sumur Dengan


Menggunakan Disinfektan Kaporit. Jurnal Dampak. 11(1) : 10-15

Lamaga dkk. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Rimpang Rumput Teki( Cyperus
Rotundus) Dan Uji Aktivitas Anti Bakterinya Terhadap Staphylococcus
aerus. Jurnal BioSmart. 2(1) : 46-60

Mahardika dkk.2012. Tampilan Total Bakteri dan Ph Pada Suhu Kambing Perah
Akibat Dipping Desinfektan Yang Berbeda. Animal Agriculture Journal.
1(1) : 819 :828

Mutiah, Roihatul. 2015. Evidence Based Kurkumin Dari Tanaman Kunyit(


Curcua Longa) Sebagai Terapi Kanker Pada Pengobatan Modern. Journal of
Islamic Pharmacy. 1(1) : 28-41

Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga


LAMPIRAN PLAGIARISME
LAPORAN PRATIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN PRODUK FERMENTASI MIKROORGANISME

Nama : Putri Natalia Sidabutar

Nim : A1C418047

Kelompok : 3 ( Tiga )

DOSEN PENGAMPU :

Dra.Harlis,M.Si

Retni Sulistyoning Budiarti,S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Pengolahan bahan pangan diindonesia secara tradisional sudah dikenal oleh
masyarakat sejak lama. Salah satu cara pengolahan bahan pangan yang lumayan
dikenal adalah dengan fermentasi makanan. Fermentasi makanan telah lama
digunakan oleh masyarakat dan merupakan salah satu cara atau teknik pemrosesan
dan bentuk pengawetan makanan paling tertua. Fermentasi merupakan salah satu
cara yang dipakai untuk memproduksi berbagai produk makanan dengan
menggunakan biakan mikroba melalui aktivitas metabolisme baik secara aerob
maupun anaerob dari mikroba itu sendiri.
Fermentasi makanan dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba pada
substrat organic atau bahan yang sesuai. Akibat adanya fermentasi, menyebabkan
adanya perubahan sifat dari bahan pangan itu sendiri akibat pemecahan
kandungan bahan pangan tersebut sehingga akan memungkinkan makanan lebih
bergizi, lebih mudah dicerna, lebih aman, dapat mengubah rasa makanan menjadi
lebih baik dan memberikan tekstur atau struktur yang khas pada produk pangan.
Salah salah satu faktor penting dalam fermentasi yang harus diperhatikan
adalah lama fermentasi. Mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi
menyebabkan perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti menghasilkan
nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan asal karena adanya enzim yang
dihasilkan dari mikroorganisme tersebut.Berdasarkan hal diatas maka perlu
dilakukan percobaan mengenai pembuatan produk fermentasi oleh
mikroorganisme agar pemahaman mahasiswa mengenai keterampilan dalam
membuat produk fermentasi semakin bagus.

1.4 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah memberikan keterampilan pada
mahasiswa dalam pembuatan salah satu makanan fermentasi.
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Dasar Pemanfaatan Mikroba dalam Bahan Makanan


Peranan mikroba dalam beberapa aspek, diantaranya, bagi lingkungan (tinjaun
ekologis) yaitu mikroba bertanggung jawab atas berlangsungnya siklus materi dan
energi (siklus biogeokimia), seperti siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor
yang menjadi bagian penting dari komponen sel setiap organisme limbah yang
toksik. Produk makanan yaitu hampir setiap hari kita mengkonsumsi berbagai
produk makanan dan minuman hasil fermentasi yang dilkukan oleh mikorba,
seperti yoghurt, tempe, oncom, “nata de coco”, anggur, tape, kecap dan lain-lain.

Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah
dengan menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah
sejak zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan
untuk membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang
diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan
bakteri asam laktat dan cendawanAspergillus niger.
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi
menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi.
Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat
dengan rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi
berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan
banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawa biokimia lain dalam jumlah
besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis
sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba
lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli konversi secara kimia,
amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk
penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh
dari biakan mikroorganisme (Julendra dkk, 2012 : 13).
2.2 Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri
Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu
melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan
mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Berlian dan
Fitratul, 2016 : 107):
1. Organisme
Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam
jumlah yang cukup banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki
mikroorganisme industri yaitu harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang
diharapkan dalam waktu yang relatif singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang
stabil, mampu menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat dipelihara dalam
periode waktu yang sangat panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan
dalam industri adalah kapang, khamir, bakteri, dan virus.

2.Medium
Substrat yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus
murah dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak
mengandung nutrisi dari industri persusuan dan industri kertas untuk
menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.

3.Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya
dapat mencapai 200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan
campuran heterogen yang terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang
sangat banyak, komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-
produk metabolisme yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan
metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan
dan memurnikan produk akhir yang diinginkan.
1. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan
tumbuhan.
2. Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus
cepat di-inaktifkan.
3. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel
mikroorganisme pertama kali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi
sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk industri skala-besar.
4. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah
dipindahkan dari biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang
relatif murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai.
Bakteri unisel, berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
5. Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa
genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja
mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen
udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan
pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan),
untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan
insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang mempu mensekresi Insulin
digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA
rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke
vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan

2.3 Syarat penggunaan mikroba untuk makanan


MenurutAgnesia dkk(2012:56) Mikroba dalam industri fermentasi
merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:

• Murni
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu
strain tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan
tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril.
Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko yang tinggi karena kondisi harus
optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan campuran.
Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah mengurangi resiko apabila
mikrobia yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. Dalam bidang pangan
penggunaan biakan campuran dapat menghasilkan aroma yang spesifik.

• Unggul

Pada kondisi fermentasi yang telah diberikan, mikrobia harus mampu


menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang
besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan
kondisi proses yang diharapkan. Proses rekayasa genetik dapat dilakukan untuk
memperbaiki sifat jasad dengan maksud mempertinggi produk yang diharapkan
dan mengurangi produk-produk ikutan.

• Stabil

Pada kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang


tetap, tidak mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.

• Bukan Patogen

Mikrobia yang digunakan adalah bukan patogen bagi manusia maupun


hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia tertentu. Jika digunakan mikrobia
patogen harus dijaga, agar tidak menimbulkan akibat samping pada lingkungan.

2.5 Keuntungan Dan Kerugian Keberadaan Mikroba Dalam Makanan


Kehadiran mikroba di dalam bahan makanan dapat mendatangkan keuntungan
dan juga kerugian. Mikroba mendatangkan keuntungan dalam bahan pangan bila
akibat kehadirannya baik secara langsung atau tidak langsung mendatangkan
keuntungan, keuntungan dari mikroba dalam pangan menurut Muthmainna
dkk(2016 : 52) adalah:

1. Berperan dalam proses pengolahan makanan. Proses pengolahan makanan


menggunakan mikroba adalah proses fermentasi. Proses fermentasi yang
melibatkan kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya
dibagi menjadi dua bentuk yaitu fermentasi secara alkoholis dan fermentasi
secara non alkoholis.
2. Berperan dalam peningkatan nilai gizi makanan. Peran ini dapat terlihat
dalam pembuatan tempe dari kedelai. Di samping akan menghasilkan zat gizi
yang jauh lebih baik dan lengkap, juga meningkatkan nilai organoleptik
makanan hasilnya.
3. Berperan dalam pengadaan bau dan rasa. Proses ini dilalui setelah proses
fermentasi. Produk yang dihasilkan berbeda dari produk yang sebelumnya.
Dengan adanya proses ini maka sebagian orang akan lebih menyukai produk
baru yang dihasilkan.
4. Berperan dalam perubahan warna. Warna, seperti bau dan rasa mempunyai
arti penting untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik, akan lebih
banyak mendatangkan peminat bila dibandingkan makanan yang tidak
berwarna. Penggunaan warna pada bahan makanan sintetis banyak
dikeluhkan masyarakat karena dari penelitian pada batas tertentu dapat
bersifat karsinogenik. Karena itu, orang mulai beralih ke zat warna yang
dihasilkan mikroba.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah :

• Periuk
• Kompor
• Pisau
• Ayakan
• Sendok
• Kain Penutup

3.1.2 Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam pratikum ini adalah :

• Singkong
• Ragi
• Aquades
• Daun Pisang
• Daun Keladi
• Daun Jati
• Plastik

3.2 Prosedur Kerja

Pisau

Dikupas singkong dan bersihkan dari kotoran yang melekat

Dipotong singkong sebesar 5 cm

Periuk dan Kompor

Didihkan air dan masukkan singkong (catat lama waktu yang


dibutuhkan sampai singkong matang)
Hancurkan ragi, timbang sesuai petunjuk asisten

Disiapkan wadah yang telah dialasi dengan ( daun pisang/daun jati/


daun keladi/plastic )

Dimasukkan singkong yang telah dingin kedalam wadah tersebut


dan taburi dengan ragi secara merata dengan menggunakan ayakan
( Balik-baliklah singkong agar ragi tersebar rata)

Ditutup dengan rapat singkong tersebut dengan sisa alas yang


dipergunakan

Diinkubasi selama 2-3 hari

Dicatat hasil pengamatan dengan data kelas


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada pratikum ini adalah syarat mikroba
yang dapat digunakan untuk pengolahan makanan adalah murni, unggul, stabil
dan bukan patogen.Cara pengendalian mikroba yang digunakan dalam pengolahan
pangan adalah penanganan aseptik, penggunaan filter bakteriologik, pemanasan
dengan suhu tinggi atau bisa juga dengan pendinginan, pengurangan jumlah air,
penggunaan bahan kimia dan radiasi.Beberapa mikroba yang dapat digunakan
untuk pengolahan makanan adalahLactobacillus bulgaricus digunakan untuk
proses pembuatan yoghurt, Rhizopus oryzaedigunakan untuk pembuatan tempe,
Neurospora Sitophyla digunakan untuk pembuatan oncom, Saccharomyces
cereviseae digunakan untuk membuat tape ketan dan Acetobacter xylinium
digunakan untuk membuat nata de coco.

4.2 Saran
Sebaiknya pratikum dilakukan lebih hati hati lagi dan dengan dengan teliti
agar produk fermentasi yang dihasilkan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agnesia dkk. 2012. Pembuatan Nata Berbahan Dasar Alang-Alang Secara


Fermentasi Seebagai Kajian Awal Pembuatan Edible Film. Jurnal Teknologi
Kimia Dan Industri. 1(1) : 54-58

Berlian ,Zainal Dan Fitratul Ani. 2016. Uji Kadar Alkohol Pada Tapai Ketan
Putih Dan Singkong Melalui Fermentasi Dengan Dosis Ragi Yang Berbeda.
Jurnal Biota.2(1) : 106-111

Julendra dkk, 2012. Karakteristik fisiko-kimia dan Mikrobiologis Pakan


Berbahaya Dasar Onggok Fermentasi Selama Penyimpanan. Jurnal Sains
MIPA Universitas Lampung. 13(1) : 10-16

Muthmainna dkk. 2016. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Protein


Dari Tempe Biji Buah Lamtoro Gung. Jurnal Akademika Kimia. 5(1) : 50-54
LAMPIRAN PLAGIARISME

Anda mungkin juga menyukai