Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

MK. INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN


SEMESTER VI
PRODI S1 GIZI

ESSAY
1. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan fisiologi tersebut misalnya perubahan volume cairan
tubuh yang dapat menyebabkan penurunan kadar puncak obat-obat di serum, terutama
obat-obat yang terdistribusi di air dan obat dengan volume distribusi yang rendah.
Ketika hamil terkadang ibu mengalami masalah kesehatan yang mengharuskannya
mengkonsumsi obat. Jenis obat yang dianggap paling baik di konsumsi oleh ibu ketika
hamil menurut FDA adalah? Sebutkan dan jelaskan kategori obat yang aman untuk
ibu hamil.
2. Jelaskan :
a. Pengaruh obat terhadap janin
b. Interaksi obat dan makanan pada ibu hamil dan menyusui
3. Bagaimana mekanisme kerja obat hipertensi?
4. Penderita hipertensi akan mendapatkan obat pengontrol tekanan darah dari golongan
ACE Inhibitor seperti captopril. Jelaskan resiko yang akan terjadi ketika obat tersebut
dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang tinggi sumber Kalium?
5. Penderita kanker yang mendapatkan obat kemoterapi akan mengalami gangguan
terhadap status gizinya. Jelaskan dampaknya pada status gizi pasien kanker dan
bagaimana terapi gizi yang harus diberikan?
6. Jelaskan proses interaksi obat dan makanan pada penderita ginjal yang telah
hemodialisa (cuci darah)

==============================================================
NAMA MAHASISWA : VIOLETA GLEDIS THOMAS
NIM : 711331119060

1. terdapat 4 kategori obat untuk ibu hamil menurut FDA


1) Kategori A
Kategori A berarti bahwa obat tersebut aman untuk janin. Berdasarkan studi
kontrol yang dilakukan pada ibu hamil, penggunaan obat kategori A tidak
menunjukkan adanya risiko gangguan terhadap janin.
Hal tersebut berlaku selama kehamilan trimester pertama maupun selanjutnya.
Oleh karena itu, obat kategori A disebut memiliki risiko yang sangat kecil
dalam membahayakan janin.
Obat untuk ibu hamil yang termasuk kategori A, di antaranya:
 Asam folat
 Zink
 Levotiroksin
 Vitamin B6
 Vitamin C.

2) Kategori B
Kategori B berarti bahwa obat cukup aman untuk janin. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada hewan, penggunaan obat kategori B tidak
menunjukkan adanya risiko gangguan terhadap janin.
Sayangnya, studi terkontrol lanjutan terkait konsumsi obat kategori B pada ibu
hamil juga belum pernah dilakukan.
obat untuk ibu hamil kategori B dapat menimbulkan sedikit efek samping pada
hewan percobaan. Namun, efek samping serupa tidak dialami pada wanita
hamil.
Obat maupun kandungan makanan/minuman yang termasuk kategori B, di
antaranya:

 Amoxicillin
 Ampicillin
 Caffeine
 Fosfomycin
 Glucagon
 Ibuprofen oral
 Insulin
 Metformin
 Tetracycline  topikal.
 Tranexamic acid
 Vancomycin oral.

3) Kategori C
Kategori C mengindikasikan bahwa obat berisiko menyebabkan gangguan
kehamilan.
Oleh karena itu, obat kategori C hanya dianjurkan jika manfaat yang diperoleh
ibu maupun janin lebih besar daripada risiko yang ditimbulkannya.
Berdasarkan riset yang dilakukan pada hewan, penggunaan obat kategori C
menimbulkan efek samping terhadap kehamilan. Sementara studi lanjutan
pada manusia belum pernah dilakukan.
Obat kategori C untuk ibu hamil, antara lain:

 Albumin
 Aspirin
 Beta carotene
 Codeine, dan parasetamol
 Desoximetasone topikal
 Dopamine
 Nicotine oral
 Rifampicin
 Tramadol. 

4) Kategori D
obat untuk ibu hamil yang masuk dalam kategori D terbukti dapat
menimbulkan risiko berbahaya pada janin.
“Oleh karena itu, obat kategori D hanya digunakan pada kondisi darurat:
ketika tidak ada persediaan obat lain yang lebih aman bagi bumil,”
Obat untuk ibu hamil kategori D, meliputi:

 Alprazolam
 Cisplatin
 Diazepam
 Kanamycin
 Phenytoin
 Tamoxifen
 Valproic acid.

5) Kategori X
Obat yang termasuk kategori X tidak direkomendasikan bagi ibu hamil
maupun wanita usia subur. Obat ini terbukti sangat berbahaya bagi janin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat kategori X menyebabkan
abnormalitas janin.
Obat ini juga dapat meningkatkan risiko gangguan kehamilan berkali-kali
lipat. Obat kategori X yang tidak aman bagi ibu hamil, antara lain:

 Atorvastatin
 Clomifene
 Coumarin
 Danazol
 Estradiol
 Flurazepam
 Misoprostol
 Oxytocin
 Simvastatin
 Warfarin. 

2. a) pengaruh obat terhadap janin :


Obat memengaruhi janin melalui beberapa cara. Pertama, langsung bekerja
pada janin, menyebabkan kerusakan, kelainan perkembangan atau kematian.
Kedua, memengaruhi fungsi plasenta, yaitu mengerutkan pembuluh darah
sehingga mengurangi suplai oksigen dan zat gizi ke janin. Ketiga,
menyebabkan otot rahim berkontraksi sangat kuat, sehingga mengurangi aliran
darah ke janin, dan mencederainya. Pengaruh obat terhadap janin tergantung
pada tingkat perkembangan janin, dosis, dan kekuatan obat.

 Obat tertentu, seperti hormon pada pil KB, obat oral anti-diabetes turunan
sulfonil urea, antibiotika golongan sulfat, dan lain-lain, yang diminum di
awal kehamilan (sebelum hari ke-17 setelah pembuahan), bisa
menyebabkan kematian janin atau tidak memengaruhi janin sama sekali.
Pada saat itu janin sangat kebal terhadap cacat bawaan.
 Pada hari ke-17 sampai ke-57 setelah pembuahan -saat organ tubuh mulai
terbentuk-  janin sangat rentan terhadap terjadinya cacat bawaan.
 Obat yang sampai ke janin bisa menyebabkan keguguran, cacat bawaan
yang terlihat jelas, atau cacat yang baru tampak di kemudian hari.
 Obat yang diminum setelah organ tubuh janin terbentuk sempurna (usia
kehamilan trimester I, setelah 12 minggu), berpeluang kecil menyebabkan
cacat bawaan yang nyata, tetapi bisa menyebabkan perubahan dalam
pertumbuhan dan fungsi organ serta jaringan yang telah terbentuk secara
normal. Misalnya, obat antibiotika golongan tetracycline, doxycycline,
streptomycin dan kanamycin, obat anti-pembekuan darah, golongan
antihistamin, dan lain-lain.

Prinsipnya, pemberian obat pada ibu hamil, khususnya jika diberikan dalam
jangka waktu tertentu, perlu pertimbangan dengan melihat keuntungan dan
kerugiannya. Harus dihindari pemberian jangka panjang jenis obat yang
bersifat toksik atau meracuni organ ibu dan janin, terutama yang bisa
menembus selaput pelindung plasenta.

b ) Interaksi obat dan makanan terjadi bila makanan mempengaruhi bahan dalam obat
yang diminum sehingga obat tidak dapat bekerja sebagimana mestinya.
Interaksi ini dapat menyebakan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau
penurunan efektifitas obat sampai efek samping. Makanan dapat menunda,
mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat

3. Beberapa jenis golongan obat yang digunakan dalam proses penyembuhan


hipertensi antara lain:
1. Diuretik
Obat hipertensi golongan diuretik merupakan golongan obat pertama yang
banyak digunakan untuk menangani penyakit hipertensi. Mekanisme diuretik
untuk mengatasi hipertensi yaitu dengan menekan reabsorpsi natrium pada
tubulus ginjal sehingga ekskresi natrium dan air dapat ditingkatkan. Contoh
obat hipertensi dari golongan diuretik antara lain Triamterene (Dyazide dan
Maxzide) atau Spironolactone (Aldactone).
2. Penghambat Reseptor Beta Adrenergik
Golongan obat jenis ini bekerja dengan cara menghambat reseptor beta
adrenergik sehingga pelepasan renin dapat dihambat.  Contoh obat dari
golongan penghambat reseptor beta adrenergik antara lain acebutolol,
metoprolol, atau atenolol (Tenormin).
3. Penghambat Renin
Obat hipertensi penghambat renin bekerja dengan cara memecah
angiotensinogen menjadi angiotensin. Golongan ini termasuk kedalam obat
hipertensi jenis baru. Contoh obat dari golongan penghambat renin antara lain
Aliskiren.
4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARBs)
Penghambat reseptor angiotensin II bekerja dengan cara menghambat reseptor
angiotensin II sehingga menimbulkan efek vasodilatasi, penurunan aktivitas
saraf simpatik, dan penurunan aldosterone. Contoh obat dari golongan
penghambat reseptor angiotensin II antara lain candesartan (Atacand),
valsartan (Diovan) atau losartan (Cozaar).
5. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
Golongan ACE bekerja dengan cara menghambat enzim yang mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin sendiri merupakan zat yang
dapat memicu peningkatan tekanan darah. Contoh obat dari
golongan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) antara lain lisinopril (Zestril
dan Prinivil), Captopril, dan Benazepril (Lotensin).
6. Penghambat Saluran Kalsium
Golongan obat ini bekerja dengan cara merelaksasi kerja otot dan jantung
sehingga ion kalsium yang masuk kedalam intrasel dapat dihambat. Contoh
obat dari golongan penghambat saluran kalsium antara lain Verapamil,
Amlodipine, Diltiazem, dan Felodipine.
7. Penghambat Simpatik
Obat hipertensi penghambat simpatik bekerja dengan cara menghambat
pelepasan norepinefrin sehingga saraf simpatik dapat terstimulasi dengan baik.
Contoh obat dari golongan penghambat simpatik antara lain Terazosin,
Tamsulosin, dan Prazosin.
8. Antagonist Aldosterone
Golongan obat antagonis aldosterone bekerja dengan cara menahan retensi
natrium. Namun golongan obat ini dapat memberikan efek samping antara lain
gagal ginjal. Contoh obat dari golongan antagonis aldosterone antara lain
Spironolactone dan Eplerenone (Inspra).
9. Antagonis Reseptor Adrenergik
Mekanisme kerja obat hipertensi golongan antagonis reseptor adrenergik yaitu
menghambat adrenergik sehingga menghambat pelepasan katekolamin. Selain
itu, golongan obat ini dapat menurunkan resistensi perifer yang dapat
memperlambat laju jantung. Contoh obat dari golongan antagonis reseptor
adrenergik antara lain Labetalol dan Carvedilol.
10. Vasodilator Arteriolar
Obat golongan vasodilator arteriolar bekerja dengan cara merelaksasi otot
polos arteriolar sehingga peningkatan laju jantung dan pelepasan renin dapat
ditingkatkan. Contoh obat hipertensi dari golongan vasodilator arteriolar
antara lain Hidralazin, Minoxidil dan Nitroprussid.
11. Central Agonist
Golongan obat jenis ini bekerja dengan cara menghentikan sinyal yang
mempersempit pembuluh darah dan mempercepat kerja jantung. Contoh obat
hipertensi dari golongan ini antara lain Methyldopa, Guanfacine, dan
Clonidine.

4. ACE-inhibitor yang dikonsumsi bersamaan dengan suplemen tinggi kalium dapat


meningkatkan kadar kalium di dalam darah. Mekanisme kerja obat ini yaitu
meningkatkan kadar kalium dalam tubuh. Dengan tingginya kadar kalium dalam
darah akan berefek pada kerja jantung dan berisiko terhadap seseorang yang memiliki
riwayat hipertensi. Kalium merupakan mineral penting bagi tubuh, yang diperlukan
untuk fungsi sel normal karena ia berfungsi untuk mempertahankan volume cairan
dalam tubuh, keseimbangan asam basa, cairan, dan elektrolit. Berperan penting dalam
penghantaran rangsangan saraf, pergerakan otot, otot jantung, dan lain-lain. Kalium
diserap dalam tubuh terutama di usus halus, dikeluarkan terutama melalui urin
beberapa melalui feses, dan keringat dalam jumlah yang sangat kecil. Ginjal mengatur
pengeluaran kalium dalam tubuh, bila tubuh kekurangan kalium maka pengeluaran
kalium akan menurun, begitu pula dalam keadaan sebaliknya.

5. Penderita kanker sering mengalami malnutrisi/gizi kurang karena metode pengobatan


yang sedang dijalaninya, kurangnya nafsu makan ayau sulit menerima makanan yang
diberikan.
Untuk menunjang keberhasilan pengobatan kanker pelu adany dukungan nutrisi yang
optimal dengan memperhatikan kebutuhan zat gizi dan tujuan pemberian zat gizi
pasien kanker.
Diet yang dianjurkan :
− tinggi protein : 1,5 - 2,0 g /kg BB untuk mengganti kehilangan berat badan,
− tinggi kalori : 25 - 35 kcal/ kg BB,dan 40 - 50 kcal/ kg BB untuk mengganti
simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang. Bila terjadi infeksi
perlu tambahan kalori sesuai dengan keadaan infeksi.
− lemak : 25 o/o NPC 1
− makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan porsi
kecil dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan sesuai dengan
kondisi pasien. Bila kehilangan berat badan mencapai lebih dari 20 °/o dapat
diberikan •Total Parenteral Nutrition (TPN), sesuai dengan kondisi pasien,
− bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks ( vitamin 86, Asam
pantotenik 1 asam folat, dll) vitamin A, dan vitamin C
− syarat terapi diet secara khusus bervariasi sesuai dengan kondisi pasien dan
penyakit

6. Pasien dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease/hemodialisa) rentan


terhadap berbagai masalah gizi dan gangguan metabolisme zat gizi, akibat
progresivitas kerusakan ginjal maupun terapi dialisis yang dijalani. Malnutrisi akibat
uremia meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien hemodialisa . Malnutrisi
akibat uremia berkaitan dengan banyak faktor yang terjadi selama predialisis maupun
terapi dialisis. Penelitian membuktikan bahwa intervensi gizi yang sesuai tahapan
perkembangan hemodialisa dapat memperbaiki mortalitas dan kualitas hidup pasien
hemodialisa. Untuk itu, pemahaman yang baik terhadap proses perkembangan
hemodialisa beserta gangguan metabolisme zat gizi yang terjadi, menjadi hal urgent
bagi ahli gizi, agar intervensi/terapi gizi yang diberikan tepat, sesuai kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai