Anda di halaman 1dari 48

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai sejak
konsepsi dan di akhiri dengan proses persalinan (Hayes, 2012).
Tiga periode berdasarkan lamanya kehamilan, yaitu:
1. Kehamilan trimester I : 0-12 minggu
2. Kehamilan trimester II : 12-28 minggu
3. Kehamilan trimester III : 28-40 minggu

B. Penggunaan Obat pada Kehamilan


Pemakaian obat-obat bebas dan obat resep perlu diperhatikan
sepanjang kehamilan sampai masa nifas.Pemakaian fisiologik pada ibu yang
terjadi selama masa kehamilan mempengaruhi kerja obat dan pemakaianya.
Termasuk pengaruh dari hormon-hormon steroid yang beredar dalam
sirkulasi pada metabolisme obat dalam hati, ekskresi obat melalui ginjal yang
lebih cepat karena peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan perfusi
ginjal, pengenceran obat karena jumlah darah dalam sirkulasi ibu yang
meningkat, dan perubahan–perubahan dalam klirens obat pada akhir
kehamilan menyebabkan penurunan kadar serum dan konsentrasi obat dalam
jaringan dengan demikian obat yang diresepkan secara 6 terapetik tidak dapat
diberikan dengan dosis yang lebih rendah (Hayes, 2012).
Pedoman pemberian obat selama kehamilan harus memperhatikan
bahwa keuntungan yang didapat dengan pemberian jauh melebihi resiko
jangka pendek maupun panjang terhadap ibu dan janin.Perlu dilakukan
pemilihan obat secara hati hati dan pemantauan untuk mendapatkan dosis
efektif terendah untuk interval yang pendek dengan mempertimbangkan
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan fisiologi kehamilan (Hayes,
2012).

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


5

1. Farmakokinetik Obat pada Kehamilan


Perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat
berpengaruh terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang
kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap
obat yang diminum. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik
mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari
selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin
yang dikandung ataupun bayinya (Anonim, 2006).
Selama kehamilan dosis obat yang diberikan harus diusahkan
serendah mungkin untuk meminimalkan potensi efek toksik terhadap
janin. Bila pengobatan harus diberikan, maka penting untuk menurunkan
sampai kadar terendah yang masih efektif sesaat sebelum terjadi konsepsi
pada kehamilan yang direncanakan, atau selama trimester pertama. Bila
obat berpotensi menyebabkan efek putus obat pada janin, dosis dapat
diturunkan mencapai akhir masa kehamilan, contohnya pengobatan
dengan anti psikotik dan antidepresan.Namun, perubahan
farmakokinetika selama kehamilan mungkin memerlukan peningkatan
dosis bagi obat-obat tertentu. Pemahaman yang baik terhadap perubahan
ini penting untuk menetukan dosis yang paling tepat bagi pasien yang
sedang hamil (Aslam et al., 2001).
2. Farmakodinamika pada Kehamilan
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus, dan kelenjar susu,
pada kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan
fase kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah
jantung, aliran darah ginjal.Perubahan tersebut kadang menyebabkan
wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak
hamil.Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada
kehamilan karena peningkatan beban jantung pada kehamilan.Atau
insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes
yang diinduksi oleh kehamilan (Anonim, 2006).

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


6

3. Obat yang Berpengaruh pada Janin dan Neonatus


Teratogen adalah bahan apa pun yang diberikan kepada ibu
hamil, yang dapat menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi
atau kelainan fungsi fisiologis atau pun perkembangan jiwa janin atau
pada anak setelah lahir. Hal inilah yang sering ditakutkan oleh pasien dan
dokter saat mempertimbangkan pengobatan pada masa kehamilan.
Namun, hanya beberapa obat saja dari sekian banyak obat yang
digunakan menunjukkan efek yang membahayakan terhadap janin.Perlu
ditekankan bahwa obat yang bersifat teratogenik tidak membahayakan 8
janin.Sebagai contoh, obat anti kejang yang hanya memiliki efek
teratogenik pada kurang dari 10 % janin yang terpapar obat tersebut
(Aslam et al., 2001).

C. Kategori Obat pada Ibu Hamil (Pregnancy Categorie)


1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko
pada janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai
resiko terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat
ini untuk membahayakan janin.
2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi
terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil.Atau studi terhadap reproduksi
binatang pecobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain
penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi terkontrol pada
wanita hamil trimester 1 (dan ditemukan bukti adanya resiko pada
kehamilan trimester berikutnya).
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
samping terhadap janin (teratogenik atau embriosidal), dan studi
terkontrol pada wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau tidak

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


7

dilakukan.Obat yang masuk kategori ini hanya boleh diberikan jika


besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya resiko yang terjadi pada
janin.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin (manusia), tetapi manfaat
terapetik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya
jika obat 10.
5. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan
adanya abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada
janin.Dan besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas-
jelas melebihi manfaat terapeutiknya.Obat yang masuk dalam kategori ini
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki
kemungkinan hamil (Anonim, 2008).

D. Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya Pada


Janin
1. Asam Folat
Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan
dalam jumlah yang lebih banyak.Defisiensi asam folat di awal kehamilan
dapat menyebabkan absorbsi spontaneous atau defek kelahiran (misal
defek pada tabung saraf), kelahiran prematur, berat badan lahir yang
rendah, dan salurio plasenta (pelepasan plasenta yang lebih dini dari
seharusnya).Kebutuhan asam folat yang direkomendasikan untuk sehari
adalah 180 mcg.Untuk kehamilan diperlukan asam folat sebanyak 400
sampai 800 mcg (Hayes, 2012).
2. Asetaminofen
Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Parasetamol) merupakan
obat kehamilan grub B. Obat ini adalah obat yang paling sering dipakai
selama kehamilan. Dipakai secara rutin pada semua trimester kehamilan
untuk jangka waktu yang pendek, terutama untuk efek analgesik dan

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


8

terapetiknya.Obat ini 11 tidak memiliki efek anti inflamasi yang berarti.


Asetaminofen menembus plasenta selama kehamilan, ditemukan juga
dalam air susu ibu dalam konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan
bukti nyata adanya abnomaly janin akibat pemakaian obat ini. Pemakaian
asetaminofen selama kehamilan tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24
jam dari formulasi 325 mg (kekuatan biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam
untuk tablet yang mengandung 500 mg (kekuatan ekstra). Obat ini harus
dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam (Hayes, 2012).
3. Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah masukkan zat-zat gizi
yang cukup dalam bentuk energi, protein, vitamin dan mineral.Penting
untuk diketahui bahwa kondisi hipervitaminosis dapat menyebabkan
kelainan teratogenik, misalnya hipervitaminosis vitamin A oleh karena
pemberian berlebihan pada kehamilan. Kelainan janin yang terjadi
biasanya pada mata, susunan saraf pusat, palatum dan alat urogenital.Ini
terbukti jelas pada hewan percobaan sehingga pemberian vitamin A
selama kehamilan tidak melebihi batas yang ditetapkan.Pemberian
vitamin A dengan dosis melebihi 6000 IU/hari selama kehamilan tidak
dapat dijamin kepastian keamanannya (Anonim, 2006).
4. Antibiotik
Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan.Perubahan kinetika
obat selama kehamilan menyebabkan kadarnya dalam serum lebih
rendah.Antibiotik dengan bobot molekul rendah mudah larut dalam
lemak dan ikatannya dalam protein lemak mudah menembus uri. Kadar
puncak antibiotik dalam tubuh janin pada umumnya lebih rendah dari
kadar yang dicapai dalam tubuh ibunya. Amoxicillin diabsorpsi secara
cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral maupun
parenteral.Amoxicillin merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan
untuk dipilih jika dibutuhkan pemberian oral pada ibu hamil. Kadar
amoksisilin dalam darah ibu maupun janin kadarnya sekitar seperempat
sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu (Kurniawan, 2007).

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


9

E. Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi, dimana bayi
memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui
merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat
khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan
pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga
terutama suami (Roesli, 2000).
Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin)
untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan
pemberian digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat
menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur
dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi
obat pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta
sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan.
Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui bayi (misalnya
phenobarbital). Obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan
hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam konsentrasi yang sangat kecil
pada efek farmakologi. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik
mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama
kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin
bayinya.Untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada
ibu menyusui, maka apoteker perlu dibekali pedoman dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian bagi ibu menyusui ( Riordan,1996).

F. Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari
obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


10

perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan


pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumerotasi dengan baik.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu
apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar. Apoteker harus
mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan
terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Anonim, 2006).

