Anda di halaman 1dari 9

Drugs Therapy in Pregnancy and Genital Disorder

Drugs Therapy in Pregnancy

1. Teratogens
Semua bahan, makhluk hidup, agen fisik atau keadaan defisiensi yang dapat
menyebabkan struktur dan fungsi yang abnormal / semua bahan terbasuk obat yang bisa
menyebabkan gangguan pada bayi seperti :
- Struktur abnormal
- Defisiensi fungsi
- Perutumbuhan intrauterine terhambat
- Keguguran
- Organ terganggu
2. Stadium : klasifikasi dalam pemberian obat
Jika diberi obat sebelum minggu kedua fetus hanya punya dua pilihan hidup atau mati.
Maksudnya kan kalo fase embryogenesis bisa terjadi gangguan organ tapi kalo sebelum
minggu kedua fetus kalo kena obat bisa terjadi kematian kalo gk maka dia hidup.
- Stadium embryogenesis
o Minggu ke 2 – 8
o Disini terjadi pembentukan organ
o Stadium yang sangat sensitive
o Obat teratogenic pada minggu ini dapat menyebabkan gangguan organ
o Contoh : thalidomide dapat menyebabkan kokomalia. Thalidomide
sebenernya baik untuk mual dan muntah tapi karena teratogenic jadi gk
dipakai pada ibu hamil tapi sekarang dipakai sebagai obat untuk orang cancer
- Stadium fetogenesis
o Minggu ke 8 – 36
o Terjadi pertumbuhan dan perkembangan organ karena fase sebelumnya organ
sudah terbentuk di fase ini hanya pematangan fungsi
o Jika diberi obat teratogenic dapat menyebabkan fungsi organ terganggu
Gambar 1 :

- Minggu 1-2 : diberi obat pilihan hanya dua : mati atau hidup
- Minggu 3-8 : fase pembentukan organ : diberi obat terganggu organnya
- Minggu 9 – 36/38 : diberi obat terjadi gangguan fungsinya
3. Obat masuk ke fetus
- Transfer plasenta bisa terjadi akibat :
o Difusi pasif
o Difusi yang di fasilitasi
o Transport aktif
- Area permukaan plasenta
- Metabolisme plasenta
- Factor yang mempengaruhi obat tertransfer
o Kimia dari obat : partikel obat makin kecil makin gampang
o Berat molekul : makin rendah makin gampang masuk biasa dibawah 500
o Protein binding : makin terikat makin susah masuk
o Chemical konfigurasi : pH
o Lipid solubility : makin larut lemak makin gampang
o Waktu obat di dalam darah maternal dan halflife obat
4. Pharmacokinetics
1. Ukuran molekul
- 250-500 mudah lewat
- 500-1000 lebih susah masuk
- Diatas 1000 sangat susah masuk
2. Lipid solubility
- Makin larut lipid (lipophilic) makin mudah masuk plasenta (thiopental)
3. Ionisasi
- Makin ionisasi makin susah masuk ( seperti : succinylocholine, tubocurarrine)
- Makin anionnized makin lipid soluble jadi makin gampang masuk
4. Protein Binding
- Hanya obat yang terikat yang bisa melewati plasenta
- Obat yang protein binding rendah lebih tinggi konsentrasinya di bayi dibandingkan
ibu

5. Pharmacodynamic
1. Aksi pada Ibu
- Efek obat pada jaringan reproduksi (payudara dan uterus) akan berubah selama
kehamilan
- Efek pada jaringan ibu (Jantung, paru, ginjal, CNS) tidak berubah selama kehamilan
2. Aksi teraputeik pada fetus
- Kortikosteroid : maturasi paru  pada bayi premature
- Phenobarbital : mengurangi jaundice
3. Obat yang tak bisa dipredikasi aksinya pada fetus
- Penggunaan kronis pada opioid
- ACE-inhibitor
- Dietylstilbestrol
4. Teratogenic drug actions
- Pada trisemester pertama
o Anticonvulsant : pertumbuhan buruk, hypoplasia kuku, microcheply, bibir
sumbing (cleft lip or palate)
o Phenytoin : ganggu pada craniofacial, pembentukan anggota tubuh,
pertumbuhan terganggu
o Sodium valproate : ganggu CNS
o Carbamazepine : ganggu craniofacial dan fingernail
o Sex hormone : defek cardiac dan anomaly multiple
o Lithium : defek cardiac
o Warfarin : condrodysplasia punctata, microcephaly, spontaneous abortions,
facial anomalies, several anomalies of CNS
o Retinoic acids : gangguan craniofacial, cardiac, CNS

- Pada setelah trisemester pertama


o Heparin : fraktur kompresi vertebral, osteoporosis
o Warfarin : pendarahan pada otak fetus
o Anticonvulsant : defek koagulasi neonatal, sedasi (sedasi ini bisa
menyebabkan anaknya menjadi diem-diem sampe lahir diem-diem jadi bisu)
o Cloramphenicol : gray baby syndrome, kolaps cardiovascular
o Tetracycline : tooth discoloration (emas giginya / kuning warnanya),
hypoplasia enamel, dysplasia tulang
o Aminoglycoside : gangguan pendengaran fetal
o Sulfonamide : neonatal jaundice, anemia hemolitik
o Ciprofloxacin : kerusakan kartilago fetal
o Β-Blockers : pertumbuhan intrauterine terhambat, hipoglikemia, hipotensi,
bradycardia, kematian

Drug classification for pregnancy

 Category A
 Controlled studies pada ibu hamil gagal untuk mendemontrasikan risiko terhadap
janin pada trimester pertama dengan tidak ada bukti terhadap risiko untuk
trimester selanjutnya. Masih aman diberikan pada ibu hamil

EX: Paracetamol

 Category B

 Perkiraan keamanan didasarkan pada animal studies, tanpa controlled studies pada
kehamilan, atau animal studies menunjukkan efek samping yang tidak
terkonfirmasi pada controlled studies pada wanita di trimester pertama dan tidak
ada bukti risiko pada trimester selanjutnya. Masih aman diberikan

EX: Penicilline

 Category C

 Studies pada wanita dan hewan tidak tersedia atau studies pada hewan telah
menunjukkan efek samping pada janin dan tidak ada controlled studies pada
wanita. Obat-obat sebaiknya diberikan hanya jika ada potensi manfaat lebih besar
daripada risiko terhadap janin. Perlu pikir-pikir dulu dalam memberikan obat
kategori ini. Disini lihat untung dan ruginya

EX: Corticosteroid, Vitamin D, Vitamin B12

 Category D

 Adanya bukti postif terhadap human fetal risk (unsafe), however in some cases
such as a life-threatening illness the potential risk may be justified if there are no
other alternatives. Mau tidak mau, suka tidak suka harus diberikan karena tidak
ada alternatif lain

 EX: Warfarin, Fenitoin, Sodium Valproat, Diazepam

 Category X

 Sangat tidak aman, risk of use outweighs any potential benefits. Obat – obat
dalam kategori ini kontraindikasi bagi wanita atau wanita yang akan hamil. Sama
sekali tidak boleh diberikan
 Alkohol, Isotretionin, Estrogen, Androgen, and life vaccine

Drugs in genital disorders

symptoms of Vulvovaginitis

 Discharge

 Gatal

 Iritasi labia dan vagina

 Bau tidak sedap

 Ketidaknyamanan perut bagian bawah dengan penyebab yang tidak jelas, atau dysuria.
(Suprapubic discomfort and urinary urgency and frequency suggest cystitis.)

Causes of vulvovaginitis

 Bacterial : Bacterial vaginosis lactobacillu vaginitis, Chronic purulent vaginitis


disebabkan oleh gram postif cocci

 Fungal (paling sering) : Candida vulvovaginitis, cyclic vulvovaginities

 Parasitic : trichomonal vulvovaginitis

 Vulvovaginitis bisa disebabkan oleh kadar esterogen yang rendah (called "atrophic
vaginitis") atau berbagai jenis alergi atau iritasi atau respon cedera dari hal-hal
spermicidal products, condoms, soaps, and bubble bath (called “contact vulvovaginitis”).

Treatment

 Paling sering diobati dengan mengaplikasikan medicated gels, creams, or suppositories


yang dioleskan secara langusng ke vagina miconazole (Monistat) or clotrimazole (Gyne-
Lotrimin) 200mg vaginal suppositories (agar efeknya local saja tidak ke sistemik, tetapi
jika gagal berikan oral (golongan clotrimazole))

 Obat antifungal digunakan untuk mengobati candida vulvovaginitis termasuk oral


fluconazole (Diflucan), butoconazole (Femstat), clotrimazole (Gyne-lotrimin, Mycelex),
miconazole (Monistat), and ticonazole (Vagistat). Semuanya membutuhkan satu atau
beberapa hari pengobatan untuk menjadi efektif

 In pregnancy, halve the dose and double the course of topical clotrimazole

Treatment of Erectile Dysfunction

Ideal Medication for Treatment of ED

 Effective

 Available on demand

 Free of toxicity and side effects

 Easy to administer

 Inexpensive

Treatment Options

 Oral medications - Viagra, Levitra, Cialis

 Urethral suppositories

 Injection therapy - Caverject, Trimix, Bimix (injeksi pada sinus carvernosa)

 Vacuum constriction device

 Surgery

 Sex therapy

Medication (Viagra, Levitra, Cialis)

Mechanism of Action:

 Menghambat PDE menyebabkan terjadinya peningkatan cGMP dan meningkatkan aliran


darah sehingga meningkatkan dan mempertahankan relaksasi otot polos

Medication (PDE Inhibitors)


Indications:

 Psychogenic ED

 Mild vasculogenic ED

 Neurogenic ED

 Side effects from medication(s) patient is already taking

Side effects:

 Headache

 Flushing

 Dyspepsia

 Nasal congestion

 Visual disturbances

 Priapism

Contraindications:

 Organic Nitrites:

 Oral

 Sublingual

 Severe cardiac disease

 Obtain stress testing

Summary

 Teratogens : Semua bahan, makhluk hidup, agen fisik atau keadaan defisiensi yang dapat
menyebabkan struktur dan fungsi yang abnormal / semua bahan terbasuk obat yang bisa
menyebabkan gangguan seperti :

 Gross structural abnormalities


 Functional deficiencies

 Intrauterine growth restriction

 Klasifikasi obat untuk kehamilan: category A,B,C,D,X

 Pengobatan candida vulvovaginitis dioleskan secara langsung ke vagina miconazole or


clotrimazole 200 mg vaginal suppositories

 ED merupakan masalah yang sering menyerang jutaan pria Amerika

 ED bisa diobati dengan obat oral:

 oral medications - Viagra, Levitra, Cialis

 Injection therapy

 Vacuum constriction device

 Surgery

 Sex therapy

Anda mungkin juga menyukai