Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM KELAUTAN

Pembuatan Hand Sanitizer Dari Rumput Laut (Algae)

Disusun oleh :

Nama : Fevi wahyuni

NIM : 1904117

Kelas : C

Dosen :

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PRODI S1 FARMASI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ini untuk masyarakat.

Makalah ini sudah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.

Padang,  10 november 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................4
1.4. Manfaat .....................................................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka.........................................................................................5
2.1. Rumput laut...............................................................................................5
2.2. Biologi dan ekologi rumput laut (algae)....................................................5
2.3. Manfaat rumput laut (algae)......................................................................6
2.4 Rumput laut sebagai bahan baku produk farmasi.....................................6

2.5 Pembuatan hand sanitizer dari rumput laut (algae)...................................7

2.5.1 alat dan bahan......................................................................................8

2.5.2 prosedur penelitian..............................................................................8

2.6 Evaluasi Karakteristik Fisik dan Uji Stabilitas...................................................8

2.7 Hasil dan Pembahasan.........................................................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................11


3.1. Kesimpulan..............................................................................................11
3.2. Saran........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah laut
sangat luas, dua pertiganya merupakan wilayah laut, Indonesia memiliki
sumberdaya alam hayati laut yang besar. Salah satu sumber daya alam tersebut
adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian
dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota
laut. Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup lebih dari 300 jenis karang,
lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, krustasea, sponge,
algae, lamun dan biota lainnya .

Lebih dari setengah abad jasad renik yang berasal dari darat yaitu bakteri
dan jamur merupakan sumber obat-obatan yang terpenting, sebagai contoh lebih
dari 120 obat yang digunakan saat ini antara lain penicillins, cyclosporine A,
adriamycine dan lain-lain diperoleh dari mikroorganisme darat. Menganalogi hasil
gemilang yang pernah dicapai oleh mikroorganisme darat, maka penelitian mulai
tertuju pada mikroorganisme laut. Hal ini diawali dengan penemuan antibiotic
cephalosporin C dan cephalosporin PI dari jamur Cephalosporium sp. yang
diisolasi dari air laut sekitar pantai Sardinia. Bahkan pada dua tahun terakhir ini
penelitian tentang bahan bioaktif dari mikroorganisme laut meningkat dengan
pesatnya. William Fenical dalam Simposium Produk Alam Laut IV melaporkan
bahwa pada periode 1988-1997 dari 151 makalah tercatat 246 senyawa baru yang
telah ditemukan dalam mikroorganisme laut. Hal tersebut mendorong peneliti
produk alam laut lebih antusias menangani mikroorganisme.

Salah satu biota laut yang banyak dijumpai hampir di seluruh pantai
Indonesia adalah alga. Pantai Indonesia juga dikenal dengan keanekaragaman alga
lebih dari 700 jenis. Alga termasuk bagian dari flora yang banyak jenisnya dan
memiliki peranan penting pada lingkungan laut. Alga sendiri merupakan
organisme yang termasuk ke dalam Kingdom Protista mirip dengan tumbuhan,
struktur tubuh berupa talus, mempunyai pigmen klorofil sehingga dapat
berfotosintesis. Alga adalah tumbuhan yang tidak bisa dibedakan antara bagian
akar, batang, dan daun. Semua bagian dari tumbuhan tersebut dinamakan talus.
Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua golongan yaitu mikro alga dan
makro alga. Kedua kelompok alga tersebut sebagian besar hidup dilaut atau
melayang-layang mengikuti gerakan arus laut mikro alga berukuran kecil tidak
dapat dilihat oleh mata secara langsung, membutuhkan alat bantu berupa
mikroskop, berbeda dengan makroalga yang berukuran besar dapat dilihat
langsung oleh mata.

Meskipun terdapat banyak jenis rumput laut yang ditemukan diperairan


Indonesia, baru sedikit jenis rumput laut yang diketahui memiliki nilai ekonomi
tinggi. Padahal menurut FAO, rumput laut merupakan produk yang bisa
dikembangkan menjadi makanan, kosmetika, farmasetika, bioetanol, pakan
ternak, pakan ikan, aquakultur, dan penanganan limbah air. Rumput laut
mengandung berbagai metabolit yang bermanfaat bagi manusia. Dibandingkan
dengan rumput laut hijau dan coklat, rumput laut merah (Rhodopyta) merupakan
jenis rumput laut yang paling banyak mengandung senyawa metabolit primer dan
sekunder. Rumput laut merah dikenal sebagai penghasil phycocolloids seperti
agarose, agar, karagenan, dan metabolit sekunder penting lainnya.

1.2 Rumusan masalah

Dari pembuatan makalah ini dapat dirumusukan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana penjelasan tentang algae yang bisa dimanfaatkan untuk


sediaan farmasi?
b. Apa saja manfaat yang dikandung oleh algae
c. Bagaimana asal mula algae dimanfaatkan sebagai produk farmasi
d. Bagaimana proses pembuatan produk farmasi dari algae
1.3 Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui penjelasan tentang algae yang bisa dimanfaatkan
untuk sediaan farmasi
b. Untuk mengetahui manfaat yang dikandung oleh algae
c. Untuk mengetahui pembuatan produk farmasi dari algae
d. Untuk mengetahui asal mula algae dimanfaatkan sebagai produk
farmasi
1.4 Manfaat penulisan
a. Agar mengetahui penjelasan tentang algae yang bisa dimanfaatkan
untuk sediaan farmasi
b. Agar mengetahui manfaat yang dikandung oleh algae
c. Agar mengetahui pembuatan produk farmasi dari algae
d. Agar mengetahui asal mula algae dimanfaatkan sebagai produk
farmasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput laut (algae)

Rumput laut merupakan salah satu biota laut yang beragam spesiesnya di
Indonesia. Kekayaan spesies dari rumput laut ini tidak hanya berperan dalam
menjaga keseimbangan ekosistem namun dapat diambil manfaatnya. Manfaat dari
rumput laut ini sangatlah beragam, diantaranya yaitu, sebagai bahan baku industri
masakan, industri kosmetik, industri konstruksi, farmasi, kesehatan dan
kedokteran. Untuk itu telah banyak masyarakat terutama masyarakat pesisir yang
telah membudidayakan berbagai jenis rumput laut.
Rumput laut secara umum dibagi dalam 4 kelas yaitu yaitu rumput laut merah
(alga merah), rumput laut hijau (alga hijau), rumput laut hijau biru (alga hijau-
biru) dan rumput laut coklat (alga coklat). Rumput laut merupakan sekelompok
tumbuhan sejati anggota kelompok monokotil yang telah beradaptasi dengan air
laut, bahkan tergantung pada lingkungan ini.
Di perairan Indo-Malaysia, Van BOSSE (1928) telah mendapatkan sejumlah
629 jenis rumput laut yang kebanyakan di antaranya adalah dari kelas algae
merah. Selama ekspedisi Snellius 1985/86 telah dapat diidentifikasi pula
tambahan jenis lainnya dari Indonesia (COPPEJANS 1987). Dibandingkan
dengan jumlah jenis dari negara lain ternyata Indonesia termasuk negara yang
memiliki jumlah jenis rumput laut yang banyak.
Dari jumlah jenis tersebut baru sedikit saja yang pernah diteliti kemungkinan
potensinya untuk obat. HARLIN (1986) mengoleksikan sejumlah tidak kurang
dari sepuluh jenis rumput laut yang berasal dari perairan Sulawesi untuk diteliti
kandungan steroidnya. Ternyata Sargassum siliquosum mengandung steroid yang
tinggi dibandingkan dengan marga lainnya yang diteliti.
Sejumlah 43 jenis rumput laut dari kelas algae merah yang termasuk ke dalam
tujuh suku, terdaftar mengandung sterol dalam bentuk ergosterol, desmosterol,
cholesterol, campesterol dan enol. Rumput laut tersebut umumnya mengandung
cholesterol dengan kadar sterol yang bervariasi (GOODWIN 1974). Kandungan
desmosterol Rhodymenia palmata misalnya berkisar antara 30,6 - 97,2 % dari
total sterol dan ini tergantung musim.

2.2 Biologi dan ekologi rumput laut (algae)


Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor -
faktor oseanografi (fisika, kimia dan pergerakan atau dinamika laut) serta jenis
substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari
sekitarnya secara difusi melalui dinding thallusnya.
Seperti umumnya pada alga jenis lain, morfologi rumput laut jenis
Glacilaria disebut thallus (jamak : thalli), yaitu tidak memiliki perbedaan nyata
antara akar, batang dan daunnya. Perkembangbiakannya dilakukan dengan 2 cara
yaitu secara kawin antara gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta tidak
kawin melalui vegetatif, konjugatif dan penyebaran spora yang terdapat pada
kantong spora (carporspora, cystocarp).
Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi
4 kelas, yaitu : Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang
cokelat), Chlorophyceae (ganggang hijau), Cyanophyceae (ganggang biru hijau).
Beberapa jenis rumput yang bernilai ekonomi sejak dulu sudah diperdagangkan
yaitu Eucheuma sp., Hynea sp., Gracillaria sp., dan Gelidium sp., dari kelas
Rhodophyceae serta Sargassum sp., dari kelas Phaeophyceae.

2.3 Manfaat rumput laut (algae)

Rumput laut merupakan sumber metabolit sekunder yang sangat potensial


untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan baku farmasi. Senyawa-senyawa
kimia yang terkandung dalam rumput laut diantaranya adalah polisakarida, lipid,
protein, alkaloid, dan senyawa fenolik. Rumput laut mengandung serat,
karbohidrat, lemak yang rendah, mineral, vitamin, dan asam asam amino cocok
dijadikan bahan pangan dan bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu, kandungan
metabolit primer (phycocolloid) seperti karagenan, agar, serta alginatnya dapat
digunakan sebagai gelling, stabilizing, dan thickening agents pada makanan,
kosmetika, dan industri farmasi. Metabolit lainnya yaitu polysulfated
polisaccharides seperti laminaran, rhamnan sulfate, galaktosil gliserol, dan
fukoidan yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antialergik, anti-HIV,
antikanker, dan antikoagulan. Penelitian lain juga melaporkan bahwa rumput laut
memiliki aktivitas antibakteri dan antiinflamasi.

Rumput laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma,
bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat
meningkatkan daya seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk
mencegah penyakit gondok.

Menurut Atmadja et al., (1996) pada awal 1980 perkembangan permintaan


rumput laut di dunia meningkat seiring dengan peningkatan pemakaian rumput
laut untuk berbagai keperluan antara lain di bidang industri, makanan, tekstil,
kertas, cat, kosmetika, dan farmasi (obat-obatan). Di Indonesia, pemanfaatan
rumput laut untuk industri dimulai untuk industri agar-agar (Gelidium dan
Gracilaria) kemudian untuk industri kerajinan (Eucheuma) serta untuk industri
alginat (Sargassum)

2.4 Rumput laut (Algae) sebagai bahan baku produk farmasi


Diawali dengan penemuan antibiotic cephalosporin C dan cephalosporin
PI dari jamur Cephalosporium sp. yang diisolasi dari air laut sekitar pantai
Sardinia. Bahkan pada dua tahun terakhir ini penelitian tentang bahan bioaktif dari
mikroorganisme laut meningkat dengan pesatnya. William Fenical dalam
Simposium Produk Alam Laut IV melaporkan bahwa pada periode 1988-1997
dari 151 makalah tercatat 246 senyawa baru yang telah ditemukan dalam
mikroorganisme laut. Hal tersebut mendorong peneliti produk alam laut lebih
antusias menangani mikroorganisme.

Berdasarkan ukurannya alga dibedakan menjadi dua golongan yaitu mikro


alga dan makro alga. Klasifikasi makroalga terdiri dari 3 divisio yaitu,
Chlorophyta (alga hijau), Rhodophyta (algamerah), dan Phaeophyta (alga coklat).
Chlorophyta memiliki pigmen dominan hijau. Pigmen tersebut berasal dari
klorofil yang dikandung alga. Rhodophyta adalah alga berwarna merah. Warna
merah pada Rhodophyta dikarenakan oleh cadangan fikorietrin yang lebih
dominan, dibanding pigmen lain. Rhodophyta juga memiliki pigmen lain yaitu
klorofil, karotenoid dan pada jenis tertentu terdapat fikosianin. Sementara itu,
Phaeophyta adalah alga bewarna cokelat. Warna cokelat dikarenakan oleh pigmen
fikosantin yang dominan. Phaeophyta juga mengandung pigmen lain yaitu klorofil
a dan b, karoten serta santofil. Phaeophyta adalah alga yang mempunyai ukuran
lebih besar apabila dibandingkan Chlorophyta dan Rhodophyta. Keberadaan
makroalga sebagai organisme produser memberikan manfaat yang berarti bagi
kehidupan biota laut terutama organisme herbivora di perairan laut. Dari segi
ekologi makroalga berfungsi sebagai penyedia karbonat dan pengokoh substrat
dasar yang bermanfaat bagi stabilitas dan kelanjutan keberadaan terumbu karang.
Selain itu juga dapat menunjang kebutuhan hidup manusia sebagai bahan pangan
dan industri.

Jenis-jenis fotosintetik pigmen rumput laut terdiri dari klorofil (a, b, c),
karotenoid (karoten dan xantofil) dan fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin) Alga
laut dapat bermanfaat sebagai antioksidan antibakteri antihelmitik, antikolesterol,
pengobatan gumpalan, pembengkakan, analgesik, antipiretik, antiperadangan,
antidiabetes, antikanker dan lain-lain.

2.5 Pembuatan hand sanitizer dari rumput laut (algae)

Pemanfaatan rumput laut sebagai produk farmasi contohnya diolah menjadi


hand sanitizer. Hand sanitizer merupakan suatu pembersih tangan yang
mengandung antiseptik yang dapat membunuh bakteri dan virus. Antiseptik yang
dapat digunakan untuk membunuh bakteri dan virus antara lain alkohol dan
isopropanol. Alkohol lebh efektif untuk membunuh virus sedangkan isoproponal
lebih efektif untuk membunuh bakteri Alkohol memberikan efektifitas sebagai
antibakteri paling optimal pada konsentrasi 60-85%. Penggunaan hand sanitizer
dengan bahan aktif alkohol dapat menyebabkan kulit menjadi kering sehingga
perlu ditambahkan humektan dan moisturizer untuk mencegah kulit kering.

Seiring perkembangan zaman, dikembangkan juga pembersih tangan non


alkohol, tetapi jika tangan dalam keadaan benar – benar kotor, baik oleh tanah,
udara, darah, ataupun lainya, mencuci tangan dengan air dan sabun lebih
disarankan karena gel hand sanitizer tidak dapat efektif membunuh kuman dan
membersihkan material organik lainnya. Alkohol banyak digunakan sebagai
antiseptik /desinfektan untuk desinfeksi permukaan kulit yang bersih, tetapi tidak
untuk kulit yang luka. Selain itu alkohol juga mempunyai sifat iritasi pada kulit,
mudah terbakar, dan juga meningkatkan infeksi virus pemicu radang saluran
pencernaan, karena itu muncul ide untuk memanfaatkan bahan alami yang dapat
mengurangi resiko munculnya penyakit gangguan pencernaan.

2.5.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain : Alat gelas (Herma), Timbangan analitik
Fujitsu, Mortir dan Stamper, Cawan porselen, Sendok tanduk, Batang pengaduk,
Termometer, pH meter Laqua, Viskosimeter brookfield, Centrifuge Health H-C-8 dan
Hotplate Fisher Scientific.
Bahan yang digunakan adalah Carbopol 940, Alga hijau (spirulina platensis)
dari China; Granul Vitamin E (PT. Chemco), Glycerin, Propilenglikol, Silbione,
Trietanolamin, Methyl paraben, Propyl paraben, Aquadest.

2.5.2 Prosedur Penelitian


Formulasi Gel Hand Sanitizer
Formulasi gel dibuat dengan konsentrasi basis gel yang berbeda yaitu :

a. Formula 1 : Carbopol 940 0,3%


b. Formula 2 : Carbopol 940 0,6%
c. Formula 3 : Carbopol 940 0,9%

Cara pembuatan gel hand sanitizer diawali dengan memanaskan aquadest


pada suhu 50⁰C, kemudian tuang ke mortir hangat, kemudian dispersikan carbopol
940 ke dalam aquadest dan aduk sampai homogen dan terbentuk gel. Tambahkan
glicerin dan trietanolamin aduk sampai homogen. Larutkan pengawet methyl paraben
dan propyl paraben ke dalam propilenglikol kemudian masukkan ke dalam basis gel
yang telah terbentuk dan aduk sampai homogen. Tambahkan silbione sebagai emolien
kemudian tambahkan alkohol 96% dan yang terakhir tambahkan alga hijau (spirulina
platensis) dan vitamin E dengan diaduk sampai homogen.

2.6 Evaluasi Karakteristik Fisik dan Uji Stabilitas

2.6.1 Organoleptis dan Homogenitas


Uji organoleptis antara lain dengan mengamati bentuk, warna, bau secara
visual. Uji homogenitas untuk mengetahui sediaan gel yang dibuat homogen atau
tidak, pengujian dapat dilakukan dengan mengamati apakah di dalam sediaan gel
tersebut mengandung partikel-partikel kecil atau tidak. Menurut Lubis Erwina 2012
uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek glass dengan cara sejumlah 10
garm sediaan dioleskan pada sekeping kaca dan sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.

2.6.2 Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan stik pH universal, warna pH
dibandingkan dengan standar warna pada kisaran pH. Pengukuran pH juga dilakukan
dengan pH meter Laqua yang dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan buffer standar
pH 4,00 dan 7,00 sebelum mengukur pH gel. Dilakukan dengan cara mencelupkan
elektroda pH ke dalam gel. Untuk sediaan topikal diharapkan sesuai dengan pH kulit.

2.6.3 Uji Daya Sebar


Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari sediaan untuk
dapat menyebar pada kulit. Uji daya sebar dapat dilakukan dengan cara ditimbang 1g,
lalu diletakan di atas plat kaca, dan biarkan beberapa menit, lalu ukur diameter sebar
sediaan, kemudian ditambah dengan beban 25g, beban didiamkan selama 1 menit,
lalu diukur diameter sebarnya. Hal tersebut dilakukan sampai didapat diameter sebar
yang konstan. Daya yang sebar yang baik memiiki nilai 5-7 cm.
2.6.4 Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskosimeter
Brookfield dan menggunakan spindel, sediaan dimasukkan ke dalam wadah gelas
kemudian spindel yang telah dipasang diturunkan sehingga batas spindel tercelup ke
dalam sediaan. Jalankan alat viskosimeter Brookfield kemudian baca dan catat
skalanya ketika jarum merah yang bergerak telah stabil.
2.6.5 Uji stabilitas fisik
Uji stabilitas fisik dilakukan dengan metode sentrifugasi. Sentrifugasi
dilakukan dengan 3800 rpm selama 5 jam. Setelah 5 jam dilakukan pengamatan
organoleptis dan homogenitas, pH, daya sebar dan viskositas

2.7 Hasil dan Pembahasan


2.7.1. Organoleptis

Formula F1  jernih, harum, bentuk gel, sensasi rasa dingin dsan tidak lengket
Formula F2  sedikit berkabut, harum, bentuk gel, sensasi dingin dan tidak
lengket.
Formula F3  berkabut, harum, bentuk gel, sensasi dingin dan lengket
2.7.2 Homogenitas
Formula F1 dan F2 homogen sedangkan formula F3 tidak homogen dan ada putih
– putih.
2.7.3 pH
Pengukuran pH dilakukan selama 3 bulan dan diukur pada awal bulan.
Berdasarkan hasil uji pH didapatkan hasil :

F 1  6,11 – 6,22
F 2  6,22 – 6,15
F 3  6,17 – 6,18
Pada penelitian ini berdasarkan hasil uji pH didapatkan kesimpulan bahwa
dari ketiga formula tersebut memberikan nilai pH yang tidak berbeda bermakna.

2.7.4. Daya Sebar


Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui bahwa sediaan tersebut mudah
diratakan. Daya sebar dipengaruhi oleh viskositas suatu sediaan. Semakin tinggi
viskositas sediaan maka semakin sulit untuk menyebar dan diratakan ke permukaan
kulit. Pada hasil penelitian di dapatkan bahwa dari ketiga formula terdapat perbedaan
yang bermakna pada uji daya sebar dan dapat diambil kesimpulan semakin tinggi
konsentrasi carbopol 940 maka semakin kecil daya sebar yang dihasilkan. Daya sebar
dikatakan optimal apabila nilai daya sebar > 5 cm. Dari ketiga formula tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa formula F1 & F2 memiliki daya sebar yang baik dan lebih
akseptabel dalam pemakaian.

2.7.5. Viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskosimeter brookfield
dengan menggunakan spindel No. 63 dengan kecepatan 15 rpm. Pengujian viskositas
dilakukan 2 kali yaitu saat awal dan setelah penyimpanan 3 bulan atau 12 minggu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan
bermakna pada ketiga formula gel yang diuji, dimana semakin tinggi konsentrasi
carbopol 940 maka viskositas yang didapatkan semakin tinggi. Viskositas suatu
sediaan akan mempengaruhi daya sebar suatu sediaan. Dari hasil penelitian ini
membuktikan bahwa formula 3 dengan konsentrasi carbopol 940 yang paling tinggi
yaitu 0,9% memberikan viskositas yang paling tinggi dan daya sebar yang paling
kecil.

2.7.6. Stabilitas
Berdasarkan hasil uji stabilitas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga
formula tidak mengalami perubahan karakteristik fisik secara bermakna sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga formula tersebut stabil setelah dilakukan uji
stabilitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak jenis rumput laut yang sebenarnya berpotensi untuk diteliti dan
dikembangkan pemanfaatannya sebagai sumber obat. Namun karena penelitian,
pendayagunaan dan minat ke arah itu masih terbatas sekali maka manfaat rumput
laut tersebut untuk pengobatan masih belum banyak terungkap dengan jelas dan
meluas.

3.2 Saran

Perlu lebih ditingkatkan sampling selektif jenis-jenis rumput laut dan analisa
kandungan kimianya. Lebih digiatkan upaya uji coba khasiat pengobatan dari
berbagai jenis rumput laut sehingga lebih merangsang minat pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nailufa yuyun.2020. Formulasi dan evaluasi gel hand sanitizer dengan moisturizer
alga hijau (spirulina platensis) dan vitamin E.Syntax Idea,2(6),156-165. Diakses 10
november 2021, dari Universitas Hang Tuah Surabaya.

Amaranggana L., Wathoni N.2017. Manfaat Alga Merah(Rhodopyta) sebagai


Sumber Obat dari Bahan Alam. Majalah Farmasetika, 2(1),16-19. Diakses 10
november 2021, dari Universitas Padjadjaran.

Sidauruk SW, Diharmi Andarini, Sari N.I, Sinurat F.M.2021. Karakteristik Hand
Sanitizer Bebas Alkohol yang Mengandung Ekstrak Eucheuma spinosum sebagai
Bahan Aktif. Berkala perikanan terubuk, 49(1), 813-818. Diakses 10 november
2021, dari Universitas Riau.

Atmadja W.S.1992. Rumput laut sebagai obat. Oseana,XVII(1),1-8. Diakses 10


november 2021.

Pakidi C.S. dan Suwoyo H.S.2017. Potensi Dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga
Cokelat Sargassum Sp.octopus, 6(1),551-562. Diakses 10 november 2021. Dari
Universitas Musamus.

Anda mungkin juga menyukai