Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID & SEMI SOLID

Pertemuan ke-5
Kamis, 29 April 2021
Pembuatan Krim Gentamisin

Kelompok 6 :
Sulastri Widarsih_204840134
Tiara Syariani Rizki Putri_204840135
Vina Ardiana_204840136
Wianda Savitri Rahim_204840137
Widia Fitriasari_204840138
Yella Wandari_204840139
Zahra Amaliyah Nurjannah_204840140

PRODI D-III FARMASI


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
2021
Pembuatan Krim Gentamisin
Pertemuan-5
Kamis, 29 April 2021

I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan dan membuat preformulasi sediaan krim
gentamisin
2. Mahasiwa mampu menghitung kebutuhan bahan dalam pembuatan krim
sediaan gentamisin
3. Mahasiswa mampu membuat formulasi krim gentamisin
4. Mahasiswa mampu membuat sediaan krim gentamisin sesuai dengan prinsip
CPOB
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan krim gentamisin

II. Dasar Teori


Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air
tidak kurang dari 60%). Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim
yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina (Syamsuni,
2006).
Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu
dan perubahan suhu dan perubahan komposisi ( adanya penambahan salah satu fase
secara berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran
yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan
harus digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan (Syamsuni, 2006).
Basis pada krim dan salep adalah sama, terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
A. Basis berminyak/hidrokarbon (oleagenous)
Basis hidrokarbon juga dikenal sebagai basis berminyak, bebas air, inkoporasi air
hanya dalam jumlah kecil dan dengan kondisi yang cukup sulit. Peran utama untuk
basis ini meliputi efek emuliensa (melunakkan), dapat bertahan pada kulit untuk
periode waktu yang cukup lama, mencegah penguapan kelengasan kelembaban dari
kulit menuju atmosfer dan tidak mudah tercuci. Basis hidrokarbon berkerja pula
sebagai pembalut oklusif sehingga meningkatkan hidrasi kulit dengan cara
menurunkan kecepatan hilangnya air permukaan. Juga tidak mengering atau berubah
pada proses penuaan. Basis hidrokarbon semisolida meliputi hidrokarbon cair C16
hingga C30 rantai lurus dan bercabang, terjerat dalam matriks kristal halus dari
hidrokarbon solida berbobot molekul tinggi.
B. Basis absorpsi (absorption base)
Basis absorpsi bersifat hidrofilik, material anhidrous atau basis hidrous (emulsi A/M)
yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi air tambahan. Dengan penambahan
lanolin, lanolin isolat, kolesterol, lanosterol atau sterol terasetilasi membuat basis
hidrokarbon menjadi hidrofil. Campuran hidrofil tersebut dikenal sebagai basis
absorpsi, hanya saja kata absorpsi kurang tepat. Walaupun basis mengabsorpsi larutan
air dianggap emulsi A/M, sebetulnya basis absorpsi tidak mengabsorpsi air pada saat
berkontak, hanya sesudah cukup diagitasi basis absorpsi menjadi salap konvesional
yang mengandung pengemulsi A/M dalam jumlah yang cukup besar.
C. Basis tercuci air (water removable base)
Kelompok ini merupakan basis emulsi yang luas digunakan karena dapat tercuci dari
kulit atau pakaian dengan air. Dapat mengandung komponen larut air atau tidak larut
air. Dari sudut teurapeutik, basis tercuci air menunjukkan kemampuan mengabsorpsi
buangan serum (serous) pada kondisi dermatologi.
Basis tercuci air membentuk lapis tipis (film) semi permeabel pada lokasi aplikasi
sesudah penguapan air. Dalam hal ini basis terdiri dari 3 bagian komponen; fasa
minyak, pengemulsi, dan fasa air. Fasa minyak merupakan fasa internal, terdiri dari
petrolatum atau liquid petrolatum. Komponen lain yang ditambahkan ke dalam fasa
minyak, seperti setil dan stearil alkohol, membentuk fasa minyak secara menyeluruh.
D. Basis larut air (water soluble base)
Basis ini hanya mengandung komponen larut air. Basis larut air diacu juga sebagai
bebas lemak (minyak) karena tidak mengandung minyak (oleagenious). Inkoporasi
larutan air sulit dilakukan karena sistem akan segera melunak dengan penambahan air,
baik digunakan untuk bahan nonair maupun bahan padat. Mayoritas komponen basis
terdiri dari polietilenglikol yang merupakan basis larut air (Agoes, 2012).

 Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air
(m/a) dan krim tipe air dalam minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m
digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk
krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat,
kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl
sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum. Kestabilan krim akan
terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh
perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase
secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan
dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam
jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil
paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol)
dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah
tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera ’’obat
luar’’. Cream M/A Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa
dipakai pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur
konsistensi.  Campuran Pengemulsi Yang Sering Dipakai :
Sifat Emulsi M/A Untuk Basis Cream : Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci
dan tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan
zat yang mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol).
Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa
pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.    Cream A/M Konsistensi dapat
bervariasi, sangat tergantung pada komposisi fasa minyak & fasa cair. Cream ini
mengandung zat pengemulsi A/M yang spesisifik, seperti : Ester asam lemak dengan
sorbitol. Garam– garam dari asam lemak dengan logam bevalensi (Ansel, 1989).

 Alasan Pembuatan Sediaan Krim


Alasan Pembuatan  Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien
atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena
emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a
(minyak dalam air) atau emulsi a/m (air dalam minyak), tergantung pada berbagai
faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi. Zat obat
yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar
yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat bercampurnya dan
kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat
yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus ada dan sifatnya yang
meramalkan fase emulsi yang dihasilkan .
Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai
lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini
lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak
juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah
hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari
kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu
emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit (absorpsi
perkutan) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam (Ansel,
1989).

 Kelebihan menggunakan sediaan cream adalah:


- Mudah menyebar rata
- Praktis
- Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air)
- Cara kerja langsung pada jaringan setempat
- Tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )
- Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga
pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.
- Aman digunakan dewasa maupun anak– anak.
- Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )
- Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase
a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
- Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
- Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak (Ansel, 1989).

 Kekurangan menggunakan Sediaan Krim adalah :


- Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak ) karena
terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2
tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
- Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas.
- Mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )
- gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
- pembuatannya harus secara aseptic
- Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih
rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih
mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih
lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila
kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan
air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam
air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit (absorpsi perkutan) bisa ditambah
dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam (Ansel, 1989).
-
 Formulasi dan Metode Pembuatan
Formula pembentuk krim: Krim merupakan sediaan semi solid, berupa emulsi minyak
dalam air atau air dalam minyak. Berikut ini adalah bahan–bahan penyusun sediaan
krim:
- Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara
pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam air atau
tipe air dalam minyak.
- Minyak
Salah satu fase cair yang bersifat nonpolar
- Air.
Salah satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan digunakan air yang telah
dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.
- Pengemulsi
Umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonion.pemilihan surfaktan didasarkan
atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe minyak–air digunakan zat
pengemulsi seperti trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat,
poliglikol, sabun. Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi
seperti lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida
(Ansel, 1989).
 Bahan tambahan; Untuk sediaan semi solid agar peningkatan penetrasi pada
kulit:
- Zat untuk memperbaiki konsistensi Konsistensi
Sediaan topikal diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang maksimal, selain itu
juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”.
Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak
meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah
mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur
komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah
jumlah konsentrat campuran zat pengemulsi.
- Zat pengawet.
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk
meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi
mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka
pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu
penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat
pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil
paraben 0,02% - 0,05 %.
- Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas
sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus
diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan,
terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena:
perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena
mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses
produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia
dari bahan sediaan.
- Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk
meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,
mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh
zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.
- Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk
kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses
pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat,
EDTA, dsb.
- Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh
cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas :
a. Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara
bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil
gallat, BHA, BHT. b. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai
potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang
lain kadang–kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh;
garam Na dan K dari asam sulfit. c. Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang
bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena adanya sedikit logam dapat
merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.
- Peningkat Penetrasi.
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar
dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit).

Syarat-syarat:
- Tidak mempunyai efek farmakologi.
- Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.
- Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).
- Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
- Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
- Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
- Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
- Dapat menyebar pada kulit.
- Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
- Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit


dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara
reversible. Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat
bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya (Ansel, 1989).

 Metode Pembuatan
- Metode Pelelehan ( fusion)
Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-sama, setelah meleleh diaduk
sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat khasiat.
- Metode Triturasi
Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan terakhir. Di
sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk melarutkan zat khasiatnya. Pada
skala industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan keberhasilan produksi
sangat tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan proses pemindahan dari satu tahap
pembuatan ke tahap yang lain. Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada
penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain: . Kondisi temperatur /suhu .
Kontaminasi dengan kotoran . Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah
menguap (Ansel, 1989).  

III. Preformulasi dan Alasan Penggunaan Zat Tambahan


A. Zat aktif

Nama Khasiat Pemeria Dosis Kelarutan Inkompatibilitas


Zat n
Gentamisi Antibiotiku Serbuk 0,1% Mudah Aminoglikosida
n m putih (sediaan larut yang aktif dalam
sampai di dalam air, vitro oleh
kuning pasaran). praktis berbagai penisilin
gading. tidak larut dan sefalosporin
dalam melalui interaksi
etanol dengan anion beta
(95%) P, laktam, tingkat
dalam inaktivasi
kloroform tergantung pada
P dan suhu, konsentrasi,
dalam eter dan durasi kontak.
P.
Martindale Hal
FI Edisi FI Edisi FI Edisi 282
III Hal III Hal III Hal
491 266 491

B. Zat Tambahan

Nama Khasiat Pemeria Dosis Kelarutan Inkompatibilitas


Zat n
TEA Emulgator Cairan 2-4% Mudah Metanolamina
kental larut adalah amina
tidak dalam air tersier yang
berwarna dan dalam mengandung
hingga etanol gugus hidroksi, ia
kuning (95%) P, mampu menjalani
pucat, larut reaksi khas amina
bau dalam tersier dan
lemah kloroform alkohol.
mirip P. Trietanolamine
amoniak, akan bereaksi
higrosko dengan asam
pik. miherol
membentuk
garam san ester
kristal.

FI Edisi HOPE FI Edisi HOPE Hal 754


III Hal Hal 754 III Hal
613 613
Asam Kaustikum Padatan 1-20% Praktis Asam stearat
stearat kristal, tidak larut tidak sesuai
berwarna dalam air, dengan
putih, larut kebanyakan
atau dalam 20 logam
sedikit bagian hidroklorida dan
kuning, etanol mungkin tidak
mengkila (95%) P, sesuai dengan
t. dalam 2 basa, zat
bagian pereduksi, dan zat
kloroform pengoksidasi.
P dan
dalam 3
bagian eter
P.

Dirjen HOPE Dirjen HOPE Hal 698


Pom Hal 698 Pom 1979
1979
Asam Antioksidan Serbuk 0,01 – Mudah Tidak cocok
askorbat hablur, 0,1% larut dengan alkali ion
putih, dalam air, logam berat,
atau agak agak terutama tembaga
kuning, sukar larut dan besi, bahan
tidak dalam pengoksidasi,
berbau, etanol menthenamine,
rasa (95%) P, phenylephrine
asam. praktis hydrochioride,
tidak larut prrilamide,sodium
dalam nitrit, sodium
kloroform salisilat, dan
P, dalam picotamide.
eter P dan Selain itu, asam
dalam askorbat
benzen P. ditemukan
mengganggu
kolonimetri
tertentu dengan
mengurangi
insentisitas warna
yang dihasilkan.

FI Edisi HOPE FI Edisi II HOPE Hal 45


III Hal Hal 44 Hal 47
47
Asam Antiseptiku Hablur 0,1% Larut Mengalami reaksi
benzoat m ekstrrn halus dan dalam khas dari asam
antijamur ringan, lebih organik, misalnya
tidak kurang dengan alkali atau
FI Edisi III berwarna 350 bagian logam berat.
Hal 49 , tidak air, dalam Aktivitaas
berbau. lebih pengawet dapat
kurang 3 dikurangi dengan
bagian interaksidengan
etanol kaolin.
(95%) P,
dalam 8
bagian
kloroform
P dan
dalam 3
bagian eter
P.

FI Edisi HOPE FI Edisi HOPE Hal 62


III Hal49 Hal 62 III Hal 49
Parafin Laksativum Cairan 0,1-0,5% Praktis Inkompatibel
liquid kental, tidak larut dengan oksidator
transpara dalam air kuat.
n, tidak dan dalam
berfluoto etanol
sensi, 95% P,
tidak larut
berwarna dalam
, hampir klorform P
tidak dan eter P.
berbau
dan tidak
berasa.

FI Edisi HOPE FI Edisi HOPE Hal 446


III Hal hal 446 III Hal
474 474
Vaselin Basis lemak Massa 10-30% Praktis Merupakan bahan
album lunak, tidak larut inert yang tidak
lengket, dalam dapat bercampur
bening, aseton, dengan banyak
putih, etanol karbon.
sifat ini (95%)
tetap panas atau
setelah dingin,
zat gliserin
dileburka dan air
n dan laut dalam
dibiarkan benzene,
hingga karbon
dingin disulfide,
tanpa kloroform,
diaduk. eter,
heksana
dan
minyak
atsiri.

HOPE HOPE HOPE Hal HOPE Hal 482


Hal 482 Hal 482 482
Aquadest Pembawa Cairan Ad 15 gr Larut Bahan yang
jernih, dalam mudah
tidak semua terhidrolisis,
berwarna jenis bereaksi dengan
, tidak larutan garam-garam
berbau, anhidrat menjadi
tidak bentuk hidrat
mempun material organik
yai rasa. dan natrium
kolodial.

FI Edisi FI Edisi FI Edisi Depkes RI, 1995


III hal 96 III Hal III hal 96
96

IV. Alat dan Bahan

No Alat NO Bahan
1. Mortir 1. Gentamisin
2. Stanfer 2. TEA
3. Beacker glass 3. Asam stearat
4. Batang pengaduk 4. Asam askorbat
5. Corong kaca 5. Asam benzoat
6. Kaca arloji 6. Parafin liquid
7. Erlenmeyer 7. Vaselin album
8. Gelas ukur 8. Aquadest
9. Pot/tube krim
10. Timbangan
11. Cawan porselen
12. Sendok/spatula
13. Kertas grafik

V. Formulasi

No Nama Zat Konsentrasi


1. Gentamisin 0,1%
2. TEA 5%
3. Asam stearat 10%
4. Asam askorbat 0,1%
5. Asam benzoat 0,1%
6. Parafin liquid 0,1%
7. Vaselin album 25%
8. Aquadest Ad 15 gr

VI. Dosis
2 sampai 3 kali sehari, setelah mandi, oleskan pada kulit
(FORNAS Edisi II Hal 135)

VII. Perhitungan dan Penimbangan Bahan


 Perhitungan bahan
0,1
1) Gentamisin = ×15 g=0,015 g
100
5
2) TEA = ×15 g=0 ,75 g
100
10
3) Asam stearat = ×15 g=1, 5 g
100
0,1
4) Asam askorbat = ×15 g=0,015 g
100
0,1
5) Asam benzoat = ×15 g=0,015 g
100
0,1
6) Parafin liquid = ×15 g=0,015 g
100
25
7) Vaselin album = ×15 g=3,75 g
100
8) Aquadest =
15 g−( 0,015+ 0,75+1,5+0,015+0,015+ 0,015+ 3,7 5 ) g
=15 g−6,06 g
=8,94 g

 Penimbangan bahan
1. Gentamisin = 0,015 gr
2. TEA = 0,75 gr
3. Asam stearat = 1,5 gr
4. Asam askorbat = 0,015 gr
5. Asam benzoat = 0,015 gr
6. Parafin liquid = 0,015 gr
7. Vaselin album = 3,75 gr
8. Aquadest = 8,94 gr

VIII. Prosedur Pembuatan


1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang semua bahan
3. Panaskan mortir dan stanfer dengan memasukkan air panas
4. Masukkan vaselin album, paraffin liquid, asam benzoat dan asam stearat
kedalam cawan porselen,leburkan diatas penangas air/waterbath (fase
lemak)
5. Masukkan asam askorbat kedalam erlenmeyer, lalu tambahkan aquadest
dan TEA, panaskan diatas waterbath (fase air)
6. Gerus gentamisin sulfat dimotir 1, gerus hingga homogen
7. Masukkan massa fase lemak kedalam mortir 2 yang sudah dipanaskan,
campurkan massa fase air kedalamnya sedikit demi sedikit sambil digerus
hingga terbentuk massa krim yang stabil
8. Campurkan massa krim (basis) sedikit demi sedikit kedalam mortir 1 yang
berisi gentamisin,gerus hingga homogen
9. Evaluasi massa krim
10. Masukkan massa krim kedalam pot/tube krim
11. Beri label dan kemasan

IX. Etiket dan Evaluasi


IX.1. Etiket

Apotek Prodi Farmasi


Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Jl. Telaga Biru I, Pangkalan Baru. Bangka
Tengah
No. 004
Tgl. 29 April 2021

Setya (12 th)


2-3 x sehari
“Setelah mandi”
Oleskan tipis pada kulit

IX.2. Evaluasi

Indikator Evaluasi Cara Evaluasi Hasil


Sifat Organoleptis
Warna Evaluasi langsung secara -
visual dengan melihat
warna krim
Bau Dengan mencium bau -
krim secara langsung
Rasa Dengan mencium bau -
krim secara langsung
pH Dengan menggunakan -
kertas lakmus, indikator
universal, pH-meter
Daya Sebar Di evaluasi dengan cara, -
ambil sedikit sediaan
krim (ambil 0,5 gr), lalu
ditaruh pada objek glass.
Letakkan objek glass di
atas kertas grafik, biarkan
selama 1 menit. Lihat
apakah massa krim
melebar/menumpuk.
Hitung diameter/luas
daerah massa krim yang
ada di atas kaca. Setelah
itu, objek glass tadi
ditimpa (tutup) dengan
objek glass lain, tunggu
hingga 1 menit lalu
hitung diameter massa
krim. Kemudian timpa
dengan beban 50 gr dan
hitung luas daerah krim,
lalu timpa lagi dengan
beban 100 g dan hitung
luas daerah krim, timpa
lagi dengan beban 150 g
dan hitung luas daerah
krim . Terakhir, catat luas
daerah krim per beban
yang diberikan
Homogenitas Evaluasi secara visual -
dengan mengamati
sampel krim diletakkan di
atas kaca objek dan
diratakan dengan gelas
hingga membentuk
lapisan tipis
Kontaminasi -
Partikel Fisik Dengan melihat secara -
visual ada tidaknya benda
asing dalam sediaan krim

X. Pembahasan
XI. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai