418011
S-1 FARMASI
TELOGOREJO SEMARANG
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu melakukan pencarian jurnal berdasarkan metode pencarian
jurnal terstruktur
b. Mahasiswa mampu mencari pustaka obat terkini yang valid, penting dan
bermanfaat (applicable) dengan benar dari pustaka online menggunakan prinsip-
prinsip evidence based medicine
c. Mahasiswa mampu melakukan analisis kritis atau telaah pustaka
2. LANDASAN TEORI
Praktek EBM itu sendiri banyak juga dicetuskan oleh adanya pertanyaan2
pasien tentang efek pengobatan, kegunaan pemeriksaan penunjang, prognosis
penyakitnya, atau penyebab kelainan yang dideritanya. EBM membutuhkan
ketrampilan khusus, termasuk didalamnya kemampuan untuk melakukan penelusuran
literatur secara efisien dan melakukan telaah kritis terhadap literatur tersebut menurut
aturan-aturan yang telah ditentukan
Kemampuan menelaah secara kritis terhadap suatu artikel dengan tata cara
tertentu sudah dikenal sejak lama, namun EBM memperkenalkan tata cara telaah
kritis menggunakan lembar kerja yang spesifik untuk tiap jenis penelitian (diagnostik,
terapi, prognosis, metaanalisis, pedoman pelayanan medik dll) (Sari Pediatri, 2002)
Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan, melakukan
pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul dari pasien dan karenanya
bisa menemukan informasi yang penting dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau
aspek lainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan
sebagainya. Melalui proses ini diharapkan juga dokter akan memfokuskan topik
bacaannya pada masalah yang terkait dengan masalah pasien. Latihan membuat
pertanyaan klinis yang baik, dan membuat strategi untuk mencari jawabannya dalam
arsip data dimanapun didunia ini akan lebih produktif dan tetap terkait dengan
masalah klinis dari pada sekedar membaca artikel2 dalam suatu jurnal yang dipilih.
(Sari Pediatri, 2002)
Sebagian ahli beranggapan bahwa EBM merubah kebiasaan para dokter untuk
menilai sebuah artikel dari membaca abstraknya saja, menjadi suatu kebiasaan
menelaah secara kritis suatu artikel untuk kepentingan pasien dan dengan sendirinya
memperluas basis pengetahuan dokter tersebut (Bordley DR., 1997)
Banyak pro dan kontra yang timbul dalam penerapan EBM ini, namun
tampaknya pengenalan dan pendalaman EBM merupakan keharusan bagi dokter-
dokter khususnya bagi mereka yang ingin meningkatkan “probabilitas” keberhasilan
pelayanan kedokteran secara profesional. (Sari Pediatri, 2002)
Pada jurnal yang disediaan telah ditelaah dan dapat dilakukan Critical
Analisis. Namun Critical Anlisis yang dapat disimpulkan hanya pada bagian validasi
data dan kesimpulan dikarenakan kurangnya data yang ada pada jurnal. Berikut
adalah Critical analisis yang didapat :
a. Validasi
NAT menggunakan reaksi berantai polimerase reverse transcriptase real-time
(RT-PCR) telah menjadi metode utama untuk mendeteksi SARS-CoV-2. Sebelum
SARS-CoV-2 tersedia genom, deteksi awal SARS-CoV-2 RNA mengandalkan
penggunaan penargetan primer generik CoV yang mungkin tidak spesifik untuk
SARS-CoV-2, dan teknik elektroforesis gel, yang mahal, padat karya, dan hasil yang
rendah. Publikasi genom SARS-CoV-2 pada 10 Januari 2020 (selanjutnya Wuhan-1,
nomor akses GenBank MN908947.3) memungkinkan pengembangan yang cepat dan
peluncuran uji RT-PCR. Beberapa patologi diagnostik penyedia mengembangkan
pengujian RT-PCR berdasarkan set primer in-house, atau menggunakan set primer
dan probe diterbitkan oleh WHO, Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) atau Hong
Kong Universitas
Target gen yang digunakan dalam RT-PCR ini pada awalnya adalah RNA
polimerase yang bergantung pada RNA (RdRp) gen dari urutan ORF1ab, gen E, gen
N dan gen S.30 Di Australia, PHLN Direkomendasikan sejak awal bahwa hasil
skrining positif harus dikonfirmasi oleh skrining sekunder NAT menargetkan gen lain
atau oleh WGS. Ada juga variabilitas dalam analitis kinerja target ini dalam
mendeteksi SARS-CoV-2, dengan beberapa penelitian menunjukkan bahwa gen E
memiliki sensitivitas tertinggi. Namun, gen E tidak spesifik untuk SARSCoV- 2
karena ini adalah target pan-Sarbecovirus dan mungkin ada reaktivitas silang dengan
CoV lain termasuk SARS-CoV. Tidak ada reaktivitas silang dengan manusia yang
biasa bersirkulasi virus corona, dan karena SARS-CoV diperkirakan tidak beredar
saat ini, deteksi gen E umumnya menunjukkan adanya SARS-CoV-2. Kuantitas virus
formal tidak tersedia secara rutin di banyak laboratorium diagnostik, meskipun
ambang batas siklus RT-PCR (Ct) nilai mungkin memberikan beberapa indikasi viral
load.
b. Kesimpulan dari summary
Covell, DG. Uman, CG. Manning, PR. Information needs in office practice: are they
being met? Annals of Internal Medicine 103(4):596-599, Oct 1995.
Sackett, D. Evidence-based Medicine: How to Practice and Teach EBM. 2nd edition.
Churchill Livingtone, 2000.