Anda di halaman 1dari 14

Sediaan Krim

KELOMPOK 1 :
1. AFRIAN RIZKI
2. BELLA ZELFIORA
3. FEVI WAHYUNI
4. HERNITA DUWI SAPUTRI
5. MEILIN NOFITA SARI
6. MIFTA HUSYALAM
7. PUTRI DIANA
8. SUSWITA DASMA SARI
Pengertian
Pengertian Krim :
 Menurut Farmakope Indonesia III, definisi Cream adalah
sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
 Menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah
bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai.
 Menurut Formularium Nasional, Cream adalah sediaan
setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
Batasan

 produk yang terdiri emulsi minyak dalam air atau


dispersi mikro kristal asam asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan
air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika
dan estetika.
 krem dapat digunakan untuk pemberian obat
melalui vagina
Beda krim dengan emulsi

 krim pada umumnya mempunyai konsistensi yang


lebih padat dibandingkan emulsi yang berbentuk
cair
 Mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama selama
sdiaan ini dicuci atau dihilangkan
Efek pelekatan disebabkan oleh sifat rheologis sediaan
Konsistensi krim

 bervariasi disesuaikan dengan penggunaannya


(kosmetika atau pengobatan)
dapat memberikan efek mengkilap, berminyak,
melembabkan mudah tersebar merata, mudah
berpenetrasi padakulit, mudah diusap, mudah/susah
dicuci dengan air
Kelebihan sediaan krim

1. Mudah menyebar rata


2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang
diabsorpsi tidak cukup beracun.
Kekurangan sediaan krim

1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan


krim harus dalam keadaan panas.
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan
formula tidak pas.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe
a/m karena terganggu sistem campuran terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan
Komposisi formula krim

 Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgit,


lemak bulu domba, setaseum, setilalkohol, steril
alcohol, terietanolaminil stearat, dan golongan
sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun.
 Fase minyak
1. hidrokarbon (parafin cair, petrolatum,
microcristalin wax dll)
2. Minyak dan lemak (minyak zaitun, almond oil,
trigliserida sintetik)
3. Wax (beeswax, lanolin dll)
4. asam lemak (as stearat, asam palmitat dll)
5. alkohol (staryl alkohol dll)
6. ester sintetik (iso propil miristat dll)
 Fase air
1. Humektan (gliserin, propilen glikol, PEG dll)
2. Agen penebal (pektin, derivat selulosa, xanthan
dll)
3. Alkohol (etanol, isopopanol)
4. air
Kualitas dasar krim :

• Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim


harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu
kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
• Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan
seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
• Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah
yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari
kulit.
• Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata
melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan
 Basis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe
minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak
terbagi rata di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu
mengandung banyak minyak dan butir-butir air terbagi di dalam
minyak.
1. Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa
mengatur konsistensi.

Sifat Emulsi M/A:


Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang
mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol).
Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan
senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.
Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
• 2. Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps
lanae, wool alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam
dari asam lemak dengan logam bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya
dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M
umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan
mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini
dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi
sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
Contohnya : Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat,
Amonium stearat), Tween, Na lauril sulfat, kuning telur,
Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin, Emulgid.
Pembuatan krim

Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda


1. Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak)
dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan
lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih
dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai semua bahan larut,
kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.
2. Metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air
dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru
kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa krim.
Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan
sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat
dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi
dengan metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih
sedikit daripada metode pertama.

Anda mungkin juga menyukai