Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang pangan banyak mikroorganisme yang mempunyai peranan, baik


peranan positif (memberikan keuntungan) atau peranan negatif (menimbulkan
kerugian). Peranan mikroorganisme dalam bidang pangan diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian (Budiyanto, 2002). Berbagai penyakit atau infeksi yang berbeda-
beda mungkin terjadi karena memakan makanan yang terkontaminasi dengan
organisme patogen. Infeksi makanan terjadi karena memakan makanan yang
mengandung organisme hidup yang mampu sembuh atau bersporulasi dalam usus
yang menimbulkan penyakit (Volk, 1990).

Beberapa mikroorganisme menggunakan makanan yang sama dengan yang kita


makan sehingga, untuk sebagian besar, pengawet makanan melibatkan pembinasaan
mikroorganisme yang terdapat pada makanan atau pencegahannya agar tidak tumbuh
(Volk, 1990). Berbagai manfaat mikroorganisme dalam beberapa jenis makanan dan
minuman misalnya fermentasi seperti tempe, kecap, tauco, sosis, keju, bier, anggur
dan sebagainya telah sejak lama dikenal melengkapi menu makanan atau minuman
sehari-hari. Makanan dan minuman tersebut diolah secara fermentasi dengan
menggunakan kemampuan mikroba.

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil


(biasanya kurang dari 1mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme seringkali ber sel tunggal (uniselular) meskipun
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa
spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme
disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog.
Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan
algarenik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula
dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah

1
semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator
di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis.
Pengertian klasifikasi sendiri adalah proses untuk mengenali dan
mengelompokkan organisme hidup. Tujuan dari klasifikasi adalah mengatur
kedudukan dari berbagai organisme dialam. Pengelompokkan mikroba didasarkan
pada morfologi, susunan kimiawi, sifat biakkan,sifat metabolisme, sifat antigenik,
sifat genetik, pstogenetitas dan sifat ekologi.

B. Rumusan Masalah

o Apa pengertian dari marfologi mikroorganisme?


o Apa saja bentuk mikroba?
o Berapa ukuran mikroba?
o Bagaimana struktur mikroba?
o Bagaimana reaksi pewarnaan mikroba?
o Bagaimana mengetahui alat gerak dan susunan flagelata mikroba?

C. Tujuan

o Mengetahui marfologi mikroorganisme


o Mengetahui bentuk mikroba
o Mengetahui ukurran mikroba
o Mengetahui struktur mikroba
o Mengetahui reaksi pewarnaan mikroba
o Mengetahui alat gerak dan susunan flagelata mikroba

D. MANFAAT

Untuk mengetahui dan mengerti serta dapat menambah pengetahuan baru


tentang marfologi mikroorganisme bagi mahasiswa

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Morfologi Mikroba

Dalam proses identifikasi mikroba salah satu yang dilakukan adalah


melihat bagaimana bentuk morfologi mikroba tersebut. Dan yang kita perhatikan
di dalam pengelompokan secara morfologi adalah bentuk,
ukuran ,struktur ,reaksi, pewarnaan, alat gerak sertasusunan flagelatanya.
Metode klasifikasi atau identitas mikroba ada beberapa tahapan, yaitu
1. Klasifikasi alami, yaitu penataan organisme kedalam kelompok-
kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan sifat dan mencerminkan
sebanyak mungkin sifat biologiorganisme (morfologi,biokimia dan fisiologi)
2. Phenetic system, yaitu pengelompokkan organisme atau kesamaan
secara keseluruhan.
3.Taksonomi numerikal, yaitu pembobotan ciri dari beberapa strain
(pembagian darispecies), strain yang memiliki % S yang tinggi dikelompok
menjadi satu.
4.Sifat filogenik, yaitu hubungan organisme didasarkan pada hubungan
evolusioner,keterkaitan sifat genetik,. Didasarkan pada DNA (biologi
molekuler), membandingkan urutan neuklotida (homologi DNA).

2. Bentuk Mikroba
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
•Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombo

3
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

•Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder,
dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

• Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai


variasi sebagai berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral , jika lengkung lebih dari setengah lingkaran

Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena
itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada
umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah
tua.

1. Bentuk Coccus (kokus) :

Bentuk bulat seperti peluru. Dihubungkan dgn cara pembelahannya dan susunanya
setelah pembelahan dibagi menjadi :

a. Diplococcus :
Membelah diri kesatu arah dan setelah pembelahnnya tetap berkelompok dua-dua.
Contoh :Diplococcus pneumonia, Neisseria gonorrhea, Neisseria meningitidis

b. Streptococcus
Membelah diri kesatu arah. Setelah pembelahan tetap tidak berpencar, selanjutnya akan
menyerupai rantai.
Contoh :Streptococcus pyogenesc.

c. Tetracoccus (Gaffkya)
Membelah diri kedua arah. Setelah pembelahan tetap berkelompok empat-empat.
Contoh :Gaffkya tetragenad.

4
d. Sarcina
Membelah diri ketiga arah. Setelah pembelahan tetap berkelompok seperti kubus (8 cocci).
Contoh :Sarcina luteae.

e.Staphylococcus
Membelah diri kearah tidak teratur berkelompok menyerupai buah anggur.
Contoh :Staphylococcus aureus

2. Bentuk bacillus (basil):


Bentuk silinder atau batang.
Contoh :Clostridium tetani, Mycobacterium tuberculosis.

3. Bentuk vibrio (koma)


Berupa batang yang bengkok.
Contoh: Vibrio choler.

4. Bentuk spirilium (spiral)


Berupa batang yang melilit.
Contoh :Treponema pallid,Spirillum minus.

3. Ukuran Mikroba

Ukuran bakteri sangat kecil berkisar antara 0,5-5μm. Maka dari itu diperlukan alat
bantu untuk dapat melihat bagaimana bentuk bakteri yaitu mikroskop. Bakteri
terbesar yang pernahditemukan adalah Thiomargarita
d e n g a n l e b a r m e n c a p a i 7 5 0 μ m ( 0 , 7 5 m m ) y a n g membuatnya bisa terlihat
dengan mata telanjang.

4. Struktur Tubuh Mikroba

5
Bakteria umumnya dapat bergerak dengan bantuan alat gerak yang ada pada
tubuhnyamenuju tempat-tempat yang menguntungkan dan menghindari tempat-tempat yang
merugikan.

Jenis-jenis / macam-macam alat gerak pada organisme bakteri :


1. Atrik : bakteri yang tidak mempunyai flagel / alat gerak
2. Monotrik : bakteri yang mempunyai satu flagel / alat gerak pada salah satu
ujung tubuhnya.
3. Lofotrik : bakteri yang memiliki sejumlah flagel / alat gerak pada satu ujung
tubuh bakteri.
4. Amfitrik : bakteri yang mempunyai sejumlah flagel / alat gerak pada kedua
ujungnya.
5. Peritrik : bakteri yang mempunyai flagel / alat gerak pada seluruh permukaan
tubuhnya

5. Reaksi Pewarnaan Mikroba

Pewarnaan gram adalah roses pewarnaan diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen.
Bakteri terbagi atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan
bakterigram negatif. Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri.
Reagen pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai
dengan jelas.Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci
tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat
mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak
kuat menelan warna dasar,maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna
pembanding, bila warna tidak tercucimaka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat
pada hasil akhir tetap warna dasar.
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena bakteri
itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya secara
keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan terwarnai dari
pada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah oganisme yang
telah diwarnaidengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari (Volk dan Whleer,
1998).

6
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan
dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk
melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat
pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu
diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran
100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri
sulitterlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat
warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya,
sehingga kontrassel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan
bersifat asam atau basa.Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna
disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian
yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak
digunakan karena muatannegatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat
warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite
Green dll. Sedangkan zatwarna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).

Banyak senyawa organik berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai


mikroorganismeuntuk pemeriksaan mikroskopik dan telah dikembangkan prosedur
pewarnaan untuk:
- Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar.
- Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme
.- Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa.

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting
dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan didinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri.
Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
negatif. Bakterigram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Sedangkan baktri gramnegatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis
membran sel (Irawan, 2008).

7
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai
berikut (Irawan, 2008):

a. Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap


dekolorisasi yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel.
Pemberian ethanol jangan sampai berlebih yang akan menyebabkan
overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti gram
negatif. Namun juga jangansampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol
(underdecolorization) yang tidak akan melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga
sel gram negatif seperti gram positif
b. Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur
muda yang tidak lebih lama d a r i 2 4 j a m . U m u r k u l t u r a k a n
berpengaruh pada kemampuan sel menyerap warna utama(CV),
khususnya pada gram positf. Mungkin akan menampakkan gram
v a r i a b e l y a i t u s a t u j e n i s s e l sebagian
berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur.Walaupun ada
beberapa species yang memang bersifat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter
dan Arthrobacter.

6. Alat Gerak Dan Susunan Flagelat Mikroba

Banyak spesiesbakteri yang bergerak menggunakanflagel. Hampir semua


bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan
adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran
flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi
panjang sel bakteri.

Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi


menjadi lima golongan,yaitu:
1. Atrik, tidak mempunyai flagel.
2.Monotrik, mempunyai satuflagelpada salah satu ujungnya.
3.Lofotrik, mempunyai sejumlah flagelpada salah satu ujungnya.
4. Amfitrik, mempunyai satu flagelpada kedua ujungnya.

8
5. Peritrik, mempunyaiflagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos).


Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme,
terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu morfologi makroskopis dan morfologi mikroskopis.

Morfologi makroskopis mencakup morfologi koloni pada media plate. Sedangkan


morfologi mikroskopis mencakup struktur bakteri saat diamati di bawah mikroskop seperti
dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan, kapsul,
flagelum, pilus (pili), klorosom, Vakuola gas dan endospora.

B. Saran

Dengan telah selesainya membaca makalah ini di harapkan untuk dapat menerima dan
mengerti bahwa makalah tersebut jika terdapat kekurangan mohon perlu bimbingan, kritik
dan saran membangun diterima untuk kebaikan bersama dalam pembuatan makalah tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Budiyanto, Moch Agus Kresno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang. Penerbit :


Universitas Muhammadiyah Malang.
 Volk, Wesley A dan Wheeler, Margaret F. 1990. Basic Microbilogy fifth edition.
Jakarta. Penrbit Erlangga. (diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. 1990.
Mikrobiologi Dasar edisi kelima jilid 2).
 Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
 Darkuni,M.N. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Malang:
Universitas Negeri Malang.
 Schelegel, H.G. & K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai