Anda di halaman 1dari 23

Farmasetika Sediaan Krim

Dani Sujana, M.Farm.,Apt


Cremores (krim)
• Menurut Farmakope Indonesia IV, krim adalah
bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai.
• Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai
emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak
dalam air (M/A).
• Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
dispersi mikro kristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat
dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika.
• Krim dapat juga digunakan untuk pemberian
obat melalui rektal dan vaginal.
• Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air
(m/a) dan krim tipe air minyak (a/m).
• Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.
• Untuk krim tipe A/M digunakan sabun
polivalen, span, adeps lanae, koleterol, dan
cera.
• Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan
sabun monovalen seperti : trietanolamin,
natrium laurisulfat, kuning telur, gelatinum,
caseinum, CMC, dan emulgidum.
komponen krim
1. Zat aktif
Antibiotik, Fungisida ,Antiinflamasi, antihistamin,
antiseptik, analgetik, adstringen, keratolitik
2. Basis krim
– Fungsi : sebagai pembawa zat berkhasiat
– Basis hidrokarbon, basis absorbsi, basis yang
tercampur dengan air, basis yg larut dalam air
3. Emulgator
– Fungsi : mestabilkan emulsi krim.
– Ex: Trietanolamin, Na lauril sulfat
4. Humectan
– Fungsi : Meminimalkan hilangnya air dari sediaan, meningkatkan
kelembaban kulit shg penetrasi zat berkhasiat akan lebih mudah
– Ex : propilen glikol, sorbitol, gliserol (kons 5-20%)
5. Pengawet
– Fungsi : mencegah kontaminasi dan kerusakan oleh jamur dan
bakteri
– Ex : asam benzoat, nipagin (0,12-0,18%), nipasol (0,02-0,05%)
6. Antioksidan
– Fungsi : Untuk mencegah ketengikan pd sediaan krim akibat
tjdnya reaksi oksidasi (autooksidasi) pada fase minyak.
– Ex: Na metabisulfit, vit E
7. Peningkat penetrasi
– Fungsi : meningkatkan penetrasi zat berkhsiat kedalam
lap epidermis kulit
– Ex : DMSO (dimetil sulfur oksida)
8. Pengompleks
– Fungsi : Mengikat logam yg terdpat dlm sediaan selama
proses pembuatan, selama proses penyimpanan obat,
terutama karena wadah yg kurang baik.
– Ex : EDTA
9. Pendapar
– Fungsi : Untuk mempertahankan pH sediaan
– Ex: NaH2PO4
• Kestabilan krim akan terganggu atau rusak jika
sistem campurannya terganggu, terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu
fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya
tidak tercampurkan satu sama lain.
Basis krim
1. BASIS HIDROKARBON (BERSIFAT LEMAK)
– Tidak terabsorpsi melalui kulit,
– Sedikit atau tidak mengandung air sama sekali, tidak tercampur dgn air. Daya
absorpsi air dari lingkungan rendah 5-10%. Keuntungan: dapat digunakan
untuk zat aktif yg mudah terhidrolisis.
– Bersifat emolient,
– Dapat melekat pada permukaan kulit dalam waktu yg lama.
– Basis ini dapat meningkatkan hidratasi kulit, krn basis ini akan membentuk
suatu lapisan waterproof yg akan menghambat hilangnya air dari sel sel kullit
(bersifat emollient / moisturizer)
– Contoh: vaselin alba, vaselin flava, paraffin cair.
2. BASIS ABSORBSI (BASIS SERAP)
– Bersifat hidrofil, shg dapat mengabsorbsi air.
– Merupakan campuran antara sterol sterol binatang
dengan senyawa hidrokarbon yg memiliki gugus
polar spt hidroksil, karboksil.
– Membentuk emulsi tipe air dalam minyak
– Contoh: lanolin
3. BASIS YG LARUT DALAM AIR
– Larut dalam air, mudah dicuci, tdk berminyak,
bebas lipid, tdk mengiritasi.
– Ex: PEG/carbowax.
3. BASIS YG DAPAT DICUCI DENGAN AIR
– Basis ini paling banyak digunakan sebagai basis krim
– Larut dlm air, terabsorbsi baik oleh kulit.
– Membentuk emulsi tipe m/a (vanishing cream)
– Fase minyak (fase internal) :
campuran petrolatum dgn alkohol BM tinggi (cetyl/steryl
alkohol)
– Asam stearat,ex trietanolamin stearat, akan menghasilkan
emulsi dalam bentuk sabun
– Fase air (fase eksternal):
– Bahan pengawet, humectan, pendapar, emulgator
• Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui

pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik.

• Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka

waktu 1 bulan.

• Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan

metilparaben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau

propilparaben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05 %.


• Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah
tertutup baik atau tube ditempat sejuk.
• Penandaan pada etiket harus juga tertera
“obat luar”.
KEUNTUNGAN SEDIAAN KRIM
1. MUDAH DICUCI DAN DIHILANGKAN DARI KULIT
2. TIDAK LENGKET
3. PELEPASAN ZAT BERKHASIAT DARI KRIM KE
PERMUKAAN KULIT LEBIH CEPAT
4. ABSORPSI OBAT KE DALAM LAPISAN KULIT LEBIH
CEPAT
5. KRIM DPT MEMELIHARA KELEMBABAN KULIT
6. KRIM MUDAH DIPAKAI, SEHINGGA DISPERSI OBAT
DI PERMUKAAN KULIT LEBIH BAIK
KEKURANGAN SEDIAAN KRIM
1. Susah dalam pembuatannya, karena harus dalam
kondisi panas.
2. Emulsi mudah pecah akibat komposisi formula yang
tdk tepat
3. Mudah kering dan mudah rusak, terutama tipe a/m
karena terganggunya sistem pencampuran akibat
perubahan suhu dan perubahan komposisi
(penambahan salah satu fase secara berlebihan)
Metoda pembuatan krim
• Metoda fusion (pelelahan)
– Bahan yg larut dlm fasa minyak
dipanaskan pd suhu 60-700C, bahan yg
larut dlm air dipanaskan pd suhu yg
sama. Kemudian kedua fasa dicampur,
aduk/gerus cepat sampai terbentuk masa
krim
• Metoda Triturasi
– Zat aktif + zat pembantu dicampur dengan sedikit
basis, stlh itu baru dilanjutkan dengan penambahan
sisa basis, atau
– Dapat juga digunakan pelarut organik utk
melarutkan zat aktif yg tdk larut, kmdn baru
dicampur dgn basis yg digunakan.
– Plg srg digunakan, terutama dlm skala industri
Evaluasi krim
1. Organoleptis
– Penampilan,homogenitas, pH
2. Evaluasi kimia
– Penetuan kadar zat aktif
– Uji stabilitas kimia sediaan
3. Evaluasi mikrobiologi
– Uji potensi antibiotik
– Uji sterilitas
Stabilitas krim
1. UJI STABILITAS DIPERCEPAT DENGAN
METODA AGITASI ATAU SENTRIFUGASI
– Sediaan disentrifuge dengan kecepatan tinggi
(30000 rpm). Amati adanya pemisahan fasa.
2. UJI STABILITAS TERMIK
– Oleskan krim pada kaca objek,
– dipanaskan pd suhu 300, 400, 500, 600, 700C.
– Amati dengan bantuan indikator (ex:sudan merah),
amati mulai suhu berapa tjd pemisahan fasa.
– Semakin tinggi suhu terjadinya pemisahan, krim
semakin stabil.
Instabilitas krim
1. CRACKING
 Pemisahan fase terdispersi

2. CREAMING
 Terbentuknya emulsi yg terkonsentrasi, shg
membentuk krim pada permukaan emulsi

3. FLOKULASI/AGREGASI
 Berkumpulnya partikel2 membentuk suatu gumpalan

4. COALESCENCE
 Bersatunya aglomerat membentuk globul yg lbh besar
Resep Krim
Cara pembuatan :
 Cera alba, Vaselin dan Acidum
Stearinicum dilebur dalam
cawan penguap diatas penangas
air
 Larutkan trietanolamin (TEA),
Propilenglikol dalam air panas
 Hasil leburan yang panas, tuang
kedalam lumpang panas,
kemudian tambahkan larutan
TEA + Popilenglikol yang panas
 Gerus sampai terbentuk masa
krim
Cara pembuatan :

 Vaselin, parafin cair dan Cetosteari alkohol,

Cetomakrogol 1000 dilebur dalam cawan penguap

diatas penangas air

 Larutkan Asam sitrat, Dinatrium Hidrogenfosfat ,

dan Klorkresol dalam air panas

 Hasil leburan yang panas, tuang kedalam lumpang

panas, kemudian tambahkan larutan campuran

Asam sitrat yang panas

 Gerus sampai terbentuk masa krim yang homogen


Cara pembuatan :

 Emulgid, Oleum Arachidis dan Cetaceum dilebur

dalam cawan penguap diatas penangas air

 Larutkan Nipagin dengan sedikit alkohol,

kemudian tambahkan dalam air panas

 Hasil leburan yang panas, tuang ke dalam

lumpang panas, kemudian tambahkan larutan

nipagin yang panas

 Gerus sampai terbentuk masa krim yang homogen

 Tambahkan bahan sulfur praecipitat, gerus ad

homogen

Anda mungkin juga menyukai