Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIOLOGI

PASCA PANEN RUMPUT LAUT KERING

Dosen Pengampu :

(Shindy Hamidah Manteu, S.Pi,M.Si)

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. ROYIS SALEH : 1121421028


2. MOH. RIYAN I. LAHAMA : 1121421031
3. MOH. INDRA BUAKO : 1121421020
4. RAHMIATI MOLAMAHU : 1121421021
5. VIVIN SUCIK AGUSTIN : 1121421025

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa ucapan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 23 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar ……………………………………………………………………2

Daftar Isi…………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................5
Manfaat.................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Rumput Laut...................................................................................................6
BAB III ALAT DAN METODE.............................................................................7
3.1 Alat.................................................................................................................7
3.2 Metode...........................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................8
4.1 Pengelolaan Rumput Laut..............................................................................8
4.2 Karaginan.....................................................................................................11
BAB V PENUTUP.................................................................................................12
Kesimpulan.........................................................................................................12
Saran...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari
tanaman laut. Secara ilmiah dikenal dengan istilah algae atau ganggang.
Rumput laut dikelompokkan menjadi 4 kelas :

1. Rodhopycase (ganggang merah)

2. Phaeophycae (ganggang cokelat)

3. Colorophyceae (ganggang hijau)

4. Chanophyceae (ganggang biru-hijau)

Rumput laut adalah tanaman yang berbentuk thallus dengan seluruh


bagian tubuhnya seperti akan dan memiliki sejumlah bagian penting untuk
bertahan hidup. Thallus terdiri dari satu atau lebih sel yang bercabang,
membentuk kumpulan thallus dengan tekstur yang variatif. Ada yang lunak
mirip gelatin, namun ada juga yang keras dengan kandungan zat kapur yang
tinggi. Salah satunya bagian penting dari rumput laut disebut holdfast, yang
memiliki fungsi untuk melekat pada bagian substrat.

Tanaman yang memiliki empat kelas dengan warna yang berbeda. Ada
kelas alga hijau biru, alga merah, alga coklat, dan alga hijau. Rumput laut
dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar-agar, karaginan dan align.
Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator (pengatur
keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi, dll
(Yasita dan Intan, 2008

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya devisa Negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai
bahan makanan. Rumput laut merupakan salah satu potensi sumber daya alam
perairan laut Indonesia. Rumput laut banyak dimanfaatkan dan dipergunakan
sebagai bahan baku karaginan dan agar-agar.

Secara ekologi, rumput laut dapat memberikan banyak manfaat terhadap


lingkungan sekitarnya (Indriani dan Sumiarsih, 1991). Secara kimia rumput
laut terdiri dari air (27,8 %), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak
(8,6%), serat (3%) dan abu (22,25%). Rumput laut juga mengandung enzim,
asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K), makro mineral,
seperti: kalsium dan selenium serta mikro mineral, seperti: zat besi,
magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral
rumput laut mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tumbuhan darat
(Rukmi et al., 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penanganan pasca panen rumput laut ?
2. Bagaimana alur atau langkah-langkah proses dari pemanenan hingga
distributor ?

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami penanganan pasca panen
rumput laut.
2. Dapat memahami dan mempelajari alur proses penangan rumput laut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut


Peningkatan produksi rumput laut Indonesia saat ini pada kenytaannya
belum diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dimana hasil
produksi rumput laut yang berasal dari pembudidaya belum sepenuhnya
memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh industry pengolah antara lain
mencakup umur panen, dan perlakuan panen yang masih belum
mempertimbangkan standar mutu. Salah satu langkah yang perlu segera
dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran
tentang pentingnya perlakuan panen dan secara benar yang
mempertimbangkan efektifitas, efisiensi, dan jaminan kualitas produksi yang
dihasilkan, sehingga secara langsung akan mendorong keberlanjutan industry
pengolah barang tentu akan menjamin keberlangsungan kegiatan usaha
pembudidaya rumput laut.

Rumput laut dikonsumsi sebagai bahan pangan karena mempunyai nilai


gizi tinggi. Rumput laut mengandung sejumlah protein, vitamin, dan beberapa
mineral essensial yang dibutuhkan manusia. Kandungan protein pada rumput
laut dapat mencapai 4% sampai dengan 25% dari berat kering. Kandungan
asam amino dalam protein dapat bervariasi tergantung dari factor kimia dan
factor biotik yang mempengaruhinya. Rumput laut dewasa ini telah dimanfaat
oleh manusia menjadi hasil olahan, bahan makanan, industry dan konsumsi.
Olahan rumput laut sangat bervariasi, dari yang mempunyai nilai komersial
tinggi hingga bernilai konsumsi rendah. Pengolahan rumput laut antara lain
menghasilkan karaginan, agar, dan alginate. Dikalangan masyarakat umum,
khususnya masyarakat nelayan, rumput laut sering dikonsumsi langsung tanpa
mengalami pengolahan. Beberapa masakan yang menggunakan dasar rumput
laut yaitu agar-agar, jelly, dodol, selai, rumput laut goring, tumid dll. Proses
penangana pasca panen dapat dilakukan dalam berbagai langkah dan salah
satunya adalah pengeringan rumput laut, dimana proses pengeringan ini
erupakan proses yang akan menghasilkan perubahan pada rumput laut.
Perubahan tersebut dapat berupa warna, tekstur, atau struktur rumput laut.
BAB III ALAT DAN METODE

3.1 Alat
 Para-para
 Baskom besar
 Plastic
 Sarung tangan

3.2 Metode

Penyortiran I Pengeringan
Pemanenan

Pengepakan Penyortiran II Control Kualitas

Pelabelan Penyimpanan Transportasi


BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan Rumput Laut
Saat ini pengembangan rumput laut diindonesia semakin pesat, dan rumput
lalut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penangan lebih lanjut. Pada
umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada
peengeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan pengolahan yang
harus diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar.
Karaginan atau algin tergantung kandungan yang terdapat didalam rumput laut.
Pengolahan rumput laut menjadi bahan pengelolaan telah banyak dilakukan oleh
para petani. Langkah-langkah pengelolaan rumput laut menjadi bahan pengelolaan
(rumput laut kering) adalah sebagai berikut :

 Pemanenan
Pemanenan rumput laut dilakukan saat usia rumput laut sudah mencapai
45 hari, dan saat dilakukan pemanen sebaik nya pada sore hari karena
untuk menjaga kualitas rumput laut.
3. Penyortiran (penyortiran I)
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan rumput laut yang memenuhi
standard an memisahkan rumput laut dari kotoran yang menyangkut pada
rumput laut.Selain itu penyortiran ini bertujuan untuk memisahkan ukuran
rumput laut yang besar dan kecil karena yang masih kecil dapat dijadikan
bibit/benih rumput laut.
4. Pengeringan
Pengeringan yang baik pada saat cuaca cerah dengan intensitas cahaya
matahari yang optimal, factor ini secara langsung akan menjamin kualitas
produk rumput laut kering. Sedangkanproses pengeringan pada saat cuaca
mendung atau hujan akan mengakibatkan fermentasi sehingga akan
menurunkan mutu rumput laut kering. Penjemuran menggunakan para-
para jauh lebih efesien ketimbang dijemur menggunakan alas atau
penjemuran diatas tanah. Tingkat kekeringan yang merata dengan kadar
air yang diinginkan, hal ini karena memungkinkan adanya sirkulasi udara
melewati rongga pada alas jemur. Dan Kemungkinan rumput laut
tercampur kotoran minim. Dan saat proses pengeringan perlu dilakukan
pengontrolan yang bertujuan untuk menjaga atau mempertahan kan
kualitas rumput laut kering agar sesuai dengan standar terutama kadar air
nya.
5. Control kualitas
Perlakuan pasca panen hendaknya perlu menjadi perhatian yang serius dari
semua pelaku usaha rumput laut. Jika standar kualitas rumput laut yang
dihasilkanbaik, maka akan berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha
industry pengolah, kondisi ini tentunya secara langsung akan menjamin
kontinyuitas penyerapan produksi daripembudidaya sehingga kegiatan
usaha budidaya akan berjalan secara berkelanjutan.
a. Pengerjaan ulang
Yaitu upaya untuk melakukan kembali proses dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas produk. Pengerjaan ulang ini mencakup
proses pengeringan ulang dan sortasi.
b. Inspeksi penerimaan barang
Kegiatan inspeksi penerimaan barang perlu dilakukan pelaku usaha
dengan tujuan untuk memastikan rumput laut kering yang diterima
telah memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan.
6. Penyortiran rumput laut kering (penyortiran II)
Kegiatan penyortiran rumput laut kering yang akan dikemas dilakukan
untuk memastikan rumput laut telah memenuhi spesifikasi mutu rumput
laut kering.

1. Memeriksa kembali kondisi rumput laut, yaitu dengan


memisahkan antara yang baik dengan yang tidak baik
2. Melakukan pembersihan ulang dari kemungkinan adanya
penempelan material lain yang bukan hasil panenan misalnya
tali,  ganggang, lumpur, pasir, garam. Partikel tersebut
akanmenyebabkan terganggunya pemrosesan dan pencemaran
produk.

7. Pengepakan
Pengepakan rumput laut dilakukan setelah melakukan rangkaian kegiatan
yang dilakukan sebelumnya. Pengepakan bertujuan untuk
mempertahankan mutu rumput laut disamping ituproses pengepakan
dilakukan untuk memudahkan proses penyimpanan, labeling dan
transportasi. Pengepakan dapat dilakukan baik menggunakan alat bantu
maupun manual.
8. Pelabelan
Tujuan untuk memberikan tanda pada kemasan dalam rangka keperluan
mampu telusur yang mencakup asal produk, spesifikasi mutu.
9. Penyimpanan
Secara umum rumput laut kering mampu bertahan antara 2-3 tahun
tergantung pada cara penyimpananya. Tempat penyimpanan yang baik
adalah tidak lembab, kering dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Pada
bagian dasar diberi alas dari papan penyangga untuk menghindari
kelembapan . penyimpanan yang tidak baik menyebabkan kadar air
rumput laut meningkat hingga 50-55%. Pada kondisi demikian, rumput
laut bisa mendegradasi dan tidak dapat disimpan lama. Rumput laut yang
mengalami peningkatan kadar air yang sebaiknya dilakukan penjemuran
ulang dan dipadatkan kembali, kemudian disimpan pada tempat yang
meemnuhi syarat penyimpanan.
10. Tranportasi (pengangkutan)
Kegiatan ini merupakan rangkaian terakhir proses penanganan pasca
panen rumput laut kering . Untuk selanjutnya akan dilakukan proses
pengolahan lebih lanjut pada industrypengolah. Kegiatan pengangkutan
produk dilakukan dengan baik dalam rangka memastikan keutuhan produk
(jumlah dan berat) dan memastikan kondisi produk tetap baik dan
bebaskontaminasi pada saat berada di alat transportasi sampai ke tempat
tujuan.
4.2 Karaginan
Karaginan merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari
ekstrak rumput laut merah yang dapat dijadikan sebagai bahan aditif.
Pemanfaatan karaginan paling banyak sebagai pengental, penstabil,
pengemulsi , perekat, pensuspensi pada produk non pangan seperti
kosmetik, tekstil, cat obat-obatan. Sedangkan pada produk pangan,
karaginan diaplikasikan pada pembuatan susu, jeli, permen, sirup,
pudding, dll. Namun sebelum digunakan, rumput laut penghasil karaginan
harus melalui proses pengolahan seperti perendaman, pengeringan, dan
ekstrasi. Proses pengolahan sangat berpengaruh terhadap mutu dan
kualitas karaginan yang dihasilkan. Selaiin itu jenis dan konsentrasi
pelarut, serta umur panen rumput laut juga berpengaruh terhadap
karakteristik karaginan rumput laut.
Karaginan termasuk dalam makromolekul dengan rantai lurus yang
tersusun dari ester, kalium, dan kalium sulfat dengan galaktosa dan 3,6
anhydrogalaktokopolimer yang dapat membentuk seribu lebih unit
galaktosa. Setiap karaginan memiliki sifat berbeda yang dapat
menentukan jenis dari karaginan tersebut.
Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas mutu karaginan ,
diantaranya proses pengolahan untuk mendapatkan karaginan dari rumput
laut, yang terdiri dari proses perendaman, pengeringan, dan ekstrasi,
pemisahan karaginan dengan pelarutnya. Selain itu, karakteristik
