Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FTS SEMISOLID DAN LIQUID

PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM

OLEH :

NAMA : ANNIDA RAHMAN


NIM : 21482011050
KELOMPOK : 10

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
LAPORAN PRAKTIKUM FTS SEMISOLID DAN LIQUID
PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM

OLEH :

NAMA : DIAN LESTARI


NIM : 21482011051
KELOMPOK : 10

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
LAPORAN PRAKTIKUM FTS SEMISOLID DAN LIQUID
PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM

OLEH :

NAMA : HAIFA SAUSAN


NIM : 21482011052
KELOMPOK : 10

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
LAPORAN PRAKTIKUM FTS SEMISOLID DAN LIQUID
PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM

OLEH :

NAMA : KURNIAWAN
NIM : 21482011019
KELOMPOK : 10

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
PRAKTIKUM II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM
I. TUJUAN
Dapat memformulasikan sediaan krim dan melakukan evaluasi kualitas sediaan
krim yang dihasilkan

II. DASAR TEORI


Hidrokortison asetat merupakan golongan kortikosteroid yang mempunyai efek
farmakologi sebagai anti-inflamasi atau antiradang akibat penyakit kulit yang responsif
terhadap kortikosteroid (Pubchem, NCBI Journal), Kortikosteroid bekerja dengan cara
mencegah reaksi alergi dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan,
dan menghambat sel epidermis.
Kortikosteroid topikal dapat diserap melalui kulit utuh normal. Adanya radang
atau penyakit lain di kulit dapat meningkatkan absorpsi melalui kulit. Penggunaan
sediaan ini yaitu dengan cara dioleskan 1-2 kali sehari pada bagian yang mengalami
peradangan (British National Formulary, 2009).

Monografi bahan

Hidrokortison asetat:

1. Rumus struktur :

Struktur hidrokortison asetat

Rumus Molekul : C23H32O6

Berat Molekul : 404,50

Nama Kimia : (11β)-11,17-dihidroxipregna-4-ena-3,20 dion


Kandungn : mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari
102,0 % C23H32O6, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak berbau; rasa
tawar, kemudian pahit.

Khasiat dan penggunaan : Adrenoglukokortikoidum.

2. Asam Stearat
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C18H36O2


Kandungan : campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat.
Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; puth
atau kuning pucat; mirip lemak lilin.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%)
p, dalam 2 bagian kloroform p dan dalam 3 bagian eter p
Khasiat penggunaan : zat tambahan

3. Cera Alba
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan,; bau khas
lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95
% ) p dingin; larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat, dalam minyak lemak dan
dalam minyak atsiri.
Khasiat penggunaan : zat tambahan

4. Vaselin Album
Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p; larut
dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam eter minyaktanah p, larutan kadang-
kadang beropalesensi lemah.
Khasian kegunaan : zat tambahan

5. Trietanolamin
Rumus struktur :

Rumus molekul : C6H15NO3


Berat Molekul : 149.19
Pemerian : berwarna sampai kuning pucat, cairan kental
Kelarutan : bercampur dengan aseton, metanol, dan air, dalam benzene 1 :
24, dalam etil eter1:63, dan larut dalam kloroform
Kegunaan : zat pengemulsi

6. Propilen glikol
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C3H8O2


Berat moleku : 76,09
Pemerian : propilen glikol adalah bening, tidak berwarna, kental, praktis
tidak berbau
Kelaruan : kelarutan dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol
(95%).
Kegunaan : zat tambahan pelarut
A. Definisi Krim
1. Farmakope Indonesia edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksud
pemakaian luar.
2. Farmakope Indonesia edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar sesuai.
3. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksud untuk pemakaian
luar.

Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai
emolien atau pemakaian obat pada kulit (ansel, 1989)

B. Tipe Krim
Ada dua tipe krim yaitu:
1. Tipe minyak dalam air (M/A)
Tipe krim M/A merupakan krim yang fase luarnya air. Jadi mudah dicuci
dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian.
Contoh : vanishing cream adalah sediaan cosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.
2. Tipe air dalam minyak (A/M)
Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luarnya minyak, tidak mudah
dicuci, meninggalkan noda atau lengket pada pakaian, serta tidak mudah
mengering.
Contoh: Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung
mineral oil dalam jumlah besar.
C. Formula Sediaan Krim
1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara
pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.
2. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak.
Contoh : Asam stearat, adeps lanae, parrafin liquidum, parrafin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol.
3. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air.
Contoh : Na tertraborat (borax, Na biboras), trietanolamin/ TEA, NaOH,
KOH, Na 2003, gliserin, polietilen glikol/PEG, Surfaktan (Na Lauril sulfat,
Na setosteril, alkohol, polisorbat atau tween, span dsb).
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki sebagai bahan pengemulsi krim umumnya berupa surfaktan.
Selain itu dapat digunakan emulgin, lemak bulu domba, setaseum, setil
alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun,
5. Zat tambahan
1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet
yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18% dan
propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
2. Pendapar, untuk pH sediaan. Contoh : dapar fosfat.
3. Pelembap atau humectan untuk meningkatkan hidrasi kulit, contoh:
gliserol, PEG, sorbitol.
4. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya
pada minyak tak jenuh. Contoh: tokofenol, alkil galla, BHT, dan Na
sulfit.
D. Sifat dasar krim yang ideal
1. Tercampur dengan baik dengan bahan obat
2. Stabil dalam penyimpanan
3. Mudah dicuci dengan air
4. Mudah melepaskan bahan obat
5. Mudah diformulasikan
6. Reaksi netral
7. Tidak merangsang kulit
8. Didalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Mortir dan stamper
2. Sudip
3. Batang pengaduk
4. Spatel
5. Pipet tetes
Bahan
1. Hidrocortison
2. Asam stearat
3. Cera alba
4. Vaselin alb
5. Trietanolamin
6. Propilen glikol
7. Aquadest

IV. FORMULASI
R/ Hidrocortison asetat 1%
Basis cream qs
Mf cream 25
Sue

Pro : Nabil (15 TH)


Catatan
Basis krim yang digunakan Vanishing cream (tipe M/A)
R/ Asam stearat 15
Cera alba 2
Vaselin alba 8
Trietanolamin 1,5
Propilenglikol 8
Aquadest ad 100

V. CARA KERJA
1. Timbang masing-masing bahan
2. Fase minyak dilebur (cera alba, as. Stearat, vaselin album)
3. Panaskan vase air (Trietanolamin, PEG, Aquadest)
4. Panaskan mortir, sampai suhu 80°C
5. Masukan kedalam mortir panas
6. Gerus cepat, sampai terbentuk massa krim
7. Setelah terbentuk massa krim, tambahkan hidrocortison, gerus halus homogen
8. Evaluasi sediaan krim

VI. PERHITUNGAN BAHAN


1
1. Hidrocortison = × 25 g = 0,25 g
100
15
2. As. Stearat = × 25 g = 3,75 g
100
2
3. Cera alba = × 25 g = 0,5 g
100
8
4. Vaselin alb = × 25 g = 2 g
100
1,5
5. Trietanolamin = × 25 g = 0,375 g
100
8
6. PEG = × 25 g = 2 g
100

7. Aquadest = 25 - (0,25+3,75+0,5+2+0,375+2)
= 25 – 8,875
= 16,125 ~ 16 ml
VII. EVALUASI SEDIAAN
1. Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau & tekstur sediaan krim
2. Uji Homogentas
Dilakukan dengan menggunakan kaca objek, yaitu dengan cara mengambil
sediaan krim secukupnya, taruh dikaca objek, lalu tutup dengan kaca objek yang
lainnya sambil sedikit ditekan & amati.
3. Uji Ph
Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH krim apakah berada pada rentang pH
normal kulit yaitu 4,5-7. Jika terlalu basa dapat memicu terjadinya iritasi kulit.
Caranya: kertas pH dimasukan kedalam sediaan, lalu tunggu beberapa saat, amati
kerta pH & bandingkan dengan indikator PH.
4. Uji Daya Sebar
1) Timbang 0,5 gram krim, letakkan ditengah alat (kaca bulat)
2) Timbang dahulu kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa krim, &
biarkan selama 1 menit
3) Ukur diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata dari
beberapa sisi)
4) Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit & catatlah
diameter krim yang menyebar seperti sebelumnya.
5) Teruskan penambahan 50 gram beban seperti diatas sampai beban mencapai
250 gram
5. Uji Daya Lekat
Caranya :
1) Sediaan ditimbang 0,5 gram
2) Letakkan pada objek glass
3) Letakkan objek glass yang lain diatas krim tersebut, tekanlah dengan beban 1
kg selama 1 menit
4) Setelah 1 menit turunkan beban
5) Lepaskan beban seberat 80 g & catat waktu hingga kedua objek glass tersebut
lepas.

6. Uji Daya Proteksi


Caranya :
1) Ambillah kertas saring diukur 10 cm x 10 cm 1 buah basahi dengan indikator
pp lalu keringkan
2) Ambil kertas saring lagi ukur 2,5 cm x 2,5 cm sebanyak 1 buah basahi dengan
parafin cair, lalu keringkan
3) Kertas saring ukur 10 cm x 10 cm diolesi dengan sediaan
4) Kemudian kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm ditempelkan diatasnya, & tetesi
kertas saring tersebut dengan lar KOH atau NaOH
5) Amati sampai 5 menit apakah ada noda merah atau tidak, jika tidak ada noda
merah berarti sediaan dapat memberikan daya proteksi terhadap cairan (lar
KOH/NaOH)
7. Uji Tipe Krim
Amati sedikit krim, letakkan pada kaca objek/ kaca arloji. Lalu teteskan
pewarna metilen blue (1-2 tetes). Lalu aduk dengan batang pengaduk dan amati.
Jika metilen blue tersebar merata maka krim tersebut merupakan tipe M/A,
sebaliknya jika tidak tersebar merata maka termasuk tipe A/M. Pengamatan bisa
juga dengan menggunakan mikroskop.

VIII. DATA PENGAMATAN


1. Uji Organoleptis
Bentuk : Setengah Padat
Warna : Hijau Muda (karena diberi tambahan pewarna)
Bau : Bau Khas
Testur : lembut, halus

2. Uji Homogenitas
Homogen, tidak ada butiran yang menggumpal

3. Uji pH
pH : 6

4. Uji Daya Sebar


1. Kaca penutup : 1,95 cm
2. + 50 g : 2,25 cm
3. + 100 g : 2,5 cm
4. + 150 g : 2,7 cm
5. + 200 g : 2,85 cm
6. + 250 g : 3,1 cm

