Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Obat


Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia
(SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.

3.2 Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan


Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis inilah maka
farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi pun ikut berubah.
Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan dipengaruhi oleh dua faktor utama:
1.     Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal
a.       Absorbsi saluran cerna
Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan wanita
tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut akan
menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini akan
mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya
b.      Absorbsi paru
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan aliran
darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi alveolar, sehingga
perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.
c.       Distribusi
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat peningkatan
jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan berakibat peningkatan
aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan peningkatan aliran darah uterus yang
mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam); 80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan
mendarahi myometrium. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak
obat (Cmax) dalam serum.
d.      Pengikatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak diikuti
dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis yang
mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak terikat pada protein
pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada wanita hamil diperkirakan akan
terjadi peningkatan efek obat.
e.       Eliminasi oleh hati
Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan progesteron
yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme hati meningkat mungkin
akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang disebabkan oleh hormon
progesteron; sedangkan pada obat-obatan seperti teofilin dan kafein, eliminasi hati berkurang
sebagai akibat sekunder inhibisi komfetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan
progesterone.
f.       Eliminasi ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang
dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium menunjukkan
peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih rendah.
2.      Efek kompartemen fetal-plasental
Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan antara
kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika obat lebih sukar
mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio konsentrasi janin: ibu akan
menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat dibandingkan setelah terjadi distribusi.
a.       Efek protein pengikat
Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan protein plasma
ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih banyak terikat pada protein
pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat (bebas) adalah yang mampu
melewati sawar plasenta.
b.      Keseimbangan asam-basa
Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran biologis lebih
cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan terionisasi selain itu PH plasma
janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah akan lebih mudah
melewati sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan mengadakan kontak dengan darah
janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat
penurunan konsentrasi obat pada janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini
dikenal sebagai ion trapping.
c.       Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton
Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme obat.
Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati bayi sejak 7
sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang, dan aktivitasnya sangat
rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat menimbulkan efek obat yang lebih panjang
dan lebih menyolok pada janin. Sebagian besar eliminasi obat pada janin dengan cara difusi obat
kembali ke kompartemen ibu. Tetapi kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan
asal-usulnya sehingga kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat
penimbunan metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia kehamilan, makin banyak
obat yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini menunjukkan maturasi ginjal janin.
d.      Keseimbangan Obat Maternal-fetal
Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat yang
bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah berdifusi melalui
plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu dan janin mempunyai arti yang
penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin harus dicapai secepat mungkin, seperti pada
kasus-kasus aritmia atau infeksi janin intrauterin, karena obat diberikan melalui ibunya.

3.3 Pengklasifikasian Obat Ibu hamil


Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau tidak
untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM Amerika Serikat).
FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:
1.      Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin pada
trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester ke dua dan
ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin sangat rendah.
Contoh obat kategori A :
- Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
- Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral dan topikal*,
- Pantothenic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine (vitamin B6),
Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
- Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US
RDA*,
- Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.
2.      Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko
terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem reproduksi binatang
percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan tingkat kesuburan), yang juga
tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trimester 1 dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada
trimester selanjutnya.
Contoh obat kategori B
- Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi
yang diinduksi oleh kehamilan*
- Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
- Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid,
Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*,
- Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin,
Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime,
Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin,
Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone,
Cefuroxime, Cetirizine, Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*,
- Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi yang
diinduksi oleh kehamilan*,
- Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole, Cloxacillin,
Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.
3.      Kategori C
Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin
(teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita maupun
binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh diberikan kepada ibu
hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Contoh obat kategori C
•      Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin, Alclometasone,
Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline, Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline,
Astemizole, Atropin, Bacitracin, Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate,
Benzocaine, Buclizine, Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium
carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade,
Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium polystyrene sulfonate,
Capreomycin, Captopril,
•      Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine,
Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine,
Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin, Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole,
Codeine, Cyanocobalamin, Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone,
Dextromethorphan, Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine,
Fluconazole, Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide,
Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine, Hyoscyamine,
Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole, Ketotifen fumarate, Magaldrate,
Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih banyak lagi.
4.      Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya diberikan bila
manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan terjadi. (terjadi situasi yang
dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).
Contoh obat kategori D
•      Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide,
Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine, Kanamycin, Lorazepam,
Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen,
Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan masih banyak lagi.
5.      Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan janin
(abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada wanita hamil
jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X merupakan kontra indikasi bagi
wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Contoh obat kategori X
•      Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin
disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene, Chorionic gonadotrophin,
Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin,
Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin, Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate,
Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*,
Flurouracil,

3.3.1 Obat yang digunakan pada kehamilan


1.      Preparat Antasid
Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan gangguan
cerna, tetapi bukan ulkus.
Kerja dan efek samping Antasid
Preparat antasid mengurangi keasaman lambung yang :
1. Menetralkan isi lambung
2. Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada sfingter esoffagus bagian distal.
3. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga memperburuk gejalanya atau
memperbesar bahaya terjadinya aspirasi lambung.
Contoh obat preparat antasid : Bisodol,andrews antacid,gaviscon.settlers,algico, infacol.
Interaksi dengan antasid.
Absorbsi kebanyakan obat, termasuk obat-obat kontrapsepsi oral, akan diganggu oleh
antasid dan salut enteriknya akan dirusak. (brucker & Faucher,1997)
Kewaspadaan
-          Penggunaan antasid apapun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pembentukan
batu ginjal.
-          Jika sudah terdapat insufisiensi renal dengan derajat berapapun (seperti pada pre-
eklampsia atau jika ada bukti ISK yang berkali-kali),penggunaan antasid sebaiknya dihindari
karena preparat ini dapat menumpuk dan menyebabakn toksitositas.
-          Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan dapat disertai dengan cacat lahir. (Van
Way,1999)
2.      Obat antagonis Histamin
Fungsinya untuk meminimalkan kerusakan paru yang disebabkan oleh aspirasi isi
lambung.
Kerja dan efek samping antagonis :
- meningkatkan sekresi gastrin.
- mengurangi pengeluaran asam lambung.
- menyebabkan vertigo, somnolen, dan rasa lelah
- menyebabkan mual, kram lambung, konstipasi, diare.
Conth obat : De-Nol, Losec.
Interaksi dengan antagonis H2 :
-          Tidak dapat diserap dengan baik jika diminum dengan antasid, harus berselang 2 jam.
-          Kebiasaan merokok akan mengurangi kesembuhan ulkus dan meningkatkan penguraian
obat-obat antagonis H2.
3.      Obat pencahar (Laksatit)
Fungsinya sebagai obat yang memfalisitasi evakuasi usus. Obat ini diberikan dalam
bentuk preparat oral, enema, atau supositoria.
Efek sampingnya menimbulkan gangguan fungsi normal gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, flora colon, motilitas usus.
Contoh obat pencahar : Fybogel, Normacol, Carbalax, Micolette micro-enema.
Interaksi dengan obat pencahar :
•      Dapat mengikat obat lain dan mineral sehingga mengganggu absorbsi.
•      Pemberian dengan preparat lain harus selang 2 jam, jika tidak akan menimbulkan motilitas
lambung.

3.4 Farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit


a.   Penyakit asma pada kehamilan
Penyakit asma dapat mengenai hingga 10% dari populasi penduduk di negara industri,
yang meliputi 5% ibu hamil.
Penyakit asma ditandai oleh inflamasi,edema, infiltrasi eosinofil dan remodelin bronkiolus.
Obat yang digunakan pada asma
•     Bronkodilator
Agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik (ipratropium), metilsantin
(teofilin).
•     Anti-inflamasi
Kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason, prednisolon), antagonis
reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan).
b.   Gangguan mental
Obat yang digunakan
·        Anti depresan (fluoksetin, paroksetin),
Efek sampingnya yaitu anoreksia, mual, diare, konstipasi, gangguan cerna, kecemasan,
perubahan frekuensi jantung, perdarahan.
·        Antipsikotik (proklorperazin)
Efek sampingnya yaitu kelainan postur dan gerak, produksi prolaktin.
·        Arisiolitik (benzodiazepin)
Efek sampingnya yaitu penurunan tonus otot, pada neonatus dapat menimbulkan sindrom bayi
yang terkulai, depresi pernapasan.
·        Preparat anti mania(senyawa litium, karbamazepin)
Efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare.
c.   Diabetes mellitus
Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi
insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau diet dan pemberian obat-obat
hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus mengkonsumsi 25 gram
karbohidrat pada saat makan.
d.   Epilepsi
Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan keselamatan ibu
dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat menyebabkan hipoksia janin serta asidosis.
Serangan epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada embrio dan mengakibatkan
malformasi.
Obat yang digunakan pada epilepsy
·     Obat antiepilepsi generasi pertama.
-     Karbamazepin
Efek sampingnya yaitu akne, hirsutisme, kerusakan sumsum tulang yang dapat
menimbulkan agranulositosis/ anemia aplatik yang fatal.
-     Natrium valproat
Efek sampingnya yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.
- Fenitoin
Efek sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.
·     Obat antiepilepsi generasi kedua
-     Felbamat
-     Gabapentin
-     Lamotrigin
-     Okskarbazepin
-     Tiagabin
-     Topiramat
-     Vigabatrin

3.5. Prinsip penggunaan obat pada kehamilan


-     Bila mungkin, penanganan tanpa obat harus dicoba dahulu.
-     Umumnya obat-obat lama yang sudah terbukti keamanannya lebih disukai daripada obat-
obat yang baru dipasarkan.
-     Preparat kombinasi sedapat mungkin harus dihindari dan sebaiknya dipilih preparat yang
mengandung sebuah unsur obat saja.
-     Hindari penggunaan obat bebas pada trimester pertama kecuali alasan yang mendesak.
-     Gunakan obat dengan takaran yang paling rendah untuk janhka waktu yang sesingkat
mungkin.
SUMBER

Nastiti, Charoline Ayem,. Septiana, Lita. 2009. Perubahan Farmakokinetika Obat Pada Saat
Kehamilan. https://yosefw.wordpress.com/perubahan-farmakokinetika-obat-pada-saat-
kehamilan/

TD. 2017. Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil Dan Menyusui.


https://mobile.swiperxapp.com/penggunaan-obat-pada-ibu-hamil-dan-menyusui/

Rachman, Aby. 2019. Obat Yang Aman Untuk Ibu Hamil Tanpa Efek Samping.
https://www.sehatq.com/artikel/panduan-konsumsi-obat-saat-hamil

Farmasiana. 28 Juli 2016. Penggunaan Obat Pada Kehamilan.


https://klikfarmasi.net/penggunaan-obat-pada-kehamilan.html

Anda mungkin juga menyukai