karaginan juga dipengaruhi oleh jenis rumput laut, jenis dan konsentrasi
rumput laut, serta umur panen rumput laut.
Karaginan terbaik, ditinjau dari komposisi
jumlah sulfat, unit 3,6-anhidro-D-galaktosa, rendemen, diper-
3,6-anhidro-D-galaktosa, rendemen, diper-, rendemen, diperoleh dari
rumput laut Eucheuma cottonii pada umur panen 45 hari dengan
karakteristik kadar air 12,45%, protein 5,03 %, lemak 1,40 %, abu 21,29
%, karbohidrat 72,28 %, sulfat 19,69 %, rendemen 48,20 %, dan pada
konsentrasi karagenan 1-2 % memberikan viskositas 11,50 – 45 dps dan
kekuatan gel 0,8961–4,0709 kg/cm2.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari
tanaman laut. Rumput laut adalah tanaman yang berbentuk thallus dengan
seluruh bagian tubuhnya seperti akan dan memiliki sejumlah bagian
penting untuk bertahan hidup. Penolahan rumput laut terdiri dari langkah-
langkah pemanenan, penyortiran I, pengeringan, control kualitas,
penyortiran II, pengepakan, pelabelan, penyimpanan, transportasi.
Factor-factor yang berpengaruh terhadap karakteristik dan kualitas
mutu karaginan dari rumput laut adalah konsentrasi konsentrasi alkali,
umur panen rumput laut, dan jenis serta kondisi lingkungan tempat
tumbuhnya rumput laut.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan kualitas karaginan dengan karakteristik atau
kualitas rumput laut yang sesuai dengan standar lebih baik saat pemanenan
rumput laut pada umur panen yang sesuai dan saat pengolahan rumput laut
sebaiknya dilakukan dengan baik dengan benar yaitu mengikuti proses
standar-standar yang telah ditentukan agar karaginan atau rumput laut
yang diperoleh berkualitas tinggi. Karena semakin tinggi kualitas rumput
laut maka harga jualnya juga ikut tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, M., Montolalu, R. I., & Suwetja, I. K. (2013). Karakteristik fisika kimia
karaginan rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii pada umur panen
yang berbeda di Perairan Desa Tihengo Kabupaten Gorontalo
Utara. Media Teknologi Hasil Perikanan, 1(1).
Muthmainna, Y. (2015). Penanganan pasca panen rumput laut di kota Tarakan
dan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.
Sukri, N. (2006). Karakteristik Alkaline Treated Cottonii (ATC) dan carageni
rumput laut Eucheuma cottonii pada usia panen yang berbeda.
Suparmi, S., & Sahri, A. (2009). Mengenal potensi rumput laut: kajian
pemanfaatan sumber daya rumput laut dari aspek industri dan
kesehatan. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 44(118), 95-116.
Syachruddin, A. R., Karnan, K., Japa, L., Merta, I. W., & Mertha, I. G. (2019).
Peningkatan kualitas produksi rumput laut melalui pelatihan Sistem
Manajemen Diskresi Terpadu di Gili Gede Lombok NTB Barat. Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan IPA,2(2).
Tamaheang, T., Makapedua, D. M., & Berhimpon, S. (2017). Kualitas rumput laut
merah (Kappaphycus alvarezii) dengan metode pengeringan sinar
matahari dan cabinet dryer, serta rendemen Semi-Refined Carrageenan
(SRC). Media Teknologi Hasil Perikanan, 5(2), 58-63.
Wenno, M. R., Thenu, J. L., & Lopulalan, C. G. C. (2012). Karakteristik kappa
karaginan dari Kappaphycus alvarezii pada berbagai umur panen. Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 7(1), 61-68.

Anda mungkin juga menyukai