Anda di halaman 1dari 13

Studi terkontrol pada wanita tidak dapat memperlihatkan risiko obat terhadap janin pada kehamilan trimester 1 (dan

tidak
didapati bukti adanya risiko pada trimester selanjutnya), dan kecil kemungkinan obat ini untuk membahayakan janin.

Studi terhadap sistem reproduksi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin tetapi
belum ada studi terkontrol yang dilakukan terhadap ibu hamil, atau studi terhadap sistem reproduksi pada binatang
percobaan telah memperlihatkan adanya efek samping (selain dari penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi
terkontrol pada ibu hamil dalam trimester 1 (dan tidak didapati bukti adanya risiko pada trimester selanjutnya).

Studi pada binatang percobaan telah memperlihatkan adanya efek samping obat pada janin (teratogenik, atau
embriosidal, atau efek lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau belum ada studi pada wanita dan
binatang percobaan. Obat hanya diberikan bila besarnya manfaat yang diharapkan sebanding dengan potensi risiko
terhadap janin.

Terdapat bukti positif mengenai risiko obat terhadap janin manusia, tetapi manfaat obat ini jika diberikan pada ibu hamil
dapat diterima walaupun berisiko (misalnya jika obat diperlukan untuk situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius
dimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).

Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas pada janin atau didapati bukti
adanya risiko pada janin berdasarkan pengalaman pada manusia maupun binatang percobaan, dan risiko penggunaan
obat ini pada ibu hamil jelas melebihi manfaat terapi yang diharapkan. Obat dikontraindikasikan pada wanita yang
sedang atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Konseling dan pemilihan obat pada ibu hamil bertujuan untuk menghindari
atau mengurangi abnormalitas janin.

1. Hindari pemberian obat pada periode pertama pasca konsepsi,


2. Hindari makanan, minuman, dan zat yang tidak diperlukan oleh janin
dalam pertumbuhannya, misalnya merokok, alkohol, obat sedatif, atau
jamu-jamu tradisional yang belum teruji.
3. Hindari pemberian obat polifarmaka, terutama bila pemberian dalam
waktu lama.
4. Berikan obat yang telah jelas aman dan mempertimbangkan keperluan
pengobatan primernya.
5. Pergunakan pedoman keamanan penggunaan obat dalam kehamilan.
Kebanyakan obat yang diberikan pada ibu menyusui akan
terdeteksi pada ASI. Untungnya konsentrasi obat yang
tedapat dalam ASI biasanya rendah

Jika ibu menyusui sedang harus mendapat pengobatan


dan obatnya relatif aman, optimalnya ia harus minum obat
30-60 menit setelah menyusui dan 3-4 jam sebelum
pemberian ASI berikutnya, sehingga terdapat waktu untuk
membersihkan darah dari obat dan konsentrasi obat
dalam ASI relatif rendah
1. Paracetamol (A)
I : nyeri ringan sampai sedang
D : 500 mg/ds, diberikan tiap 4-6 jam. Bila nyeri

2. NSAIDs- Aspirin, diklofenak, indometacin(C)


1. CTM (B)

2. Dimenhydrate ( B)

3. Diphenhydramine (B)
I : Reaksi alergi, motion sickness, parkinsone
D : 3-4 x 25 mg/hari

4. Cyproheptadine Hcl (B)


I : gejala alergi, rinitis alergi, urtikaria
D : 3-4 mg/hari
1. Metoklopramid (A)

2. Domperidone (B2)

3. Diphenhydramine (A)

4. Ondansetron, Dolasetron (B1)

5. Prometazin, Coz (C)


ES : Prometazin trim I dislokasi panggul kongenital
1. Laktulosa (B)

2. Bisacodyl (C)
Suplemen merupakan suatu produk yang
mengandung nutrien yang dibutuhkan tubuh,
namun bukan berupa makanan. Suplemen
yang dibutuhkan ibu hamil antara lain
mengandung 4 hal penting seperti:
Untuk mencegah terjadinya untuk menunjang
neural tube defect (NTD) pertumbuhan tulang bayi
Yaitu cacat pada sistem
syaraf bayi

dibutuhkan dalam proses penting untuk proses


pembentukan sel darah merah yang
berfungsi untuk membantu membawa
perkembangan embrio,
oksigen keseluruh tubuh termasuk pertumbuhan sel mata, jantung,
kepada janin telinga, kesehatan kulit, melwan
infeksi.
bromhexine, jenis ekspektoran kategori A
Dextromethorphan, kategori C, untuk ibu hamil dosis maksimal dalam
mengonsumsi obat ini adalah sebanyak 120 mg dalam 24 jam.
Guaifenesin, ekspektoran kategori C, dosis terbanyak untuk ibuhamil
adalah 2.400 mg dalam 24 jam
Oxymetazoline, obat batuk kering, kategori c,
difenhidramin, loratadine, cetirzine, Kategori B. untuk batuk yang
disebabkan alergi.
Simethicone kategori C
Antasida, kategori C
Dimethicone kategori C
Sucralfat, kategori B
Polysilane kategori C
Cimetidine kategori B
Nizatidine kategori B
Ranitidine kategori B

Oralit Kategori A
Loperamid Kategori C
kaopectate

Anda mungkin juga menyukai