Anda di halaman 1dari 23

Kelompok IV

Formulasi
Sediaan Krim
Roshintya Utari 202051133
Satrio Akbar Maulana 202051138
Shafa Tasya Salsadillah 202051143
Sediaan
Krim ?
Krim menurut Farmakope Indonesia ED IV

adalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat

terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai. Istilah ini secara

tradisional telah digunakan untuk sediaan

setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasi sebagai

emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air (Anwar. 2012).


Golongan Krim
Tipe (M/A) Minyak-Air
Krim M/A sering disebut sebagai “vanishing krim” karena

sifatnya yang bila dioleskan pada kulit dapat menghilang

dari permukaan dan akan memberikan efek pendinginan

pada kulit. Hal ini terjadi karena air sebagai fasa kontinyu

akan menguap dan akan meningkatkan konsentrasi zat

larut air pada lapisan yang melekat.

Tipe (A/M) Air-Minyak


Konsistensi krim A/M dapat bervariasi dan tergantung

pada komposisi fase minyak, fase air dan campuran

zat pengemulsi yang dipakai. Perbandingan relatif

kedua fase dan sifat fase masing-masing zat

menunjukkan pengaruh yang nyata.


Krim berfungsi sebagai bahan pembawa

substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai

bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai

pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak

permukaan kulit dengan larutan berair dan

rangsangan kulit. Selain itu, menurut British

Pharmacopoeia, krim difromulasikan untuk

sediaan yang dapat bercampur dengan sekresi

kulit. Sediaan krim dapat diaplikasikan pada

kulit atau membran mukosa untuk pelindung,

efek terapeutik, atau profilaksis yang tidak

membutuhkan efek oklusif (Wardiyah. 2015).


Pendekatan

Rasional
Krim memiliki sifat melembabkan dan mengandung

emolien. Dibandingkan dengan salep, krim memiliki sifat

oklusif yang lebih rendah. Secara kasat mata, krim tampak

opaque, kental, dan sebagian besar mengalami evaporasi

ketika dioleskan ke kulit.

Krim w/o cocok digunakan pada kondisi kulit yang

kering atau bersisik (misalnya dermatitis atopik dan

psoriasis) atau sebagai protective barrier. Keuntungan

jenis sediaan ini adalah dapat meningkatkan hidrasi

kulit, meningkatkan absorpsi perkutan, water resistant,

dan biasanya tanpa preservatif. Kekurangannya adalah

berminyak, mencegah efek pendinginan melalui

evaporasi, tidak nyaman di iklim yang hangat, dan

dapat menyebabkan overhidrasi


Lanjutan..
Krim o/w cocok digunakan pada keadaan kulit yang

bervesikel dan bereksudat, kulit yang terinfeksi, area

fleksural, dan di wajah. Keuntungan penggunaannya

adalah tidak terlalu berminyak dibandingkan oklusif

lainnya, mudah dicuci dari kulit dan baju, memiliki efek

pendinginan karena bisa terjadi evaporasi, dan jika

digunakan bersama propylene glycol dapat

meningkatkan penetrasi obat ke kulit. Kekurangan

sediaan ini adalah memiliki efek hidrasi yang lebih

sedikit dibandingkan oklusif lainnya, serta biasanya

digunakan bersama dengan preservatif sehingga dapat

menimbulkan sensitisasi.
Formula
Dasar Krim
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak,

bersifat asam.
Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum,

paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin,


setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat

basa.
Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras),

Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH, Na2C03, Gliserin,

Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril

sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span

dan sebagainya)
Bahan

Penyusun Krim
Zat Berkhasiat

Minyak

Air

Pengemulsi
Kelebihan Dan Kekurangan
STUDI ABSORPSI PEKUTAN
Menurut Barry (1983), untuk mempelajari absorbsi perkutan dapat dilakukan dengan:

(1) Metode in-vitro (2) Metode in-vivo


Metode in-vitro terdiri dari : Penelitian respon

Metode Pelepasan Tanpa


fisiologis dan

Pembatas membran farmakologi pada hewan

Metode Difusi dengan


uji
kontrol membran, yang
Sifat fisika kulit
terdiri dari: Metode histology
membran kulit tiruan Analisis pada cairan

membran kulit alami badan atau jaringan


sel difusi Kehilangan permukaan
kondisi sel tiruan

secara in-vitro
Basis, Preservatif,

antioksidan, enhcer dan

prototipe formula sediaan

krim

paling penting untuk diperhatikan dalam pembuatan

krim adalah seleksi terhadap basis yang cocok. Basis

harus dapat campur secara fisika dan kimia dengan

obat yang dikandungnya. Basis tidak boleh merusak

atau menghambat aksi terapi dari obat dan dipilih

agar dapat melepas obat pada daerah yang diobati.

Basis yang digunakan harus membuat krim menjadi

stabil selama masih digunakan untuk mengobati,

stabil pada suhu kamar dan kelembapan udara serta

tidak menyebabkan inkompatibilitas


Metode Pembuatan Krim
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya

komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-

sama di penangas air pada suhu 70-75℃, sementara itu semua larutan berair yang tahan

panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan

komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam

campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama

5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-

lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental.

Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin

akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair

(Wardiyah. 2015).
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila

terganggu sistem campurannya

terutama disebabkan oleh perubahan

suhu dan perubahan komposisi karena

penambahan salah satu fase secara

berlebihan atau pencampurannya dua

tipe krim jika zat pengemulsinya tidak

tercampu rkan satu sama lain.

Pengenceran krim hanya dapat

dilakukan jika diketahui pengencer yang

cocok. Krim yang sudah diencerkan

harus digunakan dalam waktu satu

bulan (Wardiyah. 2015).


FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK BIJI

KEDELAI ( Glycine max L) : UJI STABILITAS FISIK

DAN EFEK PADA KULIT

Bahan
Ekstrak biji kedelai (Glycine max L) yang diambil didaerah Sukoharjo, asam stearat, setil

alkohol, oleum cocos, triethanolamine, metilparaben, propilparaben, glycerin dan aquadest.


Alat
Blender, pengering beku (freeze dryer), alat-alat gelas (Iwaki Pyrex), batang pengaduk,

sendok tanduk, mortir dan stamfer, kompor, pH meter, indikator pH, timbangan analitik

(Ohaus), stopwatch, gelas obyek, cawan petri, beban, viskometer RION dan alat uji daya lekat.
Proses

FREEZE DRYING
Penelitian
BIJI KEDELAI
Biji kedelai kering yang berwarna kuning di timbang 500 gram,

direndam didalam air bersih sebanyak 1 liter selama 14 jam.

Dihilangkan kulit arinya dan dicuci hingga bersih. Biji kedelai

dihaluskan dengan menggunakan blender dengan penambahan


air pada suhu ± 60o C sebanyak 500 mL. Kedelai yang telah

halus disaring dan diambil sarinya. Dimasukkan kedalam wadah

kurang lebih setinggi 1 cm dari dasar wadah untuk

mempercepat proses pembekuan. Wadah yang berisi ekstrak

kedelai dimasukkan kedalam refrigerator kulkas selama 2 hari.

Selanjutnya wadah disusun dan diletakkan ke dalam alat

freeze drying. Ditunggu hingga didapatkan ekstrak kering biji

kedelai selama 1 hari.


Cara
Pembuatan
Sebagai fase minyak campurkan setil alkohol, asam stearat

dan oleum cocos dimasukan kedalam cawan porselen,

dipanaskan diatas penangas hingga meleleh dan diaduk

hingga homogen. Sebagai fase air campurkan TEA, gliserin,

metilparaben dimasukkan ke dalam cawan porselen,

dipanaskan diatas penangas hingga meleleh dan

ditambahkan 30 mL aquadest diaduk hingga homogen.

Ditambahkan fase minyak pada fase air dengan pengadukan

hingga campuran mengental dan dingin. Selanjutnya ekstrak

biji kedelai yang telah dilarutkan dengan aquadest sebanyak

40 mL dimasukan kedalam campur tersebut, ditambahkan

sisa aquadest dan diaduk hingga homogen (Allen, 2002).


Evaluasi Sediaan,

Pengujian Keamanan, Dan

Sensitivitas

A. Uji Stabilitas Fisik Krim


Uji Organoleptis
Pemeriksaan meliputi warna yang diamati secara visual dan

bau
Uji Hemogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan
gelas objek caranya sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada

sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok

menghasilkan sediaan yang homogen dan tidak terlihat

butiran - butiran kasar (Lubis, 2012 ).Uji ini dilakukan selama 2

bulan. Pengujian ini dilakukan replikasi sebanyak tiga kali pada

masing – masing formula.


Lanjutan...
Uji Pengukuran pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH meter dikalibrasi dengan

larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) sampai menunjukkan

harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue.

Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air

suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga

pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan( Lubis, 2012

).Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula. Uji ini dilakukan selama dua

bulan

Uji Pengukuran Viskositas


Sebanyak 100 ml sediaan dimasukkan dalam wadah, lalu dimasukkan spindle sampai batas

pencelupan dan dijalankan rotor. Viskositas diukur menggunakan Viskometer Brookfield model

DV-E seri LV dengan spindle dan kecepatan yang disesuaikan. Pengukuran ini dilakukan pada

temperatur 250C, maka akan diperoleh viskositas absolute dari sediaan (Sundari, 2012). Uji ini

dilakukan pada tiap formulasi dan dilakukan replikasi sebanyak tigakali. Uji dilakukan tiap satu

minggu sekali selama 2 bulan.


Lanjutan...
Uji Daya Serap
Sebanyak 0,5 gram krim hasil formulasi ditimbang dan diletakkan diatas petri yang telah

dilapisi kertas grafik diberi petri diatasnya dibiarkan 1 menit, dihitung luas daerah yang

diberikan sediaan. Selanjutnya diberi beban masing – masing 50, 100 dan 150 gram

dibiarkan selama 60 detik selanjutnya dihitung luas sediaan yang dihasilkan. Pada uji ini

dilakukan replikasi sebanyak tiga kali pada masing – masing formula. Pengujian dilakukan

tiap satu minggu sekali selama 2 bulan.

Uji Daya Lekat


Sebanyak 0,3 gram krim dioleskan diatas gelas obyek yang sudah diketahui luasnya.

Diletakkan gelas obyek yang lain pada krim tersebut kemudian ditekan dengan beban 1 kg

selama 1 menit. Dipasang gelas obyek tersebut pada alat uji kemudian dipasang beban

seberat 80 gram dan dicatat waktu hingga kedua gelas obyek terpisah (Engelina, 2013).

Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali pada setiap formula. Uji ini dilakukan setiap satu

minggu sekali selama dua bulan.


Uji Sediaan Krim Pada Kulit
Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sediaan krim ekstrak biji

kedelai pada punggung tangan manusia selama 4 minggu. Pada pengujian punggung

tangan sebelah kanan digunakan sebagai kontrol, yaitu tidak diberi sediaan krim.

sedangkan punggung tangan sebelah kiri diberi sediaan krim ekstrak biji kedelai

setiap pagi dan malam hari

Uji sediaan krim ini dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan krim di punggung

tangan kiri dengan luas 5x5 cm setiap pagi dan malam hari selama 2 jam. Uji ini

dilakukan selama 1 bulan dan diamati setiap 1 minggu sekali. Pengamatan hasil

dilakukan dengan mengamati langsung perubahan fisik meliputi warna dan

didokumentasikan dengan pengambilan gambar menggunakan kamera digital

merk Sony yang dilakukan pada ruangan dengan menggunakan pencahayaan

lampu philip. Gambar diambil pada jarak 17 cm. Tingkat kecerahan kulit juga

diukur menggunakan Skin Color Chart. Dalam uji ini punggung tangan kanan

digunakan sebagai kontrol.


Hasil Dan Kesimpulan
Kombinasi penggunaan asam asetat dan setil alkohol pada

sedian krim ekstrak biji kedelaimenghasilkan sifat organoleptis

yang stabil, meningkatkan viskositas dan daya lekat serta

menurunkan daya sebar krim. Setelah 8 minggu penyimpanan

suhu ruang pada ketiga formula sediaan krim viskositas dan

daya lekat cenderung menurun dan daya lekat cenderung

meningkat. Ketiga sediaan krim yang disimpan pada suhu

dingin selama 8 minggu penyimpanan nilai viskositas dan daya

sebar cenderung menurun dan daya sebar cenderung

meningkat. Setelah 4 minggu penggunaan sediaan krim ekstrak

kedelai memiliki efek peningkatan kecerahan pada kulit, namun

perbedaan konsentrasi asam stearat dan setil alkohol tidak

berpengaruh pada efek di kulit.


CONTOH SEDIAAN KRIM

Krim Krim Krim


Gatal Wajah Bayi
kelompok IV

Thank You
Sediaan Krim
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai