Anda di halaman 1dari 29

DISPOSISI OBAT

PADA IBU HAMIL


& MENYUSUI

FARMAKOTERAPI
PROGRAM STUDI FARMASI
STIKES PRIMA INDONESIA
31 OKTOBER 2019
KEHAMILAN…

• Proses fisiologi
• Unit fungsi tak terpisahkan
• Mengalami keluhan dan gangguan kesehatan
• Gejala penyakit
• Menggunakan Obat
• Pengetahuan penggunaan obat yang aman
Pengaruh Obat Pada Janin
TERATOGENESIS
• Teratogen : bahan apa pun yang diberikan pada ibu yang
menyebabkan atau berpengaruh pada malformasi,
kelainan fungsi fisiologis maupun perkembangan jiwa
janin.
• Angka kejadian
Hasil penelitian menyebutkan 2-4% bayi lahir
hidup,menderita cacat bawaan.
• Penyebab : Genetik
Lingkungan : 5% termasuk obat
Efek Teratogenik Obat
• Abnormalitas kromosom
• Gangguan implantasi
• Gangguan embriogenesis
• Konsepsus mati
• Malformasi struktur
• IUGR
• IUFD
• Kerusakan saraf sentral-nervus kranialis
• Abnormalitas mental/retardasi mental
Beberapa Obat
Teratogenik
OBAT EFEK TERATOGENIK
MISOPROSTOL (SEBAGAI MOEBIUS SEKUENS (PARALYSIS NERVUS KRANIAL 6
ABORTIFACIEN) (ABDUCENS) DAN 7 (FACIALIS))
ACE INHIBITOR GAGAL GINJAL BERKEPANJANGAN PADA BAYI,
PENURUNAN OSIFIKASI TEMPURUNG KEPALA,
DISGENESIS TUBULUS RENALIS

DANAZOL DAN OBAT MASKULINISASI PADA JANIN PEREMPUAN


ANDROGENIK LAIN
DIETILSTILBESTROL CA VAGINA DAN DEFEK SISTEM UROGENITAL JANIN

TETRASIKLIN HIPOPLASI ENAMEL DAN PERUBAHAN WARNA GIGI


(DISKOLORASI GIGI), GANGGUAN PERTUMBUHAN
TULANG

THALIDOMID FOKOMELIA
Kategori Keamanan Obat
Pada Kehamillan
Kategori A, B, C, D, X

Kategori A : penelitian yang memadai dengan menggunakan


pembanding tidak menunjukkan peningkatan resiko
abnormalitas terhadap janin

Kategori B : penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti


bahwa obat berbahaya pada janin, tetapi belum ada penelitian
yang memadai dengan menggunakan pembanding pada ibu
hamil. Atau penelitian pada hewan menunjukkan efek yang
tidak dikehendaki, tetapi penelitian yang memadai dengan
menggunakan pembanding pada ibu hamil, tidak menunjukkan
resiko terhadap janin.
Kategori Keamanan Obat
Pada Kehamillan
Kategori C : penelitian pada hewan telah menunjukkan efek
yang tidak dikehendaki terhadap janin, tetapi belum ada
penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding
pada ibu hamil. Atau belum dilakukan penelitian pada hewan
dan tidak ada penelitian yang memadai dengan menggunakan
pembanding pada ibu hamil

Kategori D : terdapat penelitian yang memadai dengan


menggunakan pembanding pada ibu hamil atau pengamatan
menunjukkan resiko pada ibu hamil. Namun harus
dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan resiko
yang dapat ditimbulkan.
Kategori Keamanan Obat
Pada Kehamillan

Kategori X : penelitian yang memadai pada ibu hamil dengan


menggunakan pembanding hewan telah menunjukkan bukti
positif terjadinya abnormalitas janin. Penggunaan obat dengan
kategori ini dkontraindikasikan pada ibu yang sedang hamil
atau akan hamil.
Kategori Obat

OBAT KATEGORI
PARASETAMOL B

ASETOSAL C (D JIKA DIBERIKAN TRIMESTER 3)

KAFEIN B

CTM B

DIMENHIDRINAT B

EFEDRIN C
Penggunaan AB
Pada Ibu Hamil
Penggunaan antibiotika pada kehamilan bisa dengan tujuan
terapi ataupun profilaksis.
Kondisi fisiologik ibu hamil akan sangat menentukan apakah
sebaiknya obat yang diberikan peroral atau parenteral dan dosis
yang diberikan lebih tinggi atau sama dengan ibu yang tidak
hamil.

Mekanisme kerja obat


Mekanisme kerja obat anti infeksi terhadap mikroorganisme
dapat berupa :
• Menghambat sintesa metabolit-metabolit yang esensial,
protein dan asam nukleat.
• Menghambat sintesa dinding sel atau membran plasma.
• Merusak dinding sel atau membran plasma.
Farmakokinetika AB
Pada Kehamilan
• Famakokinetik obat -obat saat hamil jelas tidak sama dengan
tidak hamil, oleh karena adanya perubahan fisiologik pada
saat hamil.
• Perubahan-perubahan farmakokinetik saat hamil antara lain :
Volume darah dan cairan tubuh meningkat sehingga kadar
obat dalam plasma darah akan menurun.
• Kadar protein dalam plasma relatif rendah, akibatnya ikatan
obat dengan protein akan menurun sehingga kadar obat
bebas dalam darah akan meningkat.
Farmakokinetika AB
Pada Kehamilan
• Aliran darah ke ginjal meningkat sehingga filtrasi glumerolus
akan meningkat dan ekskresi obat melalui ginjal juga
meningkat sehingga masa aksi kerja obat dalam tubuh akan
lebih singkat.
• Kadar progesteron saat hamil meningkat, sehingga
metabolisme di hepar akan meningkat pula , hal ini
mengakibatkan kadar obat bebas dalam darah akan menurun.
• Peristaltik menurun sehingga absorpsi melalui usus akan
menurun, dengan demikian kadar obat per oral dalam serum
ibu hamil akan lebih rendah dibanding dengan ibu yang tidak
hamil. Oleh karena itu dosis obat per oral yang diberikan pada
ibu hamil relatif harus lebih tinggi dibanding ibu tidak hamil
untuk mendapatkan dosis terapeutik dalam darah yang sama.
Farmakokinetika Obat
Saat Kehamilan
Absorpsi: Tingginya kadar sirkulasi progesteron memperlambat pengosongan
lambung dan meningkatkan waktu transit usus. Namun penyerapan obat lambat
tidak terjadi, kecuali untuk mendapatkan respon cepat pemberian obat
dilakukan secara parenteral. Peningkatan emesis terlihat karena morning
sickness.
Distribusi: Kehamilan disertai dengan peningkatan air tubuh total hingga 8 liter
dan 30% peningkatan volume plasma, dengan penurunan konsekuen dalam
plasma albumin karena hemodilusi. Hal ini dapat mengubah konsentrasi Vd dan
plasma dari obat yang diberikan.
Metabolisme: Enzim metabolisme obat di hati diinduksi atau dirangsang selama
kehamilan, mungkin ini terjadi karena tingginya tingkat sirkulasi progesteron. Hal
ini menyebabkan degradasi metabolik yang cepat, terutama obat larut lemak.
Ekskresi: Selama kehamilan, aliran plasma ginjal meningkat 100% dan GFR
sebesar 70%. Obat yang yang eliminasinya tergantung pada fungsi ginjal
dieliminasi lebih cepat daripada saat tidak hamil.
Farmakokinetika Obat
Saat Kehamilan
• Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi
peningkatan cairan tubuh misalnya penambahan volume darah sampai 50%
dan curah jantung sampai dengan 30%.
• Pada akhir semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada
akhir kehamilan aliran darah ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700
ml/menit. Peningkatan cairan tubuh tersebut terdistribusi 60 % di plasenta,
janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu.
• Perubahan volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan penurunan
kadar puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang terdistribusi di air
seperti aminoglikosida dan obat dengan volume distribusi yang rendah.
• Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak menimbulkan
efek yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke hepar relatif tidak
berubah. Walau demikian kenaikan kadar estrogen dan progesteron akan
dapat secara kompetitif menginduksi metabolisme obat lain, misalnya
fenitoin atau menginhibisi metabolisme obat lain misalnya teofilin.
Farmakokdinamika Pada
Kehamilan
Ibu Hamil
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan
kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan.
Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak
berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ke
ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil. Contohnya
glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena
peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan
untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh
kehamilan.
Farmakokdinamika Pada
Kehamilan
Janin
Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan
pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang
ditujukan untuk pengobatan janin walaupun mekanismenya masih belum
diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid diberikan untuk merangsang
matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur. Contoh lain adalah
fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme bilirubin
sehingga insidens jaundice ( bayi kuning) akan berkurang. Selain itu
fenobarbital juga dapat menurunkan risiko perdarahan intrakranial bayi kurang
umur. Anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janinnya
yang menderita aritmia jantung.
Disposisi obat semasa
kehamilan
Pengobatan untuk penyakit ringan

Analgesik & antipiretik: Parasetamol aman dalam dosis yang dianjurkan.


Aspirin pada neonatus menurunkan kepadatan trombosit; pada ibu
menyebabkan kehilangan darah intrapartum yang lebih besar.

Mual & muntah: Pengobatan diperlukan hanya untuk gejala parah dan
berkepanjangan. Meclizine dan cyclizine aman. Ada hubungan yang lemah
antara meclizine dan cacat mata bawaan. Prometazin dapat dikaitkan dengan
peningkatan kejadian dislokasi bawaan pinggul. Metoklopramida mungkin
digunakan dalam persalinan dan selama anestesi.

Mulas & pencernaan terganggu: antasida yang tak dapat diserap seperti
aluminium hidroksida atau magnesium trisilikat dapat digunakan. Jika
dikonsumsi pada awal kehamilan, ada peningkatan risiko cacat bawaan.
Sukralfat, penyekat H dan bismuth subsalisilat aman.
Disposisi obat semasa
kehamilan

Sembelit: bagian terbesar obat pencahar mengandung dedak, isapghula atau


metilselulosa yang terbaik untuk sembelit biasa.

Pilek: anthistamin dapat digunakan. Oral dekongestan-fenilefrin &


pseudoefedrin dapat digunakan.

Batuk: Ekspektoran-guafenesin, ipecac, hidrat terpin dapat digunakan.


Antitusif kodein & dekstrometorfan efektif.
Disposisi obat semasa
kehamilan
Kehamilan diperparah penyakit medis

Antikoagulan - Heparin adalah obat pilihan.

Diabetes mellitus: pembatasan Diet dan terapi insulin harus dimulai jika
diperlukan. Hipoglikemik Oral menyebabkan hiperinsulinemia janin dan
karenanya tidak digunakan. Mereka juga meningkatkan malformasi jika
dikonsumsi pada awal kehamilan.

Gangguan tiroid: Untuk tirotoksikosis, Propylthiouracil lebih disukai daripada


Karbimazol, karena kapasitas mengikat proteinya yang lebih besar
memungkinkan berkurangnya pengaruh terhadap janin. Meskipun
Propylthiouracil berkaitan dengan gagal liver pada kehamilan mungkin lebih
dianjurkan pemakaian methimazole. Yodium yang stabil yodium dan radioaktif
secara ketat dikontraindikasi.
Disposisi obat semasa
kehamilan
Antibiotik & bahan antimikroba lainnya: antibiotik beta laktam aman.
Sefalosporin memiliki masa paruh waktu yang singkat dan aman. Aztreonam
juga aman.

Aminoglikosida merupakan ototoksik bagi janin dan harus dihindari. Jika


diperlukan untuk mengobati infeksi sistemik pada ibu, gentamisin atau
tobramisin lebih dianjurkan.

Tuberkulosis - Rifampisin, Isoniazid & Etambutol aman. Etambutol harus


dihindari selama 6 - 8 minggu pertama. Suplemen piridoksin harus diberikan
dengan Isoniazid. Streptomisin adalah ototoksik dan harus dihindari.

Bahan antijamur - nistatin, mikonazol dan klotrimazol digunakan untuk


infeksi monilial.
Disposisi obat semasa
kehamilan
Bahan antivirus-asiklovir untuk herpes primer & mungkin infeksi varicella.
Zidovudine aman.

Antimalaria - kloroquin aman. Quinin dapat digunakan untuk mengobati


malaria yang resisten kloroquin.

Bahan antiparasit - lindane untuk mengobati kudis & kutu. Amoebiasis diobati
dengan metronidazole, diodoquin dan diloxanide. Dosis besar, terapi jangka
pendek harus
dihindari.

Vitamin: dosis besar vitamin K untuk profilaksis terhadap penyakit hemoragik


pada bayi baru lahir dapat menyebabkan hemolisis, sakit kuning dan
hepatotoksisitas. Vitamin A dalam dosis besar bisa menyebabkan malformasi
ginjal, cacat tabung saraf dan hidrosefalus.
ES Obat Pada Janin

• STREPTOMISIN  OTOTOKSIK
• KLORAMFENICOL  GREY BABY SYNDROM
• OPIOID  DEPRESI NAFAS PADA NEONATUS
• ASPIRIN  PENUTUPAN DUKTUS ARTERIOSUS DALAM
KANDUNGAN DAN HIPERTENSI PULMONAL PERSISTEN PADA
NEONATUS
ES Obat Pada Ibu Menyusui

• Efedrin  gangguan tidur pada bayi


• Aspirin  Sindrom Reye pada bayi
• Tetrasiklin  diskolorasi gigi dan hambatan pertumbuhan
tulang pada bayi
• Kafein  bayi iritabel
• Nikotin  menurunkan produksi ASI dan gemetar (jitterness)
pada bayi
Petunjuk Penggunaan Obat
Pada Kehamilan

• Tidak ada obat yang 100% aman untuk ibu hamil

• Obat sebaiknya diresepkan pada kehamilan jika


manfaat pada ibu lebih besar daripada resiko pada
janin

• Hindari pemberian obat pada periode organogenesis


• Hindari makanan dan minuman yang tidak diperlukan
oleh janin dalam pertumbuhannya misalnya merokok,
alkohol, obat sedatif, obat antidiabetik, atau jamu
tradisional yang belum teruji
• Hindari pemberian obat polifarmasi, terutama pada
jangka waktu lama
• Dosis efektif terkecil dalam waktu singkat
• Hindari penggunaan obat baru yang masih sedikit
data
Petunjuk Penggunaan Obat
Pada Ibu Menyusui
• Pertimbangkan manfaat dan resiko pada ibu dan bayi
• Obat yang dapat digunakan pada bayi, umumnya
dapat digunakan pada ibu menyusui
• Pilih cara pemberian obat yang menghasilkan kadar
obat terkecil pada bayi
• Pantau bayi tentang efek samping obat yang terjadi
• Pertimbangkan menghentikan sementara menyusui
• Hindari obat baru yang memiliki sedikit data
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai