Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR

& SEMI PADAT

“CREAM”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

Drs. Widodo Priyanto, MM, Apt.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5 :

Pratama Cristian M (22165036A)


Aisya Romadhon (22165031A)
Kinari (22165032A)
Adinda Verdiany L (22165033A)
Sri Rahayu (22165035A)

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2019
A. JUDUL PRAKTIKUM : KRIM

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu membuat dan melakukan pengujian terhadap sediaan krim, yang
meliputi daya sebar, daya proteksi, daya melekat dan viskositas.
C. DASAR TEORI

Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air
(m/a) (Budiasih, 2008).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formularium Nasional,
krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%
dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam
minyak (a/m) atau minyak dalam air (m/a) Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat
luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui
mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar
adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan
lainnya (Rowe, 2009).

Kualitas dasar krim, yaitu stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas
dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar. Lunak, yaitu
semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Mudah dipakai,
umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada
penggunaan (Anief, 1994).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu (Anief, 1994):

 Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak


Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari
butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
 Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Kelebihan sediaan krim, yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan atau
dicuci, cara kerja berlangsung pada jaringan setempat, tidak lengket terutama tipe m/a,
memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m, digunakan sebagai kosmetik, bahan untuk
pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun. Sedangkan kekurangan sediaan
krim, yaitu susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas. Mudah kering dan mudah rusak
khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu
dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan (Sumardjo,
Damin, 2006)

Formula dasar krim, antara lain terdiri dari fase minyak dan fase air. Fase minyak, yaitu
bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya. Sedangkan fase air, yaitu bahan
obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin,
Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol,
polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya). Bahan-bahan penyusun krim, antara lain, zat
berkhasiat, fase minyak, fase air, pengemulsi, bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi yang
digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat
/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum,
setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan.
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben
(nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan,
untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Sumardjo, Damin,
2006).

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di
penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen
yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan
berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara
konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak.
Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus
sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak,
maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase
cair (Rowe, 2009).

Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus
berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an
spesifikasi yang telah ada. Evaluasi Organoleptis, evalusai organoleptis menggunakan panca indra,
mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden
(dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item),
menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan
analisa statistik. Evaluasi pH, evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan
60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan
diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada
alat pH meter. Evaluasi daya sebar, dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri
rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,
saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ). Evaluasi penentuan ukuran
droplet, untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan
cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya. Uji aseptabilitas sediaan, dilakukan pada
kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan
dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data
tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut,
lembut, sangat lembut (Ansel,1989).

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di
penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen
yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan
berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara
konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak.
Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus
sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak,
maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase
cair (Munson, 1991).

D. ALAT DAN BAHAN


 ALAT :
- Kaca arloji
- Pot salep
- Timbangan analitik
- Pipet tetes
- Mortir& stamper
- Sudip
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Kertas saring
- Objek glass
- Alat uji daya lekat
- Viskotester
 BAHAN :
- Lanolin
- Cetylaikol
- Parafin liquid
- Acidi stearinic
- Kalii hidrosidi
- Propilen glikol
- Aquadest
- Chlorampenicol

E. CARA KERJA
a.) Pembuatan Formulasi Cream

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Menimbang parafin liquid 1,1 gram kedalam cawan

Menimbang lanolin 0,4 gram dan cetylaikol 0,2 gram masukkan kedalam cawan
yang berisi parafin liquid dan panaskan diatas waterbath sampai larut

Menimbang propilen glikol 1 gram masukkan kedalam cawan lain dan tambahkan
air hangat dan diamkan sampai larut.
Hasil leburan parafn liquid, lanolin dan cetylakoiol di masukkan kedalam mortir
ditambah kalii hydroksida 0,1 gram dan rendaman propilenglikol aduk dan
tambahkan air panas sedikit demi sedkit

Menimbang Chlorampenicol 0,4 gram masukkan kedalam mortir aduk ad homogen


sampai menjadi krim.

b.) Uji Homogenitas Cream

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mengoleskan sedikit cream diatas objek glass

Kemudian mengambil objek glass lain lalu di geser sehingga sediaan cream rata
menyebar

Mengamati apakah sediaan cream menunjukkan suasana homogen

c.) Uji Daya Menyebar Cream

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Menimbang cream 0,5 gram, lalu letakkan ditengah kaca bulat

Menimbang dahulu salah satu kaca, kemudian meletakkan kaca tersebut diatas
masa cream dan biarkan selama 1 menit
Mengukur berapa diameter cream yang menyebar dengan menggunakan penggaris

Menambahkan beban 50 gram diatas kaca,lalu diamkan selama 1 menit dan catatlah
cream yang menyebar seperti sebelumnya

Meneruskan dengan ditambah beban 50 gram dan mencatat cream yang menyebar
seperti sebelumnya

Mengulangi sebanyak 3kali dengan perlakuan yang sama

Memembuat grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar

d.) Uji Daya Lekat Cream

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Meletakkan cream 0,5gram diatas objek glass yang ada pada alat

Meletakkan objek glass yang lain diatas salep tersebut, kemudian menekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit

Memasang objek glass pada alat uji

Melepaskan beban seberat 80 gram dan catat waktunya hingga kedua objek glass
tersebut terlepas

Mengulangi sebanyak 3kali dengan perlakuan yang sama


e.) Uji Kemampuan Proteksi Cream
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mengambil sepotong kertas saring lalu dibasahi dengan larutan PP,lalu keringkan

Setelah kering, oleskan sediaan salep keatas kertas yang telah di basahi
denganlarutan PP (seperti mengoleskan kekulit)

Menambahkan beban 50 gram diatas kaca,lalu diamkan selama 1 menit dan catatlah
cream yang menyebar seperti sebelumnya

Kemudian mengambil kertas saring lainnya lalu melelehkan parafin padat


kemudian membuat bingkat dengan luas (2,5 x 2,5 cm)

Lalu menempelkan kertas yang telah dibuat bingkai diatas kertas yang ada sediaan
cream

Kemudian mentetesi areal bingkai tadi dengan sedikit larutan KOH 0,1N

Mengamati kertas yang ditetesi dengan KOH pada waktu 15:30:45:60 detik : 3dan 5
menit apakah terdapat noda berwarna merah/kemerahan pada kertas

Mengukur berapa diameter cream yang menyebar dengan menggunakan penggaris

Jika tidak terdapat noda maka sediaan salep dapat memproteksi terhadap larutan
KOH
f.) Uji Viskositas Cream

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Memasang alat viskotester pada klemnya dengan arah horizontal/tegak lurus


dengan klem

Kemudian memasang rotor pada viskotester dengan menguncinya berlawanan arah


jarum jam

Masukkan sampel ke dalam mangkuknya, kemudian alat dihidupkan

Mencatat berapa kekentalan sampel setelah jarum pada viskotester stabil

F. HASIL
a. Pengambilan Bahan
R/ lanolin 2
Cetylakol 1
Parafin liquid 5,5
Acid stearinic 9
Kalii hidroksidi 0,5
Propilenglikol 5
Aquadest 77
Mf. Vanishing Cream
s.u.e
Perhitungan dibuat sediaan cream 20 gram mengandung chloramphenicol 2 %
Lanolin 2/100 x 20 = 0,4 gram
Cetylakol 1/100 x 20 = 0,2 gram
Parafin liquid 5,5/100 x 20 = 1,1 gram
Acid stearinic 9/100 x 20 = 1,8 gram
Kalii hidroksidi 0,5/100 x 20 = 0,1 gram
Propilenglikol 5/100 x 20 = 1 gram
Aquadest 77/100 x 20 = 15,4 gram
Chlorampenicol 2/100 x 20 = 0,4 gram

b. Uji Homogenitas
No. Formula Hasil Uji
1. Cream Homogen

c. Uji daya menyebar krim


Berat beban (g) Luas daerah penyebaran (cm2)
Formula Cream
49,042 5
99,042 5,56
149,042 6,45
199,042 7,07

d. Uji daya lekat krim


No. Formula Lama melekat (detik +SD)
1. Cream 01:15 01:00 01.25

e. Uji Kemampuan proteksi


No Formula Waktu penguk
uran
15 30 45 60 3 5 menit
detik detik detik detik menit
1. Cream pink merah merah merah merah merah
f. Uji Viskositas
No Formula Viskositas (dPa-s)a
1. Cream 145 dPa-s

G. PEMBAHASAN
krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formularium Nasional, krim adalah
sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Dalam praktikum kali ini formula yang digunakan ditambah zat aktif Chlorampenicol
sebagai antibiotik spektrum luas yang bersifat bakteriostatik dan efektif untuk bakteri gram
positif dan gram negatif yang aerob dan anaerob yang bekerja menghambat sintesis protein
bakteri
Dalam formulasi sediaan krim perlu dilakukannya evaluasi mutu fisik sediaan krim,
evaluasi terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin
bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika
digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang
diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji hiomogenitas, daya sebar, daya
lekat, kemampuan proteksi dan viskositas.
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan kaca objek. Pengujian dilakukan
dengan cara mengoleskan sejumlah krim pada permukaan objek glass kemudian ditutup
dengan objek glass lain. Suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
terlihat butiran kasar, pada formula kami menunjukkan memiliki homogenitas yang baik
karena tidak terlihat adanya butiran kasar
Uji daya sebar pada krim dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar
pada kulit, dimana suatu basis krim sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin
pemberian bahan obat yang baik. Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan beban akan
memperluas daya sebar sehingga luas area penyebaran salep meningkat pada beban akhir
199,042 gram diperoleh luas penyebaran 7,02 cm2 Persyaratan untuk sediaan topikal yang
baik yaitu 5-7 cm dari hasil yang diperoleh diketahui menunjukkan bahwa daya sebar krim
baik. kemampuan daya sebar yang baik berpengaruh antara kontak obat dengan kulit sehingga
menyebabkan absorbsi obat ke kulit berlangsung cepat,
Selanjutnya uji daya lekat krim, hasil yang diperoleh rata-rata memilki daya lekat
01:13 detik, padahal syarat agar memenuhi daya lekat kuat harus sampai 5 menit, krim
dinyatakan baik jika daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati karena obat tidak mudah
lepas sehingga menghasilkan efek yang diinginkan jadi pada formula kami krim yang dibuat
tidak memenuhi syarat uji daya lekat
Selanjutnya uji proteksi krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim untuk
melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi dan sinar matahari.
Pengujian daya proteksi salep dilakukan dengan KOH 0,1 N. Pada pengujian daya proteksi
menggunakan KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N mewakili zat yang dapat
mempengaruhi efektivitas kerja krim terhadap kulit KOH 0,1 N akan bereaksi dengan
phenoftalein yang akan membentuk warna merah muda, yang berarti krim tidak mampu
memberikan proteksi terhadap pengaruh luar, sediaan krim yang baik seharusnya mampu
memberikan proteksi terhadap semua pengaruh luar yang ditandai dengan tidak munculnya
noda merah pada kertas saring yang ditetesi dengan KOH 0,1 N dapat mempengaruhi
efektifitas krim tersebut terhadap kulit. Dari hasil percobaan perlindungan dari Formula krim
kami adalah terbentuk warna merah muda pada waktu ke 15 detik. Karena basis adalah basis
serap yang mudah menyerap air dari larutan KOH sehingga efek perlindungannya rendah
sehingga dapat disimpulkan daya proteksinya kurang baik.
Yang terakhir Uji viskositas krim, Hasil uji viskositas krim yang ditunjukkan 145
dPa-s. Viskositas suatu sediaan berpengaruh pada luas penyebaran , semakin rendah
viskositas suatu sediaan maka penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak anatara
obat dengan kulit akan semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin cepat.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan formulasi yang telah dilakukan dalam praktikum semi solid, maka
dipeoleh hasil yaitu dari bentuk sediaan dan hasil uji yang sudah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa sediaan krim :
1. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya
sebar, daya proteksi, dan viskositas.
2. Formulasi krim kelompok kami memiliki homogenitas yang baik.
3. Formulasi krim dengan penyebaran terbesar pada beban 199,042g yaitu dengan diameter
7,07 cm2
4. Uji proteksi pada sediaan formula krim kelompok kami menunjukkan perubahan warna
dari pink-merah selama 5 menit,yang artinya kedua formula tidak memiliki kemampuan
proteksi yang baik.
5. Daya lekat salep menunjukan formulasi krim rata-rata rata memilki daya lekat 01:13
kurang dari 5 menit dapat disimpulkan daya lekat krim kurang baik
6. Uji viskositas memiliki nilai viskositas krim sebesar 145 dPa-s. Menunjukkan semakin
rendah viskositas suatu sediaan maka penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak
anatara obat dengan kulit akan semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim.
US press: Jakarta
Dirjen, Pom. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indosnesia: Jakarta
Dirjen, Pom. 1975. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai