PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM
OLEH :
OLEH :
OLEH :
OLEH :
NAMA : KURNIAWAN
NIM : 21482011019
KELOMPOK : 10
Monografi bahan
Hidrokortison asetat:
1. Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak berbau; rasa
tawar, kemudian pahit.
2. Asam Stearat
Rumus struktur :
3. Cera Alba
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan,; bau khas
lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95
% ) p dingin; larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat, dalam minyak lemak dan
dalam minyak atsiri.
Khasiat penggunaan : zat tambahan
4. Vaselin Album
Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p; larut
dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam eter minyaktanah p, larutan kadang-
kadang beropalesensi lemah.
Khasian kegunaan : zat tambahan
5. Trietanolamin
Rumus struktur :
6. Propilen glikol
Rumus struktur :
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai
emolien atau pemakaian obat pada kulit (ansel, 1989)
B. Tipe Krim
Ada dua tipe krim yaitu:
1. Tipe minyak dalam air (M/A)
Tipe krim M/A merupakan krim yang fase luarnya air. Jadi mudah dicuci
dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian.
Contoh : vanishing cream adalah sediaan cosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.
2. Tipe air dalam minyak (A/M)
Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luarnya minyak, tidak mudah
dicuci, meninggalkan noda atau lengket pada pakaian, serta tidak mudah
mengering.
Contoh: Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung
mineral oil dalam jumlah besar.
C. Formula Sediaan Krim
1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara
pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.
2. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak.
Contoh : Asam stearat, adeps lanae, parrafin liquidum, parrafin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol.
3. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air.
Contoh : Na tertraborat (borax, Na biboras), trietanolamin/ TEA, NaOH,
KOH, Na 2003, gliserin, polietilen glikol/PEG, Surfaktan (Na Lauril sulfat,
Na setosteril, alkohol, polisorbat atau tween, span dsb).
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki sebagai bahan pengemulsi krim umumnya berupa surfaktan.
Selain itu dapat digunakan emulgin, lemak bulu domba, setaseum, setil
alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun,
5. Zat tambahan
1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet
yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18% dan
propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
2. Pendapar, untuk pH sediaan. Contoh : dapar fosfat.
3. Pelembap atau humectan untuk meningkatkan hidrasi kulit, contoh:
gliserol, PEG, sorbitol.
4. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya
pada minyak tak jenuh. Contoh: tokofenol, alkil galla, BHT, dan Na
sulfit.
D. Sifat dasar krim yang ideal
1. Tercampur dengan baik dengan bahan obat
2. Stabil dalam penyimpanan
3. Mudah dicuci dengan air
4. Mudah melepaskan bahan obat
5. Mudah diformulasikan
6. Reaksi netral
7. Tidak merangsang kulit
8. Didalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
IV. FORMULASI
R/ Hidrocortison asetat 1%
Basis cream qs
Mf cream 25
Sue
V. CARA KERJA
1. Timbang masing-masing bahan
2. Fase minyak dilebur (cera alba, as. Stearat, vaselin album)
3. Panaskan vase air (Trietanolamin, PEG, Aquadest)
4. Panaskan mortir, sampai suhu 80°C
5. Masukan kedalam mortir panas
6. Gerus cepat, sampai terbentuk massa krim
7. Setelah terbentuk massa krim, tambahkan hidrocortison, gerus halus homogen
8. Evaluasi sediaan krim
7. Aquadest = 25 - (0,25+3,75+0,5+2+0,375+2)
= 25 – 8,875
= 16,125 ~ 16 ml
VII. EVALUASI SEDIAAN
1. Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau & tekstur sediaan krim
2. Uji Homogentas
Dilakukan dengan menggunakan kaca objek, yaitu dengan cara mengambil
sediaan krim secukupnya, taruh dikaca objek, lalu tutup dengan kaca objek yang
lainnya sambil sedikit ditekan & amati.
3. Uji Ph
Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH krim apakah berada pada rentang pH
normal kulit yaitu 4,5-7. Jika terlalu basa dapat memicu terjadinya iritasi kulit.
Caranya: kertas pH dimasukan kedalam sediaan, lalu tunggu beberapa saat, amati
kerta pH & bandingkan dengan indikator PH.
4. Uji Daya Sebar
1) Timbang 0,5 gram krim, letakkan ditengah alat (kaca bulat)
2) Timbang dahulu kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa krim, &
biarkan selama 1 menit
3) Ukur diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata dari
beberapa sisi)
4) Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit & catatlah
diameter krim yang menyebar seperti sebelumnya.
5) Teruskan penambahan 50 gram beban seperti diatas sampai beban mencapai
250 gram
5. Uji Daya Lekat
Caranya :
1) Sediaan ditimbang 0,5 gram
2) Letakkan pada objek glass
3) Letakkan objek glass yang lain diatas krim tersebut, tekanlah dengan beban 1
kg selama 1 menit
4) Setelah 1 menit turunkan beban
5) Lepaskan beban seberat 80 g & catat waktu hingga kedua objek glass tersebut
lepas.
2. Uji Homogenitas
Homogen, tidak ada butiran yang menggumpal
3. Uji pH
pH : 6
X. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas mengenai praktikum pembuatan krim dapat
disimpulkan bahwa :
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air
dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau
pemakaian obat pada kulit
2. Uji Organoleptis
hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat dan setelah
dilakukan uji organoleptik sediaan tersebut berwarna hijau muda karena penambahan
pewarna, warna dasarnya putih, sedikit berbau melon karena diberi tambahan pewangi,
serta tekstur nya halus & padat.
3. Uji pH didapat bahwa pH salep dapat dikatakan baik sesuai dengan pH kulit yaitu 6.
4. Uji Homogenitas, tingkat homogenitas dari sampel tersebut dikatakan baik, yaitu sesuai
dengan standar karena tidak terlihat adanya partikel atau butiran kasar.
5. Uji Daya Sebar, dari hasil yang didapat bahwa kemampuan uji daya sebar krim ini dapat
dikatakan baik, sesuai Standarnya kurang lebih 252.67 gr masing-masing yaitu 2,25 cm
- 3,1 cm.
6. Uji Daya Lekat, dari hasil yang didapat bahwa kemapuan uji daya lekat pada sampel
dikatakan baik, karena sesuai standar.
7. Uji Daya Proteksi, Pada sediaan salep yang dibuat tidak terdapat noda merah, artinya
salep tersebut memberikan proteksi terhadap pengaruh luar.
8. Uji Tipe Krim, dari hasil yang didapat bahwa tipe krim yang dibuat adalah tipe m/a
karena metilen blue tercampur merata.
9. Sediaan krim dari kelompok 10 telah memenuhi persyaratan, dan juga memiliki efek
farmakologis yang baik.
XI. ETIKET
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia press:
Jakarta Agoes, Goeswin 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB Bandung.
Uji Daya sebar +50 g Uji Daya sebar +100 g Uji Daya sebar +150 g
Uji Daya sebar +200 g Uji Daya sebar +250 g Uji Daya Proteksi
Etiket