Evaluasi Tingkat Pengetahuan..., Ikhsan Manafi, Fakultas Farmasi UMP, 2013


OBAT YANG DIGUNAKAN
AL
1. ANALGESIK
ANTIPIRETIK/
ANTIINFLUENZA
2. ANTIBIOTIKA
3. VITAMIN DAN FE
4. ANTASIDA
1. WAKTU TERPAPARNYA OBAT
2. FAKTOR OBAT
3. TRANSFER OBAT MELALUI
PLASENTA
MASA OVUM
MULAI DARI FERTILISASI
SAMPAI INPLANT
MASA EMBRIONAL
MINGGU KE II S/D VIII
MASA FETAL
MINGGU KE VIII S/D ATERM
KADANG- KADANG TERGANTUNG DOSIS DAN
SIFAT OBAT DAPAT MENEMBUS BARIER
PLASENTA SHG TERJADI EFEK SAMPING MISAL
TETRASIKLIN DAN DIETILBESTEROL DAPAT
MENYEBABKAN ADENOSIS DAN KARSINOMA
VAGINA
Sistem penandaan yang sering digunakan
adalah yang di buat FDA Amerika Serikat
dengan kategorisasi A, B, C, D dan X.
Risiko obat terhadap fetus dalam rahim
dapat diklasifikasikan dalam kategori :
Obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil
trimester I (penelitian terkontrol) tidak
menimbulkan efek buruk atau kemungkinan
efek buruknya terhadap fetus sangat jarang.
Penelitian terkontrol pada ibu hamil tidak
menunjukkan peningkatan risiko kelainan
janin walaupun dijumpai kelainan pada hewan
atau jika penelitian pada manusia tidak
mencukupi, penelitian pada hewan tidak
menunjukkan risiko pada janin. Tetap ada
kemungkinan terjadinya kelainan pada janin
sangat kecil
Penelitian terkontrol pada ibu hamil tdk
mencukupi untuk menunjukkan efek yang
merugikan pada janin sedangkan penelitian
pada hewan menunjukkan resiko pada janin
atau kurangnya penelitian pada hewan
terhadap obat tersebut. Obat kategori C
dapat dibenarkan pemakaiannya pada
kelompok ibu hamil, jika keuntungan
pemakaian obat tersebut lebih besar daripada
efek buruknya terhadap fetus
Obat yang diberikan pada ibu hamil
(trimester I,II,III) pasti menimbulkan efek
buruk terhadap fetus. Obat kategori D
terpaksa diberikan pada ibu hamil untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil, sebab tidak
ada obat lain yang efektif sebagai obat
pengganti
Obat-obat yang diberikan pada kelompok
hewan hamil dan kelompok ibu hamil
(trimester I, II, dan III) pasti menimbulkan
efek buruk terhadap fetus. Kerugian dari
pemakaian obat ini jauh lebih besar dari pada
manfaatnya. Pemakaian obat kategori X tidak
dibenarkan pada ibu hamil atau ibu yang
mungkin hamil ataupun ibu yang diduga
hamil
 Ergotamine → dapat menstimulir kontraksi
uterus dan potensial menyebabkan abortus
 Asetaminofen → tidak menyebabkan
malformasi congential. Pada maternal yang
overdosis parasetamol, infants normal banyak
dilahirkan akan tetapi beberapa infants
mengalami gangguan liver
 Indometasin dapat menyebabkan
menurunkan kontraksi uterus yang dapat
digunakan sebagai tokolitik
 Asetosal mendekati persalinan meningkatkan
resiko perdarahan pada saat persalinan
 Analgesik opioid tidak menyebabkan
malformasi fetus tetapi penyalahgunaan
narkotik selama kehamilan atau penggunaan
pada dekat term mengakibatkan toleransi
fetus dan withdrawal neonatus
 Absorpsi
- Waktu pengosongan lambung dan motilitas
usus menurun shg T Max meningkat.
- Pemberian obat Inhalasi bertambah krn
cardiac output bertambah
- Absprpsi obat IM bertambah karena perpusi
Jaringan bertambah.
 Distribusi
- Cairan bertambah, total cairn tubuh
bertambah hingga 8 L , obat hidrofilik , akan
terdistribusi, Vd meningkat, Cmax menurun.
- Kadar albumin plasma menurun, kadar total
obat terikat plasma menurun.
- Steroid dan hormon plasenta dapat
menggeser ikatan protein obat. Fenitoin kdr
plasmanya hrs selalu dimonitor.
 Metabolisme
- Cytocrom P450 diinduksi oleh Estrogen dan
Progesteron shg metabolisme Fenitoin
meningkat.
- Klirens rimfampisin menurun karena efek
kolestatik dari Estrogen.
 Eliminasi
- Aliran Darah Ginjal meningkat 60 – 80 %
- GFR bertambah 50 %
- Shg obat yang dieksresikan utuh melalui
ginjal eliminasinya meningkat mis penisilin
dan digoksin.
- Meski steady state menurun tapi dosis tak
perlu ditingkatkan.
 Banyak pendapat bahwa semua obat dapat
melalui plasenta
 Tapi tidak selalu dapat menyebabkan cacad
 Berlangsung secara difusi
 Obat lipofilik mdh masuk darah fetal kec
molekul besar
 Obat yang terikat protein tidak dapat melalui
plasenta mis heparin dan insulin
 Pertimbangan selalu untung rugi
 Pertimbangkan ada dua jiwa
 Pilih resiko terendah utk anak tanpa
melupakan untung rugi utk ibu
 Hindari penggunaan beberapa obat sekaligus
 Pilih obat yang paling aman
 Tentukan cara yang paling baik untuk
monitoring terapi, efektivitas dan
keamananya
 Dr ibu yang paling sehat akan dilahirkan anak
yang paling sehat
 Fokuskan pemikiran pada penyebab penyakit,
jgn hanya pada obat saja shg efek samping
dikurangi.
 ASI
- PEMBERIAN SAMPAI USIA 2 THN
- MENGANDUNG ZAT GIZI, VIT, ELEKTROLIT
- DIBUTUHKAN OLEH BAYI
- MANFAAT ASI SERING DISAMPAIKAN KE IBU
- MENGENAI OBAT JARANG
- KEPATUHAN IBU MENYUSUI MINUM OBAT
RENDAH
 MENCEGAH DAN PENGOBATAN PENYAKIT
PADA IBU MENYUSUI MENJADI PENTING
 SERING IBU MENGHENTIKAN ASI KARENA
MINUM OBAT KARENA TAKUT AKAN EFEK
SAMPING OBAT
 HARUS DI JELASKAN KEPADA IBU HAMIL
TENTANG OBAT PILIHAN
 OBAT BARU MELALUI TAHAPAN UJI KLINIK
 TIDAK BERLAKU PADA IBU HAMIL, MENYUSUI
BAYI DAN ANAK
 PADA POPULASI INI HANYA DILAKUKAN PADA
HEWAN
 SEHINGGA MEMILIH OBAT MENJADI
TANGGUNG JAWAB DOKTER
 MENJADI TANGGUNG JAWAB DOKTER
 BERDASARKAN KEBIASAAN
 SEBAIKNYA TIDAK MENGGUNAKAN OBAT
BARU
 JIKA TERPAKSA MENGGUNAKAN CATAT EFEK
SAMPING
 LAPORKAN PADA BADAN YANG BERWENANG
 FAKTOR IBU
 KADAR OBAT DALAM ASI
 IKATAN PROTEIN, METABOLISME, EKSKRESI
 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBAT MASUK
KEDALAM ASI
- ABSORPSI IBU
- METABOLISME IBU
- SAWAR DARAH ASI
 DIFUSI PASIF
 BM KECIL DARI 200 LEBIH MDH DIABSORPSI
 HEPARIN BM BESAR DARI 200 SUKAR
DIABSORPSI
 KELARUTAN DALAM LEMAK
 PH ASI LBH RENDAH DARI PLASMA BTK
IONISASI LBH MUDAH MASUK
 TIDAK TERIKAT DENGAN PROTEIN PLASMA
IBU
 HANYA SEDIKIT OBAT YANG MASUK MELALUI
TRANSPORT AKTIF MISAL CIMETIDIN
 ADA OBAT YANG MSK KE ASI TAPI TDK MSK
DARAH BAYI KRN PECAH DLM SALURAN
CERNA MISAL INSULIN
 TETRASIKLIN DIIKAT OLEH CALSIUM SUSU
SUKAR DIABSORPSI
 LAMBUNG LBH ASAM MAKANAN BERTAHAN
LEBIH LAMA
 KADAR OBAT DALAM DARAH BAYI TIDAK
BERHUBUNGAN DENGAN DARAH IBU DAN ASI
 ORGAN BELUM SEMPURNA
 OBAT YANG BENAR, TIDAK PERLU TAKUT EFEK
SAMPING
 PEMBERIAN OBAT TIDAK PERLU MENGHENTIKAN
ASI
 OBAT BARU SEBAIKNYA TIDAK DIGUNAKAN
 OBAT SSP TIDAK KOMBINASI
 JELASKAN CARA PAKAI, MANFAAT DAN
KEAMANAN
 KEPATUHAN PASIEN
 TERIMAKASIH
DOSEN: Dr. REFDANITA, MSi, Apt
 1. PENDAHULUAN
 2. TERAPI PADA IBU HAMIL
 3. TERAPI PADA IBU MENYUSUI
 4. TERAPI PADA BAYI DAN ANAK
 5. TERAPI PADA ORANG TUA
 6. TERAPI PADA GAGAL HATI
 7. TERAPI PADA GAGAL GINJAL
 8. KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT DAN
PEMILIHAN OBAT
 9. KARDIOVASKULER DAN HIPERLIPIDEMIA
 10. UJI KLINIK
PEMILIHAN OBAT
FARMAKO TERAPETIK
SELEKSI OBAT PADA KEADAAN SAKIT

FARMAKO TERAPI :
PROSES MAJEMUK, TERDIRI DARI
1. PROSES KEFARMASIAN
2. PROSES FARMKOKINETIK
3. PROSES FARMAKODINAMIK
4. PROSES FARMAKO TERAPEUTIK
PROSES TERAPEUTIK

ADALAH :
PENERJEMAHAN EFEK FARMAKOLOGI PADA ORANG
SAKIT, MULAI DARI EFEK OBAT PADA TINGKAT
MOLEKUL/RESEPTOR SAMPAI KE TINGKAT SEL –
JARINGAN – ORGAN – SYSTEM – TUBUH SEUTUHNYA

PROSES TERAPEUTIK :
- EFEK TERAPI
- EFEK SAMPING
PROSES INTELEKTUAL DALAM FARMAKOTERAPI

SASARANNYA :
AGAR FARMAKOTERAPI ITU MENCAPAI EFEK TERAPI YG
DIHARAPKAN MENGHINDARI TERJADINYA EFEK
SAMPING ATAU KEGAGALAN TERAPI

PROSES :
PERTIMBANGAN & ANALISIS PROSES KEFARMASIAN
PENILAIAN KRITIS TERHDAP PROSES FARMAKOKINETIK
PENILAIAN KRITIS PROSES FARMAKODINAMIK
PERTIMBANGAN & ANALISIS DALAM PROSES
FARMAKOTERAPI
PELAKSANAAN (8 LANGKAH)

YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI PENYAKIT


- MENGGABUNGKAN PENGETAHUAN PATOFISIOLOGIS DAN
FARMAKOLOGI OBAT DAN MENERAPKANNYA PADA
PENDERITA YANG SEDANG DIHADAPI
- MEMILIH OBAT & DOSIS YG OPTIMAL UTK SETIAP PENDERITA
- MEMILIH PERTANDA KEBERHASILAN & EFEK SAMPING
PENGOBATAN
- MAMPU MELAKUKAN ANALISIS KRITIS KEPUSTAKAAN UNTUK
DIGUNAKAN PADA TERAPI EMPIRIK
- MENUMBUHKAN DAN MEMELIHARA HUBUNGAN DOKTER –
PENDERITA
PRAKTEK FARMAKOTERPI DEWASA INI

 ADA JURANG YG LEBAR ANTARA KUALITAS DAN


KUANTITAS INFORMASI YG TERSEDIA TTG OBAT DGN
PENGGUNAANNYA YG EFEKTIF, AMAN & HEMAT DLM
PRAKTEK

 PEMILIHAN OBAT DLM PRAKTEK LBH DIDASARKAN PD :


- TRADISI
- ASUMSI
- CONTOH DARI PANUTAN
- INSTRUKSI ATASAN
- DESAKAN PASIEN
- TEKANAN PROMOSI
 DOKTER MENGENALI OBAT BARU MELALUI :

-PERCAKAPAN DENGAN SEJAWAT


-IKLAN
-WIRANIAGA OBAT
-SUMBER LAIN YANG TIDAK ILMIAH ATAU
- BERAT SEBELAH

 LIMA KESALAHAN YANG SERING TERJADI


DALAM FARMAKOTERAPI:
1. MEMBERI OBAT DLM DOSIS YG LBH TINGGI ATAU
LBH SERING DARI DOSIS RDH YG SAMA EFEKTIF &
LEBIH AMAN
2. MENGGUNAKAN OBAT YG LBH TOKSIK, SEMENTARA
TERSEDIA OBAT YG LBH AMAN & SAMA EFEKTIFNYA
3. MEMBERI OBAT YG MANFAATNYA TIDAK ADA ATAU
TIDAK JELAS
4. MEMBERI LBH DARI SATU MACAM OBAT &
MENIMBULKAN INTERAKSI YG BERBAHAYA
5. MEMBERI OBAT YG LBH MAHAL, SEMENTARA
TERSEDIA OBAT YG LBH MURAH YG SAMA
EFEKTIFITAS DAN KEAMANANNYA
Pada Era BPJS ini Pemilihan obat menurut
standar Formularium Nasional
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai