Disusun oleh :
NIM : 1904117
Kelas : C
Dosen :
PRODI S1 FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ini untuk masyarakat.
Makalah ini sudah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................4
1.4. Manfaat .....................................................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka.........................................................................................5
2.1. Rumput laut...............................................................................................5
2.2. Biologi dan ekologi rumput laut (algae)....................................................5
2.3. Manfaat rumput laut (algae)......................................................................6
2.4 Rumput laut sebagai bahan baku produk farmasi.....................................6
PENDAHULUAN
Sebagai Negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah laut
sangat luas, dua pertiganya merupakan wilayah laut, Indonesia memiliki
sumberdaya alam hayati laut yang besar. Salah satu sumber daya alam tersebut
adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian
dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota
laut. Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup lebih dari 300 jenis karang,
lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, krustasea, sponge,
algae, lamun dan biota lainnya .
Lebih dari setengah abad jasad renik yang berasal dari darat yaitu bakteri
dan jamur merupakan sumber obat-obatan yang terpenting, sebagai contoh lebih
dari 120 obat yang digunakan saat ini antara lain penicillins, cyclosporine A,
adriamycine dan lain-lain diperoleh dari mikroorganisme darat. Menganalogi hasil
gemilang yang pernah dicapai oleh mikroorganisme darat, maka penelitian mulai
tertuju pada mikroorganisme laut. Hal ini diawali dengan penemuan antibiotic
cephalosporin C dan cephalosporin PI dari jamur Cephalosporium sp. yang
diisolasi dari air laut sekitar pantai Sardinia. Bahkan pada dua tahun terakhir ini
penelitian tentang bahan bioaktif dari mikroorganisme laut meningkat dengan
pesatnya. William Fenical dalam Simposium Produk Alam Laut IV melaporkan
bahwa pada periode 1988-1997 dari 151 makalah tercatat 246 senyawa baru yang
telah ditemukan dalam mikroorganisme laut. Hal tersebut mendorong peneliti
produk alam laut lebih antusias menangani mikroorganisme.
Salah satu biota laut yang banyak dijumpai hampir di seluruh pantai
Indonesia adalah alga. Pantai Indonesia juga dikenal dengan keanekaragaman alga
lebih dari 700 jenis. Alga termasuk bagian dari flora yang banyak jenisnya dan
memiliki peranan penting pada lingkungan laut. Alga sendiri merupakan
organisme yang termasuk ke dalam Kingdom Protista mirip dengan tumbuhan,
struktur tubuh berupa talus, mempunyai pigmen klorofil sehingga dapat
berfotosintesis. Alga adalah tumbuhan yang tidak bisa dibedakan antara bagian
akar, batang, dan daun. Semua bagian dari tumbuhan tersebut dinamakan talus.
Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua golongan yaitu mikro alga dan
makro alga. Kedua kelompok alga tersebut sebagian besar hidup dilaut atau
melayang-layang mengikuti gerakan arus laut mikro alga berukuran kecil tidak
dapat dilihat oleh mata secara langsung, membutuhkan alat bantu berupa
mikroskop, berbeda dengan makroalga yang berukuran besar dapat dilihat
langsung oleh mata.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut merupakan salah satu biota laut yang beragam spesiesnya di
Indonesia. Kekayaan spesies dari rumput laut ini tidak hanya berperan dalam
menjaga keseimbangan ekosistem namun dapat diambil manfaatnya. Manfaat dari
rumput laut ini sangatlah beragam, diantaranya yaitu, sebagai bahan baku industri
masakan, industri kosmetik, industri konstruksi, farmasi, kesehatan dan
kedokteran. Untuk itu telah banyak masyarakat terutama masyarakat pesisir yang
telah membudidayakan berbagai jenis rumput laut.
Rumput laut secara umum dibagi dalam 4 kelas yaitu yaitu rumput laut merah
(alga merah), rumput laut hijau (alga hijau), rumput laut hijau biru (alga hijau-
biru) dan rumput laut coklat (alga coklat). Rumput laut merupakan sekelompok
tumbuhan sejati anggota kelompok monokotil yang telah beradaptasi dengan air
laut, bahkan tergantung pada lingkungan ini.
Di perairan Indo-Malaysia, Van BOSSE (1928) telah mendapatkan sejumlah
629 jenis rumput laut yang kebanyakan di antaranya adalah dari kelas algae
merah. Selama ekspedisi Snellius 1985/86 telah dapat diidentifikasi pula
tambahan jenis lainnya dari Indonesia (COPPEJANS 1987). Dibandingkan
dengan jumlah jenis dari negara lain ternyata Indonesia termasuk negara yang
memiliki jumlah jenis rumput laut yang banyak.
Dari jumlah jenis tersebut baru sedikit saja yang pernah diteliti kemungkinan
potensinya untuk obat. HARLIN (1986) mengoleksikan sejumlah tidak kurang
dari sepuluh jenis rumput laut yang berasal dari perairan Sulawesi untuk diteliti
kandungan steroidnya. Ternyata Sargassum siliquosum mengandung steroid yang
tinggi dibandingkan dengan marga lainnya yang diteliti.
