Anda di halaman 1dari 19

SEDIAAN KRIM

KELOMPOK 3

KELAS C 2018
NAMA ANGGOTA
NAMA ANGGOTA

 NIDA KHOFIYA (1813015008)  HANUM HASYIFAH FAHRIAH (1813015203)

 AUDREY JENLY MOLIGAY (1813015148)


 LEVIANANDA ITSNAINI C.F (1813015028)

 RAFIQ (1813015158)
 JALU IQBAL TAWAKAL (1813015048)
 ELIT DITA PARADILA (1813015173)

 RAIHANA RAHMADINA (1813015053)  EVIA PERMATA SUCIRAHAYU (1813015263)

 MAWADDAH W.N.A (1813015078)

 NUR AINI (1813015103)


BAHAN
BAHAN
TAMBAHAN
TAMBAHAN
(EKSIPIEN)
(EKSIPIEN)
DALAM
DALAM
FORMULASI
FORMULASI
KRIM
KRIM
01. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan basis
1. Kualitas dan kuantitas bahan
2. Cara pencampuran, kecepatan dan tipe pencampurannya
Basis
Basis
Krim
3. Suhu pembuatan
4. Jenis emulgator
Krim
5. Dengan konsentrasi yang kecil sudah dapat membentuk
emulsi yang stabil dengan tipe emulsi yang di kehendaki
(m/a atau a/m)

02. Persyaratan Basis

1. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati.


2. Lunak.
3. Mudah dipakai.
4. Terdistribusi secara merata.
03. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sediaan
1. Pemilihan zat aktif untuk sediaan krim harus dalam bentuk aktifnya.
2. Bila zat aktif larut lemak, maka sebaiknya tipe emulsi A/M dan demikian pula
Basis sebaliknya.
Basis
Krim 3. Pada pembuatan krim perlu ditambahkan pengawet.

Krim 4. Jika krim menggunakan minyak nabati, maka perlu ditambahkan antioksidan
5. Penggunaan emulgator harus disesuaikan dengan jenis krim yang
dikehendaki dan tersatukan dengan zat aktif.
6. Penambahan fasa air dalam krim dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
kontaminasi mikroba.

7. Pembuatan krim steril sebaiknya dilakukan secara aseptik.


8. Bila sediaan ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar atau kulit yang parah, maka krim harus
steril
9. Jika krim diwadahkan dalam tube aluminium, maka tidak boleh digunakan pengawet senyawa raksa organik.
10. Untuk tube yang mudah berkarat, maka bagian tube sebelah dalam harus dilapisi dengan larutan dammar dalam
pelarut mudah menguap.
11. Pemberian Etiket: Pada etiket harus tertera “Obat Luar”, dan untuk antibiotika harus tercantum kadaluarsanya.
04. Jenis basis krim

1. Basis emulsi tipe A/M


Basis  Emulsi air dalam minyak (A/M) adalah emulsi dengan air
Basis
Krim
sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersi.
 Sifat
Krim Emolien, Oklusif, Mengandung air, Beberapa mengabsorpsi air yang

ditambahkan, Berminyak
 Contoh: lanolin, cold cream

2. Basis emulsi tipe M/A


 Emulsi minyak dalam air (M/A) adalah sistem emulsi dengan minyak sebagai fase
terdispersi dan air Sebagai fase pendispersi.
 Sifat
Mudah dicuci dengan air, Tidak berminyak, Dapat diencerkan dengan air, Tidak oklusif
 Contoh: Hydrophilic ointment
ZAT TAMBAHAN
LAIN DALAM KRIM
1. PENGAWET
1. PENGAWET
Tujuan Penggunaan

Untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme.


Penambahan pengawet diperlukan karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan
ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur.

Kriteria Pengawet yang Ideal

• Tidak toksik
• Lebih mempunyai daya bakterisid daripada bakteriostatik
• Efektif pada konsentrasi yang relatif rendah untuk spektrum luas
• Stabil pada kondisi penyimpanan.
• Tidak berbau dan tidak berasa
• Tidak mempengaruhi (inert) atau dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula dan bahan pengemas.
• Larut dalam konsentrasi yang digunakan.
• Tidak mahal
1. PENGAWET
1. PENGAWET
Contoh pengawet dan keterbatasan pemakaiannya

• Klorkresol : mempunyai aktivitas sebagai antifungi dan antibakteri. Konsentrasi klorkresol yang dipakai
0,1%
• Na Benzoat : sebagai pengawet antimikroba, potensinya akan turun dengan adanya makromolekul,
tetapi masih lebih baik dibandingkan turunan paraben. Oleh karena itu, penggunaan Na benzoate
biasanya dalam konsentrasi tinggi, bisa mencapai 0,5%

Penandaan pengawet

Bila pada krim ditambahkan pengawet maka nama dan konsentrasi pengawet tersebut harus
ditulis/tertera pada label
2. PENDAPAR
2. PENDAPAR
Tujuan Penggunaan
Untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas sediaan.
Pemilihan pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang
terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet.

Kriteria Pendapar yang digunakan


• Dapar harus memiliki kapasitas yang cukup untuk menahan perubahan pH
• Dapar harus aman (secara biologis) selama pemakaian
• Harus tidak memberikan efek terhadap stabilitas bahan obat
• Memungkinkan untuk ditambah bahan tambahan lain

Contoh Pendapar

• Dapar fosfat
• Dapar asetat
• Dapar karbonat
3. HUMEKTAN
3. HUMEKTAN
Tujuan Penggunaan

Untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan, mencegah kekeringan (kehilangan air), meningkatkan
penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan konsistensi secara umum, dan
meningkatkan kelarutan senyawa kimia bahan aktifnya.

Dasar Pemilihan Humektan


Pemilihan humektan didasarkan pada sifatnya untuk menahan air dan efeknya terhadap viskositas dan
konsistensi produk akhir. Humektan menarik dan menahan uap air di udara sekitarnya melalui proses
penyerapan (absorpsi), menarik uap air ke dalam dan atau ke permukaan organisme/objek.

Jenis-jenis Humektan

• Humektan Organik
• Humektan Anorganik
• Humektan Logam Organik
4. ANTIOKSIDAN
4. ANTIOKSIDAN
Tujuan Penggunaan

Untuk mencegah tejadinya ketengikan dari oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya
autooksidasi. Selain itu antioksidan juga digunakan sebagai peningkat penetrasi. Zat tambahan ini
membantu meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan
sistemik lewat kulit

Faktor yang harus diperhatikan dalam Pemilihan Antioksidan

• Tidak memiliki efek farmakologi


• Tidak menyebabkan iritasi
• Bekerja secara cepat dengan efek terduga
• Tidak mempengaruhi cairan tubuh atau elektrolit dan zat endogen lainnya
4. ANTIOKSIDAN
4. ANTIOKSIDAN
Jenis-jenis antioksidan

1. Antioksidan sejati (true antioxidants)


Antioksidan ini menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas sehingga memotong reaksi
berantai. Efektif terhadap autooksidasi tetapi tidak terhadap reaksi oksidasi reversibel (redoks).
• Contohnya : alkil gallat, BHA, BHT, nordihydroguaiaretic acid, dan tokoferol.

2. Antioksidan senyawa pereduksi (reducing agents)


Memiliki potensial redoks yang lebih rendah dibandingkan zat aktif/obat sehingga lebih dulu teroksidasi
dibandingkan zat aktif tersebut.

3. Antioksidan sinergis
Biasanya memiliki efek antioksidan yang rendah, tetapi dapat meningkatkan kerja antioksidan sejati, yaitu
bereaksi dengan ion logam berat yang mengkatalisis oksidasi.
• Contohnya asam sitrat, EDTA, lesitin, dan asam thiodipropionat. Campuran antioksidan sejati atau
antioksidan sejati dan senyawa pereduksi menunjukkan adanya sinergisme.
5. PENGOMPLEKS
5. PENGOMPLEKS
Tujuan Penggunaan

Untuk membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul
pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik.

Contoh bahan pengompleks

• Gluconic acid
• Citric acid
• Tartaric acid
• EDTA
• Polyacrylate
Daftar pustaka

Elmitra. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.

Gennaro, A.R, et all.1990. Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition. Pensylvania : Marck Publishing Company.

Joko. 2018. Optimasi Formula Krim Ekstrak Poliherbal Sebagai Antibakteri Dengan Kombinasi Gliserin, Sorbitol, dan
Propilenglikol Sebagai Humektan. Surakarta : Universitas Setia Budi

Lachman, L, et all. Teori dan Praktek Industri Farmasi Third Edition. Philadelphia: Lea and Febiger, 1986.

Lund, Walter.1994. The Pharmaceutical Codex, 12th edition. London :The PharmaceutIcal. Press.

Parwata, I Made Oka Adi. 2016. Antioksidan : Buku Ajar Kimia Terapan. Denpasar : Universitas Udayana.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey., Marian E Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipents Sixth Edition. London :
Pharmaceutical Press Santoso.
TERIMAKASIH
Penanya : Paul Emanuel Toti (1813015098)
Apa semua krim wajib menggunakan antioksidan atau hanya bahan2 tertentu? dan
antioksidan ada 3 jenis, kapan atau pada zat aktif apa digunakan antioksidan sejati ,
senyawa pereduksi , dan sinergis
Penjawab : Leviananda (1813015028)
Antioksidan ditambahkan pada setiap sediaan yang mudah mengalami autooksidasi.
Seperti yang kita ketahui, krim adalam sediaan semisolid yang terdiri atas dua fasa yaitu
minyak dan air. Minyak-minyak yang tidak jenuh seperti minyak nabati menimbulkan
ketengikan dengan bau, penampilan, dan rasa yang tidak menyenangkan jika teroksidasi.
Di pihak lain, minyak mineral dan hidrokarbon-hidrokarbon jenuh yang berhubungan mudah
mengalami degradasi oksidatif pada lingkungan tidak sesuai. Penambahan antioksidan
dapat mencegah oksidasi dari fase minyak yang terdapat dalam krim ini. Maka, dapat
disimpulkan bahwa setiap sediaan krim membutuhkan antioksidan.
Tambahan : Nur Aini (1813015103)
Jadi pada dasarnya jenis antioksidan,yaitu antioksidan sejati,senyawa pereduksi dan
sinergis itu dibedakan hanya berdasarkan mekanisme kerjanya. Sedangkan fungsinya tetap
sama yaitu mencegah terjadinya oksidasi. Maka untuk penggunaan antioksidannya tetap
berdasarkan persyaratan umum pemilihan antioksidan yaitu potensi, sifat iritan,
toksisitas,stabilitas,kompatibilitas, warna dan bau pada bahan yang bersifat antioksidan
Penanya : Andriani Fitri (1813015023)
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan basis krim salah satunya cara
pencampuran, kecepatan dan tipe pencampurannya. Jelaskan cara pencampuran,
kecepatan dan tipe pencampuran yang baik, karena pada saat dipraktekkan di lab
sering terjadi kesalahan karena hal ini, sehingga basis yang dibuat terjadi
kegagalan?
Penjawab : Nida Kofiyah (1813015008)
Jadi pencampuran harus dilakukan pada saat sediaan padat telah melebur
sempurna,pada suhu yang sama. Untuk pengadilannya harus dilakukan dengan
kecepatan yang konstan.

Anda mungkin juga menyukai