OLEH
MULIA GUNAWAN
227014007
Menurut Farmakope Indonesia III, krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Menurut
farmakope IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Menurut Farmakope Indonesia
V, krim adalah bentuk sediaan stengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Menurut Formularium Nasional, krim adalah
sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandun air kurang dari 60% dan
2. Penggolongan Krim
Krim memiliki dua tipe yaitu krim minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak
(A/M), ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika (Juwita et al, 2013). Menurut
Krim tipe M/A yang digunakan di kulit akan hilang tidak meninggalkan bekas. Krim
M/A biasanya dibuat menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak
yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alkohol walaupun untuk beberapa
Krim tipe A/M merupakan krim minyak yang tedispersi ke dalam air. Krim tipe A/M
mengandung zat pengmulsi seperti adeps lanae, wool alcohol atau ester asam lemak dengan
atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misalnya Kalsium (Ca). Krim M/A
dan A/M memerlukan emulgator yang tepat. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi
pembalikan fase.
Formula dasar krim pada fase minyak yaitu bahan obat larut dalam minyak bersifat
asam. Contohnya seperti asam stearate, paraffin liquidum, cetaceum, cera, dan vaselin.
Formula dasar krim pada dasar air yaitu bahan obatyang larut dalam air bersifat basa.
Menurut Anief (2005), krim yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Stabil
Krim harus bebas dari inkopatibiltas, stabilpada suhu kamar, dan kelembaban yang
2. Lunak
Zat yang terdapat di dalam krim tidak boleh mengeras sehingga bahan obat yang
3. Mudah dipakai
pasien.
4. Terdistribusi merata
Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan.
2. Mudah digunakan
3. Praktis
7. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorbsi tidak cukup beracun
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim, harus dalam keadaan panas.
3. Mudah kering dan mudah rusak bila disimpan tidak ditmpat yang tidak sesuai dngan
Bahan bahan tambahan dalam sediaan krim agar peningkatan penetrasi pada kulit,
antara lain:
selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”.
Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak meninggalkan
Hal yang penting lain adalah mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi
dapat dilakukan dengan mengatur komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk
Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah
Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12%
5.3. Pendapar
Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan kimia zat aktif atau zat
tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin pengaruh pembawa atau
lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah (tube) seringkali
5.4. Pelembab
meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,
mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat
5.5.Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk
kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses
pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA,
dsb.
cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas :
Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi
dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA,
BHT.
Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi
sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang-kadang bekerja
dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit.
Anti oksidan sinergis yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam,
karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat,
tamat, EDTA.
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar
dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit). Syarat-syarat:
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit
menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan
leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara
Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:
Skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu sediaan diusahakan
partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya panikel yang terflokulasi dan aglomerisasi
selama proses.
bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi. Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan
pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi bahan bahan yang digunakan tidak
membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada bahan
Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan yaitu: adanya transfer panas
Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat pencampuran dengan
bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan sigma blade dapat
Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan adalah penghalusan dan homogenisasi
7.1. Organoleptik
Uji organoleptik lakukan dengan menggunakan panca indra atau secara visual.
Komponen yang dievaluasi meliputi bau, warna, tekstur sediaan, dan konsistensi.
Adapun pelaksanaannya dengan menggunakan subjek responden atau dengan menggunakan
7.2. Homogenitas
pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang
Persyaratannya harus homogen sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan
terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang
timbul akibat pemindahan produk, maupun akibat aksi mekanis dari alat pengisi. (Anief,
1994).
7.3. Stabilitas
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini
tersebut. Ketidakstabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk, karena obat
obat yang digunakan sekarang adalah konstituen kimia yang beraneka ragam. Secara kimia
proses kerusakan yang sering meliputi hidrolisis dan oksidasi (Ansel, 1989).
bahwa shelf life pada kondisi penyimpanan normal dapat diramalkan dengan cepat dengan
mengamati pemisahan dari fase terdispersi karena pembetukan krim atau penggumpalan bila
emulsi bila dipaparkan pada sentrifugasi. Sentrifugasi jika digunakan dengan bijaksana,
merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi emulsi (Lachman, dkk., 1994).
Tujuan pengujian stabilitas obat adalah untuk memberikan bukti tentang mutu suatu bahan
obat atau produk obat yang berubah seiring waktu dibawah pengaruh faktor faktor
Tujuan pengujian tersebut adalah untuk menetapkan suatu periode uji ulang untuk
obat tersebut atau masa edar untuk produk obat dan kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan uji stabilitas untuk menetapkan masa edar suatu produk harus dilakukan
sesuai dengan kondisi iklim ditempat produk obat tersebut akan dipasarkan (Watson, 2009).
Stabilitas fisika
Sifat sifat fisika seperti organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan viskositas tidak
Stabilitas kimia
Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan bentuk sediaan
(USP XII, p.1703). Sediaan dibuat pada pH 3 6 diharapkan tidak mengalami perubahan
potensi.
Stabilitas mikrobiologi
pengawet, harus tetap efektif selama waktu edar. Mikroorganisme yang tidak boleh
Stabilitas toksikologi
Pada penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas (USP XII,
p.1703)
Stabilitas farmakologis
Selama penyimpanan dan pemakaian, efek terapetiknya harus tetap sama (USP XII
p.1703).
7.4. Uji pH
Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah dibakukan dan
mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang
peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai
Pengukuran dilakukan pada suhu ±250° C, kecuali dinyatakan lain dalam masing
masing monografi (Ditjen POM, 1995 ). Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan alat
bernama pH meter. Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka
Krim dan air dicampur dengan perbandingan 60g : 200 ml air, kemudian diaduk
hingga homogen dan dibiarkan agar mengendap. Setelah itu, pH airnya diukur dengan pH
7.5. Keseragaman
Sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragam bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk
sediaan yang mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot , dilakukan untuk
sediaan yang dimaksud (dari satuan uji dapat diambil dari bets yang sama untuk penetapan
Persyaratan Krim
Persyaratan krim sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut :
1. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus bebas dari
2. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan menjadi
4. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya, dan di beri rentang waktu
1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat
Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel,
dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner dibuat
pencucian.
Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing masing kriteria. Misal untuk