Kes
1. Oksitosin, baik yang alami maupun sintetik, digunakan dalam praktek kebidanan untuk memicu
kontraksi rahim selama persalinan.
2. Prostaglandin E1 analog, contohnya Dinoprostone yang digunakan dalam praktek kebidanan.
Dinoprostone membantu memicu atau memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.
3. Carboprost tromethamine, yang digunakan untuk menginduksi kontraksi rahim atau mengendalikan
pendarahan postpartum.
1. Misoprostol adalah obat yang digunakan dalam praktek kebidanan, namun penggunaannya harus benar
dan hati-hati. Penggunaan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran
prematur.
2. Ergot alkaloid, seperti ergonovine dan metilergonovine, biasanya tidak disarankan untuk ibu hamil.
Penggunaannya dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, gangguan sirkulasi plasenta, dan
gangguan aliran darah ke janin.
Indikasi Penggunaan Uterotonika
Beberapa manfaat dari penggunaan obat uterotonika selama persalinan dan pasca
persalinan. Obat-obatan ini membantu meningkatkan kontraksi uterus dan mencegah
perdarahan postpartum serta mengatasi masalah persalinan tertentu. Selain itu, obat-
obatan ini juga dapat membantu merangsang pengeluaran plasenta, mencegah infeksi
pada saluran reproduksi, mengurangi rasa sakit, dan membantu produksi ASI pada ibu
menyusui.
Kontraindikasi Penggunaan Uterotonika
Vitamin adalah zat organik esensial yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk menjaga
kesehatan dan fungsi normal tubuh. Tubuh manusia tidak dapat menghasilkan vitamin
sendiri, sehingga vitamin harus diperoleh melalui makanan atau suplemen.
Jenis-jenis Vitamin
Jenis-jenis Vitamin yang baik digunakan
1. Vitamin B9 (asam folat) sangat penting selama kehamilan karena dapat mencegah cacat tabung saraf pada janin
yang sedang berkembang. Suplemen asam folat sering direkomendasikan sebelum dan selama kehamilan, dan
dosisnya biasanya lebih tinggi daripada yang tercukupi dari makanan sehari-hari.
2. Zat besi merupakan nutrisi penting yang diperlukan selama kehamilan untuk mencegah anemia. Jika kadar zat
besi dalam tubuh ibu hamil rendah, suplemen zat besi mungkin dianjurkan.
3. Kalsium penting untuk perkembangan tulang dan gigi yang sehat pada janin. Jika asupan kalsium dari makanan
sehari-hari tidak mencukupi, suplemen kalsium dapat direkomendasikan.
4. Vitamin D membantu penyerapan kalsium dan penting untuk perkembangan tulang dan gigi yang sehat. Jika
asupan vitamin D dari sinar matahari dan makanan tidak mencukupi, dokter dapat merekomendasikan suplemen
vitamin D.
1. Hipervitaminosis:
2. Alergi atau intoleransi:
3. Gangguan hati atau ginjal:
4. Interaksi dengan obat:
5. Kehamilan dengan risiko tinggi:
04 Antikonvulsan
Pengertian
1. Valproat (asam valproat): Penggunaan valproat selama kehamilan berisiko menyebabkan kelainan perkembangan pada
janin, terutama pada sistem saraf, jantung, dan wajah.
2. Fenitoin: Fenitoin dapat meningkatkan risiko kelainan pada janin, termasuk kelainan wajah dan jantung. Diskusikan
penggunaannya dengan dokter dan pertimbangkan alternatif antikonvulsan.
3. Trimetadiona: Trimetadiona memiliki risiko teratogenik yang signifikan dan dapat menyebabkan kelainan
perkembangan pada janin saat digunakan selama kehamilan
Indikasi Penggunaan Antikonvulsan
1. Preeklampsia dan eklampsia: Antikonvulsan digunakan untuk mencegah atau mengurangi kejang pada
pasien dengan hipertensi pada kehamilan, proteinuria, dan gejala lainnya.
2. Epilepsi: Antikonvulsan digunakan untuk mencegah kejang pada pasien dengan epilepsi, yang ditandai
dengan serangan kejang berulang akibat gangguan aktivitas listrik otak.
3. Trauma kepala: Antikonvulsan dapat diberikan pada pasien dengan trauma kepala untuk mencegah
komplikasi yang lebih serius.
4. Infeksi sistem saraf: Antikonvulsan dapat diberikan pada pasien dengan infeksi sistem saraf seperti
meningitis atau ensefalitis yang mengalami kejang.
5. Sindrom ovarium polikistik: Antikonvulsan seperti metformin dapat digunakan untuk mengatur kadar
gula darah dan mencegah resistensi insulin pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik.
Kontraindikasi Penggunaan Antikonvulsan
Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan demam atau suhu tubuh
yang tinggi. Pada praktek kebidanan, antipiretik sering digunakan untuk mengobati
demam pada ibu hamil atau pasien setelah melahirkan
Jenis-jenis Antipiretik
Jenis-jenis Antipiretik yang baik digunakan
1. Parasetamol (asetaminofen): Parasetamol adalah antipiretik yang aman untuk ibu hamil. Dalam dosis yang
benar, parasetamol membantu menurunkan suhu tubuh tanpa efek negatif pada ibu hamil atau janin.
2. Ibuprofen (trimester pertama): Ibuprofen dapat digunakan dalam trimester pertama kehamilan dalam
kondisi-kondisi tertentu, namun hanya dengan pengawasan dokter dan dosis yang direkomendasikan.
1. Mengurangi demam
2. Mengurangi nyeri
3. Mengatasi inflamasi:
4. Mengurangi risiko kejang:
Kontraindikasi Penggunaan Antipiretik
1. Alergi.
2. Gangguan fungsi hati.
3. Gangguan ginjal.
4. Interaksi obat: Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi antipiretik
untuk memastikan tidak ada interaksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi.
5. Trimester pertama: Hindari penggunaan antipiretik kecuali atas anjuran dokter pada
trimester pertama kehamilan.
6. Overdosis: Pastikan mengikuti dosis yang dianjurkan oleh dokter untuk
menghindari overdosis yang berpotensi merusak hati atau ginjal ibu hamil dan janin.
07 Antihistamin
Pengertian
Antihistamin adalah obat yang mengatasi reaksi alergi dengan menghambat aksi
histamin. Pada kehamilan, antihistamin dapat digunakan untuk meredakan gejala alergi
seperti gatal-gatal, ruam, hidung tersumbat, atau bersin-bersin.
Jenis-jenis Antihistamin
Jenis-jenis Antihistamin yang baik digunakan
1. Klorfeniramin: Antihistamin ini sering digunakan dan aman pada trimester pertama kehamilan tanpa
peningkatan risiko kelainan kongenital.
2. Loratadin: Antihistamin generasi kedua ini direkomendasikan dan aman selama kehamilan, tidak
meningkatkan risiko kelainan kongenital atau komplikasi pada janin.
3. Cetirizine: Antihistamin generasi kedua ini juga dianggap aman selama kehamilan, tanpa peningkatan
risiko kelainan kongenital atau komplikasi pada janin.
1. Diphenhydramine: Antihistamin ini umumnya aman digunakan selama kehamilan dalam dosis yang
direkomendasikan, tetapi penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat meningkatkan risiko kelahiran
prematur.
2. Clemastine: Data tentang penggunaan clemastine selama kehamilan terbatas, dan dapat menembus sawar
plasenta dengan potensi efek samping pada janin.
3. Astemizole dan terfenadine: Obat-obatan ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena adanya
laporan tentang risiko aritmia jantung yang berpotensi fatal.
Indikasi Penggunaan Antihistamin
1. Mengatasi alergi
2. Mencegah mual akibat anestesi
3. Meredakan morning sickness
4. Mengatasi urtikaria.
5. Meredakan sinusitis