Anda di halaman 1dari 12

Nama :Indah Mutia Azzahra

NIM :P01740322071

Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan Tingkat 1B

“Klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan ibu hamil”

A. Masa Kehamilan

Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode


organogenesis sedang berlangsung sehingga resiko terjadi cacat janin lebih
besar, di sisi lain.Mengingat beberapa jenis obat dapat melintasi plasenta,
maka penggunaan obat pada wanita hamil perlu hati-hati. Selama trisemester
pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan resiko
terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trisemester kedua dan ketiga,
obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara
fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.

B. Teratogenetik
Teratogen merupakan zat yang dapat menyebabkan bayi terlahir cacat
karena terjadi kelainan perkembangan janin dalam kandungan. Sifat
teratogenik suatu obat ditentukan oleh berbeagai hal, antara lain adalah cara
kerja, kemampuan obat dalam menembus perisai plasenta, periode kritis
perkembangan janin dan kepekaan spesiesnya.

C. Efek Samping obat Pada Janin


Adanya peningkatan cairan tubuh sehingga terjadi peningkatan
volume darah dan berdampak pada distribusi obat di dalam tubuh.
Penurunan protein plasma sehingga terjadi peningkatan efek obat.
Peningkatan aliran darah di ginjal sehingga mempengaruhi ekskresi obat di
dalam tubuh. Perpindahan obat dari ibu ke janin melalui plasenta dan hal ini
memberikan efek yang bervariasi terhadap janin, mulai dari tidak
menimbulkan efek apapun hingga berefek negative seperti kecacatan atau
gangguan perkembangan janin
D. Kategori Tingkat Keamanan Obat

1. Kategori A

Kategori A berarti bahwa obat tersebut aman untuk janin. Berdasarkan


studi kontrol yang dilakukan pada ibu hamil, penggunaan obat kategori A
tidak menunjukkan adanya risiko gangguan terhadap janin.

 Contoh Obat kategori A

A. Paracetamol

Paracetamol merupakan obat Kategori A yang dapat digunakan untuk


meringankan rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan demam.
Paracetamol bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus untuk menurunkan
suhu tubuh (antipiretik) serta menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat
mengurangi nyeri ringan sampai sedang (analgesik)
B. Asam Folat

Asam folat termasuk dalam kategori B yang sangat penting untuk


dikonsumsi sebelum dan selama kehamilan karena dapat membantu mencegah
cacat lahir pada otak dan saraf bayi.Asam folat adalah bentuk sintetis dari folat
atau vitamin B9. Jumlah asupan asam folat yang direkomendasikan untuk ibu
hamil adalah sekitar 600 mikrogram (mcg) setiap hari. Untuk ibu hamil yang
pernah melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf, asupan asam folat harian perlu
ditingkatkan

C. Vitamin C
Vitamin C termasuk kategori A yang mana Ibu hamil dan janin
memerlukan vitamin C untuk melindungi dan menjaga kesehatan sel tubuh, serta
membentuk kolagen, otot, kulit, dan pembuluh darah, membantu penyerapan zat
besi, Menurunkan risiko terkena diabetes gestasional, Mengurangi risiko terkena
preeclampsia dan Mendukung pertumbuhan janin
2. Kategori B
Kategori B berarti bahwa obat cukup aman untuk janin dengan beberapa
penelitian yang melibatkan hewan percobaan di dapat menimbulkan sedikit efek
samping pada hewan percobaan. Namun, efek samping serupa tidak dialami pada
wanita hamil
 Contoh Obat Kategori B
A. Ampicilin

Ampicillin (Kategori B) adalah obat antibiotik yang digunakan untuk


mengatasi infeksi bakteri pada berbagai bagian tubuh, seperti saluran pernapasan,
saluran pencernaan, saluran kemih, kelamin, telinga, dan jantung. Ampicilin hanya
dapat digunakan dengan resep dokter.
B. Amoxilin

Amoxicilin sebagai antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri dan


mikroorganisme berbahaya dalam tubuh. Oleh karena itulah penggunaan Amoxicilin
harus sesuai dengan resep dokter. Penggunaan Amoxicilin untuk penyakit tertentu
berlangsung hingga 5-7 hari.
C. Metformin
Metformin termasuk Kategori B yang bagi ibu hamil bermanfaat untuk mengatasi
diabetes gestasional dan diabetes melitus tipe 2. Mengonsumsi Metformin saat hamil
dapat membantu menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan respons tubuh
terhadap insulin yang disekresikan secara alami.

3. Kategori C
Kategori C mengindikasikan bahwa obat berisiko menyebabkan gangguan
kehamilan. Oleh karena itu, obat kategori C hanya dianjurkan jika manfaat yang
diperoleh ibu maupun janin lebih besar daripada risiko yang ditimbulkannya.

A. Codeine

Codeine adalah obat ketgori C, yang berfungsi untuk meredakan nyeri


ringan hingga sedang. Obat ini juga bisa digunakan untuk meredakan batuk.
Codeine dapat ditemukan dalam bentuk sediaan tunggal atau dikombinasikan
dengan obat lain
B. Aspirin

Aspirin adalah obat Kategori C yang berfungsi untuk meredakan nyeri,


demam, dan peradangan. Obat yang juga dikenal dengan nama asam asetisalisilat
ini juga digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah sehingga
menurunkan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke pada penderita
penyakit kardiovaskular.

C. Desoximitasone

Desoximetasone adalah obat Kategori C yang berfungsi untuk


meredakan gejala gatal, kemerahan, atau pembengkakan pada kulit yang disebabkan
oleh peradangan. Obat ini biasanya digunakan untuk kondisi peradangan kulit yang
berat, seperti pada psoriasis, eksim, atau alergi. Desoxismetasone termasuk dalam
golongan kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan cara menekan aktivitas sistem
kekebalan tubuh yang berlebihan dan menyebabkan peradangan. Dengan begitu,
gejala yang muncul akibat peradangan juga akan berkurang.

4. Kategori D
obat untuk ibu hamil yang masuk dalam kategori D terbukti dapat menimbulkan
risiko berbahaya pada janin. Oleh karena itu, obat kategori D hanya digunakan pada
kondisi darurat: ketika tidak ada persediaan obat lain yang lebih aman bagi ibu hamil
 Contoh Obat Kategori D
A. Alprazolam

Alprazolam adalah obat Kategori D yang berfungsi untuk penenang untuk mengatasi
gangguan kecemasan dan gangguan panik. Obat ini biasanya digunakan untuk
pengobatan jangka pendek. Alprazolam hanya boleh digunakan sesuai resep dokter.
Alprazolam bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas zat kimia alami GABA (gamma-
aminobutyric acid) di sistem saraf pusat. GABA sendiri memiliki fungsi untuk menekan
aktivitas otak. Dengan begitu, alprazolam dapat menghasilkan efek tenang sehingga
gejala gangguan kecemasan dan gangguan panik dapat mereda.
B. Kanamycin

Kanamycin adalah obat untuk mengatasi infeksi bakteri yang sulit diatasi oleh obat
lain. Beberapa penyakit infeksi yang bisa diobati dengan kanamycin adalah septikemia,
infeksi saluran kemih yang mengalami komplikasi, peritonitis, atau infeksi saluran
pernapasan. Kanamycin termasuk dalam golongan antibiotik aminoglikosida yang
bekerja dengan cara menghambat produksi protein yang dibutuhkan bakteri untuk
berkembang biak. Dengan begitu, pertumbuhan bakteri dapat dihentikan.

C. Tamoxifen
Tamoxifen adalah obat untuk mengobati kanker payudara. Obat ini juga
digunakan untuk menurunkan risiko terjadinya kanker payudara pada wanita yang
memiliki risiko tinggi, misalnya karena adanya riwayat kanker payudara di dalam
keluarga.

5. Kategori X

Obat yang termasuk kategori X tidak direkomendasikan bagi ibu hamil maupun
wanita usia subur. Obat ini terbukti sangat berbahaya bagi janin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa obat kategori X menyebabkan abnormalitas janin. Obat ini juga
dapat meningkatkan risiko gangguan kehamilan berkali-kali lipat

 Contoh Obat Katgori X


A. Atorvastatin

Atorvastatin adalah obat untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan


trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) di dalam darah. Jika
kolesterol dalam darah tetap terjaga dalam kadar normal, risiko terjadinya stroke
dan serangan jantung akan semakin rendah.
B. Methotrexate

Methotrexate adalah obat untuk mengatasi kanker, seperti kanker payudara,


choriocarcinoma, leukemia, kanker tulang, limfoma, atau mycosis fungoides. Selain
itu, obat ini juga bisa digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun, seperti
psoriasis, rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, atau lupus.

C. Warfarin

Warfarin adalah obat pengencer darah yang berfungsi untuk mengatasi dan mencegah
pembentukan gumpalan darah agar tidak semakin membesar dan menyumbat pembuluh
darah.Obat ini diberikan pada pasien yang mengalami deep vein thrombosis (bekuan
darah pada pembuluh darah kaki) dan emboli paru
DAFTAR PUSTAKA

 Amroni, M., 2006, Kapita Selekta Dispensing I Untuk Pelayanan Kefarmasian,


Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
 Aslam, Mohamed, 2003, Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan dan Menyusui,
dalam: Aslam, M., dan Tan, C. K., Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Elex
Media Komputindo, Jakarta.
 Bakri, S., Suhardjono, Jusman, D., 2001, Hipertensi Pada Keadaan Khusus,
dalam: Suyono, Slamet, et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Hal 288.
 Bobak, Irene M, dkk, 2000, Perawatan Maternitas dan Ginekologi, YIA-PKP,
Bandung.
 BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
 Depkes RI, 2004, Formularium Spesialistik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan,
 Depkes RI dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI),
Jakarta. Hal 82.
 Depkes RI, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui,
Depkes RI, Jakarta. Hal 1-2, 7.

Anda mungkin juga menyukai