5. Uji Daya Lekat


Waktu 2 menit 5 detik

6. Uji Daya Proteksi


Tidak terdapat noda merah pada sediaan
7. Uji Tipe Krim
Metilen blue tersebar merata sehingga tipe dari krim tersebut M/A
IX. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan krim. Ketika bahan fase minyak dan fase air dicampurkan
keduanya harus dalam keadaan temperatur/suhu yang sama maka fase minyak
mengalami peleburan, fase airnya juga harus mengalami pemanasan. Dalam pembuatan
krim kali ini, terdapat zat pengemulsi, yaitu berupa TEA yang mudah berbusa, sehingga
krim diaduk dengan kontinyu atau perlahan. Dalam pembuatan krim, fase minyak
mudah memadat Kembali maka harus dilakukan pencampuran didalam mortir panas
kemudian diaduk.
Dalam peracikan obat kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan krim. Krim
yang dihasilkan berbentuk setengah padat, berwarna putih, dan berbau wangi. Bau
wangi dihasilkan dari pemakaian TEA. Hasil krim dimasukkan kedalam pot lalu diberi
etiket warna biru.
Setelah itu adalah melakukan evaluasi pada sediaan salep berupa uji
organoleptik dengan menggunakan kaca objek yaitu penglihatan berupa warna,
penciuman berupa bau dan melihat tekstur dari sediaan tersebut. Dan hasil evaluasi
menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat dan setelah dilakukan uji organoleptik
sediaan tersebut berwarna hijau muda karena penambahan pewarna, warna dasarnya
putih, sedikit berbau melon karena diberi tambahan pewangi, serta tekstur nya halus &
padat.
Kemudian melakukan uji pH untuk mengetahui tingkat keasaman dan kebasaan
sediaan salep terhadap kulit, jika terlalu basa dapat mengakibatkan kulit kering, jika pH
kulit terlalu asam dapat memicu iritasi kulit. Pengujian dilakukan dengan cara
mengambil sampel salep 0.5 gr diencerkan dengan aquades sebayak 50 ml, kemudian
pH universal dan pH meter dicelupkan ke sampel yang telah diencerkan. Dari hasil yang
didapat bahwa pH salep dapat dikatakan baik sesuai dengan pH kulit yaitu 6.
Kemudian melakukan uji homogenitas yaitu dengan cara mengambil sampel
sebanyak 0,5 gr dan diletakkan pada kaca objek lalu diberi pencahayaan yang cukup
sehingga terlihat ada atau tidaknya partikel atau butiran kasar. Dari hasil yang didapat
bahwa tingkat homogenitas dari sampel tersebut dikatakan baik, yaitu sesuai dengan
standar karena tidak terlihat adanya partikel atau butiran kasar.
Kemudian melakukan uji daya sebar, bertujuan untuk melihat kemampuan
sediaan menyebar pada kulit dimana suatu basis krim sebaiknya memiliki daya sebar
yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang baik. Pengujian dilakukan
dengan cara mengambil sampel sebanyak 0.5 gr kemudian letakkan di tempat uji daya
sebar salep dengan diberi penambahan beban mulai dari 50 gr, 100 gr, 150 gr, 200 gr,
& 250 gr. lalu hitung diameter daya sebar sampel salep tersebut. Dari hasil yang didapat
bahwa kemampuan uji daya sebar krim ini dapat dikatakan baik, sesuai Standarnya
kurang lebih 252.67 gr masing-masing yaitu 2,25 cm - 3,1 cm. Semakin besar gaya
menyebar salep, maka ketersediaan obat untuk diabsorpsi makin besar (Maulidaniar
dkk, 2012).
Kemudian melakukan uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui salep yang
lebih lama melekat pada kulit. Semakin lama daya lekat salep melekat anatar salep
dengan kulit semakin baik sehingga absors obat oleh kulit akan semakin baik. Pengujian
dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 0,25 gr tambahkan ke kaca slide,
kemudian tutup dengan kaper glas kemudian di beri beban 500 gr diatasnya selama 5
menit, kemudian kaper glas ditarik dengan alat penguji dengan bobot 80 gram.
Kemudian hitung hasil dari uji daya lekat tersebut. Dari hasil yang didapat bahwa
kemapuan uji daya lekat pada sampel dikatakan baik, karena sesuai standar. Daya lekat
yang baik menurut literature yaitu lebih dari 4 detik (Nevi, 2006) sedangkan hasil yang
didapat adalah 2 menit 5 detik..
Selanjutnya adalah uji daya proteksi bertujuan untuk mengetahui kemampuan
salep untuk melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi, dan
sinar matahari. Pengujian dilakukan dengan dengan cara mengukur kertas saring
dengan ukuran 10x10 dan 3x3. lalu kertas saring yang berukuran 10x10 ditetesi dengan
penolftalein 1 tetes dan keringkan Selanjutnya kertas tersebut diolesi dengan krim
(secukupnya seperti mengoleskan salep pada kulit), kemudian tempelkan kertas saring
yang berukuran 3x3 ke kertas saring yang berukuran 10x10 dan tetesi dengan parafin
sebanyak 1 tetes. Setelah itu kertas saring yang berukuran 3x3 ditetesi dengan KOH I
tetes. Terakhir amati kertas saring tersebut apakah terdapat noda merah atau tidak. Pada
sediaan salep yang dibuat tidak terdapat noda merah, artinya salep tersebut memberikan
proteksi terhadap pengaruh luar. Sediaan salep yang baik menurut standar seharusnya
mampu memberikan proteksi terhadap semua pengaruh luar yang ditandai dengan tidak
munculnya noda merah pada kertas saring.
Terakhir adalah uji tipe krim bertujuan untuk mengetahui tipe krim yang dibuat
dengan cara Ambil sedikit krim, letakan pada kaca arloji. Lalu teteskan Pewarna
metilen blue (1-2 tetes), lalu aduk dengan barang pengaduk dan amah. Jika metilen blue
tersebar merata maka krim tersebut merupakan tipe m/a, Sebaliknya jika tidak tersebar
merata maka termasuk tipe a/m. Dari hasil yang didapat bahwa tipe krim yang dibuat
adalah tipe m/a karena metilen blue tercampur merata.

X. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas mengenai praktikum pembuatan krim dapat
disimpulkan bahwa :
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air
dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau
pemakaian obat pada kulit
2. Uji Organoleptis
hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat dan setelah
dilakukan uji organoleptik sediaan tersebut berwarna hijau muda karena penambahan
pewarna, warna dasarnya putih, sedikit berbau melon karena diberi tambahan pewangi,
serta tekstur nya halus & padat.
3. Uji pH didapat bahwa pH salep dapat dikatakan baik sesuai dengan pH kulit yaitu 6.
4. Uji Homogenitas, tingkat homogenitas dari sampel tersebut dikatakan baik, yaitu sesuai
dengan standar karena tidak terlihat adanya partikel atau butiran kasar.
5. Uji Daya Sebar, dari hasil yang didapat bahwa kemampuan uji daya sebar krim ini dapat
dikatakan baik, sesuai Standarnya kurang lebih 252.67 gr masing-masing yaitu 2,25 cm
- 3,1 cm.
6. Uji Daya Lekat, dari hasil yang didapat bahwa kemapuan uji daya lekat pada sampel
dikatakan baik, karena sesuai standar.
7. Uji Daya Proteksi, Pada sediaan salep yang dibuat tidak terdapat noda merah, artinya
salep tersebut memberikan proteksi terhadap pengaruh luar.
8. Uji Tipe Krim, dari hasil yang didapat bahwa tipe krim yang dibuat adalah tipe m/a
karena metilen blue tercampur merata.
9. Sediaan krim dari kelompok 10 telah memenuhi persyaratan, dan juga memiliki efek
farmakologis yang baik.
XI. ETIKET

XII. DAFTAR PUSTAKA


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta : Departemen Kesehatan.

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia press:
Jakarta Agoes, Goeswin 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB Bandung.

Afifah T. 2021. Laporan praktikum semi solid sediaan krim

Depkes. 1979. Farmakope Indonesia Ed III, Jakarta : Depkes RI

Syamsuni.2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Anief. 2012. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


XIII. LAMPIRAN

Hidrocortison As. Stearat Cera Alba

Vaselin Alba PEG Sediaan krim diberi etiket

Uji Homgenitas Uji pH Uji Daya sebar

Uji Daya sebar +50 g Uji Daya sebar +100 g Uji Daya sebar +150 g
Uji Daya sebar +200 g Uji Daya sebar +250 g Uji Daya Proteksi

Uji Daya Lekat Uji Daya Lekat Uji Tipe Krim

Etiket

Anda mungkin juga menyukai