Anda di halaman 1dari 36

Dosen pengampu : St. Munawwarah, S.ST., M.

Kes

Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan

OBAT-OBATAN DAN CAIRAN YANG


DIGUNAKAN DALAM PRAKTEK
KEBIDANAN
NAMA KELOMPOK 5

ANISA FADIA 202202163


BERLIANA 202202169
FADHILLA MUTHIASARI 202202174
HASRINA DEWI 202202178
NURHASIA 202202198
RESKI AMELIA 202202202
WINDA SOFIRA OHOITENAN 202202208
01 Uterotonika
Pengertian

Uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus,


penting untuk membantu proses persalinan dengan mendorong
bayi keluar dan mengurangi risiko perdarahan setelah persalinan.
Jenis-jenis Uterotonika

Jenis-jenis Uterotonika yang baik digunakan

1. Oksitosin, baik yang alami maupun sintetik, digunakan dalam praktek kebidanan untuk memicu
kontraksi rahim selama persalinan.
2. Prostaglandin E1 analog, contohnya Dinoprostone yang digunakan dalam praktek kebidanan.
Dinoprostone membantu memicu atau memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.
3. Carboprost tromethamine, yang digunakan untuk menginduksi kontraksi rahim atau mengendalikan
pendarahan postpartum.

Jenis-jenis Uterotonika yang tidak baik digunakan

1. Misoprostol adalah obat yang digunakan dalam praktek kebidanan, namun penggunaannya harus benar
dan hati-hati. Penggunaan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran
prematur.
2. Ergot alkaloid, seperti ergonovine dan metilergonovine, biasanya tidak disarankan untuk ibu hamil.
Penggunaannya dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, gangguan sirkulasi plasenta, dan
gangguan aliran darah ke janin.
Indikasi Penggunaan Uterotonika

Beberapa manfaat dari penggunaan obat uterotonika selama persalinan dan pasca
persalinan. Obat-obatan ini membantu meningkatkan kontraksi uterus dan mencegah
perdarahan postpartum serta mengatasi masalah persalinan tertentu. Selain itu, obat-
obatan ini juga dapat membantu merangsang pengeluaran plasenta, mencegah infeksi
pada saluran reproduksi, mengurangi rasa sakit, dan membantu produksi ASI pada ibu
menyusui.
Kontraindikasi Penggunaan Uterotonika

Kontraindikasi penggunaan uterotonika dalam praktek kebidanan meliputi alergi terhadap


uterotonika atau bahan-bahan tertentu dalam obat tersebut, kelainan pada jaringan uterus,
janin, atau plasenta, hipertensi berat atau preeklampsia, gangguan jantung atau pembuluh
darah, asma atau penyakit paru kronis, kelainan pada hati atau ginjal, kelainan pada sistem
saraf, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Ini disebabkan penggunaan uterotonika dapat
menyebabkan risiko kesehatan yang lebih besar daripada manfaatnya dalam kondisi-kondisi
tersebut.
02 Analgesik
Pengertian
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit. Dalam praktek kebidanan, analgesik dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit selama persalinan atau setelah persalinan, baik melalui penggunaan obat oral,
suntikan, maupun infus. Tujuan penggunaan analgesik adalah untuk membantu
mengurangi rasa sakit ibu selama proses persalinan sehingga ibu dapat mengalami
proses persalinan yang lebih nyaman. Penggunaan analgesik dapat memberikan
manfaat psikologis bagi ibu, seperti rasa aman dan nyaman selama persalinan.
Jenis-jenis Analgesik
Jenis-jenis Analgesik yang baik digunakan
1. Paracetamol adalah obat pereda nyeri yang umum digunakan dan dianggap aman selama kehamilan jika digunakan dalam
dosis yang tepat.
2. Opioid yang dipreskripsi seperti kodein atau tramadol dapat diresepkan oleh dokter dalam situasi di mana nyeri lebih
parah.
3. NSAID seperti ibuprofen dan naproxen umumnya dihindari selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga, karena dapat
meningkatkan risiko komplikasi pada janin. Namun, dalam situasi tertentu dan pada trimester pertama, NSAID mungkin
dapat digunakan dengan hati-hati di bawah pengawasan medis.

Jenis-jenis Analgesik yang tidak baik digunakan


1. NSAID seperti ibuprofen, naproxen, dan aspirin sebaiknya dihindari selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga.
Penggunaannya pada trimester akhir dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti gangguan sirkulasi plasenta dan masalah
pada janin.
2. Opioid kuat analgesik seperti oksikodon, morfin, dan fentanil sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan karena dapat
memberikan risiko potensial pada janin. Penggunaan opioid harus dibatasi dan dilakukan dengan pengawasan ketat oleh
profesional kesehatan.
3. Penggunaan aspirin dalam dosis tinggi pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko pendarahan dan komplikasi. Oleh karena
itu, penggunaan aspirin perlu dibatasi dan harus digunakan dengan hati-hati sesuai petunjuk dokter.
Indikasi Penggunaan Analgesik
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit. Dalam praktek kebidanan, analgesik dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit selama persalinan atau setelah persalinan, baik melalui penggunaan obat oral,
suntikan, maupun infus. Tujuan penggunaan analgesik adalah untuk membantu
mengurangi rasa sakit ibu selama proses persalinan sehingga ibu dapat mengalami
proses persalinan yang lebih nyaman. Penggunaan analgesik dapat memberikan
manfaat psikologis bagi ibu, seperti rasa aman dan nyaman selama persalinan.
Kontraindikasi Penggunaan Analgesik

1. Alergi atau reaksi hipersensitivitas terhadap obat tertentu.


2. Kondisi medis yang membutuhkan penanganan khusus, seperti gangguan pernapasan
atau gagal jantung.
3. Kehamilan dengan risiko tinggi, terutama pada trimester pertama.
4. Persalinan prematur atau risiko keguguran.
5. Penggunaan obat terlarang atau alkohol sebelumnya.
03 Vitamin
Pengertian

Vitamin adalah zat organik esensial yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk menjaga
kesehatan dan fungsi normal tubuh. Tubuh manusia tidak dapat menghasilkan vitamin
sendiri, sehingga vitamin harus diperoleh melalui makanan atau suplemen.
Jenis-jenis Vitamin
Jenis-jenis Vitamin yang baik digunakan
1. Vitamin B9 (asam folat) sangat penting selama kehamilan karena dapat mencegah cacat tabung saraf pada janin
yang sedang berkembang. Suplemen asam folat sering direkomendasikan sebelum dan selama kehamilan, dan
dosisnya biasanya lebih tinggi daripada yang tercukupi dari makanan sehari-hari.
2. Zat besi merupakan nutrisi penting yang diperlukan selama kehamilan untuk mencegah anemia. Jika kadar zat
besi dalam tubuh ibu hamil rendah, suplemen zat besi mungkin dianjurkan.
3. Kalsium penting untuk perkembangan tulang dan gigi yang sehat pada janin. Jika asupan kalsium dari makanan
sehari-hari tidak mencukupi, suplemen kalsium dapat direkomendasikan.
4. Vitamin D membantu penyerapan kalsium dan penting untuk perkembangan tulang dan gigi yang sehat. Jika
asupan vitamin D dari sinar matahari dan makanan tidak mencukupi, dokter dapat merekomendasikan suplemen
vitamin D.

Jenis-jenis Vitamin yang tidak baik digunakan


1. Konsumsi vitamin A dalam dosis tinggi, terutama retinol, dapat meningkatkan risiko kelainan perkembangan
pada janin. Oleh karena itu, suplemen vitamin A dosis tinggi harus dihindari selama kehamilan kecuali
direkomendasikan oleh dokter.
2. Meskipun vitamin E penting untuk kesehatan tubuh, konsumsi vitamin E dalam dosis tinggi selama kehamilan
dapat meningkatkan risiko perdarahan dan komplikasi.
Indikasi Penggunaan Vitamin
Suplemen vitamin yang tepat dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil, menjaga
keseimbangan gizi, dan mencegah kekurangan vitamin yang dapat menyebabkan
komplikasi selama kehamilan.Vitamin seperti asam folat dan vitamin B12 penting
dalam mencegah cacat lahir pada janin, terutama pada awal kehamilan.Pemberian
vitamin yang cukup mendukung kesehatan janin, termasuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.Beberapa suplemen vitamin dapat meningkatkan produksi
ASI pada ibu menyusui.Suplemen vitamin tertentu dapat membantu pemulihan tubuh
ibu setelah persalinan, meningkatkan produksi ASI, dan mencegah anemia pasca
persalinan.
Kontraindikasi Penggunaan Analgesik

1. Hipervitaminosis:
2. Alergi atau intoleransi:
3. Gangguan hati atau ginjal:
4. Interaksi dengan obat:
5. Kehamilan dengan risiko tinggi:
04 Antikonvulsan
Pengertian

Antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi


kejang pada pasien. Dalam praktek kebidanan, antikonvulsan sering digunakan
pada wanita hamil yang memiliki risiko tinggi mengalami kejang, seperti pada
kasus preeklampsia atau eklampsia.
Jenis-jenis Antikonvulsan
Jenis-jenis Vitamin yang baik digunakan
1. Lamotrigin: Lamotrigin adalah antikonvulsan yang sering diresepkan untuk wanita hamil. Studi telah menunjukkan bahwa risiko
kelainan kongenital yang terkait dengan penggunaan lamotrigin selama kehamilan umumnya rendah
2. Keppra (Levetirasetam): Keppra atau levetirasetam adalah antikonvulsan lain yang sering direkomendasikan selama kehamilan.
Studi telah menunjukkan bahwa penggunaan levetirasetam tidak terkait dengan peningkatan risiko kelainan kongenital.
3. Karbamazepin: Karbamazepin telah lama digunakan sebagai antikonvulsan dan telah banyak dipelajari selama kehamilan. Pada dosis
yang tepat dan dengan pengawasan medis yang tepat, karbamazepin dapat digunakan dengan aman .

Jenis-jenis Vitamin yang tidak baik digunakan

1. Valproat (asam valproat): Penggunaan valproat selama kehamilan berisiko menyebabkan kelainan perkembangan pada
janin, terutama pada sistem saraf, jantung, dan wajah.
2. Fenitoin: Fenitoin dapat meningkatkan risiko kelainan pada janin, termasuk kelainan wajah dan jantung. Diskusikan
penggunaannya dengan dokter dan pertimbangkan alternatif antikonvulsan.
3. Trimetadiona: Trimetadiona memiliki risiko teratogenik yang signifikan dan dapat menyebabkan kelainan
perkembangan pada janin saat digunakan selama kehamilan
Indikasi Penggunaan Antikonvulsan
1. Preeklampsia dan eklampsia: Antikonvulsan digunakan untuk mencegah atau mengurangi kejang pada
pasien dengan hipertensi pada kehamilan, proteinuria, dan gejala lainnya.
2. Epilepsi: Antikonvulsan digunakan untuk mencegah kejang pada pasien dengan epilepsi, yang ditandai
dengan serangan kejang berulang akibat gangguan aktivitas listrik otak.
3. Trauma kepala: Antikonvulsan dapat diberikan pada pasien dengan trauma kepala untuk mencegah
komplikasi yang lebih serius.
4. Infeksi sistem saraf: Antikonvulsan dapat diberikan pada pasien dengan infeksi sistem saraf seperti
meningitis atau ensefalitis yang mengalami kejang.
5. Sindrom ovarium polikistik: Antikonvulsan seperti metformin dapat digunakan untuk mengatur kadar
gula darah dan mencegah resistensi insulin pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik.
Kontraindikasi Penggunaan Antikonvulsan

1. Hipersensitivitas: Hindari penggunaan antikonvulsan jika Anda memiliki alergi atau


hipersensitivitas terhadap komponennya.
2. Gangguan hati: Jika Anda memiliki gangguan fungsi hati atau penyakit hati, hindari penggunaan
antikonvulsan karena dapat memperburuk kondisi hati.
3. Gangguan ginjal: Jika Anda memiliki gangguan fungsi ginjal atau penyakit ginjal, hindari
penggunaan antikonvulsan karena dapat memperburuk kondisi ginjal.
4. Interaksi obat: Antikonvulsan dapat berinteraksi dengan obat lain yang sedang Anda konsumsi.
Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan antikonvulsan untuk menghindari risiko
interaksi obat yang berbahaya.
5. Kehamilan: Beberapa antikonvulsan berisiko pada janin dan sebaiknya dihindari selama
kehamilan, seperti fenobarbital dan valproat. Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan
antikonvulsan pada ibu hamil dapat dipertimbangkan untuk mencegah komplikasi pada ibu dan
janinnya.
05 Antibiotik
Pengertian

Antibiotik adalah obat untuk mengobati infeksi bakteri pada


kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Mereka bekerja
dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi.
Jenis-jenis Antibiotik
Jenis-jenis Antibiotik yang baik digunakan
1. Amoksisilin: Tidak meningkatkan risiko cacat lahir atau komplikasi pada janin.
2. Penisilin: Beberapa jenis penisilin dianggap aman untuk digunakan pada ibu hamil.
3. Cefalosporin generasi pertama: Misalnya cefazolin, cephalexin, dan cefadroxil, sering digunakan
selama kehamilan dan dianggap aman.
4. Eritromisin: Dapat direkomendasikan jika ibu hamil memiliki alergi terhadap antibiotik beta-laktam.
Dianggap relatif aman selama kehamilan.

Jenis-jenis Antibiotik yang tidak baik digunakan


1. Tetrasiklin: Hindari penggunaan selama kehamilan karena dapat mempengaruhi perkembangan gigi dan tulang
janin.
2. Siprofloksasin: Termasuk dalam kelompok antibiotik fluoroquinolone yang berisiko terhadap perkembangan
tulang janin dan sendi.
3. Nitrofurantoin: Gunakan dengan hati-hati pada trimester akhir kehamilan, karena penggunaan jangka panjang
atau pada trimester awal dapat meningkatkan risiko anemia pada janin.
4. Streptomisin: Hindari penggunaan selama kehamilan kecuali dalam situasi yang memerlukan pengobatan
mendesak, karena dapat memiliki efek ototoksik pada janin.
Indikasi Penggunaan Antibiotik

1. Infeksi saluran kemih: Antibiotik digunakan untuk mengobati dan mencegah


komplikasi infeksi saluran kemih selama kehamilan.
2. Infeksi rahim: Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi rahim setelah
persalinan atau abortus dan mencegah komplikasi infertilitas atau infeksi organ
panggul.
3. Infeksi payudara: Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi payudara pada ibu
menyusui dan mencegah abses payudara.
4. Infeksi pada bayi baru lahir: Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi pada
bayi baru lahir, seperti sepsis neonatorum dan meningitis bakterial.
5. Pencegahan infeksi: Antibiotik diberikan sebelum atau setelah operasi caesar atau
episiotomi untuk mencegah infeksi.
Kontraindikasi Penggunaan Antibiotik
1. Alergi antibiotik: Hindari antibiotik yang memicu alergi pada pasien untuk
menghindari reaksi alergi serius.
2. Gangguan hati atau ginjal: Sesuaikan dosis antibiotik pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau ginjal untuk mengurangi risiko efek samping yang
berbahaya.
3. Interaksi obat: Perhatikan kemungkinan interaksi obat saat menggunakan
antibiotik bersama dengan obat lain, seperti menghindari kombinasi yang dapat
mempengaruhi jantung.
4. Kehamilan: Pertimbangkan manfaat dan risiko antibiotik pada wanita hamil
sebelum meresepkannya, karena beberapa antibiotik dapat berdampak negatif pada
janin.
5. Kelainan darah: Berhati-hatilah saat memberikan antibiotik kepada pasien dengan
riwayat kelainan darah dan sesuaikan dosis yang diperlukan.
06 Antipiretik
Pengertian

Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan demam atau suhu tubuh
yang tinggi. Pada praktek kebidanan, antipiretik sering digunakan untuk mengobati
demam pada ibu hamil atau pasien setelah melahirkan
Jenis-jenis Antipiretik
Jenis-jenis Antipiretik yang baik digunakan
1. Parasetamol (asetaminofen): Parasetamol adalah antipiretik yang aman untuk ibu hamil. Dalam dosis yang
benar, parasetamol membantu menurunkan suhu tubuh tanpa efek negatif pada ibu hamil atau janin.
2. Ibuprofen (trimester pertama): Ibuprofen dapat digunakan dalam trimester pertama kehamilan dalam
kondisi-kondisi tertentu, namun hanya dengan pengawasan dokter dan dosis yang direkomendasikan.

Jenis-jenis Antipiretik yang tidak baik digunakan


1. Ibuprofen (trimester kedua dan ketiga): Hindari penggunaan ibuprofen pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Penggunaan ibuprofen pada trimester terakhir dapat meningkatkan risiko komplikasi pada janin.
2. Aspirin: Hindari penggunaan aspirin selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga, karena dapat
meningkatkan risiko perdarahan pada ibu dan janin.
3. NSAID lainnya: Hindari penggunaan NSAID lainnya seperti naproksen atau diklofenak selama kehamilan,
terutama pada trimester ketiga, karena dapat menyebabkan komplikasi pada janin.
Indikasi Penggunaan Antipiretik

1. Mengurangi demam
2. Mengurangi nyeri
3. Mengatasi inflamasi:
4. Mengurangi risiko kejang:
Kontraindikasi Penggunaan Antipiretik
1. Alergi.
2. Gangguan fungsi hati.
3. Gangguan ginjal.
4. Interaksi obat: Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi antipiretik
untuk memastikan tidak ada interaksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi.
5. Trimester pertama: Hindari penggunaan antipiretik kecuali atas anjuran dokter pada
trimester pertama kehamilan.
6. Overdosis: Pastikan mengikuti dosis yang dianjurkan oleh dokter untuk
menghindari overdosis yang berpotensi merusak hati atau ginjal ibu hamil dan janin.
07 Antihistamin
Pengertian

Antihistamin adalah obat yang mengatasi reaksi alergi dengan menghambat aksi
histamin. Pada kehamilan, antihistamin dapat digunakan untuk meredakan gejala alergi
seperti gatal-gatal, ruam, hidung tersumbat, atau bersin-bersin.
Jenis-jenis Antihistamin
Jenis-jenis Antihistamin yang baik digunakan
1. Klorfeniramin: Antihistamin ini sering digunakan dan aman pada trimester pertama kehamilan tanpa
peningkatan risiko kelainan kongenital.
2. Loratadin: Antihistamin generasi kedua ini direkomendasikan dan aman selama kehamilan, tidak
meningkatkan risiko kelainan kongenital atau komplikasi pada janin.
3. Cetirizine: Antihistamin generasi kedua ini juga dianggap aman selama kehamilan, tanpa peningkatan
risiko kelainan kongenital atau komplikasi pada janin.

Jenis-jenis Antihistamin yang tidak baik digunakan

1. Diphenhydramine: Antihistamin ini umumnya aman digunakan selama kehamilan dalam dosis yang
direkomendasikan, tetapi penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat meningkatkan risiko kelahiran
prematur.
2. Clemastine: Data tentang penggunaan clemastine selama kehamilan terbatas, dan dapat menembus sawar
plasenta dengan potensi efek samping pada janin.
3. Astemizole dan terfenadine: Obat-obatan ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena adanya
laporan tentang risiko aritmia jantung yang berpotensi fatal.
Indikasi Penggunaan Antihistamin
1. Mengatasi alergi
2. Mencegah mual akibat anestesi
3. Meredakan morning sickness
4. Mengatasi urtikaria.
5. Meredakan sinusitis

Kontraindikasi Penggunaan Antihistamin


1. Hipersensitivitas.
2. Penyakit ginjal atau hati
3. Gangguan jantung
4. Pengaruh kantuk
5. Interaksi dengan obat lain
Terima kasih
"Jangan takut untuk gagal. Kegagalan adalah bagian dari proses untuk mencapai
kesuksesan."

Anda mungkin juga menyukai