Disusun Oleh :
1. Utari Meilinda (066116003)
2. Destia Hanna F ( 066116019 )
3. Sri Intan Giyanita ( 066116026 )
4. Syifa Silviani A ( 066116034 )
5. Saraswati Darmawan ( 066116043 )
6. Eka Fitriyani ( 066116058 )
7. Ashabal Rizky ( 066116073 )
(Kelompok 4)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahan obat jarang diberikan sendiri – sendiri, tetapi lebih sering merupakan
suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang
bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam – macam dan khusus. Melalui
penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan farmasi akan dihasilkan
sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe bermacam – macam. Bahan sediaan
farmasi dapat melarutkan, mensuspensi mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi,
menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak vermacam
– macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur dan menarik
(Ansel 1989).
Masing – masing tipe bentuk sediaan famasi mempunyai sifat – sifat fisika dan
kimia yang khusus. Sediaan yang bermacam – macam ini meupakan tantangan bagi
ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi dokter dalam memilih obat
serta cara pemberiannya. Salah satu bentuk sediaan farmasi adalah sediaan semi solid
yang merupakan bentuk sediaan yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Sediaan yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu kemampuan
bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering dan lain – lain, atau
untuk efek khusus dari bahan obat yang ada (Ansel 1989).
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit. Krim
adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI 1979). Krim ada dua tipe
yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Sifat umum sediaan krim ialah mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap,
berminyak, melembapkan, dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit,
mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci air (Anwar 2012).
Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada
kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air padda kulit, mudah
dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi penyumbatan
dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim asam stearat (Voight
1994).
Krim pe lembab mata merupakan krim khusus yang digunakan di area sekitar
mata dan berfungsi untuk mengencangkan area pada bawah mata yang sangat sensitive
terhadap kele lahan fisik maupun menta l sehingga dapat mengurangi kerutan dan
mata panda atau dark circles (DC). Krim pe lembab mata harus mampu bertahan
dari adanya kontaminasi mikroor gansime yang disebabkan oleh pengotor bahan
baku dan adanya terkontaminasi selama penggunaan. Kandungan prote in, asam
amino, asam organik dan lipid da lam sediaan kr im dapat menjadi nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba. Kandungan air adalah kebutuhan bagi mikroor ganis me
untuk berkembang biak dan mencemari produk kosmetik. Kondis i iklim yang hangat
dan agak lembab mendukung pertumbuhan serta penggandaan mikroorganisme secara
cepat sehingga produk farmasi/kosmetik yang kaya akan nutrisi dapat menga lami
kontaminasi yang cukup parah.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi krim mata?
2. Bagaimana prosedur pembuatan krim mata?
3. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan krim mata?
4. Evaluasi apa saja yang dilakukan untuk sediaan krim mata?
5. Bagaimana sifat dasar krim yang ideal?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Krim (Cremores)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Tipe krim ini ada yang bertipe air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air
(M/A) (Anonim, 1979).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika (Anonim, 1995). Kestabilan krim akan
rusak bila terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan karena
perubahan suhu dan perubahan komposisi, disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim, jika zat
pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain (Anonim, 1979).
Krim dalam pengobatan berfungsi sebagai pembawa obat-obat topikal,
sebagai pelunak kulit, sebagai pembalut pelindung/pembalut penyumbat
(oklusif).
Seperti syarat sediaan obat pada umumnya, krim juga harus memenuhi
syarat keamanan, kemanjuran dan acceptable, yaitu disamping salep harus
memenuhi syarat keamanan, kemanjuran dan acceptable krim juga harus
dapat memberikan efek yang diinginkan dengan tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan, cream juga harus nyaman dan enak ketika
digunakan.
Krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air”. Krim biasanya digunakan
sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit
Krim pemutih adalah salah satu jenis kosmetik yang merupakan campuran
bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan khasiat bisa memucatkan noda
hitam (coklat) pada kulit. Tujuan penggunaannya dalam jangka waktu lama agar
dapat menghilangkan atau mengurangi hiperpegmentasi pada kulit. Tetapi
penggunaan yang terus-menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan
efek permanen
FI III: Krim adalah Sediaan setengah padat berupa emulsi , mengandung
air tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar.
FI IV: Krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung 1/lebih
zat terlarut yang terdispersi dalam pembawa yang digunakan.
2.2 Komposisi sediaan krim
1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara
pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.
2. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam stearat,
adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum,
vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
3. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air. Contoh : Na tetraborat (borax,
Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3, Gliserin,
Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa surfaktan. Selain
itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasiun, setilalkohol,
stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.
5. Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan adalah:
1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet yang
sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 – 0,18% dan
propilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.
2. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh :dapar fosfat.
3. Pelembab atau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada
kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang, dan tidak
berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh : gliserol, PEG,
sorbitol.
4. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na sulfit.
(Voight, 1994)
Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut harus disesuaikan dengan sifat
fisikokimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran bahan aktif dan bahan-
bahan tambahan tersebut harus dapat menghasilkan sediaan semisolida yang
memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat diterima oleh masyarakat.
Aman berarti sediaan tersebut memiliki kandungan bahan aktif yang sesuai dengan
monografi dan tidak memberikan pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai
dari sediaan pada tempat penggunaannya. Stabil berarti sediaan tidak mengalami
perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia, mikrobiologi,
toksikologi, maupun farmakologi.
2.3 Pembuatan krim secara umum
1. Fase atau bagian lemaknya dilelehkan diatas water bath, fase atau bagian yang
larut dalam air dicampur dengan air panas. Kedua bagian diatas dicampur dan
digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk basis krim.
2. Fase lemak dan fase air dipanaskan perlahan - lahan sampai terbentuk larutan
sabun, kemudian digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk masa krim.
Cara ini dilakukan untuk krim dengan kadar lemak tinggi.
3. Zat yang larut dalam air ditambah 30% air, zat fase lemak dilelehkan bersama-
sama. Kemudian tambahkan air panas dengan jumlah yang sama gerus
homogen. Tambahkan fase lemak gerus sampai menyatu dan terakhir sisa air.
Cara ini digunakan untuk krim dengan minyak tumbuh-tumbuhan.
1. Krim pelembab mata merupakan krim khusus yang digunakan di area sekitar mata
dan berfungsi untuk mengencangkan area pada bawah mata yang sangat sensitive
terhadap kele lahan fisik maupun menta l sehingga dapat mengurangi kerutan dan
mata panda atau dark circles (DC).
2. Komposisi krim mata yaitu berupa Zat berkhasiat, Fase minyak, Fase air,
Pengemulsi, dan Zat tambahan
3. Uji yang dilakukan dalam sediaan krim yaitu Uji organoleptic, Uji homogenitas, Ph,
Uji daya serap, Uji daya sebar, dan Uji viskositas.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV . Terjemahan: Ibrahim F. UI
Press. Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes RI. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.