Sejumlah 43 jenis rumput laut dari kelas algae merah yang termasuk ke dalam
tujuh suku, terdaftar mengandung sterol dalam bentuk ergosterol, desmosterol,
cholesterol, campesterol dan enol. Rumput laut tersebut umumnya mengandung
cholesterol dengan kadar sterol yang bervariasi (GOODWIN 1974). Kandungan
desmosterol Rhodymenia palmata misalnya berkisar antara 30,6 - 97,2 % dari
total sterol dan ini tergantung musim.
Rumput laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma,
bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat
meningkatkan daya seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk
mencegah penyakit gondok.
Jenis-jenis fotosintetik pigmen rumput laut terdiri dari klorofil (a, b, c),
karotenoid (karoten dan xantofil) dan fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin) Alga
laut dapat bermanfaat sebagai antioksidan antibakteri antihelmitik, antikolesterol,
pengobatan gumpalan, pembengkakan, analgesik, antipiretik, antiperadangan,
antidiabetes, antikanker dan lain-lain.
Alat yang digunakan antara lain : Alat gelas (Herma), Timbangan analitik
Fujitsu, Mortir dan Stamper, Cawan porselen, Sendok tanduk, Batang pengaduk,
Termometer, pH meter Laqua, Viskosimeter brookfield, Centrifuge Health H-C-8 dan
Hotplate Fisher Scientific.
Bahan yang digunakan adalah Carbopol 940, Alga hijau (spirulina platensis)
dari China; Granul Vitamin E (PT. Chemco), Glycerin, Propilenglikol, Silbione,
Trietanolamin, Methyl paraben, Propyl paraben, Aquadest.
2.6.2 Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan stik pH universal, warna pH
dibandingkan dengan standar warna pada kisaran pH. Pengukuran pH juga dilakukan
dengan pH meter Laqua yang dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan buffer standar
pH 4,00 dan 7,00 sebelum mengukur pH gel. Dilakukan dengan cara mencelupkan
elektroda pH ke dalam gel. Untuk sediaan topikal diharapkan sesuai dengan pH kulit.
Formula F1 jernih, harum, bentuk gel, sensasi rasa dingin dsan tidak lengket
Formula F2 sedikit berkabut, harum, bentuk gel, sensasi dingin dan tidak
lengket.
Formula F3 berkabut, harum, bentuk gel, sensasi dingin dan lengket
2.7.2 Homogenitas
Formula F1 dan F2 homogen sedangkan formula F3 tidak homogen dan ada putih
– putih.
2.7.3 pH
Pengukuran pH dilakukan selama 3 bulan dan diukur pada awal bulan.
Berdasarkan hasil uji pH didapatkan hasil :
F 1 6,11 – 6,22
F 2 6,22 – 6,15
F 3 6,17 – 6,18
Pada penelitian ini berdasarkan hasil uji pH didapatkan kesimpulan bahwa
dari ketiga formula tersebut memberikan nilai pH yang tidak berbeda bermakna.
2.7.5. Viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskosimeter brookfield
dengan menggunakan spindel No. 63 dengan kecepatan 15 rpm. Pengujian viskositas
dilakukan 2 kali yaitu saat awal dan setelah penyimpanan 3 bulan atau 12 minggu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan
bermakna pada ketiga formula gel yang diuji, dimana semakin tinggi konsentrasi
carbopol 940 maka viskositas yang didapatkan semakin tinggi. Viskositas suatu
sediaan akan mempengaruhi daya sebar suatu sediaan. Dari hasil penelitian ini
membuktikan bahwa formula 3 dengan konsentrasi carbopol 940 yang paling tinggi
yaitu 0,9% memberikan viskositas yang paling tinggi dan daya sebar yang paling
kecil.
2.7.6. Stabilitas
Berdasarkan hasil uji stabilitas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga
formula tidak mengalami perubahan karakteristik fisik secara bermakna sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga formula tersebut stabil setelah dilakukan uji
stabilitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak jenis rumput laut yang sebenarnya berpotensi untuk diteliti dan
dikembangkan pemanfaatannya sebagai sumber obat. Namun karena penelitian,
pendayagunaan dan minat ke arah itu masih terbatas sekali maka manfaat rumput
laut tersebut untuk pengobatan masih belum banyak terungkap dengan jelas dan
meluas.
3.2 Saran
Perlu lebih ditingkatkan sampling selektif jenis-jenis rumput laut dan analisa
kandungan kimianya. Lebih digiatkan upaya uji coba khasiat pengobatan dari
berbagai jenis rumput laut sehingga lebih merangsang minat pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nailufa yuyun.2020. Formulasi dan evaluasi gel hand sanitizer dengan moisturizer
alga hijau (spirulina platensis) dan vitamin E.Syntax Idea,2(6),156-165. Diakses 10
november 2021, dari Universitas Hang Tuah Surabaya.
Sidauruk SW, Diharmi Andarini, Sari N.I, Sinurat F.M.2021. Karakteristik Hand
Sanitizer Bebas Alkohol yang Mengandung Ekstrak Eucheuma spinosum sebagai
Bahan Aktif. Berkala perikanan terubuk, 49(1), 813-818. Diakses 10 november
2021, dari Universitas Riau.
Pakidi C.S. dan Suwoyo H.S.2017. Potensi Dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga
Cokelat Sargassum Sp.octopus, 6(1),551-562. Diakses 10 november 2021. Dari
Universitas Musamus.