JUDUL :
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pola Pemberian Asi Eksklusif Pada
Bayi Umur 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tutuyan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur
OLEH :
JURUSAN GIZI
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
PEMBIMBING
Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa, karna telah
Melimpahkan rahmatnya berupa kesehatan sehingga dapat menyelesaikan praktek
kerja lapangan yang dilaksanakan dipuskesmas Tutuyan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................ 1
2. Tujuan .................................................................................................... 2
3. Manfaat................................................................................................... 3
4. Waktu dan Tempat.................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puskesmas............................................................................. 4
1. Definisi Puskesmas........................................................................... 4
2. Tujuan Puskesmas............................................................................. 5
3. Fungsi Puskesmas............................................................................. 5
B. Posyandu ................................................................................................ 6
C. Status Gizi............................................................................................... 7
BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TUTUYAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Tutuyan................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil........................................................................................................ 16
B. Pembahasan............................................................................................. 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 27
B. Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 28
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI................................................................ 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi ibu dan bayi di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, masih
banyak indikator gizi dan kesehatan ibu dan bayi yang perlu diperbaiki.
pendidikan dan pengetahuan masyarakat merupakan bagian penting yang
harus ditingkatkan untuk memperbaiki kondisi ini. Sebagai contoh, peran ASI
eksklusif terhadap kesehatan bayi dan ibu tidak diragukan, tetapi sampai saat
ini prevalensi ASI eksklusif di indonesia masih rendah (Rudolf Purba dkk,
2018).
Pemberian ASI ekslusif semakin menurun penyebab penurunan
pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial
ekonomi. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberikan
MP-ASI terlalu dini (Istiqomah dkk, 2016). Berdasarkan hasil Riskesdas
2018 proporsi pola pemberian ASI pada bayi 0-5 bulan di Indonesia sebanyak
37,3% ASI eksklusif 9,3% ASI parsial, dan dan 3,3% ASI predominan
(Infodati, 2018).
Kondisi gizi ibu dan bayi di Indonesia saat ini masih memprihatinkan.
Masih banyak indikator gizi dan kesehatan ibu dan bayi yang perlu
diperbaiki. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat merupakan bagian
penting yang harus ditingkatkan untuk memperbaiki kondisi ini. Sebagai
contoh, peran ASI eksklusif terhadap kesehatan bayi dan ibu tidak diragukan,
tetapi sampai saat ini prevalensi ASI eksklusif di Indonesia masih tetap
rendah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pengetahuan
berkontribusi terhadap kondisi ini. Hampir semua ibu akan memprioritaskan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayinya bila mampu, namun
keterbatasan pendidikan dan pengetahuan membuat mereka tidak dapat
banyak berperan (Fikawati dkk, 2015).
1
Puskemas adalah unit pelaksaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas merupakan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dan dapat diterima serta dijangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta peran aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Puskesmas yang merupakan tombak dasar untuk menindak lanjuti
permasalahan gizi yang terjadi didalam masyarakat harus mempunyai kinerja
yang kuat, teliti dan tepat dalam mendeteksi, menganalisis dan memecahkan
permasalahan gizi yang ada, sehingga untuk menjangkau seluruh wilayah
kerjanya, puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu (Pustu), dan
Puskesmas Keliling (Pusling) serta dilengkapi dengan fasilitas Rawat Inap
(RI) untuk daerah yang jauh dari saran pelayanan rujukan.
Praktek kerja lapangan ini merupakan upaya untuk menghasilkan tenaga
ahli gizi yang mampu untuk melaksanakan pelayanan gizi, khususnya di
Puskesmas secara optimal dan terintegral. Mahasiswa secara langsung terlibat
dalam situasi kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa siap menghadapi
dunia kerja dan mengetahui secara langsung tentang masalah-masalah gizi
serta upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Tutuyan Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
b. Mengetahui Sikap ibu pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Tutuyan Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
c. Untuk mengetahui pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan Kecamatan Tutuyan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur
2
C. Manfaat
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya
Ibu yang memiliki bayi untuk dapat di jadikan sebagai informasi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pola pemberian ASI eksklusif
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan
pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk tanpa membedakan jenis kelamin
dan usia (Effendi, 2009). Puskesmas mempunyai upaya kesehatan
wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,
regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas wilayah indonesia.
Menurut Depkes (2004) upaya kesehatan wajib puskesmas tersebut
antara lain :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana
4
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2. Tujuan Puskesmas
Menurut Trihono (2005), puskesmas memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas tersebut agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3. Fungsi Puskesmas
Menurut Trihono (2005) terdapat 3 fungsi puskesmas, yaitu:
a. Pusat Penggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas berupa menggerakan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.
Upaya yang dilakukan puskesmas dalam pembangunan kesehatan
adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu
berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
5
program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama,
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat
B. Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
Tujuan posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran pelayanan kesehatan di
posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur
(PUS). Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:
S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu
K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu
D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu
N : Balita yang berat badannya naik
6
3. K/S yaitu cakupan kegiatan penimbangan
7
C. Status Gizi
1. Pengertian
Menurut Almatsier (2004) status gizi merupakan keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Menurut Beck (2000) status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam
pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasi oleh berat badan dan
tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri, biokimia dan riwayat diit.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor langsung
a) Tingkat Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan
Total pangan yang di makan seseorang atau sekelompok orang
(keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Konsumsi
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh
setiap hari dalam Total tertentu sebagai sumber energi dan zat
gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama
akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan
energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti
umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik
(Almatsir, 2004)
Frekuensi makan dapat menunjukkan tingkat kecukupan
konsumsi gizi. Semakin tinggi frekuensi makan semakin besar
kemungkinan terpenuhinya kecukupan gizi. Frekuensi makan
pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi
dibandingkan dengan ornag kondisi ekonomi lemah. Hal ini di
sebabkan orang deengan kondisi ekonomi yang lemah memiliki
daya beli yang rendah sehingga tidak dapat mengkonsumsi
maknan dengan frekuensi yang ukup. Ketiadaan pangan dapat
8
mengakibatkan berkurangnya asupan seseorang (Arisman,
2009).
Perhatian terhadap pangan pada balita menurun setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Balita mulai memilih
makanan yang disukai dan tidak disukai. Anak balita pada usia
1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat
konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia1-3 tahun
makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang
disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak
dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004).
b) Morbiditas
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009),
morbiditas atau kesakitan merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
Semakin tinggi morbiditas, menunjukkan derajat kesehatan
penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah
morbiditas (kesakitan) menunjukkan derajat kesehatan
penduduk yang semakin baik. Pengertian morbiditas
(kesakitan) adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila
keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-
hari yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja,
mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara normal
sebagaimana biasanya. Penyakit- penyakit penyebab morbiditas
muncul karena gaya hidup dan pola makan yang salah, serta
lingkungan kotor. Pengetahuan yang rendah mengenai masalah
gizi dan lingkungan berpengaruh besar terhadap kejadian
morbiditas.
c) Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
9
tidak akan terjadi penyakit (Ranuh, 2008, p10). Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi
belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh,
2008, p10) .
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan
tuberkulosis (Notoatmodjo, 2003).
b. Faktor Tidak Langsung
a) Pengetahuan
Pengetahuan mengenai gizi akan mempengaruhi status
gizi balita karena dengan pengetahuannya, para ibu dapat
mengasuh dan memenuhi gizi anak balitanya, yang pada
gilirannya dapat menjamin asupan gizi anak. Menurut Nasar
(2010), banyak orang tua yang memberikan makan kepada
anak-anak sebatas supaya kenyang, sementara komposisinya
tidak disesuaikan dengan kebutuhan gizinya. Rendahnya
pendidikan juga seringkali melahirkan kebiasaan, kepercayaan,
pantangan, dan tahayul yang keliru. Adanya pantangan
mengonsumsi makanan tertentu yang salah dalam pemberian
makan anak akan sangat merugikan dan menghilangkan
kesempatan anak untuk mendapat asupan gizi yang cukup.
Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat diperlukan untuk
mengubah sikap dan perilaku sehat tentang berbagai jenis
10
pangan. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat penting bagi
ibu rumah tangga yang turut bertanggung jawab akan keadaan
gizi setiap anggota keluarga.
b) Sosial – Ekonomi
Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi
adalah suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan
sebagai tolak ukur. Menurut pendapat Junaidi (1999), keluarga
adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki
karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang
relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi lingkungan seperti
umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan
lain-lain. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan
seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan
dengan masalah keluarga.
3. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.
a. Penilaian Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun
penilaian dari masing- masing adalah sebagai berikut (Supariasa, et
all, 2002) :
1) Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain
BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah :
a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
11
gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini.
Tabel 1
Indeks BB/U
>2 SD Lebih
-2 SD s/d +2 SD Baik
< -3 SD Buruk
12
waktu yang relative lama.
Klarifikasi status gizi dengan indeks TB/U :
Tabel 2
Indeks TB/U
≥ -2 SD Normal
Tabel 3
Indeks BB/TB
Indeks Klasifikasi
BB/T
B
>2 SD Gemuk
-2 SD s/d + Normal
2 SD
< -2 SD s/d Kurus / wasted
-3 SD
13
<-3 SD Sangat kurus
14
3) Faktor ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa
malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Total
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TUTUYAN
15
Tutuyan 1 dan Desa Kayumoyondi serta 3 apotek yang berlokasi di Desa Tutuyan
1, Desa Tutuyan 2 dan Desa Tutuyan 3.
BAB IV
A. Hasil
1. Pendidikan Ibu Menyusui
Tabel 4. Pendidikan Terakhir Ibu Menyusui
Tingkat n %
Pendidikan
SD 16 23.9
SMP 12 17.9
SMA 34 50.7
Perguruan Tinggi 5 7.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas pendidikan terakhir Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan sebagian berpendidikan SMA yaitu 34
orang (50.7%).
16
Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga 59 88.1
Wirausaha 1 1.5
Pegawai Swasta 4 6.0
Pegawai Negeri/TNI/POLRI 3 4.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas pekerjaan yang dimiliki oleh Ibu Menyusui
di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan sebagian besar memiliki pekerjaan
Ibu Rumah Tangga yaitu 59 orang (88.1%)
Jumlah Anak n %
1–2 48 71.6
3–4 16 23.9
>5 3 4.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas jumlah anak yang dimiliki Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yaitu yang memiliki 1-2 anak 48 orang
(71.6%)
4. Jumlah Anak Yang Tergolong Bayi
Tabel 7. Jumlah Anak Yang Tergolong Bayi
Jumlah Bayi n %
1 66 98.5
2 1 1.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas jumlah anak yang masih tergolong bayi
yang dimiliki Ibu Menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yang
hanya memiliki 1 bayi yaitu 66 orang (98.5%)
17
5. Usia Anak Terakhir
Tabel 7. Usia Anak Terakhir
Jumlah Bayi n %
0–6 67 100
Berdasarkan tabel diatas usia anak terakhir yang dimiliki Ibu
Menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan berusia 0-6 bulan yaitu
67 orang (100%)
18
8. Hari keberapa kolostrum Keluar
Tabel 10. Hari Keberapa Kolostrum Keluar
Hari n %
Hari pertama sampai hari ke 2 26 38.8
Hari pertama sampai hari ke 3 19 28.4
Hari pertama sampai hari ke 4 22 32.8
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa sampai hari
keberapa kolostrum keluar adalah hari pertama sampai hari ke 2
sebanyak 26 orang (38.8%), hari pertama sampai hari ke 3 sebanyak 19
orang (28.4%), hari pertama sampai hari ke 4 sebanyak 22 orang (32.8%)
19
Setiap saat pada waktu bayi 25 37.3
membutuhkan
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa waktu yang
tepat untuk memberikan ASI adalah tergantung ibu sebanyak 20 orang
(29.9%), ketika bayi menangis sebanyak 22 orang (32.8%), setiap saat
pada waktu bayi membutuhkan sebanyak 25 orang (37.3%).
20
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa usia bayi
diberikan makanan tambahan adalah 0 – 2 bulan sebanyak 1 orang
(1.5%), 3 – 4 bulan sebanyak 12 orang (17.9%), 5 bulan sebanyak 15
orang (22.4%), 6 bulan sebanyak 39 orang (58.2%).
ASI Eksklusif n %
ASI yang diberikan pada bayi 23 34.3
sebagai makanan pendamping
pada saat bayi baru lahir
ASI yang diberikan kepada 35 52.2
bayi pada saat bayi baru lahir
Merupakan makanan terbaik 8 11.9
bagi bayi tetapi harus disertai
makanan pendamping
Merupakan makanan terbaik 1 1.5
bagi bayi 0 – 6 bulan yang
harus diberikan tanda makanan
pendamping
Total 67 100
21
Ketahanan Tubuh Bayi
Sebagai makanan tambahan 20 29.9
Sebagai makanan pendamping bayi 10 14.9
Sebagai makanan pokok bayi 30 44.8
Melindungi bayi dari penyakit diare 7 10.4
Total 67 100
Peran ASI n %
ASI dapat membantu 35 52.2
pertumbuhan anak
ASI dapat membuat anak cerdas 6 9.0
ASI dapat membuat anak sehat 20 29.9
ASI dapat melindungi anak dari 6 9.0
batuk
Total 67 100
16. Apakah ASI bisa diganti dengan makanan lain pengganti ASI
Tabel 18. ASI bisa diganti dengan makanan lain pengganti ASI
ASI n %
Ya 63 94.0
Tidak 4 6.0
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa Apakah ASI
22
bisa diganti dengan makanan lain pengganti ASI adalah Ya sebanyak 63
orang (94.0%) dan tidak sebanyak 4 orang (6.0%).
18. Bila Jawaban ASI Apakah Kelebihan ASI dari Pada PASI
Tabel 19. Kelebihan ASI Dari Pada PASI
Kelebihan ASI n %
Kandungan nutrisi ASI lebih baik 40 59.7
ASI praktis dan tidak memerlukan biaya 26 38.8
Semua jawaban benar 1 1.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa apakah
kelebihan ASI dari pada PASI yaitu kandungan nutrisi ASI lebih baik
sebanyak 40 orang (59.7%), ASI Praktis dan tidak memerlukan biaya
sebanyak 26 orang (38.8%), semua jawaban benar sebanyak 1 orang
(1.5%).
19. Usia Bayi Yang Tepat Untuk Diberikan Makanan Pengganti ASI
Tabel 20. Usia Bayi Yang Tepat Untuk Diberikan Makanan Pengganti
ASI
Usia Bayi n %
3 bulan 6 9.0
5 bulan 23 34.3
6 bulan 38 56.7
Total 67 100
23
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa usia bayi
yang tepat untuk diberikan makanan pengganti ASI adalah 3 bulan
sebanyak 6 orang (9.0%), 5 bulan sebanyak 23 orang (34.3%), 6 bulan 38
orang (56.7%).
24
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa apakah ibu
setuju susu formula cukup baik menggantikan ASI yaitu setuju sebanyak
63 orang (94.0%) dan tidak setuju sebanyak 4 orang (6.0%).
25
Tabel 24. Perbedaan Diberi ASI Atau Tidak Diberi ASI
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap ibu tentang pola pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
1. Gambaran Umum Ibu Menyusui
Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan sebagian besar
memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dengan pendidikan
terakhir sebagian besat tamat SMA / Sederajat dan Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan ini memiliki jumlah anak 1-6 orang
anak.
2. Gambaran Sikap Ibu Menyusui
Dari 67 responden Ibu Menyusui sebagian berperilaku positif
mengenai sikap dan sebagian lagi negatif alasannya karena tidak
mengetahui apa manfaat ASI eksklusif salah satu penyebabnya karena
tingkat pendidikan Ibu yang sebagian berpendidikan Sekolah Dasar.
3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif
Dari 67 responden Ibu Menyusui sebagian memberikan ASI
eksklusif pada anaknya dan sebagian lagi tidak alasannya karena produksi
ASI sedikit atau tidak sama sekali dan bahkan bekerja. Ibu menyusui yang
bekerja biasanya memberikan ASI sebelum dan sepulang dari kerja. Ibu
26
menyusui di wilayah kerja puskesmas ini sebagian besar mendapat
informasi mengenai ASI eksklusif dari dokter, bidan atau tenaga kesehatan
lainnya.
Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yang mengajukan
untuk memberikan ASI eksklusif selain teman / kerabat adapun karena
keinginan sendiri. Selain memberikan ASI eksklusif ada juga yang
memberikan susu produk. Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Tutuyan sebagian makan makanan yang bergizi, berolahraga bahkan
mengurangi pekerjaan yang berat untuk memproduksi ASI lebih banyak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Data diatas disimpulkan sebagai berikut :
a. Mendapati pengetahuan dan sikap Ibu tentang pemberian ASI eksklusif
27
untuk mencegah masalah gizi yang tidak diinginkan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://bulelengkab.go.id/bankdata/pengertian-posyandu-kegiatandefinisi-tujuan-
fungsi-manfaat-dan-pelaksanaan-posyandu-33
http://www.indonesian-publichealth.com/manajemen-posyandu/
Purba, Rudolf. B. Rumagit, Fred. A. dan Taher, Rugayu. (2018). Status Gizi Bayi
4-6 Bulan Yang Mendapatkan ASI Eksklusif Dan Non Eksklusif Di
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.
Jurnal GIZIDO. Volume 10. No.1.
28
Infodatin, Menyusui Sebagai Darar Kehidupan. (2018). Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Fikawati, Sandra. Syafiq, Ahmad. & Karima, Khaula. (2015). Gizi Ibu dan Bayi.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
29
30
31