Anda di halaman 1dari 15

SEMINAR 1

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN RUMPUT LAUT

Oleh :

Mirawati Sanusi
NPM. 05161911012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan seminar satu ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan seminar
satu ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan seminar 1 dengan judul “Keanekaragaman dan
pemanfaatan rumput laut ”
Penulis tentu menyadari bahwa seminar satu ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk seminar
satu ini, supaya seminar ini nantinya dapat menjadi seminar yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada seminar ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga seminar satu ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ternate 6 januari 2022

i
LEMBARAN PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : MIRAWATI SANUSI

Npm : 05161911012

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas : Perikanan dan Kelautan

Judul : Keanekaragamn Dan Pemanfaatn Rumput Laut

Disetujui Oleh,

Koord. Program studi

Manajemen sumberdaya perairan Pembimbing

Adi Noman Susanto,S.Pi.,M.Si Adi Noman Susanto,S.Pi.,M.Si

NIP.198002122005011002 NIP.198002122005011002

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

LEMBARAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

1. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

II. PEMBAHASAN ...............................................................................................3

2.1 Keanekaragaman rumput laut.........................................................................3

2.2. Manfaat rumput laut......................................................................................5

2.2.1. Pertumbuhan rumput laut...........................................................................7

2.3. Peran Rumput Laut di perairan.....................................................................7

III. KESIMPULAN..................................................................................................9

DAFTAR PUSATKA............................................................................................10

iii
RINGKASAN
MIRAWATI SANUSI. NPM. 05161911012 Keanekaragaman Dan Pemanfaatan
Rumput Laut Dibimbing Adi Noman Susanto S.Pi.,M.Si

Seluas 70 % wilayah Indonesia berupa lautan, tetapi hingga kini belum


dieksploitasi secara maksimal, sehingga banyak potensi laut yang belum
dimanfaatkan. Salah satu potensi tersebut adalah rumput laut. Secara ekologis
manfaat rumput laut adalah menyediakan makanan bagi berbagai ikan dan
invertebrata terutama thallus muda, serta memiliki nilai ekonomis yang sangat
penting artinya bagi manusia. Beberapa tahun yang lalu, rumput laut hanya
dimanfaatkan sebagai bahan makanan manusia. Seiring dengan kemajuan sains
dan teknologi, pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang,
termasuk bidang pertanian, peternakan, farmasi dan kedokteran dalam bentuk
kosmetik maupun kimia, obat-obatan, pupuk, tekstil, kulit dan industri lainnya.
Maka rumput laut telah digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup
manusia, dan secara ekonomi telah memberikan sumbangan devisa bagi negara
atau meningkatkan pendapatan nasional.(Rose Dewi,2012). Rumput laut
merupakan tumbuhan tingkat rendah yang perawakannya (habitusnya) relatif sulit
dibedakan antara akar, batang dan daunnya. Keseluruhan bagian tubuhnya disebut
dengan talus. Rumput laut dibedakan dalam 3 divisi utama berdasarkan atas
kandungan pigmen yang dominan pada rumput laut tersebut yaitu Rhodophyta
(alga merah), Phaeophyta (alga coklat), dan Chlorophyta (alga hijau) (Indrawati et
al., 2007).Ada dua tipe substrat utama yang digunakan sebagai tempat hidup
rumput laut yaitu substrat lunak yang meliputi lumpur, pasir atau campuran pasir
dan lumpur, dan substrat keras yang meliputi karang mati, karang hidup dan
batuan. Pada perairan substrat lunak banyak dihuni oleh jenis dari Halimeda,
Caulerpha, Gracilaria, dan Hypnea sedangkan pada perairan bersubstrat keras
banyak dihuni oleh jenis dari Enteromorpha, Ulva, Sargassum dan Turbinaria.(Eti
Ferawati, dkk 2014).
Kata kunci : keanekaragaman, pemanfaatan, rumput laut, dan jenis

iv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peraiaran Indonesia yang luasnya sekitar 70 % dari wilayah nusantara,
mempunyai potensi untuk usaha budidaya laut, termasuk diantaranya adalah
budidaya rumput laut. Jenis rumput laut yang mempunyai potensi untuk di
budidayakan adalah Eucheuma sp. dan Gracilaria sp. (Priono, 2016)
Pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang, termasuk
bidang pertanian, peternakan, farmasi dan kedokteran dalam bentuk kosmetik
maupun kimia, obat-obatan, pupuk, tekstil, kulit dan industri lainnya. Maka
rumput laut telah digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia,
dan secara ekonomi telah memberikan sumbangan devisa bagi negara atau
meningkatkan pendapatan nasional.(Rose Dewi, 2012)
Rumput laut merupakan sumber antibakteri yang diperoleh dari senyawa
bioaktif yang terkandung di dalamnya. Salah satu pemanfaatannya berupa ekstrak
rumput laut yang diketahui mengandung senyawa anti bakteri yang diduga dapat
meningkatkan daya simpan hasil perikanan. Jenis rumput laut yang diketahui
mengandung senyawa anti bakteri yaitu Sargasum sp. (Cendra, 2017)
Menurut Saptasari (2010) makroalga merupakan produsen pantai dan
jenis-jenis yang ditemukan di pantai berbatu karang umumnya adalah dari kelas
Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Rumput laut dari kelas
Rhodophyceae menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di
perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452 jenis,
Rumput laut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang perawakannya
(habitusnya) relatif sulit dibedakan antara akar, batang dan daunnya. Keseluruhan
bagian tubuhnya disebut dengan talus. Rumput laut dibedakan dalam 3 divisi
utama berdasarkan atas kandungan pigmen yang dominan pada rumput laut
tersebut yaitu Rhodophyta (alga merah), Phaeophyta (alga coklat), dan
Chlorophyta (alga hijau) (Indrawati et al., 2007).
Ada dua tipe substrat utama yang digunakan sebagai tempat hidup rumput
laut yaitu substrat lunak yang meliputi lumpur, pasir atau campuran pasir dan
lumpur, dan substrat keras yang meliputi karang mati, karang hidup dan batuan.

1
Pada perairan substrat lunak banyak dihuni oleh jenis dari Halimeda, Caulerpha,
Gracilaria, dan Hypnea sedangkan pada perairan bersubstrat keras banyak dihuni
oleh jenis dari Enteromorpha, Ulva, Sargassum dan Turbinaria.(Eti Ferawati,
dkk., 2014).
Rumput laut di Indonesia mencapai 11,6 juta ton pada tahun 2016. Sebagai
perbandingan, pada tahun 2016, produksi rumput laut dunia adalah sekitar 30 juta
ton sehingga Indonesia berkontribusi hampir 40% dari total produksi rumput laut
dunia (FAO, 2018). Rumput laut berfungsi sebagai kesatuan transformasi
metabolis. Faktor-faktor yang memspengaruhi komunitas rumput laut dibedakan
menjadi tiga, yaitu faktor oseanografi, topografis dan hayati. Kondisi oseanografis
di suatu perairan (temperatur, intensitas cahaya, kedalaman, salinitas, pH, arus dan
gelombang), faktor topografis (Kondisi substrat dasar perairan), dan faktor hayati
seperti hewan herbivor, serta kompetisi antara jenis rumput laut itu sendiri
mempengaruhi struktur komunitas rumput laut.(Eti Ferawati, dkk., 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. mengidentifikasi keanekaragaman rumput laut,
2.manfaat dari rumput laut dan pertumbuhan rumput laut
3.serta fungsi rumput laut di perairan.

2
2. PEMBAHASAN

2.1 Keanekaragaman rumput laut


Keanekaragaman adalah sifat yang memperlihatkan tingkat beragamnya
spesies organisme pada suatu komunitas. Namun, pada kondisi tertentu muncul
spesies yang dominan dalam komunitas. Dominansi suatu spesies menunjukkan
bahwa spesies tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya dan lingkungan yang ada
secara efisien dari pada spesies lainnya. Perhatian terhadap sumber daya rumput
laut sebagai penghasil hidrokoloid menjadikan studi keanekaragaman dan
dominansi spesies rumput laut sangat penting untuk pengelolaan sumber daya
rumput laut yang lebih baik. Informasi yang dihasilkan dari studi keanekaragaman
dan dominansi spesies rumput laut akan sangat membantu dalam berbagai aspek
penelitian lainnya terkait kemudahan dalam pengumpulan spesies rumput laut
tertentu di alam (Sahayaraj et al., 2014).
Makroalga (rumput laut) adalah kelompok beragam organisme laut,
multiseluler, fotosintesis, yang mengandung klorofil “a”, eukariotik, tidak
memiliki akar, batang, dan daun sejati dengan struktur reproduksi sederhana dan
ditemukan dari zona intertidal hingga kedalaman 300 m ( Fleurence & Levine
2016). Makroalga laut atau rumput laut adalah kumpulan organisme fotosintesis
multiseluler makroskopik yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok berdasarkan
pigmentasi dan arsitektur selnya sebagai hijau, merah dan coklat (Kumar & Ralph
2017). Makroalga atau rumput laut termasuk tumbuhan tingkat rendah yang
seharusnya memiliki akar, batang, dan daun, tetapi makroalga tidak memiliki
diferensiasi tersebut. Alga secara biokimia dan fisiologis sangat mirip dengan
tanaman lainnya: mereka pada dasarnya memiliki jalur metabolisme yang sama,
memiliki klorofil, dan menghasilkan protein dan karbohidrat yang serupa.(Pereira
& Neto., 2015).
Makroalga merupakan tumbuhan bertalus yang perawakannya
(habitusnya) sulit dibedakan antara akar, batang dan daunnya. Keseluruhan bagian
tubuhnya disebut dengan talus. Rumput laut juga merupakan sumber hayati laut
yang jika diproses lebih lanjut, maka menghasilkan senyawa hidrokoloid.

3
Hidrokoloid merupakan produk dari proses metabolisme primer rumput laut.
Hidrokoloid adalah suatu polimer larut dalam air yang mampu mengentalkan
larutan atau membentuk gel dari larutan tersebut. Ada tiga macam hidrokoloid
yang dihasilkan rumput laut yaitu agar, karaginan dan alginat. Tiga hidrokoloid
tersebut biasanya dipakai sebagai bahan penyuspensi, pengemulsi, stabilisator,
pengikat, pembentuk gel dan lainlainnya. Fungsi tersebut hampir semuanya sangat
terkait dalam proses produksi di berbagai industri seperti industri makanan,
minuman, farmasi, kosmetik, cat, dan fotografi (Bayu Ardiyanto, 2020).
Salah satu aspek yang mempengaruhi keanekaragaman dan dominansi
rumput laut alam adalah tipe substrat dasar perairan. Makroalga di alam hidup
menempel pada substrat yang stabil untuk menjaga posisinya agar tidak hanyut
terbawa oleh arus, gelombang, dan pasang surut (Satheesh & Wesley, 2012). Ada
dua tipe substrat utama yang digunakan sebagai tempat hidup rumput laut yaitu
substrat lunak yang meliputi lumpur, pasir atau campuran pasir dan lumpur, dan
substrat keras yang meliputi karang mati, karang hidup dan batuan (Ferawati et
al., 2014).
2.2.1. klasifikasi rumput laut
Dalam sistematik tumbuh-tumbuhan pada tahun 1838, Unger’s
memasukkan tumbuhan algae kedalam divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang
mempunyai struktur kerangka tubuh yang tidak berdaun, berbatang dan berakar,
semua terdiri dari batang (thallus). Dalam divisi Thallophyta ini juga termasuk
jamur (fungi) dan lumut kerak (lichenes). Divisi Thallophyta diangkat menjadi 7
fila oleh Round (1965), yaitu: Eugleunophyta., Chlorophyta., Chrysophyta,
Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi
dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenetik diantara kelas secara khas
digunakan komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi
dinding sel. Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan alga yang berukuran
besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar dan
bersifat bentik atau tumbuh menancap atau menempel pada suatu substrat di
perairan laut. Alga yang disebut rumput laut ini umumnya terdiri dari :
1. Kelompok alga merah (Rhodophyceae)

4
2.Kelompok alga coklat (Phaeophyceae)
3.Kelompok alga hijau (Chlorophyceae)
Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut diperkirakan ada sekitar 9000 jenis yang
masing-masing adalah sekitar 6000 jenis Rhodophyceae, 2000 jenis
Phaeophyceae dan 1000 jenis Chlorophyceae. Alga lainnya yang berukuran kecil
dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop tidak
termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi merupakan kelompok tersendiri
yang disebut plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya
sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar
bergantung kepada kondisi fisik perairan selain faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap pertumbuhannya. (Raficha Rachma, 2013)
2.2.2. morfologi rumput laut
Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan perbedaan
antara akar, batang, dan daun. Secara keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai
bentuk yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut
hanyalah thallus. Bentuk thallus bermacam-macam, antara lain: bulat seperti
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan sebagainya Rumput laut
dalam bentuk karagenan telah banyak dimanfaatkan, antara lain sebagai gel
penolak nyamuk dengan ditambahkan minyak sereh Selain itu rumput laut bisa
dimanfaatkan sebagai aromaterapi (Ambarwati, Bahri, Notiragayu, & Mulyani,
2020) dan (Sinatrya, 2019).

2.2. Manfaat rumput laut


Makroalga atau yang dikenal dengan nama rumput laut merupakan salah
satu sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomi yang penting.
Kandungan polisakarida yang terdapat pada rumput laut, seperti agar-agar,
alginat, dan karaginan dapat berfungsi sebagai stabilisator, pengental, pembentuk
gel, pengemulsi, pengilat dan pelembap. Karena sifatnya tersebut, maka
polisakarida yang dihasilkan rumput laut banyak dimanfaatkan oleh berbagai
industri seperti industry makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kulit,cat, pasta gigi
dan industri kimia (Wibowo et al., 2014). Oleh karena itu, di beberapa daerah,

5
rumput laut mulai dibudidayakan, salah satunya di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Spesies rumput laut yang sudah dibudidayakan antara lain spesies Eucheuma sp.
dan Gracilaria sp.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) (2014)
potensi produksi dan pengembangan rumput laut di Indonesia cukup besar. Pada
tahun 2014 produksi rumput laut sebanyak 10,2 juta ton (basah) mengalahkan
jumlah produksi komoditas lainnya seperti udang, kerapu, kakap, bandeng, ikan
mas, nila, patin dan gurame (Salim dan Ernawati, 2015).
Sementara itu, pada tahun 2016 produksi rumput laut mencapai 11,1 juta
ton, dan pada bulan Januari-Oktober 2017 produksi rumput laut sekitar 8,2 juta
ton (Sari, 2018). Di samping memiliki nilai ekonomis, makroalga juga memiliki
peran penting dalam ekosistem perairan. Dari segi ekologi, komunitas makroalga
(rumput laut) berperan sebagai tempat hidup sekaligus tempat pembesaran dan
perlindungan bagi jenis-jenis ikan tertentu dan merupakan makanan alami ikan-
ikan dan hewan herbivora lainnya. Dan dari segi biologi, makroalga memegang
peranan sebagai produsen primer karena kemampuannya untuk berfotosintesis,
penghasil bahan organik, dan oksigen di lingkungan perairan (Kasim, 2016).
Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan
di negeri Jepang, Cina, Eropa maupun Amerika. Diantaranya sebagai nori,
kombu, puding atau dalam bentuk hidangan lainnya seperti sop, saus dan dalam
bentuk mentah sebagai sayuran. Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai
makanan karena mempunyai gizi yang cukup tinggi yang sebagian besar terletak
pada karbohidrat di samping lemak dan protein yang terdapat di dalamnya. Di
samping digunakan sebagai makanan, rumput laut juga dapat digunakan sebagai
penghasil alginat, agar-agar, carrageenan, fulceran, pupuk, makanan ternak dan
Yodium.( Rika Antonia, 2017) Beberapa hasil olahan rumput laut yang bernilai
ekonomis yaitu :
1) Alginat, digunakan pada industri farmasi sebagai emulsifier, stabilizer,
suspended agent dalam pembuatan tablet, kapsul;
2) kosmetik : sebagai pengemulsi dalam pembuatan cream, lotion, dan salep

6
3) makanan : sebagai stabilizer, emulsifier, thickener, additive atau bahan
tambahan dalam industri tekstil,
4) Agar-agar, banyak digunakan pada industri/bidang : kertas, keramik,
fotografi dan lain-lain ; mikrobiological : sebagai cultur media.
2.2.1. Pertumbuhan rumput laut
Salah satu jenis rumput laut yang dapat dikembangkan di Teluk Lampung
adalah Eucheuma spinosum. E.spinosum merupakan salah satu alternatif dalam
rangka upaya meningkatkan pendapatan para petani ataupun nelayan serta dalam
pemanfaatan lahan di wilayah pesisir pantai. E.spinosum mempunyai nilai
ekonomis penting karena mengandung karagenan yang banyak dimanfaatkan
dalam industri makanan, kosmetik, farmasi serta industri lainnya seperti tekstil,
kertas, fotografi, pasta dan pengalengan ikan (Abdan et al. 2013).
Rumput laut jenis Eucheuma spinosum dapat hidup pada kondisi suhu 28-
30oC dengan rata-rata 30oC. E. spinosum memiliki kisaran toleransi terhadap
salinitas berkisar antara 32- 34 ppt dengan rata-rata 33 ppt. Kondisi arus yang
ideal untuk E. Spinosum adalah yang tidak terlalu tinggi berkisar antara 0,34-0,41
cm/detik, sehingga mampu untuk membawa nutrien. Kandungan nitrat yang
sesuai untuk E. Spinosum adalah berada pada kisaran 0,0013-0,0056 ppm,
sementara kandungan fosfat yang ideal adalah pada kisaran 0,0132-0,0391 mg/l
(Abdan et al. 2013).
2.3. Fungsi Rumput Laut di perairan
keberadaan rumput laut pada suatu perairan akan mendukung
produktivitas perairan itu di dalam menyediakan keragaman, kelimpahan,
biomassa dan produksi ikan serta stok biota-biota laut ekonomis lainya seperti
teripang dan udang. Keberadaan ekosistem rumput laut berperan penting dalam
proses-proses yang berlangsung di perairan pantai sebagai: Tempat mencari
makan dan persinggahan bagi berbagai tumbuhan serta hewan, memperkaya
produksi primer di perairan pantai, sebagai stabilisator sedimen dan garis pantai,
sebagai tempat memijah, asuhan dan habitat bagi berbagai jenis ikan dan
invertebrata. Selain itu, ekosistem rumput laut yang berada pada terumbu karang
dan di sekitar area perairan estuari berperan sebagai tempat terkumpulnya nutrien,

7
penyaring nutrien dan pemasukan unsur-unsur zat hara bagi lingkungan perairan
di sekitarnya.jenis rumput laut yang di temukan di perairan Indonesia jumlahnya
mencapai 13 jenis. Di seluruh dunia jumlah spesies rumput laut 58 spesies yang
terdiri dari 12 genera, 4 famili dan 2 ordo (Kordi, 2011).

