Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BOTANI LAUT

LAMUN

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

Nada Bennita Agustin (165080601111060)

Reval Septian (165080607111036)

Reynaldi Raihan (165080607111024)

Annisa Mardlatilaah (165080601111068)

Christian Harel (165080607111044)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Botani Laut
dengan tepat waktu. Kami sebagai penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak terutama dosen dan teman-teman yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalh Botani Laut ini. Dan tanpa dukungannya, makalah ini tidak bisa
selesai dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Botani
Laut. Selain itu makalah ini juga dibuat agar para pembaca mengetahui informasi
tentang lamun di perairan Indonesia maupun yang ada di dunia. Target pembaca
makalah ini adalah dosen dan mahasiswa – mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih ada banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir kata, diharapkan setelah pembaca selesai membaca makalah ini, bisa
mendapatkan manfaat yang banyak.

Malang, 14 November 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................

Bab 1 : Pendahuluan

 1.1 Latar Belakang ..................................................................


 1.2 Rumusan Masalah ............................................................
 1.3 Tujuan ...............................................................................
 1.4 Manfaat .............................................................................

Bab 2 : Isi

 2.1 Pengertian ..........................................................................


 2.2 Ciri-Ciri ...............................................................................
 2.3 Habitat ................................................................................
 2.4 Morfologi .............................................................................
o 2.4.1 Akar .....................................................................
o 2.4.2 Rhizoma dan Batang ...........................................
o 2.4.3 Daun ....................................................................
 2.5 Jenis-Jenis Lamun
o 2.5.1 Halophila ovalis ...................................................
o 2.5.2 Enhalus acoroides ...............................................
o 2.5.3 Halodule pinifolia .................................................
o 2.5.4 Thalassia hemprichii ............................................
o 2.5.5 Cymodoceae serrulata.........................................
o 2.5.6 Syrongodium isoetifollum .....................................
o 2.5.7 Cymodoceae rotundata ........................................
 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sebaran Lamun ..........
 2.7 Sistem Reproduksi ..............................................................
 2.8 Fungsi dan Peranan ............................................................

Bab 3 : Penutup

 3.1 Kesimpulan .........................................................................

Daftar Pustaka ......................................................................................

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era modern seperti saat ini, kemajuan teknologi sangatlah berkembang
pesat. Masyarakat pun juga aktif dalam mengikuti perkembangan teknologi yang terus
menerus memberikan inovasi – inovasi. Tetapi disisi lain, informasi mengenai
pengetahuan – pengetahuan umum maupun pengetahuan pendidikan, masyarakat
masih pasif dalam mencari hal tersebut. Masyarakat masih kurang dalam hal ini
terutama dalam hal perikanan dan kelautan khususnya masyarakat Indonesia. Pada
makalah kali ini akan dibahas tentang lamun karena biota laut ini merupakan salah
satu biota yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat dan juga masih juga
terdapat kesalahpahaman dalam memahami arti dari lamun. Masyarakat juga masih
kurang dalam membedakan lamun dengan biota laut lainnya. Oleh karena itu, para
pembaca diharapkan untuk bisa mau mengenal lebih lagi tentang lamun agar tidak
terjadi kesalahpahaman dan para pembaca pun bisa mengetahui biota laut jenis
lamun.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan Lamun ?


b. Apa saja ciri-ciri dari Lamun ?
c. Dimana tempat tumbuh dan berkembangnya Lamun ?
d. Apa saja jenis-jenis Lamun ?
e. Apa saja jenis-jenis morfologi Lamun ?
f. Bagaimana proses sistem reproduksi Lamun ?
g. Faktor apa saja yang mempengaruhi persebaran Lamun ?
h. Apa saja fungsi dan berperan Lamun ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah lamun pada mata kuliah botani laut ini
adalah untuk bisa mengerti dan memahami tentang :

a. Pengertian lamun

ii
b. Ciri – ciri lamun
c. Habitat lamun
d. Jenis – jenis lamun
e. Morfologi lamun
f. Sistem reproduksi lamun
g. Faktor – faktor yang mempengaruhi sebaran lamun
h. Fungsi dan peran lamun

1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah yang memiliki tema lamun ini diharapkan
para pembaca bisa mendapatkan informasi mengenai pengertian, ciri – ciri, jenis,
habitat, morfologi, sistem reproduksi, faktor – faktor, fungsi dan peranan dari lamun.
Selain itu manfaat dari makalah ini diharapkan pembaca tidak ada kesalahpahaman
dalam memahami tema tentang lamun ini. Dengan membaca makalah ini para
pembaca juga bisa mendapatkan informasi baru seputar tentang lamun.

i
BAB 2
ISI

2.1. Pengertian

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh


dan berkembang baik di lingkungan laut dangkal hingga sampai kedalaman 40 meter,
membentuk kelompok – kelompok kecil hingga padang yang sangat luas dan dapat
membentuk vegetasi tunggal yang terdiri dari satu jenis lamun atau vegetasi campuran
yang terdiri dari 2 sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama – sama pada suatu
substrat (Harpiansyah et. al., 2014).
Lamun merupakan tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar,
rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan
berpembuluh yang tumbuh di darat. Lamun juga senantiasa membentuk hamparan
permadani di laut yang dapat terdiri dari satu spesies (monospesific; banyak terdapat
di daerah temperate) atau lebih dari satu spesies (multispesific; banyak terdapat di
daerah tropis) yang selanjutnya disebut padang lamun (Tomlinson, 1974 dalam
Tangke, 2010).
Lamun adalah tumbuhan perairan yang hidup di daerah subtidal atau daerah
yang selalu terendam oleh air dan hidup di perairan dangkal. Lamun memiliki struktur
yang hampir sama dengan tumbuhan darat dan tiap – tiap bagiannya memiliki fungsi
dan peranan yang sama. Lamun juga merupakan tumbuhan berbunga dan berbiji satu
yang hidup membentuk hamparan lamun yang disebut juga sebagai padang lamun.

2.2. Ciri – Ciri

Ada dua tipe ekosistem padang lamun, yaitu padang lamun secara permanen
terendam dan padang lamun yang terpapar dan tidak terendam saat air laut surut.
Sejumlah lamun yang terdapat pada kedua tipe tersebut mengembangkan dua
morfotipe yang berbeda. Ada zonasi yang spesifik pada komunitas lamun intertidal.
Selain itu, lamun juga memiliki ciri – ciri sebagai berikut yaitu tidak ada stomata,
mempunyai kutikula yang tipis, perkembangan schizogenous dari sistem lakunar,
polinasi yang hidrofil, dan tidak ada diafragma pada sistem lakunar (Goltenboth et. al.,
2012 dalam Dewi, 2015).

ii
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sepenuhnya
menyesuaikan diri dengan hidup terbenam di laut (Nainggolan, 2011 dalam Rostika,
2014). Lamun hidup di perairan laut yang dangkal, mempunyai tunas berdaun tegak,
berbunga, berbuah dan menghasilkan biji (Juwana dan Romimohtarto, 2001 dalam
Rostika, 2014). Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah yang
dihasilkan secara seksual (dioecioeus) (Rostika, 2014).
Tumbuhan lamun pada umumnya memiliki ciri – ciri yang hampir sama seperti
tumbuhan daratan. Memiliki akar, batang, dan daun sejati, memiliki rimpang atau
rhizoma. Yang membedakan dari tumbuhan darat adalah habitatnya, dimana lamun
tinggal di perairan yang dangkal dan hidup di daerah subtidal. Lamun juga termasuk
tumbuhan yang berbunga dan berbiji satu atau monokotil.

2.3. Habitat

Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-
1,0 meter, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak
terdapat di daerah tropic daripada di daerah subtropis. Habitat lamun dapat dilihat
sebagai suatu komunitas, dalam hal ini suatu padang lamun merupakan kerangka
struktur dengan tumbuhan dan hewan yang saling berhubungan. Habitat lamun juga
bisa dilihat sebagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan
dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh pengaruh – pengaruh interaktif
dari faktor – faktor biologis, fisika dan kimia (Barber, 1985 dalam Tangke, 2010).
Tumbuhan lamun pada umumnya hidup di dasar perairan atau di dasar laut di
daerah subtidal yaitu daerah yang selalu terendam oleh air. Lamun juga hidup di
perairan yang dangkal dimana daerah tersebut masih bisa ditembus oleh cahaya
matahari walaupun hanya 1% saja. Tumbuhan akan semakin banyak di daerah tropis
dibandingkan daerah sub-tropis. Tumbuhan lamun akan membuat hamparan padang
lamun apabila habitatnya itu cocok bagi keberadaan dan persebaran lamun tersebut.

i
2.4. Morfologi

Bentuk vegetatif lamun dapat memperlihatkan karakter tingkat keseragaman


yang tinggi dimana hampir semua genus memiliki rhizoma yang berkembang dengan
baik serta bentuk daun yang memanjang (linear) atau berbantuk sangat panjang
seperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila memiliki bentuk lonjong. Berbeda
dengan rumput laut (seaweeds), lamun memiliki akar sejati, daun, pembuluh internal
yang merupakan nutrient, air dan gas (Tangke, 2010).
Dalam karakteristik vegetatif lamun, terdapat bagian – bagian lamun secara
umum yang meliputi antara lain :

2.4.1 Akar

Dalam morfologi lamun, terdapat perbedaan jenis akar dalam setiap


spesies yang biasanya digunakan untuk mengklasifikasi spesies pada lamun.
Akar – akar pada lamun seperti spesies Halophila dan Halodule memiliki akar
yang tipis (Fragile), dengan ciri – ciri rambut dan diameternya kecil, lalu seperti
spesies Thalassondendron memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan sel
epidermal. Akar pada tumbuhan lamun memilki fungsi yang sama seperti akar
pada tumbuhan darat.

2.4.2 Rhizoma dan Batang

Struktur rhizome dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma dan batang secara
bersama – sama menancapkan tumbuhan ke substrat. Rhizoma merupakan
60-80% biomas lamun.. batang dan rhizome pada lamun juga mempunyai
fungsi yang sama seperti tumbuhan di darat.

2.4.3 Daun

Daun pada lamun memiliki bentuk umum yang hampir sama seperti
tumbuhan darat, tetapi spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk
anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa bentuk
morfologi daun sangat mudah untuk dilihat yaitu dari bentuk daun, bentuk
puncak daun, keberadaan atau ketiadaan ligula. Contoh bentuk daun lamun

ii
ada yang berbentuk lingkaran, datar, petiolate. Ciri khas dari daun spesies
lamun adalah tidak adanya stomata dan keberadaan kutikel yang tipis.

2.5. Jenis – Jenis Lamun

Jenis lamun yang terdapat di dunia berkisar antara 50 – 60 (Hemminga, 2002;


Waycott, 2004 dalam Gosari, 2012) atau 66 jenis (den Hartog dan Kuo, 2006 dalam
Gosari, 2012), sedangkan di Indonesia terdapat 7 marga, yaitu Enhalus, Thalassia,
Halophila, Halodule, Cymodocea, Syrongidium, dan Thalassondendron (Nontji, 1987
dalam Gosari, 2012) dan terdiri dari 12 jenis, yaitu Halodule uninervis, H. pinifolia,
Cymodocea rotundata, C. serrulata, Syrongodium isoetifolium, Thalassodendron
ciliatum, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, H. minor, H.
decipiens, dan H. spiulosa (Hutomo, 1985 dalam Gosari, 2012).

2.5.1 Halophila ovalis

Daun berbentuk oval dan mempunyai tangkai daun. Lebar daun


lebih dari 0,5 cm dan panjang berkisar 1 – 4 cm, disertai dengan garis – garis
tulang daun yang tampak jelas sebanyak 10 – 25 pasang (Ngongira, 2014).

2.5.2 Enhalus acoroides

Tanaman tegak dengan daun sebanyak 2 – 5 helai dan rimpang kasar


serta akar – akar yang kuat. Helaian daun berbentuk seperti pita dengan
panjang dapat mencapai 75 cm dan lebar 1,0 – 1,5 cm dan rimpang memiliki
tebal mencapai 1 cm (Ngongira, 2014).

2.5.3 Halodule pinifolia

Tumbuhan tegak, daunnya langsing, panjang 5 – 20 cm, lebar mencapai


1,2 mm. Ujung tulang daun berwarna hitam dan bila diamati lebih detail tampak
cekungan berbentuk V. Rimpangnya merayap (Ngongira, 2014).

2.5.4 Thalassia hemprichii

i
Daun lurus dan sedikit melengkung, tepi daun tidak menonjol, panjang 5
– 2 cm, lebar mencapai 1 cm. Seludung daun tampak nyata dan keras dengan
panjang berkisar antara 3 – 6 cm. Rimpang keras, menjalar, ruas – ruas
rimpang mempunyai seludang (Ngongira, 2014).

2.5.5 Cymodocea serrulata

Kenampakan lamun ini mirip dengan Cymodocea rotundata, tetapi ujung


daunnya bergerigi dan tidak melengkung ke dalam, memiliki rimpang yang lebih
keras (Ngongira, 2014).

2.5.6 Syrongodium isoetifolium

Tumbuhan ini memilki ukuran yang pendek. Daunnya berbentuk silindris


dan agak panjang, yaitu mencapai 25 cm. Rimpangnya merayap (Ngongira,
2014).

2.5.7 Cymodocea rotundata

Tumbuhan tampang ramping, daun melengkung dan tidak mengecil


kearah bagian ujungnya, panjang 5 – 16 cm, lebar 2- 4 cm, pada bagian ujung
daun melengkung ke dalam (Ngongira, 2014).
Jenis – jenis lamun di dunia terdapat 50 – 60 spesies yang terbagi
dalam 12 genus dan 2 famili. Dari 50 – 60 spesies yang ada di dunia, 13 spesies
diantaranya terdapat di Indonesia. Dan 7 dari 12 genus tersebut berada di daerah
tropis. Genus – genus yang umum pada tumbuhan lamun antara lain adalah
Cymodocea, Syrongodium, Enhalus, Halophila, dan Thalassondendron.

2.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sebaran Lamun

Faktor – faktor pembatas bagi pertumbuhan lamun dapat diklasifikasikan


menjadi tujuh faktor diantaranya yaitu cahaya, kedalaman, periode pasang surut, arus
dan gelombang, salinitas, suhu, anthropogems. Faktor cahaya berpengaruh terhadap
hasil fotosintesis dan mempengaruhi distribusi berdasarkan kedalaman. Kedalaman
juga mempengaruhi dalam penetrasi cahaya dan peningkatan tekanan hidrostatis.
Periode pasang surut berpengaruh terhadap ketersediaan cahaya dan kekeringan jika

ii
terekspos pada siang hari. Kemudian arus dan gelombang berpengaruh terhadap
stress terhadap tekanan osmotik. Suhu juga berpengaruh terhadap suhu optimum
untuk fotosintesis dan pertumbuhan serta distribusi berbeda untuk lintang. Sedangkan
anthropogems berpengaruh dalam proses eutrofikasi, sedimentasi, boat anchoring,
dredging dan polusi perairan (Tangke, 2010).
Pertumbuhan lamun dibatasi oleh suplai nutrient antara lain partikulat nitrogen
dan fosfor yang berfungsi sebagai energi untuk melangsungkan fotosintesis (Short,
1987 dalam Gosari, 2012). Kedalaman air dan pengaruh pasang surut, serta struktur
substrat mempengaruhi zonasi sebaran jenis- jenis lamun dan bentuk
pertumbuhannya. Jenis lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda
dengan menunjukkan bentuk pertumbuhan yang berbeda dan kelompok – kelompok
jenis lamun membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik murni ataupun asosiasi dari
beberapa jenis (Kiswara, 1997 dalam Gosari, 2012)
Tumbuhan lamun memiliki beberapa faktor – faktor yang menentukan tinggi
rendahnya persebaran lamun tersebut. Faktor – faktor tersebut antara lain adalah
intensitas cahaya, arus dan gelombang, suhu, kedalaman air, periode pasang surut,
dan lain – lain. Selain itu salinitas juga bisa termasuk faktor yang menentukan tinggi
rendahnya persebaran lamun. Apabila faktor – faktor tersebut memenuhi keberadaan
lamun tersebut, maka lamun akan membentuk hamparan padang lamun yang luas.
Dalam satu padang lamun, tidak hanya terdiri dari satu jenis genus atau spesies saja,
melainkan bisa terdapat bermacam – macam genus atau spesies yang mendiami
perairan tersebut.

2.7. Sistem Reproduksi

Penyerbukan lamun dinamakan penyerbukan hydrophylous karena


penyerbukan terjadi dalam media air. Lamun bereproduksi secara seksual (generatif)
dan aseksual (vegetatif). Secara seksual lamun menghasilkan bunga dan
menyebarkan serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina melalui permukaan air
dan didalam air (Larkum et al., 2006 dalam media.unpad, 2016). Lamun berkoloni pada
suatu daerah melalui penyebaran buah yang dihasilkan secara seksual (Mann, 2000
dalam media.unpad, 2016). Setelah terbentuk koloni, lamun menyebar secara
aseksual dengan cara pemanjangan dan percabangan batang yang mendatar dibawah
substrat atau rimpang, dengan cara ini lamun dapat pulih setelah terpaan badai

i
ataupun hilang termakan biota – biota laut yang berjenis herbivora seperti penyu salah
satunya (Coles et al., 2004 dalam media.unpad, 2016).
Sistem reproduksi pada lamun secara umum disebut sebagai hydrophylous
dimana sistem ini adalah sistem reproduksi didalam air dengan bantuan arus. Benang
sari yang ada pada lamun, jatuh ke laut dan kemudian dibawa oleh arus hingga
bertemu dengan tumbuhan lamun lainnya dan bisa bertemu dengan putik tumbuhan
lamun lainnya tersebut. Jadi, reproduksi pada tumbuhan lamun tergantung terhadap
arus atau gelombang yang ada pada laut tersebut. Repoduksi lamun dapat dilakukan
secara generatif atau seksual dan vegetatif atau aseksual. Pertumbuhan lamun bisa
butuh waktu bertahun – tahun agar bisa menjadi tumbuhan dewasa.

2.8. Fungsi dan Peranan

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, selain
sebagai sumber produktifitas primer di perairan juga memiliki arti penting bagi hewan
yang hidup di area padang lamun, diantaranya menyediakan daerah perawatan
(nursery area) bagi banyak spesies yang menyokong perikanan laut lepas, dan untuk
habitat laut lainnya, seperti rawa payau, terumbu karang, dan hutan mangrove (Short
dan Coles, 2003 dalam Maabuat et. al., 2012).
Padang lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh
vegetasi lamun. Ekosistem padang lamun memiliki peran penting dalam ekologi
kawasan pesisir karena menjadi habitat berbagai biota laut termasuk menjadi tempat
mencari makan (feeding ground) bagi penyu hijau, dugong, ikan, Echinodermata dan
gastropoda. Peran lain adalah menjadi barrier atau penghalang bagi ekosistem
terumbu karang dari ancaman sedimentasi yang berasal dari daratan (Bortone, 2000
dalam Poedjirahajoe, 2013).
Lamun memiliki beberapa manfaat diantara lain sebagai fishing ground dimana
lamun memiliki peran sebagai tempat untuk mencari sumber makanan untuk spesies
yang ada di sekitar lamun. Kemudian lamun juga memiliki peran sebagai tempat
perlindungan bagi spesies yang ada di sekitarnya dari para pemangsa atau predator.
Selain itu manfaat lamun sebagai tumbuhan laut adalah sebagai tempat pemijah
dimana lamun memiliki peran sebagai tempat bereproduksi spesies yang ada di sekitar
lamun dan juga sebagai tempat pekembangan dan pertumbuhan spesies – spesies
yang ada di sekitar lamun.

ii
BAB 3

Penutup

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :

1. Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan berbiji satu dan berbunga dan hidup
berkelompok, lamun memiliki batang, daun, dan akar sejati, hidup di lingkungan laut
dangkal hingga kedalaman 40 meter.

2. Memiliki akar, batang, dan daun sejati, memiliki rimpang atau rhizoma. Yang
membedakan dari tumbuhan darat adalah habitatnya, dimana lamun tinggal di perairan
yang dangkal dan hidup di daerah subtidal. Lamun juga termasuk tumbuhan yang
berbunga dan berbiji satu atau monokotil.

3. Tumbuhan lamun pada umumnya hidup di dasar perairan atau di dasar laut di
daerah subtidal yaitu daerah yang selalu terendam oleh air.

4. Jenis lamun sangat beragam, yang terdapat di dunia ada 50-60 jenis.

5. Faktor – faktor pembatas bagi pertumbuhan lamun dapat diklasifikasikan menjadi


tujuh faktor diantaranya yaitu cahaya, kedalaman, periode pasang surut, arus dan
gelombang, salinitas, suhu, anthropogems.

6. Lamun bereproduksi secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).

7. Lamun berperan sebagai fishing ground, nursery ground, breeding ground, penahan
erosi dan abrasi

i
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Nurul Kusuma dan Sigit Ari Prabowo, 2015. Status Padang Lamun Pantai-Pantai
Wisata di Pacitan. Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, IKIP PGRI Madiun, Vol.
3, No. 1, Hlm. 53-59

Gosari, Benny Audy Jaya dan Abdul Haris, 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis
Lamun di Kepulauan Spermonde. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol. 22 (3) 156-
162

Harpiansyah, Arief Pratomo, dan Falmi Yandri, 2014. Struktur Komunitas Padang Lamun di
Perairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Maabuat, Pience Veralyn. Julius Sampekalo, dan H.E.I. Simbala, 2012. Keanekaragaman
Lamun di Pesisir Pantai Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Sam Ratulangi, Manado

Ngongira, Kilon. Marnix L. D. Langoy, Deidy Yulius Katili, Pince V. Maabuat, 2014.
Keanekaragaman Lamun di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado.
Jurnal MIPA Unsrat Online 3 (1) 1-5

Poedjirahajoe, Erny. Ni Putu Diana Mahayani, Boy Rahardjo Sidharta, dan Muhammad
Salamuddin, 2013. Tutupan Lamun dan Kondisi Ekosistemnya di Kawasan Pesisir
Madasanger, Jelenga, dan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Hlm. 36-46

Rostika, Tengku Said Raza’i, Andi Zulfikar, 2014. Struktur Komunitas Ikan Padang Lamun di
Perairan Teluk baku Pulau Bintan Kepulauan Riau. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, FPIK Umrah

Tangke, Umar, 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi). Jurnal
Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU – Ternate) Vol. 3, Edisi 1

Unpad, 2008. http://media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080010_2_1194.pdf

ii

Anda mungkin juga menyukai