Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PKL MANAJEMAN PENYELENGARAAN GIZI MASYARAKAT DI

PUSKESMAS PADA MASA COVID 19 PROGRAM STUDI SARJANA


TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN AJARAN 2020/2021

JUDUL :
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pola Pemberian Asi Eksklusif Pada
Bayi Umur 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tutuyan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur

OLEH :

1. Siskawati Mokodompit 711331117038


2. Dwi Yanti Srijono 711331117009
3. Revo Yohanis 711331117032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

LAPORAN PKL MAJAMENEN PENYELENGGARAAN GIZI


MASYARAKAT DI PUSKESMAS PADA MASA COVID 19 PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

PEMBIMBING

Henry S. Imbar, S.Pd, M.Kes


NIP. 19680925 199303 1 003

Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi

Rudolf B Purba, SKM, M. Kes


NIP. 19650912 198803 1 003

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa, karna telah
Melimpahkan rahmatnya berupa kesehatan sehingga dapat menyelesaikan praktek
kerja lapangan yang dilaksanakan dipuskesmas Tutuyan.

Untuk kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teysi Sani, SKM Selaku Kepala Puskesmas Tutuyan


2. Deselaku Pembimbing Puskesmas Tutuyan
3. Seluruh staf yang bekerja di Puskesmas Tutuyan yang telah membantu
pelaksanaan praktek kerja lapangan kami.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Penulis

Manado, November 2020

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................ 1
2. Tujuan .................................................................................................... 2
3. Manfaat................................................................................................... 3
4. Waktu dan Tempat.................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puskesmas............................................................................. 4
1. Definisi Puskesmas........................................................................... 4
2. Tujuan Puskesmas............................................................................. 5
3. Fungsi Puskesmas............................................................................. 5
B. Posyandu ................................................................................................ 6
C. Status Gizi............................................................................................... 7
BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TUTUYAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Tutuyan................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil........................................................................................................ 16
B. Pembahasan............................................................................................. 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 27
B. Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 28
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI................................................................ 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi ibu dan bayi di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, masih
banyak indikator gizi dan kesehatan ibu dan bayi yang perlu diperbaiki.
pendidikan dan pengetahuan masyarakat merupakan bagian penting yang
harus ditingkatkan untuk memperbaiki kondisi ini. Sebagai contoh, peran ASI
eksklusif terhadap kesehatan bayi dan ibu tidak diragukan, tetapi sampai saat
ini prevalensi ASI eksklusif di indonesia masih rendah (Rudolf Purba dkk,
2018).
Pemberian ASI ekslusif semakin menurun penyebab penurunan
pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial
ekonomi. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberikan
MP-ASI terlalu dini (Istiqomah dkk, 2016). Berdasarkan hasil Riskesdas
2018 proporsi pola pemberian ASI pada bayi 0-5 bulan di Indonesia sebanyak
37,3% ASI eksklusif 9,3% ASI parsial, dan dan 3,3% ASI predominan
(Infodati, 2018).
Kondisi gizi ibu dan bayi di Indonesia saat ini masih memprihatinkan.
Masih banyak indikator gizi dan kesehatan ibu dan bayi yang perlu
diperbaiki. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat merupakan bagian
penting yang harus ditingkatkan untuk memperbaiki kondisi ini. Sebagai
contoh, peran ASI eksklusif terhadap kesehatan bayi dan ibu tidak diragukan,
tetapi sampai saat ini prevalensi ASI eksklusif di Indonesia masih tetap
rendah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pengetahuan
berkontribusi terhadap kondisi ini. Hampir semua ibu akan memprioritaskan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayinya bila mampu, namun
keterbatasan pendidikan dan pengetahuan membuat mereka tidak dapat
banyak berperan (Fikawati dkk, 2015).

1
Puskemas adalah unit pelaksaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas merupakan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dan dapat diterima serta dijangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta peran aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Puskesmas yang merupakan tombak dasar untuk menindak lanjuti
permasalahan gizi yang terjadi didalam masyarakat harus mempunyai kinerja
yang kuat, teliti dan tepat dalam mendeteksi, menganalisis dan memecahkan
permasalahan gizi yang ada, sehingga untuk menjangkau seluruh wilayah
kerjanya, puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu (Pustu), dan
Puskesmas Keliling (Pusling) serta dilengkapi dengan fasilitas Rawat Inap
(RI) untuk daerah yang jauh dari saran pelayanan rujukan.
Praktek kerja lapangan ini merupakan upaya untuk menghasilkan tenaga
ahli gizi yang mampu untuk melaksanakan pelayanan gizi, khususnya di
Puskesmas secara optimal dan terintegral. Mahasiswa secara langsung terlibat
dalam situasi kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa siap menghadapi
dunia kerja dan mengetahui secara langsung tentang masalah-masalah gizi
serta upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas.

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Tutuyan Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
b. Mengetahui Sikap ibu pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Tutuyan Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
c. Untuk mengetahui pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan Kecamatan Tutuyan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur

2
C. Manfaat
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya
Ibu yang memiliki bayi untuk dapat di jadikan sebagai informasi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pola pemberian ASI eksklusif

D. Waktu dan Tempat


Waktu : 18 September – 20 Oktober 2020
Tempat : Puskesmas Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan
pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk tanpa membedakan jenis kelamin
dan usia (Effendi, 2009). Puskesmas mempunyai upaya kesehatan
wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,
regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas wilayah indonesia.
Menurut Depkes (2004) upaya kesehatan wajib puskesmas tersebut
antara lain :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana

4
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan

2. Tujuan Puskesmas
Menurut Trihono (2005), puskesmas memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas tersebut agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3. Fungsi Puskesmas
Menurut Trihono (2005) terdapat 3 fungsi puskesmas, yaitu:
a. Pusat Penggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas berupa menggerakan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.
Upaya yang dilakukan puskesmas dalam pembangunan kesehatan
adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu
berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan

5
program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama,
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat
B. Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
Tujuan posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran pelayanan kesehatan di
posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur
(PUS). Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:
S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu
K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu
D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu
N : Balita yang berat badannya naik

1. D /S yaitu baik atau kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat

2. N/D yaitu kecenderungan status gizi

6
3. K/S yaitu cakupan kegiatan penimbangan

4. D/K yaitu kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu

5. N/S yaitu efektifitas kegiatan

Cakupan hasil program gizi di Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Cakupan Program (K/S)

Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu


Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah
Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan
berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau
berapa besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.

2. Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)

Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang


ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah
kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini,
menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah
tersebut yang telah tercapai.

3. Cakupan Kelangsungan Penimbang (D/K)

Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita


yang ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang
telah memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini,
menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah
tersebut yang telah tercapai.

4. Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah Balita


yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang
ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini,
menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang
telah tercapai.

7
C. Status Gizi

1. Pengertian
Menurut Almatsier (2004) status gizi merupakan keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Menurut Beck (2000) status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam
pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasi oleh berat badan dan
tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri, biokimia dan riwayat diit.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor langsung
a) Tingkat Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan
Total pangan yang di makan seseorang atau sekelompok orang
(keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Konsumsi
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh
setiap hari dalam Total tertentu sebagai sumber energi dan zat
gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama
akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan
energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti
umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik
(Almatsir, 2004)
Frekuensi makan dapat menunjukkan tingkat kecukupan
konsumsi gizi. Semakin tinggi frekuensi makan semakin besar
kemungkinan terpenuhinya kecukupan gizi. Frekuensi makan
pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi
dibandingkan dengan ornag kondisi ekonomi lemah. Hal ini di
sebabkan orang deengan kondisi ekonomi yang lemah memiliki
daya beli yang rendah sehingga tidak dapat mengkonsumsi
maknan dengan frekuensi yang ukup. Ketiadaan pangan dapat

8
mengakibatkan berkurangnya asupan seseorang (Arisman,
2009).
Perhatian terhadap pangan pada balita menurun setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Balita mulai memilih
makanan yang disukai dan tidak disukai. Anak balita pada usia
1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat
konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia1-3 tahun
makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang
disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak
dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004).

b) Morbiditas
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009),
morbiditas atau kesakitan merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
Semakin tinggi morbiditas, menunjukkan derajat kesehatan
penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah
morbiditas (kesakitan) menunjukkan derajat kesehatan
penduduk yang semakin baik. Pengertian morbiditas
(kesakitan) adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila
keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-
hari yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja,
mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara normal
sebagaimana biasanya. Penyakit- penyakit penyebab morbiditas
muncul karena gaya hidup dan pola makan yang salah, serta
lingkungan kotor. Pengetahuan yang rendah mengenai masalah
gizi dan lingkungan berpengaruh besar terhadap kejadian
morbiditas.
c) Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,

9
tidak akan terjadi penyakit (Ranuh, 2008, p10). Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi
belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh,
2008, p10) .
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan
tuberkulosis (Notoatmodjo, 2003).
b. Faktor Tidak Langsung
a) Pengetahuan
Pengetahuan mengenai gizi akan mempengaruhi status
gizi balita karena dengan pengetahuannya, para ibu dapat
mengasuh dan memenuhi gizi anak balitanya, yang pada
gilirannya dapat menjamin asupan gizi anak. Menurut Nasar
(2010), banyak orang tua yang memberikan makan kepada
anak-anak sebatas supaya kenyang, sementara komposisinya
tidak disesuaikan dengan kebutuhan gizinya. Rendahnya
pendidikan juga seringkali melahirkan kebiasaan, kepercayaan,
pantangan, dan tahayul yang keliru. Adanya pantangan
mengonsumsi makanan tertentu yang salah dalam pemberian
makan anak akan sangat merugikan dan menghilangkan
kesempatan anak untuk mendapat asupan gizi yang cukup.
Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat diperlukan untuk
mengubah sikap dan perilaku sehat tentang berbagai jenis

10
pangan. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat penting bagi
ibu rumah tangga yang turut bertanggung jawab akan keadaan
gizi setiap anggota keluarga.
b) Sosial – Ekonomi
Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi
adalah suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan
sebagai tolak ukur. Menurut pendapat Junaidi (1999), keluarga
adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki
karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang
relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi lingkungan seperti
umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan
lain-lain. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan
seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan
dengan masalah keluarga.
3. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.
a. Penilaian Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun
penilaian dari masing- masing adalah sebagai berikut (Supariasa, et
all, 2002) :
1) Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain
BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah :
a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

11
gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini.

Klarifikasi status gizi dengan indeks BB/U :

Tabel 1
Indeks BB/U

Indeks BB/U Klasifikasi

>2 SD Lebih

-2 SD s/d +2 SD Baik

< -2 SD s/d -3 SD Kurang

< -3 SD Buruk

Sumber : Khomsan, 2004

b) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti
berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam

12
waktu yang relative lama.
Klarifikasi status gizi dengan indeks TB/U :

Tabel 2
Indeks TB/U

Indeks TB/U Klasifikasi

≥ -2 SD Normal

< -2 SD Pendek / stunted

Sumber : Khomsan, 2004

c) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan
tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat
badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah
memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status
gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk
menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB
adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/TB :

Tabel 3
Indeks BB/TB
Indeks Klasifikasi
BB/T
B
>2 SD Gemuk
-2 SD s/d + Normal
2 SD
< -2 SD s/d Kurus / wasted
-3 SD

13
<-3 SD Sangat kurus

Sumber : Khomsan, 2004


2) Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal
tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
3) Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja,
darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.
4) Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode


penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi,
khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.
b. Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu:
survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
(Supariasa, et all 2002). uraian dari ketiga hal tersebut adalah:
1) Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat Total dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi.
2) Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.

14
3) Faktor ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa
malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Total
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TUTUYAN

Praktek Kerja Lapangan (PKL) MGPM ini dilaksanakan diwilayah kerja


Puskesmas Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Wilayah kerja
Puskesmas Tutuyan mencakup seluruh wilayah Kecamatan Tutuyan yang terdiri
dari 10 desa yaitu Desa Kayumoyondi, Desa Tombolikat Induk, Desa Tombolikat
Selatan, Desa Tutuyan 1, Desa Tutuyan 2, Desa Tutuyan 3, Desa Togid, Desa
Dodap Atas, Desa Dodap Mikasa dan Desa Dodap Pantai.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Tutuyan Kabupaten Bolaang


Mongondow Timur adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan
Kecamatan Kotabunan, Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Maluku,
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Motongkad, Sebelah Barat :
Berbatasan dengan Kecamatan Modayag.

Puskesmas Tutuyan memiliki 1 Puskesmas Keliling dan 3 Puskesmas


Pembantu (Pustu), yaitu Pustu Dodap Atas, Pustu Togid, dan Pustu Tombolikat
Induk. Sarana kesehatan swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan
berjumlah 2 tempat praktik dokter umum perorangan, yang berlokasi di Desa

15
Tutuyan 1 dan Desa Kayumoyondi serta 3 apotek yang berlokasi di Desa Tutuyan
1, Desa Tutuyan 2 dan Desa Tutuyan 3.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pendidikan Ibu Menyusui
Tabel 4. Pendidikan Terakhir Ibu Menyusui

Tingkat n %
Pendidikan
SD 16 23.9
SMP 12 17.9
SMA 34 50.7
Perguruan Tinggi 5 7.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas pendidikan terakhir Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan sebagian berpendidikan SMA yaitu 34
orang (50.7%).

2. Pekerjaan Ibu Menyusui


Tabel 5. Pekerjaan Ibu Menyusui

16
Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga 59 88.1
Wirausaha 1 1.5
Pegawai Swasta 4 6.0
Pegawai Negeri/TNI/POLRI 3 4.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas pekerjaan yang dimiliki oleh Ibu Menyusui
di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan sebagian besar memiliki pekerjaan
Ibu Rumah Tangga yaitu 59 orang (88.1%)

3. Jumlah Anak Ibu Menyusui


Tabel 6. Jumlah Anak Ibu Menyusui

Jumlah Anak n %
1–2 48 71.6
3–4 16 23.9
>5 3 4.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas jumlah anak yang dimiliki Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yaitu yang memiliki 1-2 anak 48 orang
(71.6%)
4. Jumlah Anak Yang Tergolong Bayi
Tabel 7. Jumlah Anak Yang Tergolong Bayi

Jumlah Bayi n %
1 66 98.5
2 1 1.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas jumlah anak yang masih tergolong bayi
yang dimiliki Ibu Menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yang
hanya memiliki 1 bayi yaitu 66 orang (98.5%)

17
5. Usia Anak Terakhir
Tabel 7. Usia Anak Terakhir

Jumlah Bayi n %
0–6 67 100
Berdasarkan tabel diatas usia anak terakhir yang dimiliki Ibu
Menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan berusia 0-6 bulan yaitu
67 orang (100%)

6. Penghasilan Per Bulan


Tabel 8. Penghasilan Per bulan
Penghasilan Per Bulan n %
100.000 – 500.000 30 44.8
600.000 – 1.000.000 28 41.8
1.000.000 – 3.000.000 6 9.0
>3.000.000 3 4.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas penghasilan per bulan Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yaitu 100.000 - 500.000 per bulan
berjumlah 30 orang (44.8%)
7. Asi Pertama (Kolostrum) Berwarna apa
Tabel 9. Asi Pertama (Kolostrum) Berwarna Apa

Warna ASI (Kolostrum) n %


Putih 26 38.8
Kekuning – Kuningan 41 61.2
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa warna ASI
yang pertama kali keluar (Kolostrum) adalah berwarna putih sebanyak 26
orang (38.8%) dan kekuning – kuningan sebanyak 41 orang (61.2%)

18
8. Hari keberapa kolostrum Keluar
Tabel 10. Hari Keberapa Kolostrum Keluar

Hari n %
Hari pertama sampai hari ke 2 26 38.8
Hari pertama sampai hari ke 3 19 28.4
Hari pertama sampai hari ke 4 22 32.8
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa sampai hari
keberapa kolostrum keluar adalah hari pertama sampai hari ke 2
sebanyak 26 orang (38.8%), hari pertama sampai hari ke 3 sebanyak 19
orang (28.4%), hari pertama sampai hari ke 4 sebanyak 22 orang (32.8%)

9. Kapan ASI Pertama Kali Diberikan


Tabel 11. Kapan ASI Pertama Kali Diberikan

ASI Pertama Diberikan n %


Satu hari setelah melahirkan 20 29.9
Dua hari setelah melahirkan 32 47.8
Secepatnya diberikan pada hari 15 22.4
pertama setelah melahirkan
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa kapan asi
pertama kali diberikan yaitu satu hari setelah melahirkan sebanyak 20
orang (29.9%), dua hari setelah melahirkan sebanyak 32 orang (29.9%),
secepatnya diberikan pada hari pertama setelah melahirkan sebanyak 15
orang (22.4%)

10. Waktu yang tepat pemberian ASI


Tabel 12. Waktu yang tepat pemberian ASI

Waktu Pemberian ASI n %


Tergantung ibu 20 29.9
Ketika bayi menangis 22 32.8

19
Setiap saat pada waktu bayi 25 37.3
membutuhkan
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa waktu yang
tepat untuk memberikan ASI adalah tergantung ibu sebanyak 20 orang
(29.9%), ketika bayi menangis sebanyak 22 orang (32.8%), setiap saat
pada waktu bayi membutuhkan sebanyak 25 orang (37.3%).

11. Umur Berapa Bayi Diberika ASI


Tabel 13. Umur Berapa Bayi Diberikan ASI

Umur diberikan ASI n %


0 – 1 bulan 1 1.5
0 – 3 bulan 21 31.3
0 – 6 bulan 45 67.2
Total 67 100

Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di


wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa umur berapa
sebaiknya bayi diberikan asi adalah 0 – 1 bulan sebanyak 1 orang (1.5%),
0 – 3 bulan sebanyak 21 orang (31.3%), 0 – 6 bulan sebanyak 45 orang
(67.2%).

12. Usia Berapa Bayi Diberikan Makanan Tambahan


Tabel 14. Usia Berapa Bayi Diberikan Makanan Tambahan

Umur Diberikan Makanan n %


Tambahan
0 – 2 bulan 1 1.5
3 – 4 bulan 12 17.9
5 bulan 15 22.4
6 bulan 39 58.2
Total 67 100

20
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa usia bayi
diberikan makanan tambahan adalah 0 – 2 bulan sebanyak 1 orang
(1.5%), 3 – 4 bulan sebanyak 12 orang (17.9%), 5 bulan sebanyak 15
orang (22.4%), 6 bulan sebanyak 39 orang (58.2%).

13. Pengetahuan ASI Eksklusif


Tabel 15. Pengetahuan ASI Eksklusif

ASI Eksklusif n %
ASI yang diberikan pada bayi 23 34.3
sebagai makanan pendamping
pada saat bayi baru lahir
ASI yang diberikan kepada 35 52.2
bayi pada saat bayi baru lahir
Merupakan makanan terbaik 8 11.9
bagi bayi tetapi harus disertai
makanan pendamping
Merupakan makanan terbaik 1 1.5
bagi bayi 0 – 6 bulan yang
harus diberikan tanda makanan
pendamping
Total 67 100

Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di


wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa ASI
Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi pada saat bayi baru
lahir sebanyak 35 orang (52.2%)
14. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Ketahanan Tubuh Bayi
Tabel 16. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Ketahanan Tubuh Bayi

Manfaat ASI Eksklusif Bagi n %

21
Ketahanan Tubuh Bayi
Sebagai makanan tambahan 20 29.9
Sebagai makanan pendamping bayi 10 14.9
Sebagai makanan pokok bayi 30 44.8
Melindungi bayi dari penyakit diare 7 10.4
Total 67 100

Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di


wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa manfaat ASI
eksklusif bagi ketahanan tubuh bayi yaitu sebagai makanan pokok bayi
sebanyak 30 orang (44.8%).

15. Peran ASI terhadap Kesehatan/Penyakit Pernapasan Bayi


Tabel 17. Peran ASI terhadap Kesehatan/Penyakit Pernapasan Bayi

Peran ASI n %
ASI dapat membantu 35 52.2
pertumbuhan anak
ASI dapat membuat anak cerdas 6 9.0
ASI dapat membuat anak sehat 20 29.9
ASI dapat melindungi anak dari 6 9.0
batuk
Total 67 100

Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di


wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa peran ASI
terhadap kesehatan/penyakit pernapasan Bayi yaitu ASI dapat membantu
pertumbuhan anak sebanyak 35 orang (52.2%)

16. Apakah ASI bisa diganti dengan makanan lain pengganti ASI
Tabel 18. ASI bisa diganti dengan makanan lain pengganti ASI

ASI n %
Ya 63 94.0
Tidak 4 6.0
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa Apakah ASI

22
bisa diganti dengan makanan lain pengganti ASI adalah Ya sebanyak 63
orang (94.0%) dan tidak sebanyak 4 orang (6.0%).

17. Lebih Baik ASI atau PASI


Berdasarkan data yang diperoleh dari Ibu Menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa yang lebih baik ASI atau
PASI yaitu ASI sebanyak 67 orang (100%)

18. Bila Jawaban ASI Apakah Kelebihan ASI dari Pada PASI
Tabel 19. Kelebihan ASI Dari Pada PASI

Kelebihan ASI n %
Kandungan nutrisi ASI lebih baik 40 59.7
ASI praktis dan tidak memerlukan biaya 26 38.8
Semua jawaban benar 1 1.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa apakah
kelebihan ASI dari pada PASI yaitu kandungan nutrisi ASI lebih baik
sebanyak 40 orang (59.7%), ASI Praktis dan tidak memerlukan biaya
sebanyak 26 orang (38.8%), semua jawaban benar sebanyak 1 orang
(1.5%).

19. Usia Bayi Yang Tepat Untuk Diberikan Makanan Pengganti ASI
Tabel 20. Usia Bayi Yang Tepat Untuk Diberikan Makanan Pengganti
ASI

Usia Bayi n %
3 bulan 6 9.0
5 bulan 23 34.3
6 bulan 38 56.7
Total 67 100

23
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa usia bayi
yang tepat untuk diberikan makanan pengganti ASI adalah 3 bulan
sebanyak 6 orang (9.0%), 5 bulan sebanyak 23 orang (34.3%), 6 bulan 38
orang (56.7%).

20. Resiko Pemberian Makanan Tambahan Sebelum Berusia 6 bulan


Tabel 21. Resiko Pemberian Makanan Tambahan Sebelum Berusia 6
bulan

Resiko Pemberian Makanan n %


Tambahan
Dapat menyebabkan penyakit 24 35.8
Dapat membuat bayi gemuk 28 41.8
Dapat menyebabkan bayi 15 22.4
tersedak
Total 67 100

Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di


wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahw0a resiko
pemberian makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan yaitu dapat
menyebabkan penyakit sebanyak 24 orang (35.8%), dapat membuat bayi
gemuk sebanyak 28 orang (41.8%), dapat menyebabkan bayi tersedak
sebanyak 15 orang (22.4%).

21. Ibu Setuju Bila Bayi Diberikan ASI Eksklusif


Berdasarkan data yang diperoleh dari Ibu Menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa apakah ibu setuju bila bayi
diberikan ASI eksklusif yaitu setuju sebanyak 67 orang (100%).
22. Apakah ibu setuju susu formula cukup baik menggantikan ASI
Tabel 22. Susu formula cukup baik menggantikan ASI

Setuju / Tidak Setuju n %


Setuju 63 94.0
Tidak setuju 4 6.0

24
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa apakah ibu
setuju susu formula cukup baik menggantikan ASI yaitu setuju sebanyak
63 orang (94.0%) dan tidak setuju sebanyak 4 orang (6.0%).

23. Pemberian ASI Diperlukan Keahlian


Berdasarkan data yang diperoleh dari Ibu Menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa apakah ibu setuju
pemberian ASI diperlukan keahlian atau perlakuan khusus dalam
menyusui yaitu setuju sebanyak 67 orang (100%).

24. Anjuran pemerintah menyusui bayi sampai usia 2 tahun


Tabel 23. Anjuran pemerintah menyusui bayi sampai usia 2 tahun

Setuju / Tidak Setuju n %


Setuju 66 98.5
Tidak setuju 1 1.5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa ibu setuju
dengan ajuran pemerintah menyusui bayi sampai usia 2 tahun yaitu
setuju sebanyak 66 orang (98.5%) dan tidak setuju sebanyak 1 orang
(1.5%).

25. Bila Jawaban No.4 Setuju Apakah Alasanya


Berdasarkan data yang diperoleh dari Ibu Menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa alasan setuju yaitu sangat
banyak manfaatnya untuk bayi sebanyak 66 orang (98.5%).
26. Perbedaan Daya Tahan Tubuh Diberi ASI Atau Tidak Diberi ASI

25
Tabel 24. Perbedaan Diberi ASI Atau Tidak Diberi ASI

Diberi ASI / Tidak Diberi n %


ASI
Tidak keduanya sama saja 43 64.2
Ya, bayi yang diberikan ASI 24 35.8
lebih sehat
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan dapat disimpulkan bahwa perbedaan
daya tahan tubuh diberi ASI atau tidak diberi ASI yaitu tidak keduanya
sama saja sebanyak 43 orang (64.2%) dan ya, bayi yang diberikan ASI
lebih sehat sebanyak 24 orang (35.8%).

B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap ibu tentang pola pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
1. Gambaran Umum Ibu Menyusui
Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan sebagian besar
memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dengan pendidikan
terakhir sebagian besat tamat SMA / Sederajat dan Ibu Menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Tutuyan ini memiliki jumlah anak 1-6 orang
anak.
2. Gambaran Sikap Ibu Menyusui
Dari 67 responden Ibu Menyusui sebagian berperilaku positif
mengenai sikap dan sebagian lagi negatif alasannya karena tidak
mengetahui apa manfaat ASI eksklusif salah satu penyebabnya karena
tingkat pendidikan Ibu yang sebagian berpendidikan Sekolah Dasar.
3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif
Dari 67 responden Ibu Menyusui sebagian memberikan ASI
eksklusif pada anaknya dan sebagian lagi tidak alasannya karena produksi
ASI sedikit atau tidak sama sekali dan bahkan bekerja. Ibu menyusui yang
bekerja biasanya memberikan ASI sebelum dan sepulang dari kerja. Ibu

26
menyusui di wilayah kerja puskesmas ini sebagian besar mendapat
informasi mengenai ASI eksklusif dari dokter, bidan atau tenaga kesehatan
lainnya.
Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tutuyan yang mengajukan
untuk memberikan ASI eksklusif selain teman / kerabat adapun karena
keinginan sendiri. Selain memberikan ASI eksklusif ada juga yang
memberikan susu produk. Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Tutuyan sebagian makan makanan yang bergizi, berolahraga bahkan
mengurangi pekerjaan yang berat untuk memproduksi ASI lebih banyak.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Data diatas disimpulkan sebagai berikut :
a. Mendapati pengetahuan dan sikap Ibu tentang pemberian ASI eksklusif

b. Mendapati ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif


c. Penyuluhan kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI eksklusif pada
bayi umur 0-6 bulan dan kemudian memberikan pengetahuan zat gizi
yang ada di dalamnya.
B. Saran
Diharapkan kepada ibu menyusui yang mengikuti posyandu dan telah
mengetahui tentang pentingnya ASI eksklusif agar dapat mengaplikasikannya

27
untuk mencegah masalah gizi yang tidak diinginkan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://bulelengkab.go.id/bankdata/pengertian-posyandu-kegiatandefinisi-tujuan-
fungsi-manfaat-dan-pelaksanaan-posyandu-33
http://www.indonesian-publichealth.com/manajemen-posyandu/

Purba, Rudolf. B. Rumagit, Fred. A. dan Taher, Rugayu. (2018). Status Gizi Bayi
4-6 Bulan Yang Mendapatkan ASI Eksklusif Dan Non Eksklusif Di
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.
Jurnal GIZIDO. Volume 10. No.1.

Istiqomah, Dzul. Rokmah, N. L. & Susanti, Muhariya. (2016). Hubungan


Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(9: 662)

28
Infodatin, Menyusui Sebagai Darar Kehidupan. (2018). Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.

Fikawati, Sandra. Syafiq, Ahmad. & Karima, Khaula. (2015). Gizi Ibu dan Bayi.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Puskesmas Tutuyan. (2019). Data Jumlah Bayi 0-6 Bulan

Profil Puksesmas Tutuyan. (2019).

LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI

29
30
31

Anda mungkin juga menyukai