8
3. KESIMPULAN

Keanekaragaman dan pemanfaatan rumput laut adalah sifat yang memperlihatkan


tingkat beragamnya spesies organisme pada suatu komunitas. Namun, pada
kondisi tertentu muncul spesies yang dominan dalam komunitas. Dominansi suatu
spesies menunjukkan bahwa spesies tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya
dan lingkungan yang ada secara efisien dari pada spesies lainnya. Rumput laut
juga disebut sebagai seaweed, karena keseluruhan bagian tubuhnya disebut
dengan talus. Rumput laut dibedakan dalam tiga divisio utama berdasarkan atas
kandungan pigmen yang dominan pada rumput laut tersebut yaitu Rhodophyta
(alga merah), Phaeophyta (alga coklat) dan Chlorophyta (alga hijau). Rumput laut
juga merupakan sumber hayati laut yang jika diproses lebih lanjut, maka
menghasilkan senyawa hidrokoloid. Hidrokoloid merupakan suatu polimer larut
dalam air yang mampu mengentalkan larutan atau membentuk gel dari larutan
tersebut. Ada tiga macam hidrokoloid yang dihasilkan rumput laut yaitu agar,
karaginan dan alginat. Tiga hidrokoloid tersebut biasanya dipakai sebagai bahan
penyuspensi, pengemulsi, stabilisator, pengikat, pembentuk gel dan lainlainnya.
Fungsi tersebut hampir semuanya sangat terkait dalam proses produksi di berbagai
industri seperti industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, cat, dan fotografi.

9
DAFTAR PUSATKA

Apriasih, H. P., Sakinah, S. N., Dzulqarnain, M., Angelita, R., Widiastuti, F., &
Tiara, T. (2021). Pemanfaatan Ekstrak Rumput Laut Untuk Meningkatkan
Daya Simpan Hasil Perikanan. NECTAR: Jurnal Pendidikan
Biologi, 2(1), 38-45.
Fadli, F., Pambudy, R., & Harianto, H. (2017). Analisis Daya Saing Agribisnis
Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Agribisnis Indonesia
(Jurnal Agribisnis Indonesia) , 5 (2), 111-124.
Ferawati, E., Widyartini, DS, & Insan, I. (2014). Studi rumput laut pada berbagai
substrat di perairan komunitas Pantai Permisan Kabupaten
Cilacap. Scripta Biologica , 1 (1), 57-62.
Kepel, R. C., Lumingas, L. J., Tombokan, J. L., & Mantiri, D. M. (2019).
Biodiversity and community structure of seaweeds in Minahasa
Peninsula, North Sulawesi, Indonesia. Aquaculture, Aquarium,
Conservation & Legislation, 12(3), 880-892.
Kurniawan, MC, Aryawati, R., & Putri, WAE (2018). Pertumbuhan Rumput Laut
Eucheuma spinosum dengan Perlakuan Asal Thallus dan Bobot Berbeda
di Teluk Lampung Provinsi Lampung. Jurnal Maspari: Penelitian Ilmu
Kelautan , 10 (2), 161-168.
Rivai, A. A., Syam, H., Rauf, R. F., & Jamaluddin, J. (2021). Pengaruh Umur
Panen terhadap Produksi Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten
Takalar saat Musim Timur. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 6(2),
361-371.
Sanger, G., Kaseger, B. E., Rarung, L. K., & Damongilala, L. (2018). Potensi
beberapa jenis rumput laut sebagai bahan pangan fungsional, sumber
pigmen dan antioksidan alami. Jurnal pengolahan hasil perikanan
Indonesia, 21(2), 208-217.
Sarita, I. D. A. A. D., Subrata, I. M., Sumaryani, N. P., & Rai, I. G. A. (2021).
identifikasi jenis rumput laut yang terdapat pada ekosistem alami perairan
nusa pedida. Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 10(1),
141-154.
Shobir, H. (2019). Keanekaragaman jenis makroalga yang berpotensi sebagai
bahansobat di perairan pantai cidatu kabupaten
pandeglang. Ekologia, 19(2), 89-98.
Yusran, Y., Cinnawara, H. T., & Syarifuddin, M. (2021). laju pertumbuhan
rumput laut eucheuma cottoni dengan bobot bibit berbeda menggunakan
jaring trawl dan long line. fisheries of wallacea journal, 2(1), 10-19

10

Anda mungkin juga menyukai